Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK, STRATEGI PENERAPAN INOVASI PENDIDIKAN dan

MANAJEMEN INOVASI

Dosen Pengampu

Dr. Agus Purwowidodo, M.pd

Disusun Oleh

Kelompok 2

Krisma Regita Purwandari (126212211013)

Khoirun Nisak (126212213046)

SEMESTER III

PROGAM STUDI TADRIS KIMIA 3A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai
“Karakteristik, Strategi Penerapan Inovasi Pendidikan Dan Manajemen Inovasi

Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Inovasi
Pendidikan”. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada Bapak Dr. Agus Purwowidodo, M.pd selaku
dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi buku.

Sebagaimana pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak maka satupun manusia
yang tak luput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang
sebesarnya-besarnya. Kami sangat menyadari apa yang kami susun ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat
memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Tulunggung, 09 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................1

C. Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3

A. Karakteristik Inovasi Pendidikan .......................................................................3

B. Strategi Inovasi Pendidikan .................................................................................4

C. Manajemen Inovasi Pendidikan ..........................................................................9

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................14

A. Kesimpulan ............................................................................................................14

B. Saran ......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan salah satu penentu dalam meningkatkan kemajuan suatu


bangsa. Semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa,
maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Pendidikan
memiliki peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan sumber daya
manusia, suatu bangsa berpengaruh pada produktivitas dan kreativitas masyarakat.
Melalui pendidikan manusia akan menjadi makhluk cerdas yang memiliki keterampilan
dan keahlian, serta mampu menghadapi tantangan, perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Inovasi dalam dunia pendidikan perlu diadakan agar
masyarakat suatu bangsa mampu bersaing dengan bangsa lain dalam era globalisasi.
Pentingnya pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan hanya dibidang teknologi,
melainkan juga di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan, Pembaruan dalam
bidang pendidikan diterapkan dalam berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap
komponen sistem pendidikan. Setiap insan pendidikan perlu memahami dan dapat
menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan pendidikan, baik pada proses
pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal, maupun
pada pengembangan kelembagaan. Hal ini karena kemajuan suatu lembaga pendidikan
sangat berpengaruh pada output¬-nya sehingga mendatangkan pengakuan yang real
dari siswa, orang tua, dan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, untuk dapat melakukan pembaharuan (inovasi)
dalam bidang pendidikan, maka perlunya untuk mengetahui karakteristik, strategi
inovasi serta manejemen inovasi pendidikan. Karakteristik dan strategi inovasi serta
manajemen inovasi pendidikan berperan penting dalam dunia pendidikan yang menjadi
tujuan dari sebuah inovasi dapat terwujud. Dalam dunia pendidikan inovasi adalah hal
yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi maka dunia pendidikan tidak akan
berkembang yang kemudian berpengaruh pada elemen-elemen kehidupan yang lain
seperti politik, ekonomi, social, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik inovasi pendidikan?


2. Bagaimana strategi inovasi pendidikan?

1
3. Bagaimana manajemen inovasi pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik inovasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui strategi inovasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui manajemen inovasi pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Inovasi Pendidikan

Karakteristik inovasi pendidikan bisa dipahami berdasarkan kata karakteristik dan inovasi
pendidikan. Karakteristik adalah ciri kas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki
oleh setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus. Inovasi pendidikan adalah suatu ide,
barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan. Cepat lambatnya
penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri.
Karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi,
sebagai berikut:

1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi


penerimaannya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan,
kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.
2. Kompatibel (compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sessuai dengan nilai dan
norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada.
3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan
inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
4. Trialabilitas (triability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu
inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat dari pada inovasi yang tidak dapat
dicoba lebih dahulu.
5. Dapat diamati (observability), ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu
inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan
sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya akan lama diterima oleh masyarakat.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi
dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai

3
macam atribut. Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan cepat lambatnya proses
penerimaan, maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan zaltman, sebagai
berikut:

1. Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik
pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya.

2. Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang
perusahaan atau industri.

3. Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan
juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.

4. Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang
sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi

5. Mudah dikomunikasikan, Inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan
dan mudah diterima klien.

6. Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuainnya dengan


nilai-nilai (value) warga masyarakat.

7. Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar
dengan cepat

B. Strategi Inovasi Pendidikan

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial
adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang
mudah. Selanjutnya ada Empat Macam Strategi Inovasi

1. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya


untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan
fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan
lancar.
Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksnakan dengan tepat jika diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

4
(1) Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan (klien):
• mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan
(tujuan).
• merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan
• bersedia menerima bantuan dari luar dirinya
• Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki
dirinya

(2) Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program menimbulkan


kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang diperlukan.

(3) Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang rendah terhadap
usaha perubahan sosial.

(4) Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan sosial jika
klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan perubahan sesuai
yang diharapkan.

(5) Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran yang baru dalam
masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan penggunaan
sumber atau fasilitas yang diperlukan.

Demikian pula seandainya dalam pembaharuan kurikulum tersebut disediakan berbagai


macam fasilitas media instruksional dengan maksud agar pelaksanaan kurikulum baru dengan
pendekatan keterampilan proses dapat lancar, tetapi ternyata para guru sebagai sasaran
perubahan belum memiliki kemampuan untuk menggunakan media, maka perlu diusahakan
adanya kemampuan atau peranan yang baru yaitu sebagai pengelola atau sebagai pemakai
media institusional. Apalagi jika fasilitas disediakan sedangkan sebagian besar sasaran
perubahan menolak adanya pembaharuan, maka jelas bahwa fasilitas itu akan sia-sia.

2. Strategi Pendidikan
Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-
education). Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial.
Dengan menggunakan strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial dengan
cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau informasi itu
untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dengan dasar pemikiran bahwa manusia

5
akan mampu untuk membedakan fakta serta memilihnya guna mengatur tingkah lakunya
apabila fakta itu ditunjukkan kepadanya. Zaltman menggunakan istilah ”re-education” dengan
alasan bahwa dengan strategi ini mungkin seseorang harus belajar lagi tentang sesuatu yang
dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap
yang baru. Dengan menggunakan strategi pendidikan berarti tidak menutup kemungkinan
untuk digunakannya strategi yang lain sesuai dengan keperluan.

Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif, perlu


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai
berikut:

• apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat
(tidak ingin segera cepat berubah)
• apabila sasaran perubahan (klien) belum memeiliki keterampilan atau pengetahuan
tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan sosial.
• apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien terhadap
perubahan yang diharapkan.
• apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang
sudah ada ke tingkah laku yang baru.
• apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan dimengerti
atasa dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan adanya kontrol dari klien.

(2) Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:

• digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan


sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang akan
dicapai.
• disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya: sumbangan dana,
donatur, serta berbagai penunjang yang lain.
• digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan
sebelumnya.
• digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala dan masalah,
menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah yang dihadapi dapat
dipecahkan dengan adanya perubahan.

6
(3) Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:

• tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan


• digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.

3. Strategi Bujukan

Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya untuk


mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran perubahan
(klien), mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk
mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak untuk
mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil berdasarkan alasan yang
rasional, pemberian fakta yang akurat, tetapi mungkin juga justru dengan fakta yang salah sama
sekali (rayuan gombal).

Untuk berhasilnya penggunaan strategi bujukan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut:

(1) Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan):

• tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial


• berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak pperubahan sosial.
• diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu kegiatan atau
program ke kegiatan atau program yang lain

(2) Strategi bujukan tepat digunakan jika:

• masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masalah kurang fektif.
• pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung terhadap
klien.
• sebenarnya perubahan sosial sangat bermanfaat tetapi menganggap mengandung suatu
resiko yang dapat menimbulkan perpecahan.
• perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan tidak dapat diamati
kemanfaatannya secara langsung.

7
• Dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat awal
diperkenalkannya perubahan sosial yang diharapkan.

4. Strategi Paksaan
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya
dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang
dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan.
Kekuatan paksaan juga dipengaruhi berbagai faktor antara lain: ketatnya pengawasan yang
dilakukan pelaksana perubahan terhadap klien. Tersedianya berbagai alternatif untuk mencapai
tujuan perubahan, dan juga tergantung tersedianya dana (biaya) untuk menunjang pelaksanaan
program, misalnya untuk memberi hadiah kepada klien yang berhasil, atau menghukum yang
tidak mau dipaksa.

Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

• strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses perubahan
sosial rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.
• strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu untuk berubah
atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial.
• strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sarana penunjang untuk
mengusahakan perubahan dan pelaksana perubahan juga tidak mampu mengadakannya.
• strategi paksaan tepat digunakan jika perubahan sosial yang dharapkan harus terwujud
dalam waktu yang singkat. Artinya tujuan perubahan harus segera tercapai.
• strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha penolakan terhadap
perubahn sosial atau untuk cepat mengadakan perubahan sosial sebelum usaha
penolakan terhadapnya bergerak.
• strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima perubahan sosial
artinya sukar dipengaruhi
• strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan percobaan perubahan
sosial yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering
juga dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan dengan tahap
pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya proses
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial.

8
C. Manajemen Inovasi Pendidikan

Manajemen adalah serangkai kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,


menggerakkan, mengendalikan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Dalam perspektif persekolahan agar tujuan pendidikan disekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, proses manejemen pendidikan memiliki peranan yang vital.
Hal ini karena sekolah merupakan suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagai
komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
didukung manajemen yang baik akan menghasilkan buruknya laju organisasi yang tidak akan
mampu mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan disekolah
harus memliki perancaan yang jelas dan realistis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personal sekolah untuk selalu dapat meningkatkan
kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

Dengan demikian, manajemen inovasi pendidikan adalah serangkaian kegiatan


merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan (mengawasi dan menilai)
segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia dan nonmanusia
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen inovasi pendidikan dalam pembagian fungsi terdapat 5 fungsi diantaranya yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses untuk mempersiapkan seperangkat keputusan tentang
kegiatan pada masa yang akan datang dengan diarahkan pada pencapaian tujuan melalui
penggunaan sarana yang tersedia. Secara umum perencanaan meliputi 3 jenis yaitu :
• Perencanaa Alokatif (inovatif planning)
Perencanaan ini ditandai oleh upaya penyebaran atau pembagian (alokasi) sumber-
sumber yang jumlahnya terbatas pada kegiatan-kegiatan dan pihak-pihak yang akan
menggunakan sumber-sumber tersebut yang jumlahnya lebih banyak.
• Perencanaan Inovatif (innovatif planning)
Merupakan proses penyusunan rencana yang menitikberatkan perubahan fungsi dan
wawasan kelembagaan untuk memecahkan masalah yang timbul pada masyarakat.
• Perencanaan Strategi

9
Merupakan bagian dari manajemen strategi. Fungsi manajemen strategis adalah
untuk mendayagunakan berbagai peluang baru yang mungkin akan terjadi pada
masa yang akan datang.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan merancang dan menetapkan komponen
pelaksanaa proses kegiatan yang terdiri atas tenaga manusia, fungsi, fasilitas.
Adapun pengorganisasian inovasi pendidikan adalah usaha untuk
mengintegrasikan sumber-sumber manusiawi dan non- manusiawi yang diperlukan dalam
satu kesatuan untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Penggerakan (Motivating)
Penggerakan atau motivating menurut Siagian (1982: 128), adalah keseluruhan
proses pemberian motivasi untuk bekerja kepada bawahan sedemikian rupa, sehingga mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Hersey dan Blanchard (1982) mendefinisikan penggerakan sebagai kegiatan untuk
menumbuhkan situasi yang secara langsung dapat mengarahkan dorongan-dorongan yang
ada dalam diri seseorang pada kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivating dalam dunia
pendidikan, yaitu pemberian motivasi dari kepala sekolah kepada guru-guru atau siswa agar
melaksanakan program belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan bersumber pada dua hal,
yaitu kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respons terhadap
tantangan kebutuhan masyarakat dan adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga
pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga
pendidikan dengan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling memengaruhi.

4. Penilaian (Evaluation)

Paul (1976: 17) mendefinisikan, “evaluation is the systematic process


of judging the worth, desirability, effectiveness, or adequacy of something according to
definitive criteria and purposes.” Dalam pengertian ini dikemukakan bahwa penilaian
adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan
sesuatu sesuai dengan efektivitas dan tujuan yang telah ditetapkan.
Worthen dan Sanders (1973: 20) memberi definisi, “Evaluation
as procces of identifying and collecting information to assist decision makers in closing
among available decision alternatives”. Pengertian ini menjelaskan bahwa penilaian

10
merupakan proses mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi untuk membantu para
pengambil keputusan dalam memilih alternatif keputusan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (1978: 270), penilaian terhadap program
mempunyai tujuan, yaitu:
a. memberi masukan untuk perencanaan program;
b. memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan, perluasan, dan penghentian
(sertifikasi) program;
c. memberi masukan untuk keputusan tentang modifikasi program; d. memperoleh
informasi tentang pendukung dan penghambat,pelaksanaan program;
e. memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian.
Metode yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian terhadap inovasi pendidikan,
menurut Sudjana (2000: 285-310) adalah sebagai berikut :
a. Metode eksperimen sungguhan dan eksperimen semu, digunakan apabila penilai ingin
mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang efektivitas suatu program atau komponen
dan mengharapkan temuannya dapat memberikan kontribusi mendasar bagi ilmu
pengetahuan.
b. Metode korelasi, digunakan dalam beberapa situasi yang bermanfaat untuk menjawab
beberapa pertanyaan mengenai dua variabel atau lebih, misalnya korelasi antara
pembiayaan dengan efektivitas program.
c. Survey, digunakan untuk menjajagi, mengumpulkan, menggambarkan, menerangkan
sasaran atau objek program yang dievaluasi. Metode ini tidak mengharuskan untuk selalu
mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, mentes hipotesis, membuat prediksi atau
mencari makna dan implikasi.
d. Asesmen, biasanya dilakukan melalui pola eksperimen sungguhan atau eksperimen semu
yang bertujuan untuk menghimpun inforasi tentang kompetensi pelaksanaan dan
karakteristik program inovasi pendidikan yang perlu berubah/ tidak sejalan dengan
pencapaian tujuan program.
e. Keputusan ahli secara sistematis, yang diperlukan apabila kegiatan evaluasi mencakup
berbagai aspek/komponen program yang kondisinya bervariasi. Cara ini terutama
dilakukan jika suatu program dilakukan dan dibiayai oleh lembaga tertentu.
f. Studi kasus sebagai analisis dan deskripsi secara mendalam serta terperinci tentang
lembaga pelaksana inovasi pendidikan atau fenomena di dalamnya. Studi kasus digunakan
dalam situasi tertentu, terutama tatkala fenomena yang akan dievaluasi bersifat global.

11
Misalnya, dalam penilaian efektivitas lembaga, tugas para penilai melakukan asesmen
tentang efektivitas keorganisasian lembaga tersebut.
g. Pengamatan (kesaksian), yang merupakan induk dari berbagai perencanaan dan evaluasi
setiap program, bukan merupakan metode penilaian yang jitu, melainkan hanya sebagai
metode yang mendekati ketepatan penilaian.

5. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (controlling) menurut Longenecher (1973: 513) adalah kegiatan yang


berkaitan dengan kegiatan penilikan yang sedang berlangsung, peraturan-peraturan yang
sedang dan harus dilaksanakan oleh setiap orang yang terlibat dalam organisasi, kelemahan
pelaksanaan, dan cara-cara yang digunakan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1985: 29) menegaskan bahwa pengawasan adalah upaya
memperbaiki kegiatan untuk memelihara agar pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai
sesuai dengan rencana.

Pengawasan dilakukan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang


dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Selain itu, pengawasan dimaksudkan untuk
memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan
sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dapat dicapai seefektif dan seefisien
mungkin. Tanpa pengawasan yang teratur, pengelola tidak akan dapat mengetahui dengan pasti
tentang daya guna dan hasil guna suatu kegiatan dalam mengimplementasikan rencana
(Sudjana, 2000: 230- 231). Longenecher menambahkan bahwa penggunaan fungsi pengawasan
adalah mengetahui pencapaian tujuan, membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan, dan memperbaiki program (1973: 514).

proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

(a) penetapan standar pelaksanaan

(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

(c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

(d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisisan penyimpangan

(e) pengambilan tindakan koreksi apabila diperlukan.

12
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling berkaitan antara satu
dengan lainnya, sehingga menghasilkan proses manajemen. Dengan demikian, proses
manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karakteristik adalah ciri kas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki oleh
setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus. Karakteristik inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi Keuntungan relatif, Kompatibel
(compatibility), Kompleksitas (complexity), Trialabilitas (triability), dan Dapat diamati
(observability). Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan cepat lambatnya proses
penerimaan, maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan zaltman, sebagai
berikut :1. Pembiayaan (cost), 2. Balik modal (returns to investment), 3. Efisiensi, 4. Resiko
dari ketidakpastian 5. Mudah dikomunikasikan, 6. Kompatibilitas, . 7. Kompleksitas,
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan
sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan
yang mudah. Selanjutnya ada Empat Macam Strategi Inovasi Strategi Fasilitatif, Strategi
Pendidikan, Strategi Bujukan, dan Strategi Paksaan
Manajemen inovasi pendidikan adalah serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan (mengawasi dan menilai) segala upaya
dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia dan nonmanusia secara efisien
dan efektif untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan yang telah ditetapkan. Manajemen
inovasi pendidikan dalam pembagian fungsi terdapat 5 fungsi diantaranya yaitu:
1. Perencanaan (Planning), 2 Pengorganisasian (Organizing) 3. Penggerakan (Motivating), 4.
Penilaian (Evaluation) dan 5. Pengawasan (Controlling)
Fungsi-fungsi manajemen berjalan saling berinteraksi dan saling berkaitan antara satu dengan
lainnya, sehingga menghasilkan proses manajemen.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber da n kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
About the Journal. Uny.ac.id. Published 2022. Accessed September 14, 2022.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jipi/about

Arikunto, S., & Yuliana, L. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media
Yogyakarta

Kristiawan M, Parlian RB, Johari I. The Effect of Time Token Technique towards
Students’ Speaking Skill at Science Class of Senior High School 1 Pariaman. Al-Ta lim
Journal. 2016;23(1):22-28. doi:10.15548/jt.v23i1.159
Masruroh, Ninik. Manajemen Inovasi Pembalejaran. Jakarta : Mitra Wacana Media 2014

15

Anda mungkin juga menyukai