Anda di halaman 1dari 13

Saham Apa Yang Dimiliki Lo Kheng Hong ?

Lo Kheng Hong adalah salah seorang miliarder di pasar saham Indonesia yang mengeduk gain hingga
150.000%. Dia adalah 100% investor saham fundamental karena lihat manajemennya dan/atau pertumbuhan
perusahaannya. Sekalipun seorang miliarder, pria berusia 52 tahun yang telah bermain saham sejak usianya
30 tahun ini tidak punya karakter dan penampilan glamour, agresif, dinamis, meledak- ledak, atau
beradrenalin tinggi.

Lo Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem, bahkan terkesan dingin. Boleh jadi,
pembawaannya inilah yang menjadikan beliau sukses sebagai investor fundamental di pasar saham.
Asetnya di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi sejumlah saham yang mampu
mencetak keuntungan investasi (capital gain) hingga ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen.
Yang pasti, beliau tak hanya lihai memilah-milih saham-saham yang mampu menghasilkan gain besar. Ia juga
mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat pasar bearish maupun bullish. Tapi beliau bukan tipe
investor saham teknikal yang sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat mencermati
perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan kewaspadaan ekstra tinggi. Ia juga tidak
melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling mutakhir
sejenisnya.

beliau ini lebih memosisikan diri sebagai investor fundamental jangka panjang ketimbang investor teknikal
jangka pendek atau trader. Mungkin, itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham menjulukinya sebagai
‘Warren Buffett Indonesia’.

Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan beliau sebagai pemain saham sejati.
Berkat itu pula ia sempat jatuh hingga uangnya tinggal 15% dan bangkit hingga berhasil lolos dari krisis
moneter 1997- 1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%.
Yang unik, aset kekayaan beliau hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah 30 emiten di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti
emas, properti, atau kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak tertarik
untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas.

Kriteria pemilihan Saham ala Lo Kheng Hong :

1.    Lihat Manajemennya. Apakah Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) Atau Tidak ?
Dia mencari jawabannya Dari Kompetitornya, Karena biasanya Kompetitornya tahu. Dia mencari Tahu
Agar Tidak Beli Kucing Dalam Karung, Karena Ini Menyangkut Harta. Jangan Membeli Sesuatu Yang
Tidak Kita Tahu.
2.    Lihat Manajemen, Apakah Pengelolanya Jujur Atau Tidak ? Jangan Sampai Pengelolanya Suka
Ambil Uang Perusahaan, Sehingga investor Sebagai Sleeping Partner Dirugikan.

3.    Lihat Kinerjanya Lima Tahun Ke Belakang. Lihat Masa Lalunya. Apakah Emiten Bersangkutan
Mengalami Pertumbuhan Atau Tidak ? Menurutnya, Ada Empat Tipe Perusahaan. Pertama,
Perusahaan Yang Rugi Terus, Ada Yang Kadang Untung, Dan Kadang Merugi. Kemudian, Perusahaan
Yang Untung Besar Terus, Tapi Stagnan. Ada Juga Perusahaan Yang Growing Secara Berkala,
Misalnya Dari Rp 2 Triliun, Rp 5 Triliun, Dan Seterusnya. Inilah Perusahaan Yang Baik Dan Yang Dia
Cari. Menurutnya, Kalau perusahaan Sudah Lima Tahun Berturut-Turut Growing, Tandanya Itu Super
Company.

4.    Kemudian Lihat Sektor Usahanya. Apakah sektor usahanya menarik Atau Tidak ? Menurutnya,
Ada Sektor usaha Yang Kurang Menarik, Misalnya Sepatu, Tekstil, Dan Garmen. Tetapi Ada Juga
Yang Menarik, Seperti Kelapa Sawit Dan Pakan Ayam. Orang Banyak Makan Ayam Karena Ayam
Merupakan Sumber Protein Termurah Dan Dampak Negatifnya Terhadap Kesehatan Lebih Rendah
Dibanding Yang Lain.

1
5.    Kemudian Lihat Harganya berdasarkan Price To Earning Ratio (PER)-Nya. Apakah harganya
undervalue atau tidak ? Maksudnya, Saham Yang Harganya Rp 70.000 Bisa Lebih Murah Dibanding
Saham Yang Harganya Rp 250. Menurutnya, Harga Yang Reasonable Untuk Dibeli Yaitu Yang PER-
Nya Di Bawah Lima Kali, Itu Sangat Menarik Dan Potensial. Tapi Biasanya Perusahaan Yang Sudah
Baik Dan Manajemennya Bagus, PER-Nya Sudah Di Atas 10 Kali.

6.    Lihat Kemampuan Emitennya Dalam Membukukan Keuntungan. Seberapa hebat kemampuan


emiten mencetak laba bersihnya ? Return on Asset (ROA) adalah rumus yang biasa digunakan untuk
mengukur seberapa hebat kemampuan suatu emiten mencetak laba bersih berbekal nilai aset yang
dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kemampuan emiten yang handal mencetak keuntungan.
Belum begitu juga sebaliknya. Belum tentu emiten bermodal besar mampu mencetak laba yang besar.
Namun tidak jarang emiten beraset minim tetapi mampu membukukan pertumbuhan laba yang
signifikan. Karena perbandingannya menggunakan aset perusahaan, maka utang yang diperoleh juga
menjadi salah satu unsur perhitungan. Jadi, dengan total sumber daya perusahaan baik modal sendiri
maupun utang, berapa pendapatanyang mampu dihasilkan oleh emiten tersebut.

Saham Rujukan Dari Proses Seleksi Lo Kheng Hong :


Bagi investor fundamental pemula yang ingin investasi saham namun bingung memilih saham yang bagus,
mungkin bisa mencontek dari portofolio beliau.
Inilah saham –saham yang masuk kriteria pemilihan dari beliau :

1.    Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) , beliau memiliki kepemilikan saham 8,29% di perusahaan
tersebut.
2.    ?
sampai dengan 25.    ?
Lo Kheng Hong adalah salah seorang miliarder di pasar saham Indonesia yang mengeduk gain hingga
150.000%. Dia adalah 100% investor fundamental karena lihat manajemennya dan/atau pertumbuhan
perusahaannya. Sekalipun seorang miliarder, pria berusia 52 tahun yang telah bermain saham sejak usianya
30 tahun ini tidak punya karakter dan penampilan glamour, agresif, dinamis, meledak- ledak, atau
beradrenalin tinggi.
Lo Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem, bahkan terkesan dingin. Boleh jadi,
pembawaannya inilah yang menjadikan Kheng Hong sukses sebagai investor fundamental di pasar saham.
Asetnya di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi sejumlah saham yang mampu
mencetak keuntungan investasi (capital gain) hingga ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen.
Yang pasti, Kheng Hong tak hanya lihai memilah-milih saham-saham yang mampu menghasilkan gain besar.
Ia juga mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat pasar bearish maupun bullish. Tapi Kheng Hong
bukan tipe investor teknikal yang sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat
mencermati perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan kewaspadaan ekstra tinggi. Ia juga
tidak melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling
mutakhir sejenisnya.
Kheng Hong memang lebih memosisikan diri sebagai investor fundamental jangka panjang ketimbang
investor teknikal jangka pendek atau trader. Mungkin, itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham
menjulukinya sebagai ‘Warren Buffett Indonesia’.
Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan Lo Kheng Hong sebagai pemain
saham sejati. Berkat itu pula ia sempat jatuh hingga uangnya tinggal 15% dan bangkit hingga berhasil lolos
dari krisis moneter 1997- 1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%.
Yang unik, aset kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah emiten di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain,
seperti emas, properti, atau kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak
tertarik untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas.
Kriteria pemilihan Saham ala Lo Kheng Hong :
1.    Lihat Manajemennya. Apakah Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) Atau Tidak. Dia
mencari jawabannya Dari Kompetitornya, Karena biasanya Kompetitornya tahu. Dia mencari Tahu Agar
Tidak Beli Kucing Dalam Karung, Karena Ini Menyangkut Harta. Jangan Membeli Sesuatu Yang Tidak
Kita Tahu.
2
2.    Lihat Manajemen, Apakah Pengelolanya Jujur Atau Tidak. Jangan Sampai Pengelolanya Suka
Ambil Uang Perusahaan, Sehingga investor Sebagai Sleeping Partner Dirugikan.
3.    Lihat Kinerjanya Lima Tahun Ke Belakang. Lihat Masa Lalunya. Apakah Emiten Bersangkutan
Mengalami Pertumbuhan Atau Tidak. Menurutnya, Ada Empat Tipe Perusahaan. Pertama, Perusahaan
Yang Rugi Terus, Ada Yang Kadang Untung, Dan Kadang Merugi. Kemudian, Perusahaan Yang
Untung Besar Terus, Tapi Stagnan. Ada Juga Perusahaan Yang Growing Secara Berkala, Misalnya Dari
Rp 2 Triliun, Rp 5 Triliun, Dan Seterusnya. Inilah Perusahaan Yang Baik Dan Yang Dia Cari.
Menurutnya, Kalau perusahaan Sudah Lima Tahun Berturut-Turut Growing, Tandanya Itu Super
Company.
4.    Kemudian Lihat Sektor Usahanya, Bagus Atau Tidak. Menurutnya, Ada Sektor usaha Yang Kurang
Menarik, Misalnya Sepatu, Tekstil, Dan Garmen. Tetapi Ada Juga Yang Menarik, Seperti Kelapa Sawit
Dan Pakan Ayam. Orang Banyak Makan Ayam Karena Ayam Merupakan Sumber Protein Termurah
Dan Dampak Negatifnya Terhadap Kesehatan Lebih Rendah Dibanding Yang Lain.
5.    Kemudian Lihat Harganya Dari Price To Earning Ratio (PER)-Nya. Jangan Bilang Saham A Karena
Harganya Rp 250 Dibilang Murah, Dan Saham B Yang Harganya Rp 70.000 Dibilang Mahal.
Maksudnya, Saham Yang Harganya Rp 70.000 Bisa Lebih Murah Dibanding Saham Yang Harganya Rp
250. Menurutnya, Harga Yang Reasonable Untuk Dibeli Yaitu Yang PER-Nya Di Bawah Lima Kali, Itu
Sangat Menarik Dan Potensial. Tapi Biasanya Perusahaan Yang Sudah Baik Dan Manajemennya Bagus,
PER-Nya Sudah Di Atas 10 Kali.
6.    Lihat Kemampuan Emitennya Dalam Membukukan Keuntungan menggunakan Return on Asset
(ROA). Return on Asset (ROA) adalah rumus yang biasa digunakan untuk mengukur seberapa hebat
kemampuan suatu emiten mencetak laba bersih berbekal nilai aset yang dimilikinya. Semakin besar
ROA menunjukkan kemampuan emiten yang handal mencetak keuntungan. Belum begitu juga
sebaliknya. Belum tentu emiten bermodal besar mampu mencetak laba yang besar, kata Pardomuan.
Namun tidak jarang emiten beraset minim tetapi mampu membukukan pertumbuhan laba yang
signifikan. Karena perbandingannya menggunakan aset perusahaan, maka utang yang diperoleh juga
menjadi salah satu unsur perhitungan. Jadi, dengan total sumber daya perusahaan baik modal sendiri
maupun utang, berapa pendapatanyang mampu dihasilkan oleh emiten tersebut.
Saham Rujukan Dari Proses Seleksi Lo Kheng Hong :
Bagi investor fundamental pemula yang ingin investasi saham namun bingung memilih saham mana yang
bagus, mungkin bisa mencontek dari portofolio beliau. Tapi tentunya harus dihitung ulang berbagai rasionya,
apakah masih layak untuk dibeli atau tidak. Keep be you self.
Inilah saham –saham yang masuk kriteria pemilihan dari beliau :
1.    PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) , beliau memiliki kepemilikan saham 8,29% di
perusahaan tersebut.
2.   PT United Tractor (UNTR) Tbk.
3.    ?
24.    ?
25.    ?

KRITERIA PENILAIAN UNTUK BERINVESTASI DI SAHAM SYARIAH YANG BISA


DIJADIKAN ACUAN
kemungkinan bagi Kita sebagai investor untuk mendapatkan keuntungan tergantung pada kemampuan Kita
dalam memilih saham unggulan. Saat memutuskan untuk berinvestasi di saham, Kita sebagai investor harus
membuat penilaian tentang perusahaan, manajemennya, dan jenis industrinya, seperti misalnya pertambangan
atau transportasi. Kita sebagai investor harus memahami tentang bisnis perusahaan, dan yakin bahwa
perusahaan tersebut dijalankan secara baik dan jujur serta memiliki prospek untuk berkembang.
Ada beberapa kriteria penilaian untuk berinvestasi di saham syariah yang bisa dijadikan acuan:
1.    Apakah efeknya termasuk ke daftar efek Syariah ?
2.    Apakah sektor usaha/bidang bisnisnya menarik ?
3.    Apakah harganya sesuai dengan dana yang Kita miliki ?
4.    Apakah manajemen perusahaan menerapkan “Good Corporate Governance (GCG)” ?
5.    Apakah manajemen perusahaan bersifat jujur ?
6.    Apakah produk/jasanya memiliki keunggulan dalam bentuk brand (kekuatan merk) ?
7.    Bagaimana cost efficiency (efisiensi biaya) ?
3
8.    Apakah customer dari perusahaannya mengalami kesulitan untuk berpindah ke produk/jasa lain
(switching)?
9.    Apakah produknya memiliki protection (berupa hak paten) ?
10.    Apakah return on equity (ROE)-nya lebih dari 15% ?
11.    Apakah perusahaan mengalami pertumbuhan laba (PEG Ratio) diatas 20% per tahun ?
12.    Apakah perusahaan memiliki debt ratio yang relatif rendah ?
13.    Apakah perusahaan memiliki rasio harga per free cashflow rendah ?
14.    Apakahkah harga sahamnya dibawah harga yang wajar ?

INVESTASI SAHAM SYARIAH BAGI PEMULA


Investasi saham syariah adalah suatu hal yang cukup menarik di bidang bisnis. karena dengan investasi saham
syariah yang cermat, kita bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat.
Sebagian besar masyarakat kita pernah mendengar kata “saham” namun tak jarang yang masih menyisakan
banyak pertanyaan di benaknya. Misalnya, apakah investasi saham syariah bisa dilakukan oleh individu?
Atau, Jika penghasilan Kita kurang dari Rp 5 juta per bulan, bisakah Kita berinvestasi saham syariah? Atau,
Jika Kita ingin berinvestasi saham syariah, apa tahapannya dan siapa yang harus Kita hubungi?.
Seperti kita ketahui, saham syariah adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu
perusahaan. Kita membeli saham syariah berarti Kita membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan tersebut.
Selama perusahaan beroperasi dan membukukan keuntungan, Kita sebagai investor juga berhak mendapat
bagian dalam bentuk dividen. Namun,  dividen tidak diwajibkan. Kita juga bisa mengambil keuntungan dari
naiknya harga saham syariah tersebut dari waktu ke waktu dalam bentuk Capital gain.
Bagaimana Memulai Investasi Saham syariah?
Sebelum memulai berinvestasi saham syariah, Kita harus membuka rekening efek terlebih dahulu melalui
perusahaan sekuritas yang terdaftar sebagai anggota bursa di Bursa Efek Indonesia (BEI). Demi keamanan
dana Kita, sebaiknya pilih perusahaan sekuritas yang berplat merah “anak usaha BUMN”, yang bebas biaya
bulanan dan tidak mengenal sistem dorman account. Selain itu, Kita diharuskan menyetor sejumlah deposit
yang bisa bervariasi antara Rp 5 juta – Rp 50 juta. Masing-masing sekuritas berbeda satu sama lain—-ada
yang menawarkan full-service, ada yang hanya melayani jual-beli saja. Ada pula perusahaan sekuritas yang
memberikan jasa online brokerage, sehingga Kita bisa melakukan jual-beli lewat internet. Beberapa di
antaranya adalah:
•    BNI Securities
•    Danareksa Securities
•    Mandiri Indonesia
•    Samuel Sekuritas Indonesia
•    Sarijaya Permana Sekuritas
•    Supra Securinvest
Setelah Kita mengisi form, melengkapi persyaratan dan administrasi, biasanya 2-3 hari kemudian Kita bisa
mulai berinvestasi saham syariah. Besarnya fee untuk bertransaksi umumnya sekitar 0,2% untuk beli dan
0,3% untuk jual. Perusahaan sekuritas biasanya membolehkan Kita untuk bertransaksi yang nilainya 2-3 kali
dari deposit yang Kita setorkan. Dana biasanya ditransfer dari/ke rekening Kita pada T+2 (beli) sampai T+3
(jual).
Namun, Kita juga perlu berhati-hati dengan broker-dealer. Mereka dibayar berdasarkan komisi beli-jual—tak
peduli Kita untung atau rugi. Broker-broker nakal bahkan sering menggunakan dana Kita tanpa ijin untuk
melakukan transaksi sendiri. Selain itu, sebagian broker (perusahaan sekuritas) juga bertindak sebagai
penjamin emisi (underwriter) ketika sebuah perusahaan mendaftarkan diri di bursa. Demi alasan marketing,
mereka punya kepentingan untuk menjaga agar harga saham emiten tersebut tetap “bagus.” Oleh karenanya,
jangan jadikan rekomendasi dari analis sebagai sumber utama dalam melakukan investasi saham—melainkan
sebagai saran saja. Yang terbaik tentu saja tetap do your own homework!.

4
Metode Investasi Saham syariah : Analisis Fundamental & Analisis Teknikal
Dalam dunia investasi saham, ada 2 metode yang lazim digunakan sebagai alat, memilih saham unggulan
yaitu fundamental analysis (FA) dan technical analysis (FA).
FA menilai saham syariah berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri, karenanya, FA lebih
sesuai untuk investasi jangka panjang. Seorang FA sejati biasanya tak cuma sekadar menganalisis data
keuangan saja, bisa juga sampai datang ke perusahaan yang diincar, berbicara dengan manajemen dan
pemiliknya, melihat visi-misi dan strategic plan ke depan, dan sebagainya. Tak jarang seorang FA sejati
sampai terbang ke seantero dunia demi mengorek informasi langsung dari perusahaan. Seorang FA sejati
biasanya memiliki filosofi “buying a business not a share” dan jarang menjual saham syariah yang pernah
dibelinya.
Sementara itu, seorang TA menilai harga saham syariah berdasarkan refleksi harga di masa lalu dengan
membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi di masa depan. TA akan membantu Kita
memperkirakan arah pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta
menunjukkan target arah beserta risikonya. TA lazimnya dilakukan dengan bantuan software dan banyak
mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, TA lebih cocok untuk trading (spekulasi) dalam
jangka pendek atau perlindungan (hedging).
Khusus di Indonesia, ada sebagian orang yang memasukkan bandarmologi analysis (BA) sebagai salah satu
alat alternatif. Singkatnya, BA dilakukan dengan mencari rumor dan bisikan tertentu, lalu membonceng
bandar saat mereka akan menggoreng sebuah saham syariah. BA hanya sesuai untuk dilakukan dalam waktu
yang benar-benar pendek—-dan Kita punya akses untuk menemukan saham syariah mana yang siap untuk
digoreng.
Gorengan (cornering) adalah aksi yang dilakukan untuk memanipulasi harga dengan membuat permintaan
yang sangat tinggi atas saham syariah tersebut. Setelah harga saham syariahnya melewati target point tertentu,
mereka kemudian melakukan aksi jual untuk meraih capital gain. Saham syariah-saham syariah gorengan
biasanya merupakan saham syariah lapis dua-tiga yang peredarannya tidak banyak dan harganya relatif
murah. Mereka bisa naik-turun dengan sangat drastis tanpa sebab yang jelas dan harga saham syariah tidak
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Mana yang paling tepat untuk digunakan berinvestasi saham syariah ? Masing-masing hanya sebuah alat yang
akan bermanfaat bila digunakan oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat pula.
Kalau Kita tertarik mempelajari lebih lanjut fundamental analysis, silakan baca buku 125 Kata-kata bijak
Warren Buffet dan buku Buffetology karya Mary Buffet dan David Clark, buku The Intelligent Investor karya
Benjamin Graham, terbitan HarperBusiness Essential. Aslinya, buku ini terbitan tahun 1973, namun ditulis
ulang tahun 2003. Buku Henry Markowitz, Portfolio Selection: Efficient Diversification of Investments,
terbitan Yale University Press juga layak dijadikan referensi.
Sementara itu, kalau Kita lebih prefer ke technical analysis, disarankan membaca buku Technical Analysis of
the Financial Markets karya John Murphy, terbitan New York Institute of Finance (1986) dan buku Technical
Analysis A to Z karya Stephen Achelis (2003).

Bagaimana Memilih Saham Syariah Unggulan ?


Setelah rekening efek Kita siap dan Kita sudah bisa melakukan jual/beli saham syariah, maka bagian tersulit
dari investasi saham syariah adalah memilih saham syariah mana yang akan dibeli dan dijadikan jagoan yang
nantinya akan memberikan hasil terbaik bagi kita. Karena saham syariah merupakan tanda kepemilikan kita
atas perusahaan, maka ada baiknya untuk berfikir layaknya pemilik bisnis (business owner). Sebelum
menentukan perusahaan mana yang ingin dibeli, lakukan investigasi terlebih dahulu terhadap fundamental
perusahaan yang Kita incar.
Ada ratusan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kita bisa memulai dengan menyortir
perusahaan-perusahaan yang masuk daftar efek Syariah. Pilih perusahaan yang masuk ke bursa efek Syariah
Jakarta (JII).
Kemudian, sortir berdasar perusahaan-perusahaan dengan bidang sektor usaha/bisnis yang Kita pahami atau
perusahaan-perusahaan yang memiliki produk dan jasa unggulan atau sektor usaha/bisnis yang menarik bagi
Kita. Pilih perusahaan yang memiliki sektor usaha/bisnis yang Kita pahami atau menarik bagi Kita.
Selanjutnya, sortir berdasar dana yang Kita miliki. Pilih perusahaan yang harga saham syariahnya Kita
perkirakan sesuai dengan dana yang Kita miliki di rekening. Hindari perusahaan yang punya harga saham
syariah tidak sesuai dengan dana yang Kita miliki di rekening, misalnya sebuah perusahaan otomotif PT Astra
Internasional Kita anggap bagus seharga Rp. 54.000/lembar, namun dana Kita di rekening hanya sebesar
5
Rp.10 juta. Percuma kita memasukannya, karena kita tidak akan mampu membelinya. 500 lembar (1 lot)x
Rp.54.000=Rp.27.000.000.
Berikutnya, sortir berdasar manajemen dan pemiliknya. Pilih perusahaan yang dikelola oleh tim manajemen
yang mumpuni dan jujur. Hindari perusahaan yang punya tren “aneh”, misalnya sebuah perusahaan batu bara
ketika harga komoditi batu bara naik namun harga saham syariahnya justru turun. Ada baiknya juga memilih
perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah atau grup bisnis yang terkenal profesional. Perusahaan yang
dimiliki pemerintah (BUMN) biasanya “dituntut” untuk profitable dan memberikan sumbangan kepada
negara melalui penerimaan dividen. Hindari perusahaan yang dimiliki (dikelola) oleh grup-grup bisnis yang
memiliki reputasi kurang baik. Berhati-hatilah karena mereka tak jarang melakukan manipulasi laporan
keuangan atau melakukan trik financial engineering yang kasar.
Warren Buffett menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki economic moats, atau keunggulan
kompetitif yang sulit untuk ditiru oleh kompetitornya. Economic moats bisa berupa keunggulan dalam bentuk
brand (kekuatan merk), cost (efisiensi biaya), switching (“kesulitan” untuk berpindah ke produk/jasa lain),
atau protection (perlindungan berupa paten, hak pengelolaan, aturan pemerintah, dsb). Economic moats
tersebut akan membuat customer rela membayar lebih tinggi. Oleh karenanya, perusahaan yang memiliki
economic moats bagus akan lebih profitabledan tetap bisa bertumbuh—-sekalipun suku bunga atau harga-
harga sedang naik.
Sebagian orang juga menyarankan untuk membeli perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar (bluechip) dan
yang likuid serta sering dijualbelikan (LQ45). Perhatikan juga bila perusahaan tersebut berencana untuk
membeli kembali (buyback) saham mereka. Biasanya itu merupakan pertanda saham mereka dihargai lebih
murah dan punya prospek yang bagus di masa depan.
Masih bingung juga? Mungkin Kita bisa sedikit “mencontek” portofolio dari reksadana saham syariah yang
selama ini punya kinerja moncer. Isi perut reksadana tersebut bisa dilihat dari laporan tahunan dan/atau
prospektus mereka. Kita bisa gunakan portofolio mereka sebagai guidance untuk menyeleksi perusahaan yang
akan menjadi tempat Kita berinvestasi.
Nah, kalau Kita menyortir sekian ratus perusahaan yang listing di JII (Jakarta Islamic Index), maka sampai
tahap ini pilihan yang tersisa mungkin tinggal 20-30 perusahaan saja. Cari informasi lebih lengkap tentang
kondisi sebenarnya perusahaan tersebut, misalnya dari karyawan, klien, supplier, atau akuntan yang
mengaudit perusahaan tersebut. Bila ada waktu, kunjungi perusahaannya supaya mendapat gambaran yang
lebih lengkap. Kalau tidak, berarti Kita harus “make sure” bahwa laporan keuangan sudah mencerminkan
kondisi sesungguhnya dari perusahaan tersebut.
Baca laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang Kita incar. Kita bisa
menemukannya di idx.co.id. Alternatifnya, Kita juga bisa men-download di situs web perusahaan yang
bersangkutan.
Pilih perusahaan dengan return on equity (ROE) lebih dari 15%. Untuk menghitung ROE Kita harus
mengetahui Laba Bersih (net Income) dan Jumlah Saham syariah (total equity) dari perusahaan. Skala yang
digunakan ROE adalah skala rasio dengan menggunakan satuan ukur persen (%). Rumus yang digunakan
untuk menghitung ROE = Laba Bersih (net Income) / Jumlah Saham syariah (total equity). Hal ini
menggambarkan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya. Kalau ROE
hanya berkisar 8-9%, maka berinvestasi saham syariah di perusahaan tersebut sama saja dengan menabung
dalam bentuk deposito.
Selanjutnya, pilih perusahaan yang pertumbuhan laba (PEG Ratio) stabil berkisar antara 20% atau lebih.
Selanjutnya, Pilih juga perusahaan yang memiliki debt ratio yang relatif rendah.
Selanjutnya, Pilih juga perusahaan yang memiliki rasio harga per free cashflow rendah. Artinya, perusahaan
bisa menghasilkan kas dalam jumlah besar untuk membiayai operasional perusahaan dan melakukan ekspansi
tanpa perlu mengandalkan pinjaman dari luar yang berbiaya tinggi. Untuk menghitung rasio harga per free
cashflow. Kita harus mengetahui Modal (market capitalization) dan cadangan kas (free cashflow) dari
perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price to FCF = Modal (market capitalization) /
cadangan kas (free cashflow).
Selanjutnya, Pilih juga perusahaan yang memiliki rasio debt to capital yang rendah juga memungkinkan
perusahaan menghasilkan cashflow yang lebih sehat dan tak terlalu sensitif dengan pergerakan suku bunga.
Sampai tahap ini, mungkin tinggal 10-15 perusahaan saja yang tersisa di tangan Kita.
Lalu, bagaimana cara untuk menentukan harga wajar saham syariah tersebut? Pertama, tentukan earning per
share (EPS) dan tren pertumbuhannya untuk 5 tahun ke depan. Jika pertumbuhannya di atas 15%, gunakan
rate 15%; sementara bila pertumbuhannya di bawah 10%, gunakan rate 10%. Kalikan untuk melihat future
6
value pada akhir tahun kelima.
Setelah menemukan EPS pada akhir tahun kelima, kalikan dengan price earning ratio (PER) pada tahun
tersebut. PER pada tahun tersebut dihitung dengan aturan sederhana; bila PER kurang dari 20%, gunakan rate
12%; bila PER lebih dari 20%, gunakan rate 17%. Selama ini, penelitian menunjukkan sangat jarang
perusahaan membukukan PER tinggi lebih dari 17% selama bertahun-tahun. Setelah dikalikan, Kita akan
menemukan perkiraan harga saham syariah pada akhir tahun kelima.
Selanjutnya, tentukan berapa value sebenarnya saham syariah tersebut. Caranya, tambahkan perkiraan harga
saham syariah pada akhir tahun kelima dengan dividen yang diperoleh. Dividen dihitung dengan
menjumlahkan EPS selama lima tahun dikalikan dengan dividen payout ratio (DPR). Setelah ketemu fair
value saham syariah tersebut pada akhir tahun kelima, tinggal mendiskontokan ke nilai sekarang dengan
target (hurdle rate) yang kita inginkan.
Perhatikan contoh berikut:
Dengan menggunakan hurdle rate 15%, yaitu mengasumsikan saham syariah perusahaan akan memberikan
return 15% secara kontinu, saham syariah TLKM bisa dibeli di bawah harga Rp 10.500. Sementara dengan
hurdle rate 20%, saham syariah TLKM harus dibeli di bawah harga Rp 8.500. Nah, bila harga saat ini Rp
9.700, kalau mengharap return setidaknya 15% per tahun, Kita boleh membeli sekarang. Namun, bila Kita
mengharapkan return setidaknya 20%, Kita harus menunggu sampai harganya turun ke Rp 8.500.
Tentu saja perhitungan tersebut masih sangat kasar. Bisa jadi, harga yang nantinya terbentuk jauh melampaui
perhitungan tersebut. Tapi setidaknya simulasi di atas bisa jadi acuan untuk menaksir harga wajar suatu
saham syariah.
Setelah menemukan 5-7 saham syariah terbaik yang memenuhi hurdle rate Kita dan diperdagangkan di bawah
nilai intrinsiknya, buy as much as you can. Hold untuk waktu yang lama. Insya Allah 4-5 tahun investasi Kita
mulai menunjukkan hasil.

Last but Not Least


Invest your time before invest your money. Sebelum terjun beneran, ada baiknya untuk meluangkan waktu
belajar, membaca buku, mengikuti workshop, dan menggali lebih banyak informasi lain.
Jangan lupakan juga aturan dasar dalam berinvestasi: beli perusahaan bagus dengan harga diskon. Don’t be
afraid to wait. Cari timing bagus yang memungkinkan Kita membeli di harga murah, misalnya bulan-bulan
Januari-Februari. Kalau Kita bisa membeli murah, walaupun harga tidak naik, Kita tetap melakukan “best
buying” dan tetap mendapatkan potensi keuntungan melalui dividen.
Bagaimana dengan pergerakan naik turunnya harga? Kita sendiri tak terlalu memedulikan. John Bogle, dalam
tesisnya sewaktu masih di Princeton, mengatakan bahwa dalam jangka pendek harga akan selalu bergerak
mengikuti psikologi dan sentimen pasar. Namun dalam jangka panjang, harga akan mencerminkan
fundamental perusahaan itu sendiri. Selama tembakan kita jitu, dalam jangka panjang, ia akan memberi
keuntungan yang cukup lumayan buat kita. Jangan tergoda untuk keluar-masuk hanya karena fluktuasi harga.
Lebih baik Kita fokus pada pekerjaan lain atau mencari penghasilan alternatif untuk diinvestasikan lagi ke
portofolio Kita.
Walau terdengar klise, jangan lupa untuk selalu berdoa agar dibimbing dalam membuat analisis dan
keputusan investasi terbaik. Kalau investasi Kita sudah sukses, jangan lupakan untuk sisihkan setidaknya 10%
dari keuntungan Kita buat fakir miskin dan anak yatim. Kalau ada orang lain yang tertarik mencoba
mengikuti jejak Kita, jangan segan-segan untuk membagi ilmu dan pengalaman.
Bagaimana Menghitung Rasio Keuangan Perusahaan ?

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara
garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu : keuntungan (profitability), harga (price ),
likuiditas (liquidity), daya ungkit (leverage), dan efisiensi.
1. Rasio Hasil Terhadap Saham syariah (ROE)
ROE = Laba Bersih / Jumlah Saham syariah
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya.
Untuk menghitung ROE Kita harus mengetahui Laba Bersih (net Income) dan Jumlah Saham syariah
(total equity) dari perusahaan. Skala yang digunakan ROE adalah skala rasio dengan menggunakan satuan
ukur persen (%).
2. Rasio Laba Terhadap Saham syariah Beredar (EPS)
EPS = Laba Bersih / Jumlah Saham syariah Beredar
7
Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan yang didapat investor dari perusahaan.
Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk
menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham syariah suatu perusahaan di
bursa saham syariah.
3. Rasio Pertumbuhan EPS
Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap saham syariah beredar (EPS) pada tahun
berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan
pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk
memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham syariah suatu perusahaan di bursa saham
syariah.
3. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Laba Perlembar Saham syariah (PER)
P/E Ratio = Harga Saham syariah / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E ratio yang dihitung dengan cara membagi harga saham syariah dengan
keuntungan perlembar saham syariah. Rasio ini digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan
dengan P/E ratio rata-rata dari perusahaan dalam kelompok industri sejenis.
4. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Pertumbuhan Laba Perseroan (PEG Ratio)
PEG Ratio = P/E Ratio / Pertumbuhan Tahunan EPS
Semakin rendah peg ratio suatu perusahaan maka berarti harga saham syariahnya adalah dibawah harga
semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio pertumbuhan EPS yang tinggi. Misalnya suatu
perusahaan dengan pertumbuhan EPS sebesar 21.5% dengan P/E ratio sebesar 37.3% maka peg ratio nya
adalah 21.5/37.3=0.576.
5. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Penjualan (P/S Ratio)
P/S Ratio = Harga Saham syariah / Penjualan Per Lembar Saham syariah
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan
keuntungan dimana rasio ini. Semakin rendah p/s ratio suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan
lain dalam kelompok industri yang sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.
6. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Nilai Buku (PB/V Ratio)
PB/V Ratio = Harga Saham syariah / (Total Harta – Total Hutang)
Semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham syariah tersebut murah atau berada dibawah harga
sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada
perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan xxx memiliki harta sebesar rp. 100 milyar dan hutangnya
sebesar rp. 70 milyar maka nilai buku perusahan tersebut adalah rp. 30 milyar dan apabila saham syariah
yang beredar 500 juta maka berarti setiap saham syariah mewakili rp. 600 nilai buku, dengan harga
perlembar saham syariah sebesar rp. 1.200 maka berarti pb/v rasio perusahaan tersebut adalah 1.200/600
= 2.
7. Rasio Hutang Perseroan
Debt ratio = total utang / total aset
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Misalnya, rasio hutang 30 % artinya
bahwa 30% dari aset dibiayai oleh hutang. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan
suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah
keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan.
7. Rasio Harga Terhadap Free Cashflow (FCF)
Price to Free Cashflow = market capitalization / free cashflow
Rasio ini mengukur seberapa besar harga bisa menghasilkan kas dalam jumlah besar untuk membiayai
operasional perusahaan dan melakukan ekspansi tanpa perlu mengandalkan utang dari luar yang berbiaya
tinggi. Misalnya, rasio Price to Free Cashflow 5% artinya bahwa 5% dari harga bisa membiayai
operasional perusahaan.
8. Margin Pendapatan Bersih
Margin pendapatan bersih = pendapatan bersih / total penjualan
Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi keuntungan
bersih dengan total penjualan rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang di
peroleh dari setiap penjualan.
9. Perputaran Inventaris
Perputaran inventaris = biaya barang yang terjual / inventaris
8
Inventory turnover adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual
dengan inventaris, yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu berapa
kali perputaran inventaris selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana
perusahaan berada. Sebagai contoh, toko kue akan mempunyai tingkat perputaran yang jauh lebih tinggi
daripada pabrik pesawat. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah membandingkan hasil yang diperoleh
dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sejenis.
23 April 2012 at 17:27 Tinggalkan Komentar

LANGKAH-LANGKAH SEBELUM BERINVESTASI SAHAM SYARIAH

1. Berapa besar dana dan waktu yang kita miliki ?


Kita bisa memilih untuk menyimpan uang kita di bank dimana kita bisa mengakses uang kita kapan
saja.
Berapa banyak uang yang kita simpan di bank dan berapa banyak uang yang akan kita investasikan di
saham syariah?

2. Apakah perlu bagi kita untuk berinvestasi di saham syariah ?


Jika kita tidak memiliki waktu atau informasi yang cukup tentang berinvestasi, kita harus benar-benar
mempertimbangkan apakah perlu bagi kita untuk berinvestasi di saham syariah.
• kita harus memahami investasi saham syariah dan risiko yang terkandung didalamnya.
• selama kita berinvestasi, kita harus memonitor performanya.
• kita harus memutuskan kapan kita menjual investasi kita.
Peroleh informasi dari pihak yang menjual dan situs dari pihak yang menerbitkan instrumen investasi
saham syariah tersebut, juga dari situs regulator (bapepam-lk) dan bursa efek.
Kita sering membandingkan rate of return antara tabungan di bank, deposito berjangka, reksa dana
serta obligasi dan mengandalkan informasi tersebut untuk membuat keputusan terkait dengan rencana
investasi kita. Tetapi, rate of return hanya sebagian kecil dari informasi yang kita butuhkan ketika kita
memutuskan untuk berinvestasi saham syariah.

3. Apakah kita siap jika mengalami kehilangan sebagian atau seluruh uang kita ?
Kita juga harus mempertimbangkan risiko bahwa suatu hari kita bisa kehilangan sebagian atau
seluruh uang kita. Untuk produk apa saja, dalam situasi dan kondisi apa saja, kita bisa kehilangan
uang kita? Dan kira-kira bagaimana situasi dan kondisi tersebut bisa terjadi?

4. Berapa total biaya yang harus kita keluarkan bila kita berinvestas di saham syariah ?
Kita juga harus memahami total biaya yang harus kita keluarkan bila kita membeli instrumen
investasi tersebut. Biaya bank berbeda cara penghitungannya dengan biaya jasa manajer investasi.
Karena kita berinvestasi maka pihak lain (termasuk manajer investasi, broker-dealer dan pihak yang
menjual produk tersebut) menerima keuntungan dari uang yang kita investasikan, umumnya berupa
fee. Sebelum kita memutuskan untuk membeli suatu produk investasi kita harus tahu berapa banyak
fee dan biaya lain yang harus kita bayarkan.

5. Apakah investasi saham syariah cocok bagi kita ?


Berapa besar risiko yang siap kita tanggung? Bagaimana kemungkinan bahwa kita kehilangan seluruh
uang kita akan mempengaruhi posisi keuangan kita? Kita perlu mendiskusikan tentang kesempatan
dan risiko dengan pihak lain, termasuk keluarga yang akan dipengaruhi oleh keputusan investasi kita.
Beberapa tipe produk investasi sangat mudah untuk dipahami. Namun investasi di saham syariah
termasuk yang sulit untuk dimengerti. Hal itu disebabkan mereka memiliki struktur yang komplek
dan memilki beberapa derivative (produk turunan). Sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi, kita
harus secara seksama memperhatikan dan memahami bagaimana cara kerja suatu produk investasi
atau total biaya yang harus kita bayar untuk memiliki produk tersebut atau faktor-faktor yang bisa
menyebabkan kerugian.
Ungkapan bijak dalam berinvestasi: jika kita tidak memahami suatu produk investasi, jangan
membeli produk tersebut. Berinvestasilah pada produk yang kita pahami.
9
6. Sudahkah kita mempelajari berbagai pilihan investasi yang tersedia ?
Sekali kita memutuskan untuk berinvestasi di salah satu produk, dapatkan informasi yang cukup dan
pelajarilah di rumah. Bandingkan produk investasi dari penerbit yang berbeda. Jangan terburu-buru
mengambil keputusan.

7. Bagaimana manajemen uang kita dalam mengelola investasi di saham syariah ?


Susunlah rencana untuk mengatur uang dari investasi saham syariah kita. Tentukan alokasi dananya.
Jika bidang bisnis dari penerbit saham syariahnya menarik apakah kita akan memperbesar alokasi
dananya untuk mendapatkan keuntungan? Lalu bagaimana sebaliknya?
Sebagian pihak mengatakan bahwa diversifikasi (peragaman) adalah yang terbaik untuk strategi
investasi. Usahakan untuk menghindari sektor bisnis yang tidak dipahami.

8. Bagaimana metode kita memilih saham syariah unggulan ?


Dalam dunia investasi saham syariah, ada 2 metode yang lazim digunakan sebagai alat, memilih
saham syariah unggulan yaitu fundamental analysis (fa) dan technical analysis (fa).
Fa menilai saham syariah berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri, karenanya, fa lebih
sesuai untuk investasi jangka panjang. Seorang fa sejati biasanya tak cuma sekadar menganalisis data
keuangan saja, bisa juga sampai datang ke perusahaan yang diincar, berbicara dengan manajemen dan
pemiliknya, melihat visi-misi dan strategic plan ke depan, dan sebagainya. Tak jarang seorang fa
sejati sampai terbang ke seantero dunia demi mengorek informasi langsung dari perusahaan. Seorang
fa sejati biasanya memiliki filosofi “buying a business not a share” dan jarang menjual saham syariah
yang pernah dibelinya.
Sementara itu, seorang ta menilai harga saham syariah berdasarkan refleksi harga di masa lalu dengan
membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi di masa depan. Ta akan membantu kita
memperkirakan arah pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta
menunjukkan target arah beserta risikonya. Ta lazimnya dilakukan dengan bantuan software dan
banyak mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, ta lebih cocok untuk trading
(spekulasi) dalam jangka pendek atau perlindungan (hedging).
Khusus di indonesia, ada sebagian orang yang memasukkan bandarmologi analysis (ba) sebagai salah
satu alat alternatif. Singkatnya, ba dilakukan dengan mencari rumor dan bisikan tertentu, lalu
membonceng bandar saat mereka akan menggoreng sebuah saham syariah. Ba hanya sesuai untuk
dilakukan dalam waktu yang benar-benar pendek—-dan kita punya akses untuk menemukan saham
syariah mana yang siap untuk digoreng.
Gorengan (cornering) adalah aksi yang dilakukan untuk memanipulasi harga dengan membuat
permintaan yang sangat tinggi atas saham syariah tersebut. Setelah harga saham syariahnya melewati
target point tertentu, mereka kemudian melakukan aksi jual untuk meraih capital gain. Saham
syariah-saham syariah gorengan biasanya merupakan saham syariah lapis dua-tiga yang peredarannya
tidak banyak dan harganya relatif murah. Mereka bisa naik-turun dengan sangat drastis tanpa sebab
yang jelas dan harga saham syariah tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Mana yang paling tepat untuk digunakan berinvestasi saham syariah ? Masing-masing hanya sebuah
alat yang akan bermanfaat bila digunakan oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat pula.

9. Bagaimana strategi kita mengelola investasi saham syariah ?


Susunlah juga rencana untuk memonitor performa dari investasi saham syariah kita. Tentukan
batasnya. Jika nilainya naik apakah kita akan langsung menjualnya untuk mendapatkan keuntungan?
Lalu bagaimana sebaliknya?
Sebagian pihak mengatakan bahwa buy-and-hold-strategy adalah yang terbaik untuk jangka panjang.
Setiap kali kita membeli dan menjual efek maka kita akan membayar biaya transaksi, yang kadang
jumlahnya cukup signifikan. Usahakan untuk menghindari transaksi yang terlalu sering. Namun tentu
saja bahwa buy-and-hold-strategy hanya berlaku jika produk investasi yang kita miliki mempunyai
prospek bagus untuk jangka panjang. Kita juga harus memperhatikan pajak yang akan kita tanggung
ketika kita menjual dan membeli produk investasi.

10
APAKAH KITA MEMILIKI UANG LEBIH ?
Ketika Kita memiliki ”uang lebih” maka kebanyakan kita akan berpikir bagaimana memanfaatkan uang lebih
tersebut, ada juga yang berfikir bagaimana memperbanyak atau meningkatkan nilai dari uang tersebut.
”Investasi” menjadi kata yang sudah tidak asing didengar, tapi sejauhmanakah kita memahami investasi yang
sebenarnya ?

APAKAH KITA BERMINAT BERINVESTASI ?


Apakah Kita memiliki uang lebih daripada yang Kita butuhkan setiap harinya?
Sebagian Kita menyimpan kelebihan uang Kita di bank syariah, untuk membeli rumah atau mobil, atau
membayar uang sekolah anak Kita atau untuk dana pensiun. Uang yang disimpan di bank syariah
menghasilkan pendapatan yang berasal dari Nisbah (bagi hasil) bank syariah. Misalnya, jika Nisbah (bagi
hasil) bank syariah setara 10% pertahun, maka pendapatan Nisbah (bagi hasil) yang diterima oleh nasabah
dari tabungan sebesar Rp.1.000.000 adalah Rp. 100.000. Tingkat Nisbah (bagi hasil) bank syariah berubah
dari waktu ke waktu.
Sebagian Kita memilih untuk menghabiskan saja kelebihan uang Kita.
Atau, jika Kita memiliki uang lebih besar daripada yang Kita butuhkan untuk biaya hidup, Kita bisa memilih
untuk berinvestasi. Hal ini berarti Kita membeli aset dan diharapkan dari aset tersebut akan menghasilkan
pendapatan, dan ketika Kita menjualnya, Kita mengharapkan akan adanya keuntungan. (Jika Kita menerima
keuntungan, keuntungan tersebut disebut Capital Gain)

RISIKO INVESTASI
Investasi apapun bisa dipastikan mengandung risiko. Sangat mungkin kita tidak mendapatkan pendapatan
apapun. Juga sangat mungkin bahwa kita akan rugi saat kita menjual investasi (kerugian tersebut disebut
Capital Loss). Kita harus menghitung berapa banyak kerugian yang siap Kita tanggung, Jika investasi tersebut
tidak bisa menghasilkan pendapatan dan capital gain seperti yang Kita harapkan.
Sebagian Kita memiliki pengalaman mendapatkan keuntungan besar dari berinvestasi dalam jangka pendek.
Mereka sengaja mengambil risiko besar, dengan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian yang besar pula,
atau terkadang hanya beruntung saja. Bagi kebanyakan Kita, sebuah kesempatan untuk berinvestasi harus
dikaji secara hati-hati, karena sekali keputusan tersebut dibuat, investasi tersebut harus dimonitor dan dikelola
secara seksama.

RISIKO TIDAK BERINVESTASI: INFLASI


Kenapa Kita tidak menyimpan uang Kita di bank syariah saja? Pada umumnya bank syariah adalah tempat
yang aman untuk menyimpan uang. Tetapi Kita harus ingat bahwa saat tingkat inflasi lebih besar daripada
tingkat Nisbah (bagi hasil) bank syariah, uang yang disimpan di bank syariah akan berkurang nilainya dari
waktu ke waktu. Artinya, pada akhir bulan Kita hanya dapat membeli lebih sedikit barang dibanding pada
awal bulan dengan jumlah uang yang sama.
Inflasi dapat diartikan dengan kenaikan harga-harga barang. Tingkat Nisbah (bagi hasil) sering dibahas di
koran. Kita bisa mendapatkan informasi tentang tingkat Nisbah (bagi hasil) dari bank syariah Kita, dan
membandingkan antara tingkat Nisbah (bagi hasil) dengan tingkat inflasi.
Ada beberapa macam rekening di bank syariah. Pada rekening deposito tingkat Nisbah (bagi hasil)-nya bisa
berubah dari waktu ke waktu (variable rate). Jika Kita menggunakan time deposit, Kita menaruh uang di bank
syariah untuk waktu yang lebih lama, periode yang tetap. Dan biasanya pihak bank syariah akan membayar
fixed rate yang lebih tinggi.

BERINVESTASI DI PASAR KEUANGAN


Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam dengan uang terbatas, bisa memilih untuk berinvestasi di
saham Syariah. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi di aset tersebut, sebaiknya membaca prospektus.

SAHAM – SYARIAH
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Kita umat Islam bisa berinvestasi di
saham dari perusahaan yang beroperasi dengan prinsip syariah. Saham Syariah menyediakan return (hasil)
bagi investor hampir sama seperti Saham konvensional.
11
Saham yang tercakup dalam Saham Syariah harus disaring dan dipilih. Bagaimanapun juga, sebagian bursa
efek hanya memiliki beberapa perusahaan yang memenuhi kriteria penyaringan dan pemilihan dimaksud. Hal
tersebut kadang membatasi pengembangan Saham Syariah.
Proses Screening
Perusahaan dilarang bergerak dalam bidang yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, misalnya:
• Perusahaan jasa keuangan yang membayarkan bunga kepada nasabahnya;
• Perusahaan yang menjual alkohol atau daging babi;
• Perusahaan yang bergerak dalam bidang perjudian atau night club.

Proses Filtering
Diaplikasikan terhadap perusahaan yang menggunakan hutang untuk membiayai operasi perusahaan. Filter
diberlakukan terhadap rasio dari jumlah total hutang perusahaan dibandingkan dengan nilai total saham
perusahaan (debt to equty ratio). Catatan: untuk Indonesia saat ini maksimum 82%.
Perubahan di pasar bisa mengarah pada perubahan dari rasio hutang perusahaan termasuk debt to equty ratio.
Hal tersebut berarti bahwa perusahaan bisa berfluktuasi (masuk-keluar) dalam memenuhi kriteria filtering
tersebut. Kita harus menjual saham tersebut bila perusahaannya tidak memenuhi kriteria filtering. Hal itu
menaikkan biaya operasi karena Kita harus memonitor kualifikasi terhadap kriteria filtering tersebut,
melakukan penelitian untuk mengidentifikasi perusahaan lain yang memenuhi kriteria filtering, dan
membayar biaya transaksi untuk setiap pembelian dan penjualan Saham.

INVESTASI LANGSUNG PADA SAHAM SYARIAH: INVESTOR MEMUTUSKAN SAHAM MANA


YANG AKAN DIBELI

.. Perusahaan Yang Mengelola Aset Fisiknya


Perusahaan menerbitkan saham untuk memperoleh uang bagi kelangsungan bisnisnya. Investor Perusahaan
berada dalam lingkup yang lebih besar bila dibandingkan Investor individual, tapi Kita menjalankan fungsi
yang sama. Kita membeli dan mengelola aset untuk meraih keuntungan/profit (penerimaan setelah dikurangi
semua biaya).
Saat Kita sebagai investor membeli saham suatu perusahaan, Kita sebagai investor dapat menerima
pembagian keuntungan dari perusahaan tersebut. Pembagian keuntungan kepada pemegang saham atau
shareholder disebut dividen. Namun pembayaran dividen tidak diwajibkan. Manajemen perusahaan bisa
memutuskan untuk menggunakan keuntungan tersebut untuk membeli aset lagi atau untuk pemasaran,
sehingga perusahaan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meraih keuntungan yang lebih banyak lagi
di masa depan. Atau manajemen perusahaan memilih untuk menggunakan keuntungan tersebut untuk
membayar hutang perusahaan. Atau malah tidak ada untung sama sekali, jika biaya lebih besar daripada
pendapatan.
Kemungkinan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan tergantung pada kemampuan manager
perusahaan dalam menjalankan bisnis. Dan, kemungkinan bagi Kita sebagai investor untuk mendapatkan
keuntungan tergantung pada kemampuan Kita dalam memilih saham unggulan. Saat memutuskan untuk
berinvestasi di saham, Kita sebagai investor membuat penilaian tentang perusahaan, manajemennya, dan jenis
industrinya, seperti misalnya pertambangan atau transportasi. Kita sebagai investor harus memahami tentang
bisnis perusahaan, dan yakin bahwa perusahaan tersebut dijalankan secara baik dan jujur serta memiliki
prospek untuk berkembang.

LIKUIDITAS: BISAKAH KITA MEMPEROLEH UANG KITA KEMBALI KETIKA KITA MEMBUTUHKANNYA ?
Jika Kita menggunakan uang Kita untuk membeli rumah atau kendaraan, Kita tidak bisa menggunakan uang
Kita tersebut untuk hal lain kecuali Kita menjual aset Kita terlebih dahulu. Jika Kita menjualnya, nilai uang
yang Kita terima tergantung dari kondisi pasar dari rumah atau kendaraan Kita tersebut.
Aset seperti rumah atau kendaraan secara umum dikelompokkan dalam illiquid asset karena tidak mudah
menukar aset tersebut menjadi uang cash.
Saham mungkin menjadi illiquid bila Kita sebagai investor kesulitan dalam menemukan investor lain yang
ingin membeli ketika Kita akan menjual atau ketika tidak ada kesepakatan harga.
Tujuan dari bursa efek adalah untuk menyediakan likuiditas bagi instrumen investasi. Perusahaan yang
menerbitkan saham bisa mendaftarkan efek ke bursa efek. Karena listing di bursa efek meningkatkan

12
likuiditas, efek yang terdaftar di bursa efek biasanya lebih menarik bagi investor umum dan efek yang
terdaftar di bursa efek syariah (JII) biasanya memiliki fundamental yang kuat karena telah melalui proses
screening dan filtering sehingga menarik bagi investor yang menginginkan kehalalan. Hanya broker-dealers
yang berlisensi yang bisa memperdagangkan efek secara langsung di bursa efek. Kita sebagai investor
membayar fee kepada broker-dealer tersebut karena bertransaksi atas nama Kita. Beberapa saham dapat
juga diperdagangkan di luar bursa efek atau dengan kontrak pribadi.

Margin Trading: Berhutang untuk berinvestasi


Beberapa investor sangat percaya diri hingga berani mengambil risiko tinggi. Mereka berpikir bahwa jika
berani berhutang untuk berinvestasi lebih besar, akan mendapat hasil investasi yang lebih besar pula.
Hutang untuk berinvestasi di saham disebut margin trading. Pendekatan ini bisa lebih berhasil di ekonomi
yang sedang berkembang karena seiring dengan berkembangnya market share, walaupun tidak ada jaminan
bahwa pendekatan ini akan berhasil. Kepemilikan saham tidak selalu diikuti oleh penerimaan dividen dan
juga saat saham tersebut dijual tetap dimungkinkan adanya capital losses. Sebagian Investor menganggap
bahwa hal tersebut adalah strategi dengan risiko tinggi.
Sumber : Dari berbagai sumber.

13

Anda mungkin juga menyukai