Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

"HAMBATAN - HAMBATAN DALAM DIFUSI INOVASI"

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. WUNI PARADISI ( 2022018 )

2. RETTY ANDRIANI ( 2022019 )

3. FANY AFRILIA ( 2122003 )

4. REPIDO JANIKO ( 2122027 )

MATA KULIAH :

INOVASI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU: DR. YAMANTO ISA S,Ag. M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BATURAJA

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Inovasi Pendidikan, dengan judul:
"HAMBATAN HAMBATAN DALAM DIFUSI INOVASI ".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
Teman- temen maupun dosen. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membacanya

Baturaja, 10 November 2022

KELOMPOK 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3

BAB l PENDAHULUAN

a) Latar belakang .........................................................................................................4

b) Rumusan Masalah ...................................................................................................5

c) Tujuan Masalah .......................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN

 Hambatan - Hambatan dalam difusi inovasi ..........................................................6

BAB 3 PENUTUP

a) Kesimpulan ............................................................................................................12

b) Saran ......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional yang telah dibangun selama ini, ternyata belum mampu
sepenuhnya menjawab kebutuhan nasional dan tantangan dunia global saat ini.
Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini merupakan
fokus pembinaan masih menjadi masalah paling menonjol dalam dunia pendidikan kita.

Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, setiap bangsa memerlukan inovasi yang


cerdas dalam dunia pendidikan, sedangkan untuk menjadi bangsa yang berharkat mulia
sebuah bangsa harus memerlukan keunggulan komparatif dan kompetitif. Jika bangsa
Indonesia ingin menghasilkan berbagai keunggulan kompetitif dari outcome pendidikan,
maka terobosan yang cerdas harus menjadi prioritas penting dalam pengembangan
system pendidikan.

Inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery.


Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia.
Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan
jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim
(1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide,
barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang
atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau
discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah
((Subandiyah 1992:80)

Tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan
lulusan yang tidak mandiri dan selalu tergantung pada pihak yang lain. Dalam perspektif
global hasil pendidikan yang demikian justru akan menjadi beban bagi bangsa dan
Negara, sekaligus bagi masyarakat.

Dengan melihat tantangan dan problematika pendidikan nasional yang begitu kompleks
maka perlu dicari solusi praktis agar bangsa ini mampu menghadapi fenomena ini
secara efektif adalah dengan mengubah paradigma yang selama ini kita gunakan
terutama terkait dengan hakekat pendidikan. Jika cara pandang pemerintah terhadap
pendidikan tidak berubah, maka system dan praktis pendidikan tidak akan mampu

4
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan bahkan pendidikan tidak akan mampu
memberdayakan masyarakat secara luas bersamaan dengan perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Satu hal lagi yang harus diingat, pendidikan di era global ini
sangat penting perannya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi ini semua menyebabkan pendidikan nasional hanya mampu menghasilkan


orang-orang yang tidak mandiri, tidak kreatif, tidak memiliki self awares, tidak mampu
berkomunikasi secara baik dengan lingkungan fisik, sosial dan kultural dalam
komunitas kehidupannya.

B. Rumusan Masalah

 Apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi?

C. Tujuan Masalah

 Mengetahui apa saja hambatan-hambatan dalam difusi inovasi.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

 HAMBATAN - HAMBATAN DALAM DIFUSI INOVASI

Dalam implementasi difusi inovasi dalam organisasi terkadang sering mendapati


beberapa hambatan yang berkaitan dengan difusi inovasi. Pengalaman menunjukkan
bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam mekanisme
penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Jika terdapat pihak yang berupaya
mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan sering ditemui. Orang-
orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem organisasi akan tidak menyukai,
melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan sabotase atau mencoba mencegah
upaya untuk mengubah praktek yang berlaku.

Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara tersembunyi
dan pasif. Alasan mengapa ada yang ingin menolak perubahan walaupun kenyataannya
praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga dibutuhkan sebuah
inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap Banyak upaya telah
dilakukan untuk perubahan. Banyak menggambarkan, mengkategorisasikan dan
menjelaskan fenomena penolakan ini.

Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan suatu inovasi


pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:

1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi

Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi


merupakan faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaaan
program inovasi. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya perencanaan atau
estimasi (under estimating) dalam inovasi yaitu tidak tepatnya pertimbangan tentang
implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana inovasi,
dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang
adanya kerjasama yang baik.

Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu tidak
adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak jelas
struktur pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan
pimpinan politik. perlu sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak peraturan
dan undang-undang yang harus diikuti, keputusn formal untuk memulai kegiatan inovasi

6
terlambat, tidak tepatnya perimbangan untuk menghadapi masalah penerapan inovasi,
tekanan dari pimpinan politik (penguasa pemerintahan) untuk mempercepat hasil
inovasi dalam waktu yang singkat.

2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat

Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan


anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap
pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.

Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya
pertentangan antar anggota team, antara beberapa anggota kurang adanya saling
pengertian serta saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang yang memiliki
peranan penting dalam proyek justru tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja,
beberapa orang penting dalam proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang
proyek, bantuan teknik dari luar tidak tepat, orang yang memegang jabatan penting
dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk menerima inovasi, kurang adanya hadiah
atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima dan menerapkan inovasi.

3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya


inovasi yang dihasilkan.

Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya
penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing. tidak
mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang,
kurang sarana komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan.

Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi adalah
lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu,
perencanaan dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak dipertimbangkan adanya
inflasi (underestimate), sistem pendidikan kolonial yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, orang yang sudah dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan
sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi, peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya
jarak antar tempat satu dengan yang lain, tenaga pelaksana kurang mampu menangani
proyeksesuai dengan yang direncanakan, terlalu cepat terjadi perubahan penempatan
orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu kontinuitas.

7
4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi

Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang menghalangi
berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3), walaupun keduanya
merupakan faktor yang serius menghambat jalannya proses inovasi.

Adapun item yang termasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya bantuan
finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi
ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak
pada bidang lain daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana,
terjadi inflasi. Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya
peraturan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat
(daerah) memiliki dana sendiri (swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka
pemerintah tidak membantu. Dapat juga masyarakat tidak mau mengusahakan dana
karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa berat dan frustasi. Oleh karena
itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan suatu inovasi pendidikan di daerah tersebut.

5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi Faktor ke-lima ini berbeda
dengan faktor yang lain dan memang merupakan penolakan dari kelompok inovasi
penentu atau kelompok clit dalam suatu sistem sosial. Penolakan inovasi ini berbeda
dengan keberatan inovasi karena kurang dana atau masalah personalia dan sebagainya.
Jadi penolakan ini memang ada kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
Adapun item yang termasuk dalam faktor ke- lima ini adalah: kelompok elit yang
memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan
suasana pendidikan terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi
dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarakat yang
penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan terhadap inovasi karena
sebab kepentingan kelompok.

6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi

Faktor terakhir yang juga paling lemah pengaruhnya terhadap hambatan inovasi adalah
faktor yang terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan hubungan dengan orang
di luar team.

Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah: ada masalah dalam hubungan sosial
antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidak harmoniasan dan terjadi
hubungan yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya
suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.

8
Pada umumnya, faktor penghambat inovasi yang sering muncul di lapangan adalah
berupa penolakan atau resistance dari calon adopter, misalnya penolakan para guru
tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajar- mengajar, maka perlu kiranya
masalah tersebut dibahas.

Menurut definisi dalam kamus John Echol dan "Cambridge International English
Dictionary of English" bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau
seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima perubahan
tersebut.

Dalam konteks difusi inovasi dalam organisasi terdapat beberapa hambatan yaitu:

1. Hambatan psikologis

Hambatan ini ditemukan apabila kondisi psikologis individu dalam organisasi menjadi
faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci
untuk memahami apa yang terjadi apabila individu dan sistem melakukan penolakan
terhadap suatu upaya perubahan.

Jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu dimensi
kepercayaan, keamanan, dan kenyamanan versus ketidakpercayaan, ketidakamanan,
dan ketidaknyamanan. Faktor-faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat penting.
Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi
baru adalah rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak
mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah yang terdapat dalam organisasi.

Di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada individu yang
pengalaman masa lalunya tidak positif akan mempengaruhi kemampuan dan
keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam pekerjaannya. Jika sebuah inovasi
berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau
kemandirian masing-masing bagian), maka pemimpin itu biasanya akan memandang
perubahan itu sebagai negatif dan mengancam. Perubahan itu dirasakannya sebagai
kemerosotan, bukan perbaikan.

2. Hambatan praktis

Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Faktor-faktor
tersebut adalah waktu, sumber daya dan sistem. Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor
yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau memperlambat perubahan dalam
organisasi dan sistem sosial. Program pusat pelatihan sangat menekankan aspek-
aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian

9
praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh
karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan
hal-hal yang bersifat praktis Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin
mudah individu dalam organisasi meminta penjelasan tentang penolakan praktis. Di
pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya itu telah
dialami oleh banyak individu dalam kegiatan sehari-hari, yang menghambat
perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak praktek. Tidak cukupnya sumber daya
ekonomi, teknis dan material sering disebutkan.

Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan.


Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengalokasikan banyak waktu apabila membuat perencanaan inovasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin tidak dapat
diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan terjadi.

Masalah pada bidang keahlian dan sumber daya. ekonomi sebagai contoh tentang
hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan
dan jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu
yang sangat berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika
ada perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru.

Dalam kasus seperti di atas, tambahan sumber daya dalam bentuk keahlian dan
keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat dibutuhkan,
khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin
terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks
dan lain-lain diperlukan selama fase awal.

Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak disediakan dari
anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan selama fase
penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa
dana saja tidak cukup untuk melakukan perbaikan dalam praktek di organisasi.

Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan individu dalam organisasi
yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya.
Dengan kata lain, jarang sekali dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis
sumber lainnya, melainkan memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa
kurangnya sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan.

10
3. Hambatan Nilai

Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras dengan
nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut organisasi tertentu, tetapi
mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah organisasi lain. Jika
inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian individu dalam organisasi, maka
bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi-pun akan muncul.

Berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat
yang berbeda, dalam banyak kasus itu tergantung pada definisi yang digunakan. Banyak
inovator telah mengalami konflik yang jelas dengan orang lain, tetapi setelah
dieksplorasi lebih jauh, ternyata ditemukan adanya kesepakatan dan aliansi dapat
dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa sering kali orang
dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-kadang hal ini terjadi
tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian kesepakatan atau ketidaksepakatan di
permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti
sangat penting bagi implementasi inovasi.

11
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor penghambat inovasi yang disebutkan pada bab II, bisa disimpulkan bahwa faktor
utama hambatan inovasi adalah kelemahan dalam bidang perencanaan (faktor
pertama), sedangkan faktor kedua (masalah personal dan motivasi) merupakan akibat
atau rangkaian dari faktor pertama. Dengan adanya perencanaan dan pengorganisasian
yang kurang baik maka dapat menyebabkan kemungkinan timbulnya pertentangn antar
pribadi dan melemahkan motivasi.

Adapun faktor ketiga (macetnya inovasi) dapat disebabkan dari kondisi yang memang
kenyataan adanya seperti itu, sehingga dapat menimbulkan frustasi. Walaupun
kemacetan inovasi itu juga dapat disebabkan karena tidak mengetahui sumber
penunjang yang ada di sekitar, atau karena proyeknya terlalu ideal sehingga sukar untuk
mencapainya.

Faktor ke-empat yang berkaitan dengan dana. Tanpa adanya dana jelas inovasi tidak
akan berjalan. Dengan ketepatan pengaturan dana, sebenarnya dapat menunjang
kelancaran program inovasi. Faktor ke-lima khusus mengenai adanya kelompok
penentu yang menolak adanya inovasi. Berdasarkan data itu, ada kecenderungan dalam
masyarakat, justru kelompok elit yang berwenang atau mempunyai pengaruh yang
menolak inovasi.

Ke-enam ialah kurang adanya hubungan sosial yang baik antar anggota team pelaksana
proyek difusi inovasi. Adanya hubungan sosial atau interpersonal yang kurang baik
antar anggota team dapat disebakan karena faktor 1 (perencanaan) yang kacau atau
karena faktor kedua (kurang tepatnya menempatkan atau memilih anggota team).

Berdasarkan data adanya faktor penghambat dalam inovasi, dapat kita gunakan untuk
menganalisis pelaksanaan inovasi pendidikan di Indonesia, apakah pelaksanaan inovasi
pendidikan lancar, mengapa jika seandainya tidak lancar, dan apa yang harus dilakukan
untuk mengatasainya. Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak
bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya,
seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu,
keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja,
tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas.

12
B. SARAN

Hambatan yang mendasar dalam program inovasi pendidikan adalah terletak pada
manusianya. Dan manusia yang paling menjadi perhatian adalah guru. Karena gurulah
yang berdiri paling depan dalam mengkonstruksi kualitas sumber daya manusia. Maka
dari itu perhatian pemerintah terhadap guru sangat diharapkan.

Hambatan-hambatan yang ada sedikit demi sedikit terus dikurangi. sehingga program
inovasi akan terus berkembang dan akan mendapatkan hasil yang optimal. Sehingga
outcome dari proses pendidikan akan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif dalam menghadapi era globalisasi.

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Apabila ada saran dan kritik mohon disampaikan kepada kami, karna kami hanyalah
hamba Allah yang tak luput dari kesalahan. Dan demi perbaikan penulisan makalah
selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi dan Amiruddin. 2017. INOVASI PENDIDIKAN: Melejitkan Potensi


Teknologi dan Inovasi Pendidikan. Medan : CV. Widya Puspita.

Kristiawan Muhammad, Dkk. 2018. INOVASI PENDIDIKAN . Jawa timur : WADE GRUP
National Publishing.

Sa’ud, Syaefudin Udin, Ph.D. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai