Lo Kheng Hong adalah salah seorang miliarder di pasar saham Indonesia yang mengeduk gain hingga
150.000%. Dia adalah 100% investor saham fundamental karena lihat manajemennya dan/atau pertumbuhan
perusahaannya. Sekalipun seorang miliarder, pria berusia 52 tahun yang telah bermain saham sejak usianya
30 tahun ini tidak punya karakter dan penampilan glamour, agresif, dinamis, meledak- ledak, atau
beradrenalin tinggi.
Lo Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem, bahkan terkesan dingin. Boleh jadi,
pembawaannya inilah yang menjadikan beliau sukses sebagai investor fundamental di pasar saham.
Asetnya di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi sejumlah saham yang mampu
mencetak keuntungan investasi (capital gain) hingga ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen.
Yang pasti, beliau tak hanya lihai memilah-milih saham-saham yang mampu menghasilkan gain besar. Ia juga
mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat pasar bearish maupun bullish. Tapi beliau bukan tipe
investor saham teknikal yang sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat mencermati
perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan kewaspadaan ekstra tinggi. Ia juga tidak
melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling mutakhir
sejenisnya.
beliau ini lebih memosisikan diri sebagai investor fundamental jangka panjang ketimbang investor teknikal
jangka pendek atau trader. Mungkin, itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham menjulukinya sebagai
‘Warren Buffett Indonesia’.
Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan beliau sebagai pemain saham sejati.
Berkat itu pula ia sempat jatuh hingga uangnya tinggal 15% dan bangkit hingga berhasil lolos dari krisis
moneter 1997- 1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%.
Yang unik, aset kekayaan beliau hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah 30 emiten di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti
emas, properti, atau kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak tertarik
untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas.
1. Lihat Manajemennya. Apakah Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) Atau Tidak ?
Dia mencari jawabannya Dari Kompetitornya, Karena biasanya Kompetitornya tahu. Dia mencari Tahu
Agar Tidak Beli Kucing Dalam Karung, Karena Ini Menyangkut Harta. Jangan Membeli Sesuatu Yang
Tidak Kita Tahu.
2. Lihat Manajemen, Apakah Pengelolanya Jujur Atau Tidak ? Jangan Sampai Pengelolanya Suka
Ambil Uang Perusahaan, Sehingga investor Sebagai Sleeping Partner Dirugikan.
3. Lihat Kinerjanya Lima Tahun Ke Belakang. Lihat Masa Lalunya. Apakah Emiten Bersangkutan
Mengalami Pertumbuhan Atau Tidak ? Menurutnya, Ada Empat Tipe Perusahaan. Pertama,
Perusahaan Yang Rugi Terus, Ada Yang Kadang Untung, Dan Kadang Merugi. Kemudian, Perusahaan
Yang Untung Besar Terus, Tapi Stagnan. Ada Juga Perusahaan Yang Growing Secara Berkala,
Misalnya Dari Rp 2 Triliun, Rp 5 Triliun, Dan Seterusnya. Inilah Perusahaan Yang Baik Dan Yang Dia
Cari. Menurutnya, Kalau perusahaan Sudah Lima Tahun Berturut-Turut Growing, Tandanya Itu Super
Company.
4. Kemudian Lihat Sektor Usahanya. Apakah sektor usahanya menarik Atau Tidak ? Menurutnya,
Ada Sektor usaha Yang Kurang Menarik, Misalnya Sepatu, Tekstil, Dan Garmen. Tetapi Ada Juga
Yang Menarik, Seperti Kelapa Sawit Dan Pakan Ayam. Orang Banyak Makan Ayam Karena Ayam
Merupakan Sumber Protein Termurah Dan Dampak Negatifnya Terhadap Kesehatan Lebih Rendah
Dibanding Yang Lain.
1
5. Kemudian Lihat Harganya berdasarkan Price To Earning Ratio (PER)-Nya. Apakah harganya
undervalue atau tidak ? Maksudnya, Saham Yang Harganya Rp 70.000 Bisa Lebih Murah Dibanding
Saham Yang Harganya Rp 250. Menurutnya, Harga Yang Reasonable Untuk Dibeli Yaitu Yang PER-
Nya Di Bawah Lima Kali, Itu Sangat Menarik Dan Potensial. Tapi Biasanya Perusahaan Yang Sudah
Baik Dan Manajemennya Bagus, PER-Nya Sudah Di Atas 10 Kali.
1. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) , beliau memiliki kepemilikan saham 8,29% di perusahaan
tersebut.
2. ?
sampai dengan 25. ?
Lo Kheng Hong adalah salah seorang miliarder di pasar saham Indonesia yang mengeduk gain hingga
150.000%. Dia adalah 100% investor fundamental karena lihat manajemennya dan/atau pertumbuhan
perusahaannya. Sekalipun seorang miliarder, pria berusia 52 tahun yang telah bermain saham sejak usianya
30 tahun ini tidak punya karakter dan penampilan glamour, agresif, dinamis, meledak- ledak, atau
beradrenalin tinggi.
Lo Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem, bahkan terkesan dingin. Boleh jadi,
pembawaannya inilah yang menjadikan Kheng Hong sukses sebagai investor fundamental di pasar saham.
Asetnya di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi sejumlah saham yang mampu
mencetak keuntungan investasi (capital gain) hingga ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen.
Yang pasti, Kheng Hong tak hanya lihai memilah-milih saham-saham yang mampu menghasilkan gain besar.
Ia juga mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat pasar bearish maupun bullish. Tapi Kheng Hong
bukan tipe investor teknikal yang sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat
mencermati perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan kewaspadaan ekstra tinggi. Ia juga
tidak melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling
mutakhir sejenisnya.
Kheng Hong memang lebih memosisikan diri sebagai investor fundamental jangka panjang ketimbang
investor teknikal jangka pendek atau trader. Mungkin, itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham
menjulukinya sebagai ‘Warren Buffett Indonesia’.
Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan Lo Kheng Hong sebagai pemain
saham sejati. Berkat itu pula ia sempat jatuh hingga uangnya tinggal 15% dan bangkit hingga berhasil lolos
dari krisis moneter 1997- 1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%.
Yang unik, aset kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah emiten di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain,
seperti emas, properti, atau kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak
tertarik untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas.
Kriteria pemilihan Saham ala Lo Kheng Hong :
1. Lihat Manajemennya. Apakah Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) Atau Tidak. Dia
mencari jawabannya Dari Kompetitornya, Karena biasanya Kompetitornya tahu. Dia mencari Tahu Agar
Tidak Beli Kucing Dalam Karung, Karena Ini Menyangkut Harta. Jangan Membeli Sesuatu Yang Tidak
Kita Tahu.
2
2. Lihat Manajemen, Apakah Pengelolanya Jujur Atau Tidak. Jangan Sampai Pengelolanya Suka
Ambil Uang Perusahaan, Sehingga investor Sebagai Sleeping Partner Dirugikan.
3. Lihat Kinerjanya Lima Tahun Ke Belakang. Lihat Masa Lalunya. Apakah Emiten Bersangkutan
Mengalami Pertumbuhan Atau Tidak. Menurutnya, Ada Empat Tipe Perusahaan. Pertama, Perusahaan
Yang Rugi Terus, Ada Yang Kadang Untung, Dan Kadang Merugi. Kemudian, Perusahaan Yang
Untung Besar Terus, Tapi Stagnan. Ada Juga Perusahaan Yang Growing Secara Berkala, Misalnya Dari
Rp 2 Triliun, Rp 5 Triliun, Dan Seterusnya. Inilah Perusahaan Yang Baik Dan Yang Dia Cari.
Menurutnya, Kalau perusahaan Sudah Lima Tahun Berturut-Turut Growing, Tandanya Itu Super
Company.
4. Kemudian Lihat Sektor Usahanya, Bagus Atau Tidak. Menurutnya, Ada Sektor usaha Yang Kurang
Menarik, Misalnya Sepatu, Tekstil, Dan Garmen. Tetapi Ada Juga Yang Menarik, Seperti Kelapa Sawit
Dan Pakan Ayam. Orang Banyak Makan Ayam Karena Ayam Merupakan Sumber Protein Termurah
Dan Dampak Negatifnya Terhadap Kesehatan Lebih Rendah Dibanding Yang Lain.
5. Kemudian Lihat Harganya Dari Price To Earning Ratio (PER)-Nya. Jangan Bilang Saham A Karena
Harganya Rp 250 Dibilang Murah, Dan Saham B Yang Harganya Rp 70.000 Dibilang Mahal.
Maksudnya, Saham Yang Harganya Rp 70.000 Bisa Lebih Murah Dibanding Saham Yang Harganya Rp
250. Menurutnya, Harga Yang Reasonable Untuk Dibeli Yaitu Yang PER-Nya Di Bawah Lima Kali, Itu
Sangat Menarik Dan Potensial. Tapi Biasanya Perusahaan Yang Sudah Baik Dan Manajemennya Bagus,
PER-Nya Sudah Di Atas 10 Kali.
6. Lihat Kemampuan Emitennya Dalam Membukukan Keuntungan menggunakan Return on Asset
(ROA). Return on Asset (ROA) adalah rumus yang biasa digunakan untuk mengukur seberapa hebat
kemampuan suatu emiten mencetak laba bersih berbekal nilai aset yang dimilikinya. Semakin besar
ROA menunjukkan kemampuan emiten yang handal mencetak keuntungan. Belum begitu juga
sebaliknya. Belum tentu emiten bermodal besar mampu mencetak laba yang besar, kata Pardomuan.
Namun tidak jarang emiten beraset minim tetapi mampu membukukan pertumbuhan laba yang
signifikan. Karena perbandingannya menggunakan aset perusahaan, maka utang yang diperoleh juga
menjadi salah satu unsur perhitungan. Jadi, dengan total sumber daya perusahaan baik modal sendiri
maupun utang, berapa pendapatanyang mampu dihasilkan oleh emiten tersebut.
Saham Rujukan Dari Proses Seleksi Lo Kheng Hong :
Bagi investor fundamental pemula yang ingin investasi saham namun bingung memilih saham mana yang
bagus, mungkin bisa mencontek dari portofolio beliau. Tapi tentunya harus dihitung ulang berbagai rasionya,
apakah masih layak untuk dibeli atau tidak. Keep be you self.
Inilah saham –saham yang masuk kriteria pemilihan dari beliau :
1. PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) , beliau memiliki kepemilikan saham 8,29% di
perusahaan tersebut.
2. PT United Tractor (UNTR) Tbk.
3. ?
24. ?
25. ?
4
Metode Investasi Saham syariah : Analisis Fundamental & Analisis Teknikal
Dalam dunia investasi saham, ada 2 metode yang lazim digunakan sebagai alat, memilih saham unggulan
yaitu fundamental analysis (FA) dan technical analysis (FA).
FA menilai saham syariah berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri, karenanya, FA lebih
sesuai untuk investasi jangka panjang. Seorang FA sejati biasanya tak cuma sekadar menganalisis data
keuangan saja, bisa juga sampai datang ke perusahaan yang diincar, berbicara dengan manajemen dan
pemiliknya, melihat visi-misi dan strategic plan ke depan, dan sebagainya. Tak jarang seorang FA sejati
sampai terbang ke seantero dunia demi mengorek informasi langsung dari perusahaan. Seorang FA sejati
biasanya memiliki filosofi “buying a business not a share” dan jarang menjual saham syariah yang pernah
dibelinya.
Sementara itu, seorang TA menilai harga saham syariah berdasarkan refleksi harga di masa lalu dengan
membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi di masa depan. TA akan membantu Kita
memperkirakan arah pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta
menunjukkan target arah beserta risikonya. TA lazimnya dilakukan dengan bantuan software dan banyak
mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, TA lebih cocok untuk trading (spekulasi) dalam
jangka pendek atau perlindungan (hedging).
Khusus di Indonesia, ada sebagian orang yang memasukkan bandarmologi analysis (BA) sebagai salah satu
alat alternatif. Singkatnya, BA dilakukan dengan mencari rumor dan bisikan tertentu, lalu membonceng
bandar saat mereka akan menggoreng sebuah saham syariah. BA hanya sesuai untuk dilakukan dalam waktu
yang benar-benar pendek—-dan Kita punya akses untuk menemukan saham syariah mana yang siap untuk
digoreng.
Gorengan (cornering) adalah aksi yang dilakukan untuk memanipulasi harga dengan membuat permintaan
yang sangat tinggi atas saham syariah tersebut. Setelah harga saham syariahnya melewati target point tertentu,
mereka kemudian melakukan aksi jual untuk meraih capital gain. Saham syariah-saham syariah gorengan
biasanya merupakan saham syariah lapis dua-tiga yang peredarannya tidak banyak dan harganya relatif
murah. Mereka bisa naik-turun dengan sangat drastis tanpa sebab yang jelas dan harga saham syariah tidak
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Mana yang paling tepat untuk digunakan berinvestasi saham syariah ? Masing-masing hanya sebuah alat yang
akan bermanfaat bila digunakan oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat pula.
Kalau Kita tertarik mempelajari lebih lanjut fundamental analysis, silakan baca buku 125 Kata-kata bijak
Warren Buffet dan buku Buffetology karya Mary Buffet dan David Clark, buku The Intelligent Investor karya
Benjamin Graham, terbitan HarperBusiness Essential. Aslinya, buku ini terbitan tahun 1973, namun ditulis
ulang tahun 2003. Buku Henry Markowitz, Portfolio Selection: Efficient Diversification of Investments,
terbitan Yale University Press juga layak dijadikan referensi.
Sementara itu, kalau Kita lebih prefer ke technical analysis, disarankan membaca buku Technical Analysis of
the Financial Markets karya John Murphy, terbitan New York Institute of Finance (1986) dan buku Technical
Analysis A to Z karya Stephen Achelis (2003).
Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara
garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu : keuntungan (profitability), harga (price ),
likuiditas (liquidity), daya ungkit (leverage), dan efisiensi.
1. Rasio Hasil Terhadap Saham syariah (ROE)
ROE = Laba Bersih / Jumlah Saham syariah
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya.
Untuk menghitung ROE Kita harus mengetahui Laba Bersih (net Income) dan Jumlah Saham syariah
(total equity) dari perusahaan. Skala yang digunakan ROE adalah skala rasio dengan menggunakan satuan
ukur persen (%).
2. Rasio Laba Terhadap Saham syariah Beredar (EPS)
EPS = Laba Bersih / Jumlah Saham syariah Beredar
7
Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan yang didapat investor dari perusahaan.
Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk
menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham syariah suatu perusahaan di
bursa saham syariah.
3. Rasio Pertumbuhan EPS
Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap saham syariah beredar (EPS) pada tahun
berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan
pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk
memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham syariah suatu perusahaan di bursa saham
syariah.
3. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Laba Perlembar Saham syariah (PER)
P/E Ratio = Harga Saham syariah / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E ratio yang dihitung dengan cara membagi harga saham syariah dengan
keuntungan perlembar saham syariah. Rasio ini digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan
dengan P/E ratio rata-rata dari perusahaan dalam kelompok industri sejenis.
4. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Pertumbuhan Laba Perseroan (PEG Ratio)
PEG Ratio = P/E Ratio / Pertumbuhan Tahunan EPS
Semakin rendah peg ratio suatu perusahaan maka berarti harga saham syariahnya adalah dibawah harga
semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio pertumbuhan EPS yang tinggi. Misalnya suatu
perusahaan dengan pertumbuhan EPS sebesar 21.5% dengan P/E ratio sebesar 37.3% maka peg ratio nya
adalah 21.5/37.3=0.576.
5. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Penjualan (P/S Ratio)
P/S Ratio = Harga Saham syariah / Penjualan Per Lembar Saham syariah
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan
keuntungan dimana rasio ini. Semakin rendah p/s ratio suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan
lain dalam kelompok industri yang sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.
6. Rasio Harga Saham syariah Terhadap Nilai Buku (PB/V Ratio)
PB/V Ratio = Harga Saham syariah / (Total Harta – Total Hutang)
Semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham syariah tersebut murah atau berada dibawah harga
sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada
perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan xxx memiliki harta sebesar rp. 100 milyar dan hutangnya
sebesar rp. 70 milyar maka nilai buku perusahan tersebut adalah rp. 30 milyar dan apabila saham syariah
yang beredar 500 juta maka berarti setiap saham syariah mewakili rp. 600 nilai buku, dengan harga
perlembar saham syariah sebesar rp. 1.200 maka berarti pb/v rasio perusahaan tersebut adalah 1.200/600
= 2.
7. Rasio Hutang Perseroan
Debt ratio = total utang / total aset
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Misalnya, rasio hutang 30 % artinya
bahwa 30% dari aset dibiayai oleh hutang. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan
suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah
keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan.
7. Rasio Harga Terhadap Free Cashflow (FCF)
Price to Free Cashflow = market capitalization / free cashflow
Rasio ini mengukur seberapa besar harga bisa menghasilkan kas dalam jumlah besar untuk membiayai
operasional perusahaan dan melakukan ekspansi tanpa perlu mengandalkan utang dari luar yang berbiaya
tinggi. Misalnya, rasio Price to Free Cashflow 5% artinya bahwa 5% dari harga bisa membiayai
operasional perusahaan.
8. Margin Pendapatan Bersih
Margin pendapatan bersih = pendapatan bersih / total penjualan
Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi keuntungan
bersih dengan total penjualan rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang di
peroleh dari setiap penjualan.
9. Perputaran Inventaris
Perputaran inventaris = biaya barang yang terjual / inventaris
8
Inventory turnover adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual
dengan inventaris, yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu berapa
kali perputaran inventaris selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana
perusahaan berada. Sebagai contoh, toko kue akan mempunyai tingkat perputaran yang jauh lebih tinggi
daripada pabrik pesawat. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah membandingkan hasil yang diperoleh
dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sejenis.
23 April 2012 at 17:27 Tinggalkan Komentar
3. Apakah kita siap jika mengalami kehilangan sebagian atau seluruh uang kita ?
Kita juga harus mempertimbangkan risiko bahwa suatu hari kita bisa kehilangan sebagian atau
seluruh uang kita. Untuk produk apa saja, dalam situasi dan kondisi apa saja, kita bisa kehilangan
uang kita? Dan kira-kira bagaimana situasi dan kondisi tersebut bisa terjadi?
4. Berapa total biaya yang harus kita keluarkan bila kita berinvestas di saham syariah ?
Kita juga harus memahami total biaya yang harus kita keluarkan bila kita membeli instrumen
investasi tersebut. Biaya bank berbeda cara penghitungannya dengan biaya jasa manajer investasi.
Karena kita berinvestasi maka pihak lain (termasuk manajer investasi, broker-dealer dan pihak yang
menjual produk tersebut) menerima keuntungan dari uang yang kita investasikan, umumnya berupa
fee. Sebelum kita memutuskan untuk membeli suatu produk investasi kita harus tahu berapa banyak
fee dan biaya lain yang harus kita bayarkan.
10
APAKAH KITA MEMILIKI UANG LEBIH ?
Ketika Kita memiliki ”uang lebih” maka kebanyakan kita akan berpikir bagaimana memanfaatkan uang lebih
tersebut, ada juga yang berfikir bagaimana memperbanyak atau meningkatkan nilai dari uang tersebut.
”Investasi” menjadi kata yang sudah tidak asing didengar, tapi sejauhmanakah kita memahami investasi yang
sebenarnya ?
RISIKO INVESTASI
Investasi apapun bisa dipastikan mengandung risiko. Sangat mungkin kita tidak mendapatkan pendapatan
apapun. Juga sangat mungkin bahwa kita akan rugi saat kita menjual investasi (kerugian tersebut disebut
Capital Loss). Kita harus menghitung berapa banyak kerugian yang siap Kita tanggung, Jika investasi tersebut
tidak bisa menghasilkan pendapatan dan capital gain seperti yang Kita harapkan.
Sebagian Kita memiliki pengalaman mendapatkan keuntungan besar dari berinvestasi dalam jangka pendek.
Mereka sengaja mengambil risiko besar, dengan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian yang besar pula,
atau terkadang hanya beruntung saja. Bagi kebanyakan Kita, sebuah kesempatan untuk berinvestasi harus
dikaji secara hati-hati, karena sekali keputusan tersebut dibuat, investasi tersebut harus dimonitor dan dikelola
secara seksama.
SAHAM – SYARIAH
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Kita umat Islam bisa berinvestasi di
saham dari perusahaan yang beroperasi dengan prinsip syariah. Saham Syariah menyediakan return (hasil)
bagi investor hampir sama seperti Saham konvensional.
11
Saham yang tercakup dalam Saham Syariah harus disaring dan dipilih. Bagaimanapun juga, sebagian bursa
efek hanya memiliki beberapa perusahaan yang memenuhi kriteria penyaringan dan pemilihan dimaksud. Hal
tersebut kadang membatasi pengembangan Saham Syariah.
Proses Screening
Perusahaan dilarang bergerak dalam bidang yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, misalnya:
• Perusahaan jasa keuangan yang membayarkan bunga kepada nasabahnya;
• Perusahaan yang menjual alkohol atau daging babi;
• Perusahaan yang bergerak dalam bidang perjudian atau night club.
Proses Filtering
Diaplikasikan terhadap perusahaan yang menggunakan hutang untuk membiayai operasi perusahaan. Filter
diberlakukan terhadap rasio dari jumlah total hutang perusahaan dibandingkan dengan nilai total saham
perusahaan (debt to equty ratio). Catatan: untuk Indonesia saat ini maksimum 82%.
Perubahan di pasar bisa mengarah pada perubahan dari rasio hutang perusahaan termasuk debt to equty ratio.
Hal tersebut berarti bahwa perusahaan bisa berfluktuasi (masuk-keluar) dalam memenuhi kriteria filtering
tersebut. Kita harus menjual saham tersebut bila perusahaannya tidak memenuhi kriteria filtering. Hal itu
menaikkan biaya operasi karena Kita harus memonitor kualifikasi terhadap kriteria filtering tersebut,
melakukan penelitian untuk mengidentifikasi perusahaan lain yang memenuhi kriteria filtering, dan
membayar biaya transaksi untuk setiap pembelian dan penjualan Saham.
LIKUIDITAS: BISAKAH KITA MEMPEROLEH UANG KITA KEMBALI KETIKA KITA MEMBUTUHKANNYA ?
Jika Kita menggunakan uang Kita untuk membeli rumah atau kendaraan, Kita tidak bisa menggunakan uang
Kita tersebut untuk hal lain kecuali Kita menjual aset Kita terlebih dahulu. Jika Kita menjualnya, nilai uang
yang Kita terima tergantung dari kondisi pasar dari rumah atau kendaraan Kita tersebut.
Aset seperti rumah atau kendaraan secara umum dikelompokkan dalam illiquid asset karena tidak mudah
menukar aset tersebut menjadi uang cash.
Saham mungkin menjadi illiquid bila Kita sebagai investor kesulitan dalam menemukan investor lain yang
ingin membeli ketika Kita akan menjual atau ketika tidak ada kesepakatan harga.
Tujuan dari bursa efek adalah untuk menyediakan likuiditas bagi instrumen investasi. Perusahaan yang
menerbitkan saham bisa mendaftarkan efek ke bursa efek. Karena listing di bursa efek meningkatkan
12
likuiditas, efek yang terdaftar di bursa efek biasanya lebih menarik bagi investor umum dan efek yang
terdaftar di bursa efek syariah (JII) biasanya memiliki fundamental yang kuat karena telah melalui proses
screening dan filtering sehingga menarik bagi investor yang menginginkan kehalalan. Hanya broker-dealers
yang berlisensi yang bisa memperdagangkan efek secara langsung di bursa efek. Kita sebagai investor
membayar fee kepada broker-dealer tersebut karena bertransaksi atas nama Kita. Beberapa saham dapat
juga diperdagangkan di luar bursa efek atau dengan kontrak pribadi.
13