Anda di halaman 1dari 8

Nama : ANANDA DIMAS SATRIO

NIM : 160231100112

REVIEW JURNAL

Disini saya akan mereview 5 jurnal untuk memenuhi tugas ekonomi moneter

Jurnal 1

Judul : STABILITAS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA: SEBELUM DAN


SESUDAH PERUBAHAN SISTEM NILAI TUKAR

Penulis : Sahabudin Sidiq

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas permintaan uang di Indonesia


sebelum dan sesudah perubahan sistem nilai tukar, dari nilai tukar mengambang yang
dikelola menjadi nilai tukar mengambang bebas pada pertengahan tahun 1997. Dan juga
untuk menganalisis peran nilai tukar tentang permintaan uang di Indonesia.
Penelitian ini memiliki beberapa landasan teori, yaitu :
1. Teori permintaan Uang Klasik
Pandangan klasik mengenai faktor yang menentukan permintaan uang dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori kuantitas (quantity theory) dan teori sisa tunai
(cash-balance theory). Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas
uang sebagai berikut (Sukirno, 1955, hlm. 77):
MV = PT
Di mana M adalah penawaran uang, V adalah perputaran uang, P adalah tingkat harga
dan T adalah volume barang yang diperdagangkan dalam suatu tahun tertentu.
Pandangan klasik yang kedua adalah teori cash-balance theory yang dikembangkan
oleh A. Marshall dan A.C Pigou. dari Cambridge University. Teori ini pada dasarnya
sama dengan teori kuantitas uang, tetapi cara pendekatannya sangat berbeda. Dalam
teori ini tidak menekankan pada hubungan antara penawaran uang dan tingkat harga.
Akan tetapi yang ditekankan adalah mengenai tujuan masyarakat dalam permintaan
uang dan bagaimana faktor ini menentukan jumlah uang yang diperlukan masyarakat.
Dengan notasi yang sama formulasi Marshall sebagai berikut:
M = k PT = kY
dimana: k = 1/V
Secara matematis formulasi Marshall sama dengan formulasi Irving Fisher, namun
implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu/masyarakat selalu
menginginkan sebagian tertentu dari pendapatannya (Y) dalam bentuk uang tunai (k).
Sehingga kY merupakan keinginan individu/ masyarakat terhadap uang tunai.
2. Teori Permintaan Keynes
Teori permintaan uang dari Keynes merupakan bagian dari teori makro yang di
tuangkan dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money
(Budiono, 1985, hal 27). Pada teori ini Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda
dengan teori permintaan uang tradisi klasik. Perbedaan tersebut terletak pada
penekanan oleh Keynes pada fungsi uang yang lain yaitu sebagai penyimpan
kekayaan (store of value) dan bukan hanya sebagai alat transaksi saja (means of
Exchange) saja. Didalam teorinya Keynes membagi permintaan uang atas tiga motif
yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi.
3. Teori Permintaan Uang Friedman
Menurut pandangan Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor-faktor
berikut: tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga ‘equities’, modal fisik dan
kekayaan (Sukirno, 2000, hal. 418).

Dalam tulisan ini akan melihat aplikasi Model Koreksi Kesalahan (ECM) pada
permintaan uang di Indonesia dengan pengaruh masing-masing varibel penjelasnya dan untuk
melihat stabilitas parameter fungsi permintaan uang sebelum dan sesudah perubahan sistem
nilai tukar, diuji dengan ChowTest.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pengujian untuk mencari
stabilitas permintaan uang di indonesia sebelum dan sesudah perubahan sistem nilai tukar,
diantaranya yaitu :

1. Pengujian Unit Root


Pengujian terhadap stasioneritas data pada penelitian ini menggunakan Uji akar
Unit Dickey-Fuller Test.
2. Pengujian Derajat Integrasi
Uji derajat integrasi yang merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit apabila
data (variabel) belum stasioner seluruhnya pada derajat 0 (nol). Pengujian ini
dilakukan dengan menurunkan varibel sebanyak satu kali. Seperti halnya pada uji
akar-akar unit, pengujian ini juga menggunakan Dickey Fuller Test.
3. Pengujian Asumsi Klasik

Kemudian kita akan masuk kedalam hasil dan pembahasan.

1. Dalam analisa jangka pendek menunjukkan bahwa variabel GDP berpengaruh


signifikan dan positif terhadap permintaan uang riil baik untuk M1dan M2. Variabel
nilai tukar juga secara statistik berpengaruh signifikan positif terhadap permintaan
uang riil baik untuk M1 dan M2. Artinya bila nilai rupiah terdepresiasi terhadap dolar
US akan meningkatkan permintaan uang riil di Indonesia. Hal ini terjadi karena
masyarakat banyak membutuhkan lebih banyak uang untuk transaksi akibat kenaikan
hargaharga barang dan jasa akibat depresiasi rupiah. Dan persentase kenaikan
permintaan uang nominal lebih besar dari persentase kenaikan harga sehingga
permintaan uang riil akan meningkat.
2. Dalam jangka panjang variabel nilai kurs mempunyai hubungan yang signifikan
negatif terhadap permintaan uang riil baik untuk M1 dan M2 dan variabel tingkat
bunga dalam negeri (suku bunga deposito) singnifikan positif hanya untuk M2.
Kondisi ini kemungkinan terjadi karena, data tingkat bunga yang dipakai adalah data
deposito berjangka 3 bulanan, bukan tingkat bunga domestik. Dan bila dilihat dari
nilai koefisiennya relatif sangat kecil, sehingga responnya juga relatif kecil.
3. Pengaruh nilai tukar sangat siginifikan terhadap permintaan uang riil di Indonesia, ini
dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi
perekonomian dunia, oleh karena itu perlunya pemerintah menjaga stabilitas nilai
tukar. Dalam sistem nilai tukar yang mengambang bebas ini, dimana campur tangan
pemerintah (inteverensi) relatif kecil. Maka hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah
adalah menjaga agar pasar valuta asing lebih efisien.
4. Untuk M1 tidak terjadi perubahan stabilitas parameter baik sebelum dan sesudah
perubahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali menjadi
sistem nilai tukar mengambang bebas. Sedangkan untuk M2 terjadi perubahan
stabililtas parameter setelah terjadi perubahan sistem nilai kurs .Hal ini dikarenakan
difinisi uang M2 lebih luas dibanding dengan M1. Banyak faktor-faktor eksternal
(seperti fluktuasi perekonomian dunia) yang mempegaruhi M2, sehingga otoritas
moneter lebih sulit dalam mengendalikannya.
Jurnal 2
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG
DI INDONESIA TAHUN 1999 : Q1 - 2010 : Q4 DENGAN PENDEKATAN ERROR
CORECTION MODELS (ECM)
Penulis : Inung Oni Setiadi
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
uang di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini menggunakan
data runtut waktu atau time series periode 1999 : Q1- 2010 : Q4. Data yang digunakan adalah
data kuartalan. Model analisis yang digunakan adalah alat analisis ekonometrika model
koreksi kesalahan (Error Correction Model/ECM). Model ini dapat menjelaskan perilaku
jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia tahun 1999 : Q1 – 2010 : Q4
dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia Suku bunga dalam jangka pendek
mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan sedangkan dalam jangka panjang
mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia Produk
Domestik Bruto (PDB) dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang positif dan tidak
signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia sedangkan dalam jangka panjang PDB
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti pada penelitian ini, Pemerintah perlu
meningkatkan Produk Domestik Bruto. Dengan meningkatnya PDB, jumlah uang beredar
dalam masyarakat akan melimpah. Melimpahnya jumlah uang beredar mengindikasikan
kesejahteraan masyarakat meningkat. Dengan kesejahteraan meningkat maka tabungan dan
investasi juga akan meningkat sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Namun pemerintah juga harus memperhatikan sisi negatif dari
melimpahnya jumlah uang beredar yaitu terjadinya inflasi. Bank Indonesia hendaknya
menjaga inflasi tetap rendah. Hal ini dimaksudkan agar BI rate dapat ditetapkan pada level
yang rendah pula sehingga suku bunga kredit akan rendah dan mampu meningkatkan volume
investasi yang mampu menggerakkan sektor riil.
Jurnal 3
Judul : PERILAKU PERMINTAAN UANG DALAM SISTEM MONETER GANDA DI
INDONESIA
Penulis : Ascarya, Heni Hasanah, Noer Azam Achsani
Tujuan dari penelitian ini, pertama, adalah untuk merumuskan fungsi permintaan uang
yang didefinisikan secara konvensional dan permintaan uang yang sesuai dengan ajaran
Islam. Kedua, penelitian ini akan menganalisis tentang bagaimana dampak dari adanya
pelarangan sistem bunga yang digantikan oleh sistem bagi hasil dalam sistem keuangan Islam
terhadap stabilitas agregat moneter.
Landasan teori dari penelitian adalah :
1. Sistem Moneter Konvensional dan Sistem Moneter Islam
Secara garis besar ada tiga pilar sistem moneter yang membedakan satu dengan lainnya,
yaitu sistem uang, sistem perbankan, dan sistem operasi keuangannya. Dalam sistem
keuangan ganda yang ada saat ini, hanya konsep bagi hasil saja yang menjadi pembeda
antara sistem moneter konvensional dan sistem moneter Islam.
2. Perbandingan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi Islam
menawarkan sistem bagi hasil ( profit-and-loss sharing/PLS ), ketika pemilik modal
( surplus spending unit ) bekerja sama dengan pengusaha ( deficit spending unit )
untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila menghasilkan keuntungan dibagi berdua,
apabila menderita kerugian juga ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin
adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (didzalimi). Sistem bagi hasil
dapat berbentuk Musyarakah atau Mudharabah dengan berbagai variasinya.
Bank konvensional, return -nya dari sistem bunga yaitu persentase terhadap dana
yang disimpan ataupun dipinjamkan dan ditetapkan diawal transaksi sehingga berapa
nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui besarnya dan kapan akan diperoleh
dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Sedang bank Syariah,
return -nya dari sistem bagi hasil (PLS) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang
besarnya ditetapkan diawal transaksi yang bersifat fixed tetapi nilai nominal
rupiahnya belum dapat diketahui dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan
terjadi nanti.
3. Teori Permintaan Uang
Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang tersedia (Mankiw, 2003). Sedangkan
menurut Mishkin (2001) uang (diacu juga sebagai money supply ) didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai alat pembayaran barang
dan jasa atau pembayaran kembali utang. Fungsi permintaan uang menurut Keynes
adalah (Mishkin, 2001) :
Md =f(i,Y)
dimana i merupakan suku bunga yang berbanding terbalik dengan permintaan uang
dan Y merupakan pendapatan nasional riil yang berpengaruh positif terhadap
permintaan uang.
Kemudian Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder negara Indonesia dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Statistik Perbankan Syariah Bank
Indonesia (SPS-BI) serta data return Syariah dari Bank Muamalat Indonesia dalam periode
waktu antara bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Desember 2006. Dengan demikian
data yang digunakan merupakan data time series.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pengujian untuk menganalisa perilaku
permintaan uang dalam sistem moneter ganda di indonesia, diantaranya :
1. Uji Stasioneritas Data
2. Pengujian Kointegrasi
3. Analisis Impulse Response Function untuk Uang Kartal
4. Analisis Variance Decomposition untuk Uang Kartal
5. Analisis Impulse Response Function untuk Giro
6. Analisis Variance Decomposition untuk Giro
7. Analisis Impulse Response Function untuk Tabungan
8. Analisis Variance Decomposition untuk Tabungan
9. Analisis Impulse Response Function untuk Deposito
10. Analisis Variance Decomposition untuk Deposito
Kemudian kita akan masuk kedalam hasil dan pembahasan.
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa return bagi hasil ( Mudharabah ) berpengaruh
negatif terhadap permintaan semua komponen uang Islam (uang kartal, giro Wadiah ,
tabungan Mudharabah , dan deposito Mudharabah ). Hasil pengujian juga
menunjukkan bahwa permintaan uang Islam lebih cepat stabil dari pada permintaan
uang konvensional dalam merespon guncangan dari variabel-variabel lain.
2. Dalam permintaan uang konvensional, suku bunga mempunyai pengaruh yang besar
pada perilaku permintaan uang kartal (20%-29%), sedangkan dalam permintaan uang
Islam, return Mudharabah hampir tidak mempunyai pengaruh pada perilaku
permintaan uang Islam.
3. Permintaan uang konvensional secara umum menunjukkan perilaku motif untuk
transaksi dan berjaga-jaga (uang kartal, giro, dan tabungan), serta perilaku motif
untuk spekulasi/ investasi (deposito). Sedangkan, permintaan uang Islam secara
umum hanya menunjukkan perilaku motif untuk transaksi dan berjaga-jaga saja.
Temuan lainnya adalah bahwa ternyata tabungan di Indonesia memiliki karakteristik
seperti giro yang digunakan untuk keperluan transaksi, sehingga tabungan seharusnya
dimasukkan dalam definisi M1 dan dikeluarkan dari definisi M2.
Jurnal 4
Judul : DAMPAK KETIDAKSTABILAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PERMINTAAN UANG M2 DI INDONESIA
Penulis : Etty Puji Lestari
Artikel ini mencoba untuk memperkirakan permintaan uang M2 di Indonesia
menggunakan teknik deret waktu non-stasioner pada tahun 1997.1 - 2006.4. Ada empat
metode yang digunakan dalam penelitian, pertama, estimasi VAR digunakan untuk
meramalkan model yang memiliki interaksi deret waktu data. Kedua, respon impuls fungsi
untuk melihat respon dari setiap variabel terhadap inovasi struktural dari variabel lain pada
saat yang sama. Ketiga, dekomposisi varians untuk mengetahui perubahan variasi syaraf yang
berbeda dari masing-masing variabel ke variabel lain dalam model. Metode keempat, ADL
ECM untuk melihat penyesuaian jangka panjang dalam variabel, sebelum dan setelah
penambahan variabel..
Kemudian kita akan masuk kedalam hasil dan pembahasan.
1. Terdapat kondisi non stasionaritas terhadap data time series (runtun waktu) dalam
periode penelitian sehingga menyebabkan stabilitas ekonomi makro sulit dicapai.
2. Kecepatan penyesuaian menuju keseimbangan di antara variabel-variabel permintaan
uang riil, pendapatan nasional, kurs, inflasi dan suku bunga membutuhkan waktu tiga
kuartal dan tidak ditemukan hubungan kausalitas dua arah di antara kelima variabel
yang dipakai dalam penelitian. Sementara itu dari impulse response diketahui bahwa
respon variabel M2 terhadap empat variabel lainnya sangat fluktuatif terutama ketika
variabel lain mengalami shock, namun kondisi ini pada akhirnya akan kembali stabil.
3. Hubungan antara nilai tukar dan jumlah uang beredar di Indonesia selama periode
pengamatan tergantung pada harapan (expectation) pemegang uang sehingga sulit
untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara nilai tukar dan permintaan uang
M2. Masyarakat Indonesia cenderung berpendapat bahwa memegang uang bukan
hanya untuk tujuan transaksi, tetapi lebih kepada tujuan untuk berjaga-jaga, bahkan
tidak tertutup kemungkinan untuk motif spekulasi.
Jurnal 5
Judul : HUBUNGAN INFLASI, SUKU BUNGA, PRODUK DOMESTIK BRUTO, NILAI
TUKAR, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG) PERIODE 2005–2011
Penulis : Ike Nofiatin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ko-integrasi dan hubungan sebab-
akibat antara variabel makroekonomi dan IHSG di BEI (Bursa Efek Indonesia). Sampel
penelitian terdiri dari 84 organisasi yang diambil dari Januari 2005 hingga Desember 2011.
Teknik analisisnya adalah Vector Autoregression (VAR).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pengujian, diantaranya :
1. Pengujian yang digunakan untuk menguji hubungan jangka panjang antara variabel
makroekonomi dan IHSG
 Uji Kointegrasi
 Variance Decomposition (VD)
 Impulse Response Function (IRF)
2. Pengujian yang digunakan untuk menguji hubungan kausalitas antara variabel
makroekonomi dan IHSG dengan menggunakan uji kausalitas granger.
Kemudian kita akan masuk kedalam hasil dan pembahasan.
Hasil dari pengujian ini memberitahukan bahwa terdapat hubungan kointegrasi yang negatif
antara inflasi dan IHSG, sedangkan hubungan kointegrasi yang positif ditemukan antara suku
bunga dan nilai tukar, dengan IHSG. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan kointegrasi antara PDB dan jumlah uang beredar, dengan IHSG. Selain
itu, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara inflasi, PDB, dan jumlah uang beredar,
dengan tingkat suku bunga, serta antara PDB dengan Jumlah uang beredar, serta antara nilai
tukar dengan IHSG.

Anda mungkin juga menyukai