Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MINI RISET

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 PEND.TEKNIK MESIN

Analisis Penerapan Kurikulum Di Sekolah

Nama Kelompok : Oktavian Putra Jaya Gea (5223121012)


Nicolas Tambunan (5223321004)
Alpin Lumbantobing (5223121022)
Muhammad Rizki Syahputra Gultom (5221121014)
Ahamd Zul Fadli (5221121011)
Dosen Pengampu : Anifah,S.Sos.,M.Pd

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 3


BAB I ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................................... 5
C. Batasan Masalah........................................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5
E. Tujuan Survey .............................................................................................................................. 5
F. Manfaat Survey ............................................................................................................................ 6
BAB II ...................................................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI ............................................................................................................................... 7
A. Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Berlandasakan Pancasila ........................................................ 7
B. Konsep dan Nilai-nilai Filsafat Pendidikan................................................................................ 14
BAB III................................................................................................................................................... 20
METODE SURVEY .............................................................................................................................. 20
A. Metode Penelitian....................................................................................................................... 20
B. Subjek Penelitian ........................................................................................................................ 20
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................................... 20
D. Instrumen Survey ....................................................................................................................... 20
BAB IV .................................................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................................. 21
A. Gambaran Hasil Survey ............................................................................................................. 21
B. Pembahasan ................................................................................................................................ 21
BAB V.................................................................................................................................................... 23
PENUTUP .............................................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 23
B. Saran........................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Mini
Riset ini. Dan juga tidak lupa saya berteima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Pendidikan.

Penulis sangat berharap tugas laporan mini riset ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang lebih disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang-orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, 02 November 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun pelajaran 2014/2015 kurikulum 2013 akan serentak dilaksanakan di seluruh
sekolah di Indonesia. Segala sesuatunya telah disiapkan untuk pelaksanaan itu. Mulai dari
pelatihan guru, pelatihan pengawas, penyiapan silabus, dan pembuatan buku teks
pembelajaran. Beberapa sekolah telah dijadikan pilot project implementasi kurikulum 2013
mulai dari awal tahun ajaran 2013/2014 lalu.
Salah satu persoalan yang masih perlu disiasati adalah tidak semua guru mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan sosiolisasi/pelatihan tentang kurikulum 2013. Bahkan seakan
– akan diperoleh kesan bahwa guru yang diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan khusus
tentang Kurikulum 2013 tidak dapat menyampaikan dengan baik kepada teman-teman sejawat
mereka tentang apa itu kurikulum 2013. Bahkan ada guru yang sudah mendapatkan pelatihan
tersebut tidak mengerti betul akan kurikulum 2013 setelah ditanya apa itu kurikulum 2013.
Mulyasa (2013: 15) mengatakan bahwa perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum
2013 itu harus dilakukan karena memandang berbagai macam perubahan yang telah terjadi
dalam kehidupan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan
teknologi.Itu artinya perubahan kurikulum memang harus sudah dilaksanakan saat ini dan
diterima agar bangsa dan Negara kita tidak kelimpungan dalam menghadapi perkembangan
dan tantangan zaman.
Berdasarkan problemetika diatas pada kajian ini akan dibahas mengenai apakah yang
menjadi landasan filosofis kurikulum 2013. Mengapa harus aliran filsafat yang di bahas
karena landasan filosofis adalah titik awal dalam memutuskan suatu kurikulum dan menjadi
basis untuk semua bagian kurikulum (Ella dalam Sudrajat, 2008). Filsafat menjadi kriteria
untuk menentukan tujuan, alat dan hasil dari kurikulum itu serta diharapkan dengan
menjelaskan mengenai apa aliran filsafat kurikulum 2013 dapat nantinya dipahami alasan
mengapa kurikulum 2013 itu harus ada.

4
B. Identifikasi Masalah

Jadi dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya adalah sebagai
berikut.
 Perubahan kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu
luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Kurikulum yang digunakan hanya kurikulum 2013
2. Objek penelitian nya kurikulum 2013 di Sekolah masing-masing dari anggota
kelompok

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya yaitu :


1. Bagaimana proses penerapan kurikulum 2013 di sekolah dari masing-masing
anggota kelompok

E. Tujuan Survey

Adapun tujuan penelitian ini adalah


 Memperoleh gambaran umum tentang kurikulum 2013
 Mengetahui penerapan K13 di sekolah apakah sesuai dengan perkembangan zaman
 Mengetahui cara guru mengaplikasikan K13 tersebut pada siswa.

5
F. Manfaat Survey

 Kita dapat mengetahui seberapa pengaruh kurikulum 2013 ketimbang kurikulum


KTSP

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Berlandasakan Pancasila

Pancasila merupakan sebagai sistem filsafat yang memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat
lain.Secara ontologis, dari kajian Pancasila merupakan sebagai filsafat yang dimaksudkan
sebagai upaya untuk dapat mengetahui pada hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Bahwa pada
hakikatnya dasar ontologis Pancasila ialah manusia, sebab Pancasila merupakan subjek hukum
pokok dari Pancasila itu sendiri. Kemudian pada hakikatnya manusia itu ialah semua
kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk indivindu sekaligus juga sebagai makhluk
sosial.

Dari bidang ilmu epistemologis filsafat Pancasila dalam arti sebagai upaya untuk
mencari kebenaran Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dalam persoalan mendasar
epistemologis dibagi menjadi 3 yaitu :

 Tentang sumber pengetahuan manusia


 Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
 Dan tentang watak pengetahuan manusia

Bahwa tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah diketahui bahwa pancasila
digali dari nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia itu sendiri, serta dirumuskan secara bersama-
sama. Pancasila juga sebagai suatu sistem pengetahuan yang memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya.

7
 Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut dasar antropologis.

 Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Terdapat tiga permasalahan mendasar dalam
epistemologi, yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia.

 Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis nya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat
tergantunng pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan
pengertian nilai dan hirarkinya.

1. Definisi Filsafat Pendidikan Pancasila

Pengertian filsafat menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Yunani yang terkurung dari kata Philein artinya Cinta dan Sophia yaitu
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, yaitu cinta yang memiliki arti yang besar
atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan yaitu Kebenaran sejati
atau kebenaran yang sebenarnya. Filsafat berarti Hasrat atau komitmen yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati.

Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sangsekerta . Menurut Muhammad Yamin, dalam
bahasa Sangsekerta perkataan memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu “ Panca ” artinya
lima dan ” syila ” vokal i pendek artinya bantu sendi, alas, atau dasar, sedangkan “ syila ”
vocal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh.

8
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “
susila ” yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologis kata “
Pancasila ” yang terkait adalah istilah “ Panca Syila ” dengan vokal i pendek yang memiliki
unsur makna ”berbatu sendi lima” atau secara kamus “dasar yang memilki lima unsur”.

Filsafat pendidikan adalah nilai dan key-key filosofis yang menjiwai dan mendasari
dan memberikan identitas suatu sistem pendidikan nilai-nilai itu bersumber pada Pancasila
yang dilaksanakan pada berbagai sistem kehidupan nasional secara keseluruhan. Fungsi
pendidikan adalah membangun potensi Negara, khususnya melestarikan kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang menentukan eksistensi dan martabat bangsa. Pendidikan nasional
harus dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila.Jadi, Filsafat pendidikan Pancasila merupakan
tuntunan nasional, karena cita dan karsa bangsa atau tujuan nasional dan harkat luhur rakyat
tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan jiwa Pancasila, cita dan
karsa ini diusahakan secara melembaga didalam pendidikan nasional sebagai sistem bertumpu
dan dijiwai oleh suatu lembaga, pandangan hidup atau filosofi tertentu. Maka melalui sistem
pendidikan Pancasila akan terjalin cita dan karsa nasional dalam membentuk watak dan
kepribadian dan martabat Pancasila dalam subjek pribadi manusia Indonesia seutuhnya.

Pengertian filsafat Pancasila menurut para ahli

 Filsafat Pancasila versi Abdulgani

Menurut Abdulgani Pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir sebagai collective ideologi
( cita-cita bersama ) dari seluruh bangsa Indonesia.

9
 Filsafat Pancasila versi Soekarno

Filsafat Pancasila oleh Soekarno dikembangkan lagi sejak tahun 1955 hingga berakhirnya
kekuasaannya tahun 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan
akulturasi budaya india ( hindu-budha ), Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ).

Menurut Soekarno ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia ( keadilan sosial ) terinspirasi
dari konsep ratu adil, Soekarno tidak pernah menyinggung atau memprogandakan

( persatuan ).

2. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Pendidikan

Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam praktik


pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari manusia yang
memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia, pendidikan ditekankan pada
penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik, artinya memberikan waktu jam
pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran tertentu. Pendidikan berdasarkan
terminologi merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi. Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Paidos dan Agoo. Paidos artinya budak dan Agoo artinya membimbing.
Pedagogi dapat diartikan sebagai budak yang mengantarkan anak majikan untuk belajar.
(Jumali dkk, 2004) menjelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan
guru, murid, kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara simultan memproses peserta didik
menjadi lebih bertambah pengetahuan, skill, dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan
kalender akademik.
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada Pancasila.
Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan
pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada dua pandangan yang
menurut (Jumali dkk, 2004), perlu dipertimbangkan dalam menentukan landasan filosofis
dalam pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia.

10
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
a. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;
b. Makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya;
c. Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang
pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup, dan segi
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global
yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.

Kedua, Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam pandangan filosofis
pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu berinteraksi dengan
kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan
merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut
daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia,
maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen berpendapat bahwa
filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda dan filsafat
dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu
berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat
umum, meskipun kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan karena filsafat sering diartikan sebagai teori
pendidikan secara umum (Arifin, 1993).
Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila
pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem
pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas
Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem
pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan
filosofi tertentu. Inilah dasar pikiran mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan
tuntutan nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara
Pancasila. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi bangsa,
khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada pada akhirnya
menentukan eksistensi dan martabat bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat
pendidikan pancasila seyogyanya terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya martabat
11
dan kepribadian bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau
spiritual sistem pendidikan nasional, tiada sistem pendidikan nasional tanpa filsafat
pendidikan.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik
yang harus dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan
tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau
menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus
mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri Handayani” artinya bahwa
sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar mandiri.

3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa


Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
mewujudkan semua itu juga perlu yang namanya system pendidikan yang merupakan satu
keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu
dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap
tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang
menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar
pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

12
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan
antara lain sebagai berikut:

 Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Nomor 2 tahun
1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan
bangsa Indonesia.
 Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar
pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
 Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian
pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
 Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang
berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
 Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
 Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003.

13
B. Konsep dan Nilai-nilai Filsafat Pendidikan

Dalam filosofi nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang
mempelajari nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi ini juga
merupakan ilmu pengetahuan yang isyarat hakikat nilai terhadap masalah kefilsafatan, nilai
yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat. Berbicara tentang hubungan
dengan nilai merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari
filsafat atau cabang dari filsafat yang membahas tentang nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu
sendiri yaitu nilai etika, etiket, norma dan nilai estetika yang membutuh pemikiran secara
mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai itu.

Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2, yaitu:

a. Etika dan Pendidikan


Etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah
lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyebutkan dengan moral, berasal
dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai,
pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk
berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan. Jadi, etika
merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia. Cara
memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang
perilaku manusia. Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral.

b. Estetika dan Pendidikan


Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan
atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika, juga biasa disebut dengan filosofi keindahan. Dimana membahas tentang
norma atau nilai indah dan tidak indah. Tantangan dari estetika adalah pengalaman
akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, keindahan

14
bentuk-bentuk keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan
alam dan keindahan seni).

filosofi merupakan nilai dimana filosofi memberikan pemahaman dalam tentang


sesuatu yang dia anggap atau berbahaya bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan antara
nilai dengan filosofi tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah cabang yang membahas nilai
secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh, sistematis sampai pada hakikat nilai itu
sendiri untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan kebenaran.

1. Nilai-Nilai Pendidikan Berdasarkan Pancasila

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah sering kali


melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap kurikulum pendidikan. Sampai saat ini,
tercatat sebanyak 11 kali penggantian kurikulum pendidikan yang pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015. Hal itu terkait, kurikulum
pendidikan haruslah mengikuti perkembangan zaman agar mampu meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Dari sekian banyak pergantian, hal yang menarik adalah pendidikan
pancasila yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga perguruan
tinggi.Wajibnya pembelajaran tentang pancasila menunjukkan bahwa setiap nilai-nilai yang
ada dalam pancasila haruslah diintegrasikan dan dijiwai oleh setiap warga negara Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari terutama pada Pendidikan.

Nilai-nilai pancasila dalam dunia pendidikan sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam pendidikan dunia, khususnya sebagai seorang pendidik, kita harus mempercayai
bahwa kita memiliki tugas yang sangat mulia yaitu mendidik dan mengajarkan apa
yang tidak diketahui siswa kita. Namun, dalam pembelajaran terkadang kita
menemukan siswa yang kurang dalam memahami pemahaman.
Maka, Tindakan yang kita ambil adalah bukan menyerah mengajar apapun yang
menyalahkannya, melainkan kita harus sadar. Sehingga, dalam menjiwai sila pertama

15
pancasila dalam pendidikan, kita harus meyakini bahwa manusia berusaha,
ketentuannya ada pada Tuhan yang menentukan.

2. Kemanusian yang adil dan beradab


Dalam pendidikan, khususnya mencari ilmu, kita dituntut untuk menjadi manusia yang
adil dan beradab. Artinya, dalam menuntut ilmu kita harus mendahulukan adab agar
bisa berhasil. Baik itu adap terhadap ilmu, guru, teman, orang tua, maupun masyarakat.
Hal yang menjadi fenomena saat ini, orang-orang berlomba untuk menuntut ilmu,
sementara mereka meninggalkan adab.

3. Persatuan Indonesia
Dalam sebuah instansi, khususnya dalam menuntut ilmu, sering kita jumpai berbagai
macam orang dengan adat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Juga sering kita
jumpai, dalam sebuah pembelajaran terjadi perbedaan pendapat antara satu dengan
yang lainnya. Pancasila telah mengajarkan kita persatuan Indonesia, yang berarti
perbedaan-perbedaan yang ada bukan menjadi kelemahan kita lantas bercerai berai,
namun sebaliknya yaitu menjadi kekuatan kita untuk bisa bersatu.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan
Sama halnya dengan poin sebelumnya, bahwa segala permasalahan, keputusan,
maupun pendapat yang berbeda diselesaikan secara damai melalui musyawarah untuk
mufakat. Hal ini menunjukkan antara keterkaitan dan ketergantungan antara setiap sila
dalam pancasila. Sehingga dalam menyikapi setiap permasalahan, kita dianjurkan
untuk melihat dari berbagai sudut pandang dari berbagai orang agar mampu
menemukan satu solusi yang disepakati bersama.

16
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya bagi mereka yang berada di atas,
melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia. Berbagai kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah, mulai dari sekolah subsidi, beasiswa, hingga sekolah gratis untuk
memeratakan pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia

2. Pendidikan Karakter berdasarkan Nilai – Nilai Pancasila

Keragaman nilai dalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan karakter. Kita
tidak perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model pendidikan karakter karena basis kekuatan
karakter bangsa telah kita miliki.

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita jadikan acuan pembelajaran
beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya menjadi wacana dan sulit untuk dilaksanakan
dikarenakan berhenti pada tataran wacana kognitif. Hal tersebut mengakibatkan kelemahan
karakter masyarakat. Sekolah seharusnya mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila
pertama menjadi bahan-bahan nilai dalam pendidikan karakter. Misalnya, toleransi,
penghargaan terhadap kepercayaan lain melalui kegiatan-kegiatan permainan yang menarik.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi bagian penting dalam rantai karakter
bangsa. Memberadabkan sesama manusia menjadi modal utama dalam relasi sosial. Salah satu
faktor dalam pendidikan karakter adalah kemampuan untuk memberikan apresiasi kepada
orang lain. Melalui kegiatan praktis misalnya kerapian, kebersihan diri, ketekunan merupakan
proses belajar untuk menjadi beradab. Hal tersebut dapat diajarkan melalui manajemen
konflik. Sebagian orang melihat konflik adalah hal tabu sehingga konflik disingkirkan dari
ranah pembelajaran. Padahal, dalam konflik, kita dapat saling memberadabkan manusia.

17
Konflik tentu bukan berarti anarkis, konflik dapat diajarkan melalui proses debat dan
pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa pendidikan manajemen konflik bertujuan untuk
memberadabkan manusia dengan saling menghargai. Sila Persatuan Indonesia mampu
diuraikan dengan mengenalkan budaya Indonesia secara fisik. Berbagai hasil kebudayaan
nasional sebagai contoh kebijaksanaan lokal adalah pintu masuk bagi pemahaman persatuan.
Karakter persatuan yang mendasar adalah cinta Tanah Air. Proses cinta Tanah Air tentu tidak
perlu lagi dengan cara-cara yang sangat abstrak.

Karakter ini dapat dibangun dengan membangun kreativitas siswa, tentu dengan masih
membawa ciri khas kebudayaan daerah. Kreativitas siswa sangat erat dengan kemampuan
memahami secara kognitif (competence). Dengan bantuan teknologi, kita dapat mengenalkan
keragaman daerah dengan mudah. Bukan hanya itu saja, proses kreativitas juga makin mudah
dengan bantuan teknologi. Karakter cinta Tanah Air dapat sangat terbantu dengan kehadiran
alat modern sehingga dalam mengajar pun kita lebih mudah dan menarik.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /


Perwakilan adalah sila yang saat ini selalu menjadi acuan dalam kehidupan demokrasi di
Indonesia. Satu masalah yang menarik adalah kita memiliki dasar nilai demokratis, namun
tidak dapat dilaksanakan. Nilai demokrasi yang mendasar adalah taat asas, sesuai prosedur dan
menghargai martabat orang lain sesuai hati nurani (conscience).

Inilah yang dapat disampaikan dalam pembelajaran pendidikan karakter siswa. Siswa
dikenalkan dengan prosedur yang benar dan sesuai aturan/asas yang berlaku. Hal ini bukan
untuk mengajak siswa menjadi pribadi yang semata patuh, namun mengajak mereka menjadi
pribadi yang taat. Taat adalah bagian dari disiplin maka cara sila keempat ini dapat diawali
dengan memberikan latihan disiplin diri untuk menghargai proses yang melibatkan orang lain.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan basis kepekaan sosial yang
sangat mendasar. Manusia yang berkarakter salah satu indikasinya adalah mampu berjuang
untuk sesama, bukan untuk dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keadilan sosial, keadilan
sosial tidak perlu lagi dibahas dalam cakupan yang luas dan menerawang, namun dalam
kegiatan sehari-hari siswa. Apakah siswa telah berbela rasa (compassion) kepada siswa lain?
Hal inilah yang dapat diuraikan dalam pembelajaran sehari-hari.

18
Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk meletakkan kembali Pancasila sebagai acuan
dasar dalam membentuk karakter siswa. Terbukti Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai
keutamaan hidup yang mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. Sejahtera berarti bebas
dari tindakan anarkis, lepas dari masalah fundamentalistis agama, radikalisme kesukuan,
dualisme minoritas-mayoritas, dan perekonomian yang stabil dan merata. Satu-satunya jalan
mewujudkan kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter.

Sekali lagi, tentunya, pendidikan karakter tidak dapat direduksi pada tataran angka. Bukan
berarti sulit dilakukan, hanya membutuhkan keberanian pihak sekolah untuk meletakkan
pendidikan karakter pada ranah afeksi siswa. Pemahaman terhadap Pancasila secara utuh tentu
menjadi syarat pokok setiap pendidik.

19
BAB III

METODE SURVEY

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan yaitu penelitian dengan metode google form dan
memberikan beberapa pertanyaan mengenai data yan kami teliti.

B. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah anak SMA di lingkungan tempat tinggal masing-masing dari
kelompok 2.

C. Teknik Pengumpulan Data

Studi dokumentasi Arikunto (2005: 231) dokumentasi merupakan upaya untuk mencari
informasi berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya. Pada proses penulisan ini kami mengumpulkan data dengan hasil dari
google form yang sudah kami buat untuk melakukan penelitian

D. Instrumen Survey
Instrumen survey adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Jadi dalam penelitian
ini instrument yang kami lakukan adalah metode survey atau angket secara online melalui
google form.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey

Gamabaran hasil survey menunjukan bahwa menurut siswa SMA yng ada

dilingkungan tempat tinggal asing masing dari kelompok 2, mereka menganggap bahwa
kurikulum sangat berpengaruh terhadap kegitan belajar dan mengajar di sekolah.

Menurut mereka kurikulum penting, karena kurikulum merupakan program pendidikan yang
diberikan oleh lembaga penyelenggara pendidikan kepada peserta pelajaran. Maka setiap
sekolah harus memiliki program pendidikan supaya peserta didik dapat menjadi pribadi yang
kreatif dan inovatif

B. Pembahasan

Kurikulum 2013 merupakan sebuah penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dirasa masih kurang berperan dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia.

Muslich (2007) menyatakan, dalam KTSP, pemerintah merasa dalam kurikulum KTSP konten
kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak
materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
Sedangkan Hidayat (2013) mengemukakan bahwasanya Kurikulum 2013 merupakan sebuah
kurikulum yang mengedepankan pada sikap dan perilaku peserta didik, pada hakikatnya
kurikulum ini menginginkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia juga pandai dalam
berbuat dan berfikir. Pada dasarnya pendidikan merupakan landasan dalam membangun
sebuah bangsa. Maju dan mundurnya suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan.
Bangsa yang memiliki basis pendidikan yang berkualitas akan mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas pula. Sehingga mampu membawa bangsanya menjadi bangsa

21
yang maju, unggulan bermartabat. Begitu juga sebaliknya suatu bangsa yang mundur dalam
pendidikan, maka tidak akan maju dalam pembangunan. Hingga saat ini indonesia telah
melakukan beberapa kali pergantian kurikulum pembelajaran. Tujuan dari pergantian
kurikulum tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang digadang-gadang akan menjadi kurikulum yang dapat
menjawab tantangan dimasa depan. Zia Ulhaq (2017: 1-2) Pemerintah Indonesia, melalui
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggelar dan menetapkan sejarah sebagai
sebuah mata pelajaran yang penting dalam kurikulum 2013, khususnya bagi pendidikan
tingkat menengah atas (SMA-sederajat). Mata pelajaran Sejarah Indonesia pada tingkat SMA
merupakan sebuah mata pelajaran kelompok wajib A, yang berarti mata pelajaran tersebut
wajib

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter.


Kurikulum 2013 bukan merupakan hal yang baru, tapi kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
merupakan rujukan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jiwa kurikulum 2013 diyakini memiliki
posisi yang kokoh untuk mengantar generasi Indonesia sebagai generasi emas pada tahun 2045
mendatang. Oleh karena itu, kurikulum ini disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang dapat
diharapkan menjadi jawaban atas berbagai tantangan. Pengembangan Kurikulum 2013 juga
menekankan penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan
perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan (Anonim, 2013).
Kelebihan Kurikulum 2013 tahapan-tahapan pendekatan scientific ini tidak hanya ada pada
desain Kurikulumnya tetapi juga sampai di depan, karena dalam RPP sudah dirancang untuk
melaksanakan tahapan-tahapan tersebut.

C. Temuan Hasil Lapangan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan gambaran-gambaran selama


kami menjadi peserta didik, dan setelah dilakukan analisis maka dapat dilihat bahwa
penggunaan kurikulum yang baik sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas proses
belajar disekolah.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntunan nasional, karena cita dan karsa bangsa atau
tujuan nasional dan harkat luhur rakyat tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai
perwujudan jiwa dan jiwa Pancasila, cita dan karsa ini diusahakan secara melembaga didalam
pendidikan nasional sebagai sistem bertumpu dan dijiwai oleh suatu lembaga, pandangan
hidup atau filosofi tertentu. Maka melalui sistem pendidikan Pancasila akan terjalin cita dan
karsa nasional dalam membentuk watak dan kepribadian dan martabat Pancasila dalam subjek
pribadi manusia Indonesia seutuhnya.

Keragaman nilai dalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan karakter. Kita tidak
perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model pendidikan karakter karena basis kekuatan
karakter bangsa telah kita miliki.

B. Saran

Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui pendekatan pembelajaran dan penerapan
kurikulum yang baik lainnya yang dapat digunakan untuk lebih mempermudah pemahaman
pada materi pembelajaran.

23
DAFTAR PUSTAKA

Subagiyo, Lambang. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Jenjang Sd, Smp, Sma

Dan Smk Di Kalimantan Timur Tahun 2013/2014. Vol. 3. No. 4

Agustinova, Danu Eko. 2018. Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada

Sekolah Menengah Atas. Vol 1. No 4

Jumali, dkk, 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

24

Anda mungkin juga menyukai