Anda di halaman 1dari 11

BELAJAR INVESTASI SAHAM DARI LO KHENG HONG

Oleh : Muhajir R. Hakim


Universitas Islam Indonesia
1. Pendahuluan
Memiliki pendidikan yang tinggi bukan jaminan kesuksesan. Demikian
juga memiliki latar belakang orang kaya tentu bukan jaminan seseorang menjadi
kaya. Secara akuntansi, kekayaan bersih seseorang merupakan selisih total aset
dengan total kewajiban sehingga kemampuan untuk terus meningkatkan nilai aset
merupakan faktor penting dalam pengelolaan keuangan. Banyak orang yang ingin
hidup menjadi kaya dan punya penghasilan besar tetapi tidak semua orang mampu
mewujudkannya.
Cara tradisional untuk menambah kekayaan adalah bekerja untuk
mendapat gaji, lalu menabung sisa gaji tersebut. Namun dengan adanya
perkembangan dunia secara global sekarang ini, tantangan yang sering menjadi
musuh utama adalah adanya inflasi serta kebutuhan konsumtif. Supaya hidup kita
tetap bertahan, kita perlu mempertimbangkan cara yang lebih baik untuk
mengatasi hal tersebut. Berinvestasi merupakan salah satu solusinya. Uang yang
akan kita investasikan tentu saja berasal dari menabung. Selain menabung, kita
juga harus mempertimbangkan apa yang akan dilakukan dengan uang gaji yang
kita miliki. Investasi tersebut sebaiknya disesuaikan dengan seberapa besar risiko
yang kita ambil, salah satunya dengan menginvestasikan ke aset yang
memberikan pertumbuhan maksimal seperti saham.
Salah satu yang patut kita jadikan bukti adalah Lo Kheng Hong, seorang
investor saham terkenal. Bagi para investor saham di Indonesia, nama Lo Kheng
Hong tentu sudah tidak asing lagi. Kisah inspiratifnya berinvestasi di pasar saham
menjadi contoh bagaimana latar belakang seseorang yang memiliki kesabaran
dalam berinvestasi akhirnya membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu,
melalui tulisan ini penulis akan mengulas lebih dalam lagi tentang investasi saham
berdasarkan pengalaman Lo Kheng Hong.
Lebih dari 20 tahun bermain di pasar saham, salah satu investor individual
terbesar di Indonesia, Lo Kheng Hong, mengungkapkan rahasianya terus mereguk

1
untung di pasar saham. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan diuraikan kembali
bagaimana Lo Kheng Hong berinvestasi dalam saham sehingga membuat dia
sukses sebagai investor saham.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan
laporan ini adalah untuk mengetahui alasan berinvestasi di saham, cara
berinvestasi saham, dan kriteria pemilihan saham menurut pengalaman Lo Kheng
Hong.
2. Profil Singkat Lo Kheng Hong
Lo Kheng Hong terlahir sebagai anak pertama, hanya lulus SMA, dan
bekerja di Bank sambil kuliah di Universitas Nasional Jakarta. Kuliah sejak 1979
dengan biaya yang murah saat itu dan bekerja sebagai tata usaha di Overseas
Express Bank (OEB). Sambil bekerja, Hong mulai terjun sebagai investor saham
saat berumur 30 tahun sejak 1989 dengan modal yang berasal dari gaji. Hong
adalah orang yang hemat, uangnya tidak dikonsumsi tapi semuanya dibelikan
saham.
Lo Kheng Hong disamakan dengan Warren Buffett, seorang investor
saham asal Amerika Serikat. Hong sekarang sudah menjadi investor saham yang
kerjanya tinggal menikmati kebahagiannya sehari-hari. Kebahagiaannya
diwujudkan dengan bersantai ke luar negeri paling sedikit ke 5 benua seperti
Inggris dan Amerika. Hong bebas melakukannya karena tidak ada beban sebagai
seorang atasan atau bawahan.
Pekerjaannya sebagai investor saham adalah duduk di rumah
mengamalkan prinsip investasi sahamnya yaitu reading, thinking, dan investing
(RTI). Pekerjaannya dilakukan sendiri tanpa sekretaris untuk meng-klipping dan
mem-file, serta mencetak artikel tentang pasar modal. Hong memiliki semuanya
kecuali 5 hal yaitu kantor, pelanggan, karyawan, pimpinan, dan utang. Hong
hanya punya 1 supir, 2 pembantu, dan 1 orang satpam.
Pada 1990 Hong telah bekerja selama 7 tahun sebagai investor saham,
ketika Hong pindah kerja ke Bank Ekonomi lalu menjadi kepala cabangnya.
Pengalaman bekerjanya juga sudah 17 tahun sehingga dengan 2 alasan ini, Hong
berhenti bekerja untuk lebih berkonsentrasi sebagai investor saham. Pengalaman

2
pertama dalam berinvestasi saham adalah membeli saham PT Gajah Surya Multi
Finance (Tbk) yang sedang IPO. Investasi ini membuat Hong merugi karena
saham perusahaan tersebut waktu listing harganya turun sehingga Hong
menjualnya dengan harga murah. Pengalaman ini sangat berharga buatnya,
sehingga Hong terus belajar tentang investasi saham dari buku Warren Buffett.
Harta Hong yang pertama adalah rumah pribadi yang dibeli tahun 1994
terletak di Green Garden, yang merupakan pembelian dari uang hasil investasinya
dengan keuntungan menjual saham PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS),
perusahaan pelayaran. Selain rumah tinggal, Hong juga membeli apartemen dan
vila untuk dimilikinya dan tidak pernah disewakan. Menurutnya seorang investor
tidak perlu mencari pendapatan lain selain saham saja.
Nilai pasar saham yang dimiliki Lo Kheng Hong kini mencapai Rp2,5
triliun. Jumlah ini merupakan dividen saham yang diterimanya di tahun 2011 dan
telah mampu mencukupi kebutuhannya seumur hidup. Jumlah ini jika
dibandingkan dengan total aset yang dimilikinya hanyalah 1% dari total portofolio
investasinya.
3. Definisi Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas
suatu perusahaan. Ini berarti jika kita membeli saham, maka kita membeli
sebagian kepemilikan atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu saham merupakan
suatu modal dasar sebelum terjun ke dalam dunia investasi saham. Saham dibagi
menjadi 2 kategori utama, yaitu saham biasa dan saham preferen.
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi
sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting
bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian
pendapatan tetap atau deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko
kerugian yang diderita perusahaan.
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih
dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat
dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham
biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan

3
berusaha sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen
agar tidak lengser dari jabatannya (Jogiyanto Hartono, 2014).
4. Investasi Saham
Investasi saham adalah pemilikan atau pembelian saham-saham
perusahaan oleh suatu perusahaan lain atau perorangan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan tambahan di luar pendapatan dari usaha pokoknya. Jadi
saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang diperbandingkan di
lantai bursa efek, yang digunakan bagi perusahaan untuk kelangsungan hidup
perusahaan dalam membutuhkan dana dari masyarakat (Jogiyanto Hartono, 2014).
Dengan membeli saham suatu perusahaan pada dasarnya kita telah
memiliki sebagian hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Semakin banyak
saham yang dibeli maka semakin banyak pula bagian kepemilikan atas perusahaan
tersebut. Ketika perusahaan yang sahamnya dibeli membukukan keuntungan,
maka kita pun berhak atas keuntungan tersebut, yang dinyatakan dalam dividen.
Kepemilikan saham atas perusahaan biasanya disebut sebagai ekuitas (Jogiyanto
Hartono, 2014).
5. Keuntungan dan Kerugian Berinvestasi Saham
Dikutip dari coki002.wordpress.com, ketika melakukan investasi saham
ada beberapa keuntungan yang didapatkan, yang pertama yaitu capital gain.
Capital gain adalah selisih positif antara harga beli dan harga jual. Misalnya kita
membeli saham dengan harga per lembar adalah Rp12.500 dan pada saat menjual
harga per lembarnya adalah Rp13.250, maka terdapat capital gain sebesar Rp 750
per lembar.
Keuntungan kedua adalah mendapatkan deviden yaitu merupakan bagian
laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Perusahaan
jika mendapatkan keuntungan biasanya menggunakan sebagian labanya untuk
mengembangkan usaha dan sebagian untuk diberikan kepada para pemegang
saham. Deviden biasanya dinyatakan dalam satuan rupiah per lembar saham atau
dalam bentuk persentase.
Keuntungan ketiga adalah saham bonus (jika ada) yaitu saham yang
dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham.

4
Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham
tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana,
misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp500 dijual dengan harga Rp800
maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp300
setiap sahamnya.
Selain keuntungan juga terdapat risiko atau kerugian dalam berinvestasi
saham. Pertama tidak ada pembagian dividen. Jika emiten tidak dapat
membukukan untung pada tahun berjalan atau Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham
karena laba yang diperoleh akan dipergunakan untuk ekspansi usaha.
Kedua, capital loss atau kehilangan modal. Investor akan mengalami
kehilangan modal, jika harga beli saham lebih besar daripada harga jual. Ketiga
adalah risiko likuidasi. Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, para pemegang
saham memiliki hak klaim terakhir terhadap aset perusahaan setelah seluruh
kewajiban emiten dibayar. Kondisi yang terburuk adalah jika tidak ada lagi aset
yang tersisa, maka para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa.
Yang terakhir adalah saham delisting dari bursa. Karena beberapa alasan
tertentu, saham dapat dihapus pencatatannya di bursa, sehingga pada akhirnya
saham tersebut tidak dapat diperdagangkan.
6. Alasan Lo Kheng Hong Memilih Investasi Saham
Jika kita membaca dengan seksama, artikel tentang Lo Kheng Hong di
atas, sedikit banyak kita tentu terinspirasi untuk mengikuti jejaknya. Lalu muncul
pertanyaan, mengapa dalam berinvestasi Hong memilih saham? Alasan Hong
berinvestasi dalam saham adalah adanya capital gain dari saham walaupun dibeli
dalam jumlah yang sedikit. Pada awalnya Hong suka membeli saham yang lagi
IPO. Misalnya harga saham ketika IPO dibeli olehnya seharga Rp7.250 dan
taklama kemudian menjadi Rp35.000, keuntungan yang diperolehnya sebesar
Rp27.750 atau 383% (Rp27.750/Rp7.250 x 100), atau hampir 400%.
Mengapa bukan obligasi atau reksadana? Semua uangnya hanya untuk
dibelikan saham dan bukan untuk yang lain seperti obligasi atau reksadana.
Alasannya sangat sederhana yaitu, pertama kalau beli obligasi return-nya kecil.

5
Alasan kedua menyimpan uang di reksadana uang bisa hilang karena dikelola
orang lain yang mungkin tidak jujur atau tidak kompoten. Bisa-bisa uang kita
dibawa lari oleh orang perusahaan.
Mengapa bukan emas atau dolar? Hong beralasan bahwa kalau investasi
emas, jika disimpan emas tidak akan pernah bertambah beratnya di masa yang
akan datang. Satu kilo emas saat ini tetap satu kilo pada 5 tahun yang akan datang.
Demikian juga kalau dibelikan dolar, sifatnya spekulasi dan keuntungannya
jangka pendek karena keuntungannya hanya diperoleh dengan harapan terjadi
sesuatu yang buruk misalkan krisis ekonomi, negara tidak stabil, inflasi dan
rupiah melemah. Berbanding terbalik dengan saham yang selalu mendapatkan
keuntungan dari hal-hal yang harapannya terjadi dengan baik seperti negara aman,
ekonomi tumbuh, dan daya beli meningkat.
Mengapa bukan disimpan di bank? Hong beralasan bahwa jika disimpan di
bank seperti deposito walaupun dalam jumlah tabungan yang besar, bunga yang
diberikan bank terlalu kecil dibanding dengan tingkat inflasi sehingga tidak
menguntungkan karena makin lama uangnya makin habis dikurangi oleh bank
dengan adanya pajak dan kos administrasi setiap bulan. Ini sama saja dengan
memberikan uang kita cuma-cuma kepada pihak bank.
7. Rahasia Sukses Menjadi Investor Saham ala Lo Kheng Hong
Rahasia sukses pertama Lo Kheng Hong adalah membaca. Iya benar
hanya membaca. Lo Kheng Hong menuturkan, seorang investor wajib membaca
koran keuangan setiap hari, karena dari koran ini mereka akan tahu bagaimana
laporan keuangan terbaru. Ditambahkan oleh Hong janganlah membeli saham itu
seperti membeli kucing dalam karung yang tidak diketahui seluk beluknya.
Menurut dia, dengan berinvestasi dia bisa menikmati hidupnya tanpa harus
terjebak kemacetan.
Rahasia sukses kedua Hong adalah bahwa investor harus jadi seperti
seorang atlit yang memiliki nafas panjang dan kuat bertanding. Artinya seorang
investor saham itu harus kuat dalam hal permodalan. Uang untuk berinvestasi di
saham tidak boleh uang yang berasal dari utang dan bukan uang keperluan sehari-

6
hari. Minimal kita memiliki modal 3 kali lipat jumlah kebutuhan kita sehari-hari
sebagai langkah awal antisipasi harga saham yang akan jatuh sewaktu-waktu.
Ketiga jadilah sebagai seorang value investor, yaitu melihat nilai
sahamnya dan bukan soal harga pasar sahamnya. Mencari nilai bisa dilakukan
dengan mencari perusahaan yang salah harga di bursa. Salah harga yang dimaksud
Hong yaitu dengan membeli saham perusahaan yang bagus dan murah, kemudian
menyimpannya, menunggu dengan sabar, sampai suatu hari pasar sadar bahwa
harga saham itu terlalu murah dan kembali naik ke harga wajarnya, dan dari
sinilah kita mendapatkan keuntungan. Menurut Hong 90% investor lain tidak tahu
strategi seperti ini, mereka membeli saham ibarat membeli kucing dalam karung.
Untuk mengetahui perusahaan mana yang salah harga tersebut, salah satu caranya
adalah dengan membandingkan berapa nilai pasar perusahaan itu dan berapa laba
bersih perusahaan itu. Sebagai contoh, pada tahun 2005 Hong membeli saham PT
Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), perusahaan ternak ayam terbesar
kedua di Indonesia seharga Rp250. Hong mendapatkan sekitar 6 juta saham
MBAI atau sekitar 8,28 % dari total saham MBAI yang beredar di pasar. Jumlah
saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai
perusahaannya adalah Rp250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp18,75 miliar, padahal
labanya Rp106 miliar. Informasi ini tida ada yang tahu sehinga tidak ada yang
beli. Setelah disimpan selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp31.500 dan Hong
menjualnya di tahun 2011. Hong memperoleh untung 12.500%. Contoh lain Hong
juga pernah memiliki 850 juta lembar saham PT Panin Financial Tbk (berkode
PNLF). Hong membelinya di harga Rp100 dan 1,5 tahun kemudian Hong
menjualnya di harga Rp260. Setelah itu, harganya masih naik lagi ke Rp300.
Coba hitung berapa keuntungannya.
Keempat, memanfaatkan kondisi krisis. Misalnya prospek saham di BEI.
Sejak 11 tahun terakhir, harga saham di BEI naik sampai 10.000 persen yang
terjadi setelah tahun 2002 ke tahun 2013 naik dari 330 menjadi 5251. Misalnya
pernah Hong membeli saham perusahaan Petrokimia dengan harga Rp200, dan
pada tahun 2008 turun jadi Rp60. Tetapi Hong tidak jual, bahkan Hong membeli
lebih banyak di harga murah, akhirnya saham itu berbalik naik menjadi Rp600

7
dan Hong menjualnya. Kheng Hong juga dikabarkan sempat mengalami kerugian
cukup besar hingga uangnya tinggal 15% saat terjadi krisis 1997-1998. Namun, ia
tetap membeli saham dengan uang tersebut dan posisi yang rugi kemudian Hong
berbalik menjadi untung. Ia bahkan berhasil meningkatkan asetnya di saham
hingga 150 ribu sejak 1998 sampai 2013.
Rahasia terakhir adalah lebih fokus membeli sahan yang sedang
diperdagangkan di bursa dan tidak lagi membeli saham IPO. Setelah membeli
saham perdana, Hong menyarankan untuk lebih banyak membeli saham
perusahaan yang sedang dijual di bursa. Carilah perusahaan yang bagus seperti
perusahaan tambang batubara, karena harganya sudah jatuh banyak sekali dan
sangat murah. Buktinya saat ini Hong sudah memiliki saham dari sekitar 20
emiten, dan salah satunya adalah saham PT Petrosea Tbk yang saat ini
kepemilikannya telah mencapai sekitar 9%.
8. Kriteria Pemilihan Saham Menurut Lo Kheng Hong
Setelah mengetahui alasan dan rahasia sukses berinvestasi, sekarang mari
kita dalami bagaimana kriteria memilih saham. Ada empat kriteria Lo Kheng
Hong dalam memilih saham. Kriteria pertama adalah mengetahui apa yang kita
beli. Artinya lihatlah manajemennya apakah pengelolanya jujur atau tidak. Cari
jawabannya dari kompetitornya, karena biasanya kompetitornya tahu. Kita perlu
mengetahui agar tidak beli kucing dalam karung, karena ini menyangkut harta.
Jangan membeli sesuatu yang tidak kita tahu. Ini penting karena menjadi investor
di suatu perusahaan berarti mempercayakan seluruh harta milik kita ke
manajemen. Meski suatu perusahaan atau emiten memiliki fundamental bisnis
yang sangat bagus, bagi Kheng Hong, hal itu tidak akan berarti apa pun jika
manajemennya ternyata suka mengambil uang perusahaan.
Kriteria kedua adalah cari informasi tentang emiten. Artinya lihatlah
kinerja masa lalunya dan sektor usahanya. Ini juga terkait apakah emiten
bersangkutan mengalami pertumbuhan atau tidak? Untuk mengetahuinya bacalah
annual report-nya. Dari sinilah kita akah tahu yang mana perusahaan yang baik.
Menurutnya, kalau perusahaan sudah lima tahun berturut-turut growing, tandanya
itu super company. Ini bisa diukur dari tingkat profitabilitas suatu perusahaan,

8
misalnya saja dari tingkat return on equity (ROE) yang tinggi, atau dengan
menghitung marjin laba bersih. Dari sektor usaha, cari tahu apakah sektor
usahanya menarik atau tidak. Menurutnya, ada sektor usaha yang kurang menarik,
misalnya sepatu, tekstil, dan garmen. tetapi ada juga yang menarik, seperti kelapa
sawit dan pakan ayam. Buktinya Hong sering membeli saham perusahaan seperti
perusahaan pakan ternak.
Kriteria ketiga adalah cari saham yang salah harga. Artinya lihat harganya
berdasarkan price to earning ratio (PER). Apakah harganya undervalue atau
overvalue. Misalnya, saham yang harganya Rp70.000 bisa lebih murah dibanding
saham yang harganya Rp250. Menurutnya, harga yang reasonable untuk dibeli
yaitu yang PER-nya di bawah lima kali, itu sangat menarik dan potensial. Tapi
biasanya perusahaan yang sudah baik dan manajemennya bagus, PER-nya sudah
di atas 10 kali.
Kriteria keempat adalah jangan ada target waktu. Artinya jangan
ditentukan kapan kita harus menjual saham yang telah kita beli. Salah satu
indikator yang bisa kita jadikan patokan adalah bagaimana kemampuan emitennya
dalam membukukan keuntungan. Seberapa hebat kemampuan emiten mencetak
laba bersihnya? Return on asset (ROA) adalah rumus yang biasa digunakan untuk
mengukur seberapa hebat kemampuan suatu emiten mencetak laba bersih berbekal
nilai aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kemampuan
emiten yang handal mencetak keuntungan. Begitu juga sebaliknya. Belum tentu
emiten bermodal besar mampu mencetak laba yang besar. Namun tidak jarang
emiten beraset minim tetapi mampu membukukan pertumbuhan laba yang
signifikan. Berbeda dengan investor umumnya, Kheng Hong konsisten
memvaluasi saham berdasarkan kemampuannya mencetak laba (price earning
ratio). Dia tidak mempermasalahkan jika harga suatu saham telah naik tinggi,
asalkan PE- nya masih relatif kecil. Dari sinilah kita bisa mengetahui berapa lama
saham harus kita pegang dan kapan harus dilepas. Jika perusahaan diprediksi akan
rugi maka cepat dijual dan jika perusahaannya labanya tumbuh terus, maka coba
ditahan sambil melihat pergerakan nilai sahamnya di bursa.

9
9. Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapatlah disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Alasan Hong berinvestasi hanya pada saham adalah adanya capital gain dan
dividen. Berbeda dengan obligasi dan reksadana. Obligasi return-nya kecil
sementara reksadana uang kita dikelola orang sehinga mudah diselewengkan.
Demikian juga pada emas karena beratnya tidak akan bertambah. Pada dolar
sangat berefek buruk karena selalu mengharapkan yang buruk terjadi. Dan
terakhir begitu juga pada simpanan dan deposito, bunganya kecil dibanding
dengan laju tingkat inflasi sehari-hari.
2) Ada 5 rahasia sukses Hong dalam berinvestasi, yaitu membaca, menjadi
seperti seorang atlit, berorientasi pada value, memanfaatkan kondisi krisis dan
terakhir fokus pada perusahaan yang sedang menjual sahamnya di bursa
terutama perusahaan yang bergerak di bidang tambang, makanan, dan lain-
lain.
3) Ada 4 kriteria Hong dalam memilih saham, yaitu mengetahui apa yang kita
beli, cari informasi tentang emiten, cari saham yang salah harga, dan jangan
ada target waktu.
Kisah inspratif Lo Kheng Hong patut dicontoh. Semua orang bisa bermain
saham jika mengikuti pola yang sama, tapi tidak semua orang memiliki disiplin
seperti apa yang diterapkan Lo Kheng Hong.
Berinvestasi saham sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, dan
sebaiknya investor memilih saham-saham yang memiliki potensi dan fundamental
yang bagus karena setiap saham memang memiliki potensi kenaikan yang lebih
dari rata-rata 20-25% per tahun.
Investasi saham juga memiliki risiko yang lebih tinggi sehingga kita
sebaiknya harus berhati-hati dalam memantau pergerakannya. Intinya keuntungan
yang besar bisa didapatkan, jika investornya melakukan analisis fundamental dan
teknikal dalam menilai harga saham dibanding harga pasarnya.

10
10. Referensi
Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 8.
Yogyakarta: BPFE.

www.wikipedia.com, diakses tanggal 23 November 2016 Jam 08.40 WIB.

www.swa.co.id, diakses tanggal 23 November 2016 Jam 09.00 WIB.

www.indonesianindustry.com, tanggal 23 November 2016 Jam 09.15 WIB.

www.howmoneyindonesia.com, tanggal 23 November 2016 Jam 09.22 WIB.

www.market.bisnis.com, diakses tanggal 23 November 2016 Jam 09.30 WIB.

www.coki002.wordpress.com, diakses 23 November 2016 Jam 09.44 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai