Anda di halaman 1dari 16

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

FRASA NOMINAL DAN FRASA VERBAL

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

RINANDI ( 200501502011 )

ZIA UL HAQ ( 200501502002 )

NADIA ( 200501500037 )

RIFIATUL AZIZAH ( 200501500009 )

NURUL AZISYAH AMINI AMIRUDDIN ( 200501502014 )

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020/202

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah.
dan lnayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
yang berjudul "Frasa nominal dan vrasa verbal" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dengan dukungan
berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan kami dalam penyusunannya. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah ini mengambil manfaat
dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lainnya pada makalah-makalah selanjutnya.

Bone, Februari 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
SAMPUL ……………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ………………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………3
LATAR BELAKANG………………………………
RUMUSAN MASALAH ……………………………
TUJUAN PEMBAHASAN…………………………
BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………….5
PENGERTIAN FRASA NOMINA DAN FRASA VERBAL ……..

HUBUNGAN FUNGSI ANTARUNSUR DAN MAKNA GRAMATIKALNYA


PERLUASAN FRASA NOMINAL DAN FRASA VERBAL …….

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………..15


KESIMPULAN ……………………………………………
SARAN …………………………………………………….

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Frase merupakan unsur sintaksis yang terkecil jika dibandingkan dengan unsur
sintaksis lainnya yaitu kalusa dan kalimat. Hal ini ditegaskan oleh Djajasudarma
(2010:55), unsur sintaksis yang ter \kecil adalah adalah frase dan dapat dikaji
berdasarkan kelas frase dan tipenya. Frase hanya mengisi atau menduduki salah satu
fungsi sintaksis dalam satu klausa atau dalam satu kalimat. Artinya, Satu fungsi
sintaksis yaitu: S,P,O,Pel,K hanya diisi atau diduduki satu frase. Unsur klausa yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melapau batas fungsi atau yang bersifat
nonpredikatif disebut frase (lihat Verhaar,1995:97; Ramlan,1995:151;
Putrayasa,2007:3; Arifin dan Junaiyah, 2008:18). Sebuah frase sekurang-kurangnya
mempunyai dua anggota pembentuk konstruksi. Unsur-unsur tersebut berhubungan
secara fungsional satu dengan yang lainnya dalam konstruksi. Hubungan fungsi
antarnsur terdiri atas unsur
frase berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori unsur yang menjadi inti,
frase terdiri dari frase nominal, frase verbal, frase adjektival, frase numeralia, frase
pronominal, adverbial, dan frase preposisional (lihat Ramlan, 1996:155; Khairah
dan SakuraRidwan, 2014:29-78).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan Pengertian frasa nominal dan frasa verbal


2. Bagaimana hubungan fungsi antar unsur dalam frasa nominal dan verbal
3. Jelaskan perluasan frasa nominal dan frasa verbal

3
C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui pengertian frasa nominal dan frasa verbal


2. Untuk mengetahui hubungan fungsi antar unsur dalam frasa nominal dan
frasa verbal
3. Untuk mengetahui tentang perluasan frasa nominal dan frasa veral

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian frasa nominal dan frasa verbal


1. Frasa nominal
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda. Dalam frasa nominal, yang berfungsi
sebagai inti (unsur pusat) adalah nomina. Frasa ini memiliki distribusi yang
sama dengan no- mina. Selain memiliki distribusi yang sama dengan
nomina, frasa nominal juga paling lengang dari subjek dan objek dalam
subjek nomina. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
 Tahun ini, Presiden dan DPR masih membahas rancangan Undang-
Undang Fakir Miskin. (FN berfungsi S)
 Tahun ini, Presiden dan DPR masih membahas rancangan Undang-
Undang Fakir Miskin. (FN berfungsi O)
Meskipun demikian, frasa nominal juga dapat berfungsi sebagai predikat,
pelengkap, dan keterangan. Perhatikan kalimat- kalimat berikut ini!
 Semboyan itu solusi kemajemukan bangsa. (FN berfungsi P)
 Pilar bangsa adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (FN berfungsi
Pelengkap)
2. Frasa verbal
frasa verbal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih
yang dapat meng gantikan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti.
Konstruksi frasa verbal bisa tersusun secara endosentris subordinatif dan
endosentris koordinatif. Konstruksi frasa seperti akan membebani disebut
endosentris subordinatif karena tersusun atas verba inti dan pewatas.
Pewatas ini memberi tambahan keterangan bagi verba inti. Kata yang di
dalam verba dinamakan pewatas depan, biasanya berupa adverbia,
sedangkan yang di belakang verba disebut pewatas depan, biasa- nva berupa

5
adverbia, nomina, dan adjektiva. Adapun konstruksi frasa seperti
membebani dan mengurangi endosentris koordinatif karena kedua verba
yang menyusun frasa tersebut merupakan inti yang saling melengkapi.
Hubungan masing-masing unsur dalam frasa ini membentuk makna
gramatikal. Chaer (2009: 139-143) menyebutkan gramatikal yang
dihasilkan oleh frasa verbal adalah ingkar, frekuensi, kuantitas makna,
waktu, keinginan, keselesaian, keharusan, kepastian, pem- batasan,
gabungan, berulang, ikut serta, alat, dan keadaan .
B. Hubungan fungsi antarunsur dan makna gramatikalnya
1. Hubungan fungsi antarunsur frasa nominal dan makna gramatikalnya
Sebagai inti frasa, nomina bagian utama (pusat), se- dangkan pewatasnya
berada di depan atau di belakangnya. Pewatas yang terletak sebelum inti
dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti
dinamakan pewatas belakang. Pewata yang berada di depan nomina
biasanya berupa numeralia dan adverbia, sedangkan pewatas yang berada
setelah domina inti biasanya berupa nomina, adjektiva, verba, adverbia,
numeralia, dan determinan (ini, itu).
Chaer dan Muliastuti (2003: 45) menyebutkan bahwa kat kata yang dapat
menjadi pewatas depan pada frasa nominal ada lah kata-kata yang memiliki
makna berikut.
 Menyatakan banyak atau jumlah seperti kata-kata beberapa, banyak,
sejumlah, sedangkan, semua, segenap, dan seluruh. Contoh:
beberapa orang, sejumlah mobil, sebagian penduduk.
 Menyatakan ingkar, yaitu kata bukan, misalnya frasa bukan buku,
bukan kursi.
 Menyatakan simpanan, yaitu kata cuma, hanya, dan kecuali.
Misalnya frasa cuma air, hanya nasi, dan kecuali saya.
 Menyatakan peniadaan, yaitu kata tanpa, misalnya frasa tanpa dia,
tanpa biaya, tanpa tanda tangan.

6
Jika keempat pewatas ini bergabung membentuk frasa no- mina, maka
polanya adalah (1) kata ingkar, (2) kata pembatas, (3) kata peniadaan, (4)
kata yang menyatakan banyak atau jumlah (5) inti frasa. Contoh:
- Bukan hanya tanpa sebuah nama
(1) (2) (3) (4) (5)
Konstruksi frasa nominal yang terdiri atas inti dan pewatas disebut
endosentris subordinatif. Pewatas tersebut, bisa berposisi sebelum atau
sesudah nomina inti. Contoh: bukan buku dan lembaga baru. Pada kata
bukan buku, kata tidak berfungsi mewatasi nomina setelahnya, yaitu buku;
sedangkan lembaga baru, kata lembaga berfungsi sebagai inti, sedangkan
kata baru berfungs mewatasi lembaga.
Selain terdiri atas inti dan pewatas, ada juga frasa nominal yang tersusun
secara koordinatif. Kedua nominanya berfungsi se bagai inti yang saling
melengkapi. Konstruksi ini tidak memiliki unsur pewatas, melainkan kedua
nomina tersebut merupakan unsur inti. Konstruksi frasa ini disebut
endosentris koordinatif. Contoh: Presiden dan DPR. Berikut ini adalah
hubungan masing-masing unsur dalam frasa nominal. 1.
a. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan numeralia
sebagai pewatas, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut.
FN : Num + N pewatas inti makna
enam mahasiswa enam mahasiswa kuantitas (jumlah)
tiga petani tiga petani kuantitas (jumlah)
kelima hakim (itu) kelima halim himpunan
ketiga petani (ini) ketiga petani himpunan

b. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan adverbia


sebagai pewatas, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut

7
FN: Adv + N pewatas inti makna
bukan halangan buka halangan ingkar
tanpa bunga tanpa bunga ketiadaan
semua dosen semua dosen jumlah
Cuma uang Cuma uang batas

Selain ada pewatas depan, ada pula pewatas belakang. Berika ini adalah
beberapa contoh hubungan antara nomina inti dengan pewatas belakang.
a. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan noming sebagai
pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan
tersebut. Makna gramatikal konstruksi ini d. modifikasi dari
pendapat Kridalaksana (1985: 124-126) dan Chaer (2009: 122-128)

FN: N + N Inti Pewatas Makna


orang desa orang desa lokatif
cincin emas cincin emas asal bahan
rumah paman rumah paman milik
perluasan kampus perluasan kampus sasaran
foto diri foto diri hasil

b. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan adjektiva


sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut.
FN : N + Adjektiva Inti Pewatas Makna
gadis cantik gadis cantik keadaan
perwira menengah perwira menengah derajat
ikan pedas ikan pedas rasa
meja bundar meja bundar bentuk
lemari hijau lemari hijau warna

c. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan verba sebagai


pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan
tersebut.

8
FN : Verba Inti Pewatas Makna
ruang kerja ruang kerja tempat
uang jajan uang jajan peruntukan
ikan bakar ikan bakar yang di…
juru rawat juru rawat yang biasa melakukan

d. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan numeralia


sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut.
FN: N + Numeralia Inti Pewatas Makna
kuliah pertama kuliah pertama tingkat
anak kedua anak kedua tingkat

e. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan adverbia


sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan aleh
hubungan tersebut.
FN : Adverbia Inti Pewatas Makna
orang tadi orang tadi waktu
kopi saja kopi saja pembatasan

f. Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan determinan


(ini/itu) sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan
oleh hubungan tersebut.
FN : N + ini/itu Inti Pewatas Makna
presiden ini presiden ini pepentu
dosen itu dosen itu penentu

2. Hubungan fungsi antarunsur dalam frasa verbal dan makna gramatikalnya


a. Hubungan fungsional antara adverbia sebagai pewatas depan dan
verba sebagai inti, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut

9
FV : adv + V Pewatas Inti Makna
lagi mandi lagi mandi waktu
hendak berangkat hendak berangkat waktu
belum makan belum makan keselesaian
sudah berangkat sudah berangkat keselesaian
hanya bercanda hanya bercanda pembatasan

Adverbia yang biasanya menjadi pewatas depan adalah hanya,


cuma, pasti, mungkin, tentu, harus, mesti, wajib, boleh, harus belum,
sedang, tengah, sudah, mau, ingin, sedang, hendak, akan, sudah,
telah, lagi, banyak, kurang, cukup, sedikit, acap kali, biasa, kadang-
kadang, sering, tiada, tidak, dan tak.
Alwi dkk (2003: 158-161) mengelompokkan pewatas depan pada
frasa verbal menjadi tiga kelompok, yaitu pewatas ber- jenis verba
bantu, aspek, dan pengingkar. Kata yang termasuk verba bantu
adalah akan, harus, dapat, boleh, suka, ingin, dan mau. Kata-kata ini
biasanya disebut juga dengan modalitas Dilihat dari segi urutannya,
akan selalu mendahului yang lain dan kata harus mendahului dapat,
bisa, boleh, suka, ingin, dan mau. Contohnya sebagai berikut.
 Dia harus melaksanakan itu. Sebuah.
 Dia akan dapat menyelesaikan tugas itu segera.
Jenis pewatas depan yang kedua adalah aspek. Kata yang ter- masuk
aspek adalah sudah dan datang (kata telah, tengah, dan Jagi jawaban
dari stilistik dari sudah dan sedang).
Contoh:
 Dia sudah datang.
 Dia lagi menyelesaikan tugasnya.
Dengan memerhatikan keserasian makna, baik sedang mau- pun
sudah, dapat bergabung dengan boleh, dapat, akan, mau, ingin
dengan ketentuan bahwa kedua kata aspek ini menda- hului kata-kata
tersebut. Jadi, sudah dapat, sudah boleh, sedang suka, dan sedang

10
ingin dapat diterima, tetapi * dapat sudah, * suka sedang, dan *
ingin sedang tidak berterima. Contohnya sebagai berikut.
 Balita itu sudah bisa merangkak.
Jenis pewatas depan yang ketiga adalah pengingkar, yakni tidak dan
belum. Kaidah umum mengenai pengingkar bahwa adalah
pengingkar mengingkarkan kata atau kata-kata yang berdiri di
belakangnya, dan tidak yang di belakangnya. Perhati- kan kalimat
berikut.
 Anak itu tidak pergi.
Pada kalimat diatas tidak mengingkarkan verba pergi
 Anak itu tidak harus pergi.
Pada kalimat diatas yang diingkarkan adalah harus pergi.
 Anak itu harus tidak pergi.
Pada kalimat diatas harus tidak dikenai ingkar oleh kata
tidak; yang dikenai ingkar hanyalah kata pergi.
b. Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan adverbia
hubungan tersebut.
FV : V + Adv Inti Pewatas Makna
datang lagi datang lagi berulang
menulis kembali menulis kembali berulang
menonton saja menonton saja pembatasan
pergi juga pergi juga ikut serta

c. Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan nomine sebagai


pewatas. Contoh: uji materi. Kata uji termasuk verba yang
berfungsi sebagai inti, sedangkan materi termasuk ne mina yang
berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini
adalah alat.
d. Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan adjektiva sebagai
pewatas. Contoh: menulis indah. Kata yang ditulis termasuk verba

11
yang berfungsi sebagai inti, sedangkan indah termase adjektiva yang
berfungsi sebagai pewatas. Makna dari konstruksi ini adalah sifat.
Gramatikal

C. Perluasan frasa nominal dan frasa verbal


1. Perluasan frasa nominal
Frasa nominal dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan me nambahkan
unsur-unsur pewatas pada nomina inti. Berikut di beberapa kaidah
perluasan frasa (bandingkan dengan Alwi dki. 2003: 244).
a. Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina atau lebih. Rangka
kemudian ditutup dengan salah satu pronomina perso atau ini / itu.
Setiap nomina hanya menerangkan nomina sese lumnya. Contoh:
Dosen Sosiologi Universitas Indonesia itu
Inti dikembangkan oleh beberapa nomina.

b. Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina, ditutup oleh ini/
itu. Polanya adalah (1) nomina, (2) adjektiva (3) pronomina persona,
(4) ini/itu. Contoh:
mobil
mobil baru
mobil baru saya
mobil baru saya ini
c. Suatu inti juga dapat diperluas dengan adjektiva, kata yang,
pronomina persona, lalu diakhiri dengan kata ini / itu. Polanya
adalah (1) nomina, (2) persona, (3) yang. (4) adjektiva, (5) ini/itu.
Contoh:
mobil
mobil saya
mobil saya yang
mobil saya yang baru

12
mobil saya yang baru ini
d. Suatu inti dapat diperluas dengan aposisi, yakni frasa nominal yang
mempunyai acuan yang sama dengan nomina inti. Contoh: Imam B.
Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia Đalam hal ini, orang yang
dirujuk oleh aposisi sosiolog Universitas Indonesia adalah Imam B.
Prasodjo.
e. Nomina inti juga dapat diperluas oleh frasa preposisional. Frasa
preposisi ini merupakan bagian dari frasa nominal karena nomina inti
tersebut bukan bentuk definit, melainkan nomina yang masih umum
sehingga konstruksi tidak dapat dipindahkan-dipindahkan.
f. Contoh:
dokter
dokter di Indonesia
*di Indonesia dokter
Apabila nomina dokter diikuti oleh determinan ini / itu, frasa
preposisi di Indonesia tidak lagi menjadi bagian dari frasa no- nal,
tetapi merupakan bagian dari klausa yang fungsi fungsi predikat.
dokter itu (S) di Indonesia (P). Suatu frasa nominal dapat berfungsi
dengan baik, diperlukan adanya keserasian semantik antara unsur-
unsur yang membentuknya.
2. Perluasan frasa verbal
a. Frasa verbal dapat diperluas dengan menambah adverbia yang
berfungsi sebagai pewatas depan.
Contoh:
Akan pergi
Tentu akan pergi
Belum tentu akan pergi
Mungkin belum tentu akan pergi
b. Frasa verbal dapat diperluas dengan menambah pewatas belakang

13
Contoh
Pegi saja
Pergi saja lagi

14
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda. Dalam frasa nominal, yang berfungsi sebagai inti (unsur pusat)
adalah nomina. Frasa ini memiliki distribusi yang sama dengan no- mina. Selain
memiliki distribusi yang sama dengan nomina, frasa nominal juga paling lengang
dari subjek dan objek dalam subjek nomina. frasa verbal adalah satuan sintaksis
yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat meng gantikan kategori verba.
Verba berfungsi sebagai inti. Konstruksi frasa verbal bisa tersusun secara
endosentris subordinatif dan endosentris koordinatif.

B. Saran
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak atau bahkan lebih lengkap tentang
pembahasan frasa nominal dan frasa verbal, pembaca dapat membaca dan
mempelajari buku-buku yang didalamnya membahas tentang frase, salah satunya
buku sintaksis dari berbagai pengarang. Karena di dalam makalah ini, kami selaku
penulis hanya membahas garis besarnya saja tentang pembahasan frasa nominal dan
frasa verbal.

15

Anda mungkin juga menyukai