Jawab:
1. Hubungan antara tingkat harga dan konsumsi
Konsumsi merupakan tindakan dari pelaku ekonomi, yakni individu maupun juga
kelompok dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi
kebutuhannya.
Fungsi konsumsi menunjukan hubungan hubungan antara tingkat dari pengeluaran untuk
konsumsi dengan tingkat dari pendapatan disposabel (disposable income) rumah tanggan.
Bentuk fungsinya : fungsi konsumsi merupakan suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.
Persamaannya C = a + bY
Keterangannya :
C : tingkat konsumsi
• Contohnya :
1. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1000 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp950 miliar, dan pada tingkat pendapatan nasional per tahun
Rp1200 miliar, besar konsumsi per tahun Rp1100 miliar. Tentukan fungsi
konsumsinya!
Jawaban:
Diketahui : Y1 = Rp1000
Y2 = Rp1200
C1 = Rp950
C2 = Rp1100
Jawab: => C = a + by
dan
=> a = 200
Setelah itu, masukan nilai yang sudah dicari dalam bentuk rumus fungsi
konsumsi!
=> C = a + by
Keterangan : MPC = b
Penawaran uang
Teori keuangan ini dibedakan menjadi dua:
1. Teori kuantitas (quantity theory of money) dan
2. Teori keseimbangan tunai (cash balance theory).
Kedua teori tersebut mempunyai pandangan yang sama, yaitu: ”perubahan dalam penawaran
uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan
penawaran uang akan menaikkan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran
uang akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama”
M.V = P.Y dimana M=kuantitas uang, V=laju peredaran uang, P=tingkat harga, T=jumlah
barang dan jasa yang diperjualbelikan dalam perekonomian
Pada persamaan tersebut, M diartikan sebagai kuantitas uang dalam pengertian yang sempit
(MI), yaitu jumlah mata uang dalam peredaran ditambah uang bank. Besaran V ditentukan oleh
seberapa sering uang yang tersedia berpindah tangan dalam masyarakat dalam satu tahun
tertentu. Jika dalam satu tahun penawaran uang yang digunakan dalam transaksi sebanyak 5 kali
maka nilai V adalah 5. Untuk variabel P, karena dalam perekonomian terdapat beribu macam
barang dengan tingkat harga yang digunakan dalam persamaan identitas ini adalah harga dalam
bentuk indeks harga. Variabel Y merupakan variabel jumlah output dalam perekonomian dalam
bentuk nilai riil (dalam bentuk kuantitas) dan bukan nilai nominal (dalam satuan mata uang),
serta meliputi barang-barang jadi maupun barang setengah jadi. Variabel Y ini pada dasarnya
merupakan PDB riil, dan hasil kali PY berarti merupakan PDB nominal.
Teori kuantitas uang Irving Fisher : "perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan
perubahan yang sama tingkatannya terhadap harga-harga, dan perubahan kedua variabel tersebut
adalah ke arah yang sama."
Laju peredaran uang bergantung pada beberapa faktor seperti sistem pembayaran gaji, ciri
kegiatan perdagangan, efisiensi sistem pengangkutan dan kepadatan penduduk. Karena dalam
jangka pendek faktor-faktor tersebut tidak mengalami perubahan, maka cara-cara masyarakat
untuk menggunakan uang dan berbelanja juga tidak akan berubah.
Jumlah barang-barang adalah tetap dan tidak dapat ditambah karena kesempatan kerja penuh
selalu tercapai. Selain itu penawaran tidak akan pernah berkurang dari produksi barang pada
kesempatan kerja penuh, karena setiap barang yang diproduksi akan dibeli masyarakat (supply
creates its own demand). Sehingga untuk memaksimumkan keuntungan, mereka akan selalu
memproduksi barang di tingkat kesempatan kerja penuh. Artinya T adalah tetap jumlahnya.
"Implikasinya, jika terjadi perubahan pada M maka ia akan mengubah nilai P pada tingkat yang
sama dengan perubahan M."
Teori keseimbangan tunai berpendapat perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan
perubahan harga-harga yang sama tingkatnya.
(M, P, T mempunyai arti yang sama dengan teori kuantitas uang, dan k adalah bagian dari
pendapatan masyarakat yang tetap dipegang oleh mereka dalam bentuk tunai)
Pendapat moneteris pemerintah perlu mengatur penawaran uang agar dapat menghindari inflasi
dan mencapai perekonomian yang kuat. Oleh karenanya kebijakan moneter adalah alat yang
paling tepat untuk mengendalikan kegiatan ekonomi.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi Teori Paradox Gibson menjelaskan bahwa
terdapat bukti tentang kecenderungan harga dan tingkat suku bunga bergerak bersama. Jika
harga naik, tingkat suku bunga cenderung naik dan jika harga turun, tingkat suku bunga
cenderung turun juga. Kalau perubahan harga diantisipasikan, artinya masyarakat segera
berantisipasi terhadap apa yang terjadi, maka tingkat suku bunga yang tinggi akan dikaitkan
dengan laju inflasi yang cepat. Akan tetapi tidak ada alasan untuk mengharapkan adanya
hubungan positif antara tingkat suku bunga dengan kenaikan laju inflasi, dan sebaliknya
penurunan tingkat suku bunga dengan penurunan laju inflasi. Menurut Gibson Paradox,
kenaikan harga dikaitkan dengan kenaikan tingkat suku bunga dan penurunan harga dikaitkan
dengan penurunan tingkat suku bunga (Iswardono, 1999: 246).
Dan juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar adalah tingkat inflasi.
Tinginya tingkat inflasi berpengaruh terhadap menurunnya daya beli masyarakat, disamping itu
tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Artinya jika tingkat suku
bunga tinggi masyarakat lebih cenderung menggunakan uangnya untuk menabung sehingga
jumlah uang ditangan masyarakat berkurang.
Sumber Referensi :
- BMP/ESPA4110/MODUL 3/hal.3.4-3.11/MODUL 5/hal.5.14-5.26
- PPT ESPA4110 Inisiasi 3
- PPT ESPA4110 Inisiasi 3 Tambahan
- MATERI INISIASI 5
- https://www.researchgate.net/publication/
322688192_Pengaruh_Jumlah_Uang_Beredar_dan_Tingkat_Suku_Bunga_serta_Pen
geluaran_Pemerintah_terhadap_Inflasi_di_Indonesia
- http://repository.utu.ac.id/786/1/I-V.pdf
- TAMBAHAN INISIASI 5 Peran Uang Dalam Perekonomian