Skor
No Tugas Tutorial
Maksimal
1 Pada tanggal 15 Agustus 2019, Aidan membeli saham PT ABC sebanyak 20
30.000 lembar dengan harga Rp20.000 per lembar. Saham yang dibeli
merupakan saham yang sangat mudah diperjualbelikan, dan harganya
sangat dinamis. Selanjutnya pada tanggal 14 September 2019, harga
saham menjadiRp30.000 per lembar. Aidan berkeinginan untuk menjual
sebagian sahamnya, dan berkonsultasi dengan pialangsaham. Akhirnya
disepakati untuk menjual saham sebanyak 5.000 lembar dengan perjanjian
pialang akan mendapatkan 5% dari keuntungan yang didapat. Berapa
besaran imbal hasil yang diterima Aidan pada transaksitersebut.
2. ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya
diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini
diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan
antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal
transaksi jual maupun beli.
Seperti halnya investasi yang lain, ETF pun memiliki risiko. Dasar nilai dari ETF adalah
indeks pasar. Saat ini di Indonesia ada ETF yang berdasarkan indeks pasar saham, ETF atas
saham-saham sektoral dan ETF atas obligasi sektoral. Semakin kecil cakupan indeksnya
maka risikonya akan semakin tinggi. Maka bisa dibilang indeks sektoral lebih beresiko
dibandingkan indeks pasar.
Atas dasar inilah, rasanya salah jika ETF disebut sebagai investasi yang memiliki risiko
tinggi. Karena nilai ETF berdasarkan nilai pasar sehingga bisa dibilang bahwa risiko dari
ETF sama engan risiko yang dimiliki oleh pasar. Jika indeks naik, maka ETF mengalami
kenaikan, jika indeks turun, maka nilai ETF pun turun.
Sekalipun memang diakibatkan oleh struktur dari ETF yang pasif dan bergantung kepada
pasar, ETF memiliki risiko-risiko sendiri seperti : Risiko biaya pajak capital gain, Risiko atas
biaya selisih (spread) unit penyertaan, Risio atas biaya premium dan diskon dari iNAB, dan
risiko likuiditas karena masih sedikitnya peminat ETF, akan tetapi hal ini tidak serta merta
menjadikan risiko ETF jauh lebih tinggi dibandingkan investasi-investasi lainnya. Fakta
bahwa sampai saat ini peminat sekuritas ETF 90% adalah investor dari institusi, hal ini
disebabkan oleh belum populernnya dan masih sedikitnya pemahaan orang banyak terhadap
saham ETF
Sumber:
1. https://www.idx.co.id/produk/exchange-traded-fund-etf/ (diakses pada tanggal 4 Mei
2020)
2. https://www.indopremier.com/ (diakses pada tanggal 4 Mei 2020)
3. Channel Youtube Indopremier https://www.youtube.com/user/ipotindonesia (diakses
pada tanggal 4 Mei 2020)
3. Hal paling utama yang harus diperhitungkan dalam membeli obligasi asing adalah
denominasi mata uang. Ada tiga jenis klasifikasi : Foreign Bond, EuroBond dan Foreign-pay
Bond. Foreign bond didenominasi berdasarkan nilai dimana bond tersebut dikeluarkan
misalnya perusahaan Amerika menerbitkan obligasi di Indonesia dan didenominasi oleh
Rupiah. Eurobond bond didenominasi berdasarkan nilai mata uang bukan dari negara asal
perusahaan maupun tempat dikeluarnnya bond, misalnnya perusahaan inggris menerbitkan
obligasi di jepang dengan mata uang US Dollar. Foreign-pay bond adalah obligasi yang
dikeluarkkan oleh sebuah perusahaan dan didenominasi berdasarkan lokasi dari investornya
misalnya kita berada di Indonesia dan membeli yankee bonds dalam mata uang dollar.
Mungkin yang paling aman dari perhitungan nilai kurs adalah foreign bond. Eurobond dan
Foreign-pay bond akan sangat mudah terpapar fluktuasi nilai mata uang. Misalnya seseorang
di Indonesia akan membeli obligasi dari Amerika (Yankee Bonds) maka selain berapa yield
yang ditawarkan maka perlu memperhitungkan berapa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
pada saat ini dan prospeknya dalam beberapa waktu kedepan. Hal ini bisa menjadi kerugian
ataupun keuntungan bagi investor. Yield yang akan didapatkan sesuai dengan perjanjian bond
atau pelunasan pada saat jatuh tempo akan diperhitungkan dengan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar pada saat itu. Misalnya kita hitung nilai pelunasan suatu obligasi berikut.
Pada saat pembelian obligasi nilai tukar adalah 10.000 Rp/US$ kita membeli obligasi seharga
10.000 US$ atau senilai Rp. 100.000.000. Pada saat pelunasan harga dollar menjadi 10.500
Rp/US$. Maka pelunasannya sebesar 10.000 US$ dikonvesi ke rupiah akan menjadi Rp.
105.000.000. Hal ini akan menjadi keuntungan bagi investor dikarenakan nilai dolar menguat
terhadap rupiah. Akan tetapi akan menjadi kerugian apabila nilai Dollar melemah.
Akan tetapi meskipun memiliki risiko, hal ini seringkali oleh sebagian investor dijadikan
sebagai alat hedging terhadap aset-aset yang dimiliki. Mereka akan melakukan pembelian
bond dari negara-negara dengan mata uang yang relatif stabil.
Aspek hukum dari negara asing penerbit (contoh : Amerika) perlu diperhatikan apabila terjadi
gagal bayar kewajiban dari perusahaan penerbit obligasi. Jarak yang jauh menjadikan hal ini
sebuah kerugian apabila ingin membeli obligasi di negara lain. Tata hukum yang lain dengan
Indonesia akan semakin mempersulit dan memakan biaya apabila perlu ditempuh gugatan
melalui jalur hukum.
Kebijakan Bank Pusat dari negara penerbit obligasi (contoh : FED Bank untuk Amerika)
dalam hal penentuan suku bunga adalah hal lain yang perlu diperhatikan. Mungkin tidak akan
mempengaruhi yield dari obligasi yang kita beli, namun akan mempengaruhi minat pasar
apabila kita ingin menjual kembali obligasi yang kita miliki (capital gain).
4. ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya
diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini
diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan
antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal
transaksi jual maupun beli.
Seperti halnya investasi yang lain, ETF pun memiliki risiko. Dasar nilai dari ETF adalah
indeks pasar. Saat ini di Indonesia ada ETF yang berdasarkan indeks pasar saham, ETF atas
saham-saham sektoral dan ETF atas obligasi sektoral. Semakin kecil cakupan indeksnya
maka risikonya akan semakin tinggi. Maka bisa dibilang indeks sektoral lebih beresiko
dibandingkan indeks pasar.
Atas dasar inilah, rasanya salah jika ETF disebut sebagai investasi yang memiliki risiko
tinggi. Karena nilai ETF berdasarkan nilai pasar sehingga bisa dibilang bahwa risiko dari
ETF sama engan risiko yang dimiliki oleh pasar. Jika indeks naik, maka ETF mengalami
kenaikan, jika indeks turun, maka nilai ETF pun turun.
Sekalipun memang diakibatkan oleh struktur dari ETF yang pasif dan bergantung kepada
pasar, ETF memiliki risiko-risiko sendiri seperti : Risiko biaya pajak capital gain, Risiko atas
biaya selisih (spread) unit penyertaan, Risio atas biaya premium dan diskon dari iNAB, dan
risiko likuiditas karena masih sedikitnya peminat ETF, akan tetapi hal ini tidak serta merta
menjadikan risiko ETF jauh lebih tinggi dibandingkan investasi-investasi lainnya. Fakta
bahwa sampai saat ini peminat sekuritas ETF 90% adalah investor dari institusi, hal ini
disebabkan oleh belum populernnya dan masih sedikitnya pemahaan orang banyak terhadap
saham ETF
Sumber:
1. https://www.idx.co.id/produk/exchange-traded-fund-etf/ (diakses pada tanggal 4 Mei
2020)
2. https://www.indopremier.com/ (diakses pada tanggal 4 Mei 2020)
3. Channel Youtube Indopremier https://www.youtube.com/user/ipotindonesia (diakses
pada tanggal 4 Mei 2020)