Anda di halaman 1dari 3

Tips Investasi Saham Ala Lo Kheng Hong

Kenali dengan baik manajemen perusahaan 

Lo Kheng
Hong
Kalo Amerika Serikat punya Warren Buffet, maka Indonesia juga punya bapak investasi
saham, yaitu Lo Kheng Hong, yang juga dikenal sebagai "Warren Buffet"nya
Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya, seorang investor dan trader memiliki strategi
yang berbeda. Investor cenderung menggunakan strategi fundamental, trader
menggunakan strategi teknikal. Sebenarnya apa yang membuat investor saham
panik ketika harga sahamnya turun? Banyak orang gampang panik ketika harga
sahamnya turun karena mereka cuma ikut-ikutan dan tidak tahu apa yang dibeli, itulah
yang disampaikan Lo Kheng Hong. Panik karena tidak tahu apa yang dibeli. Semakin
cepat panik seorang investor, semakin menunjukkan bahwa sebenarnya ia tidak tahu
apa-apa.
 

Kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah emiten di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Lo Kheng Hong sama sekali tidak tergoda untuk
mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti emas, properti, atau kendaraan.
Lo Keng Hong mengutamakan manajemen emiten yang jujur dalam memilih saham,
"karena ini menyangkut uang saya!”. Setelah melihat manajemen perusahaan, Lo
Kheng Hong juga menelaah sektor & laporan keuangan perusahaan. Jadi strategi
fundamental Lo Kheng Hong mirip dengan kebanyakan investor saham fundamentalis
lainnya. Yang membedakan cuma faktor kesabaran saja. Lo Kheng Hong sabar untuk
menahan sebuah saham sejak tahun 2005 dari harga Rp 250. Hingga saat ini belum
dijual, padahal gain-nya sempat mencapai12.600%. 
William J O'Neil
Tips investasi ala Lo Kheng Hong adalah cari perusahaan yang 5 tahun berturut-
turut profit bertumbuh, itu adalah perusahaan yang sehat. Prinsip mencari
perusahaan yang bertumbuh profitnya selama 5 tahun terakhir juga diterapkan oleh
William J O’Neil. William J O’Neil seperti diketahui, juga berhasil dalam berinvestasi
saham dengan menerapkan salah satu prinsip tersebut. Darimana Lo Kheng Hong
belajar semua ilmu investasi saham? Dia mengaku membaca semua buku tentang
Warren Buffet. Anda pun bisa melakukan hal yang sama bukan? Warren Buffet sendiri
mengaku belajar dari Benjamin Graham 85% dan Phillip Fisher 15%. Buku Benjamin
Graham yang bisa direkomendasikan untuk dipelajari adalah “The Intelligent Investor”.
Sementara buku Philip Fisher yang juga bagus untuk dipelajari adalah “The Common
Stocks & Uncommon Profits”. 

Menurut Lo Kheng Hong, setiap investor saham harus rajin menggali sebanyak
mungkin informasi, baik melalui keterbukaan informasi yang disampaikan
perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), membaca referensi lainnya, atau paling
mudah dengan membaca koran. Lo Kheng Hong sendiri langganan empat koran.
Bayangkan, hanya dengan membayar Rp 360.000 per bulan, Lo Kheng Hong bisa
mendapat banyak informasi dari sana. Selain itu, dia memegang betul prinsip 'buy
what you know and know what you buy'. Kenali betul perusahaan yang Anda
beli sahamnya. Hal ini untuk memastikan kinerja perusahaan ke depan sehingga dana
investasi yang dikeluarkan benar-benar akan memberi keuntungan.

Meski banyak bermunculan berbagai macam model analisa mengenai pergerakan harga
saham, Lo Kheng Hong menilai itu semua bukan menjadi tolak ukur utama. Meskipun
dia secara pribadi lebih percaya diri menggunakan analisa fundamental untuk memilih
sebuah saham perusahaan tercatat. Dia memberi istilah analisa saham secara
fundamental maupun teknikal ibarat kandang dan sapi. Sering kali investor saham
hanya melihat sapi yang ada di dalam kandang. Uniknya lagi, sapi yang diperhatikan
betul itu hanya ekornya saja. Selama ekor sapi masih bergerak naik turun, maka
investor melihat itu sebagai peluang untuk mendapatkan untung. Dia tidak melihat
bagaimana kandangnya atau kondisi sapinya. Dengan kata lain, pemahaman secara
fundamental yang diantaranya mencakup bisnis yang dijalankan perusahaan,
bagaimana prospek pasarnya, lebih kerap dikesampingkan. Investor lebih senang
melihat fluktuasi pergerakan harga sahamnya dibandingkan dengan memperhatikan
dan mendalami kinerja perusahaannya.

Sudahkah Anda mengenal baik perusahaan yang Anda jual-belikan sahamnya?

Anda mungkin juga menyukai