Anda di halaman 1dari 54

FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK

USIA 6-24 BULAN DIPUSKESMAS BULAKAMBA


KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Gizi

Diajukan Oleh :

NUR KHASANAH
G2B216031

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

i
SKRIPSI
FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK
USIA 6 – 24 BULAN DI PUSKESMAS BULAKAMBA
KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Disusun oleh:
NUR KHASANAH
G2B216031

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dr. Ali Rosidi,SKM.M.Si Tanggal 17 April 2018


NIK. 28.6.1026.021E

Mengetahui,
Ketua Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes


NIK. 28.6.1026.015

ii
FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK
USIA 6 – 24 BULAN DI PUSKESMAS BULAKAMBA
KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Disusun oleh:

NUR KHASANAH
G2B216031

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Program Studi S1 Universitas Muhammadiyah Semarang
Pada Hari Senin, 9 April 2018

Dewan Penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan

Penguji I Dr. Ali Rosidi,SKM.M.Si ...............................


NIK. 28.6.1026.021E

Penguji II Ir. Agustin Syamsianah,M.Kes ...............................


NIK. 28.6.1026.015

Penguji III Yuliana Noor S.U,S.Gz,M.Sc ...............................


NIK. 28.6.1026.220E
Pp
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes


NIK. 28.6.1026.015
PERNYATAAN
iii
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur khasanah


NIM : G2B216031

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul:

FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 6 – 24 BULAN


DI PUSKESMAS BULAKAMBA KECAMATAN BULAKAMBA
KABUPATEN BREBES

Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam
skripsi tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang sudah saya
peroleh.

Semarang, Mei 2018

Yang membuat pernyataan

(Nur khasanah)

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji sykur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Bulakamba
Kabupaten Brebes“. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Program Sarjana pada bidang keahlian Ilmu Gizi Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu, Suami, Anak-anakku dan keluarga besar yang selalu memberi semangat,
dukungan dan senyum manisnya.
2. Ibu balita yang telah membantu memberikan data untuk kelengkapan
penelitian
3. Kepala Puskesmas Bulakamba yang telah bersedia memberi ijin, dan
mendukung dalam penelitian ini.
4. Ir. Agustin Syamsiyanah,M.Kes selaku Ketua Program Studi Gizi Fakultas
Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan.
5. Dr. Ali Rosidi, SKM,M.Si, selaku Pembimbing dalam penelitian ini
6. Teman - teman Bidan Desa sewilayah Puskesmas Bulakamba yang telah
membantu penelitian ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang selalu mensuport dalam suka dan susah.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah bapak-ibu berikan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT, Aamiin.

v
Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt semata.Untuk itu
kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, Mei 2018

Yang membuat pernyataan

Penulis

vi
ABSTRAK

FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 6 -24 BULAN


DI PUSKESMAS BULAKAMBA KEC.BULAKAMBA KABPATEN BREBES

Nur khasanah1 , Ali Rosidi2


1,2
Program Studi S1 Gizi Fkultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : n.sanah75@gmail.com

Stunting adalah gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan asupan makanan


dan penyakit kronis maupun yang berulang, yang dipresentasikan dengan nilai z-score
tinggi badan menurut umur kurang dari Standar Desviasi(SD). Tujuan penelitian ini
untuk membuktikan faktor risiko stunting pada anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas
Bulakamba Kab.Brebes.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus kontrol.
Sampel penelitian adalah balita stunting usia 6-24 bulan. Jumlah sampel sebanyak 35
balita sebagai kelompok kasus dan 35 balita sebagai kelompok kontrol. Pengambilan
sampel menggunakan tekhnik random sampling. Analisa data menggunakan uji Chi
Square dengan α = 95%.
Hasil penelitian menunjukkan balita stunting dengan riwayat BBLR sebesar
14,3% dan balita stunting dengan riwayat ststus gizi ibu hamil KEK sebesar 8,6%. Tidak
ditemukan faktor risiko stunting pada anak usia 6-24 bulan dengan Berat Badan Lahir
Rendah (p = 0,54). Tidak ditemukan faktor risisko stunting pada Status gizi Ibu hamil (p
= 1,000). Semakin baik status gizi ibu hamil maka semakin kecil risiko terjadinya
stunting.

Kata Kunci : Stunting, BBLR,Status Gizi Ibu Hamil.

vii
ABSTRACT

RISK FACTORS FOR STUNTING IN CHILDREN AGED 6 – 24 MONTH IN


BULAKAMBA DISTRICT HEALTH CENTER BREBES DISTRICT

Nur khasanah1, Ali Rosidi2


Nutrition Science Study Program The Faculty Of Nursing and Health
University Of Muhammadiyah Semarang
Email : n.sanah75@gmail.com

Stunting is a linear growth disorder caused by food intake and chronic or


recurrent diseases, which is presented with a z- score score of height according to age
less than standart desviation (SD). the purpose of this study was to prove stunting risk
faktor in children aged 6-24 month in Bulakamba district health center Brebes center.
This study is an observational with case control design the study sampel was
stunting age 6 – 24 month old. the number of samples were 35 infants as case group and
35 under five as control group. sampling using random sampling technique. data analysis
using chi square test with a = 95 %.
The result showed that stunting children with a history of lbw of 14,3 % and
stutnting children with a history of nutritional status of pregnant women kek of 8,6 %. no
stunting risk factor was found in children age 6 – 24 month with low birth weight (p =
0,54). No resisko stunting factor was found in nutritional status of pregnant women (p =
1.000). The better status nutrition of pregnant women the smaller the risk of stunting.

Keywords : Stunting, BBLR, Nutritional Status of Pregnant Woment.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN ORISINILITAS ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
1.5. Keaslian Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sunting ................................................................................... 7
2.2. Klasifikasi Stunting ................................................................. 8
2.3. Faktor Yang mempengaruhi stunting ..................................... 9
2.3. Kerangka Teori ......................................................................... 16
2.4. Kerangka Konsep ..................................................................... 17
2.5. Hipotesis Penelitian .................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 18
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 18
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 18
3.4. Variabel Penelitian ..................................................................... 19
3.5. Definisi Operasional ................................................................. 21
ix
3.6. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................... 21
3.7. Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian ................................................... 25
4.2. Karakteristik Responden ......................................................... 26
4.3. Hubungan BBLR dengan stunting ........................................ 29
4.4. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Stunting ................ 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 33
5.2. Saran ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.5 Keaslian Penelitian ................................................................ 5


Tabel 2.2 Klasifikasi stunting ................................................................ 9
Tabel 3.5 Definisi Operasional .............................................................. 21
Tabel 4.1 Umur Responden ................................................................ 26
Tabel 4.2 Pendidikan Responden ........................................................ 27
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden .......................................................... 27
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Balita ............................................................ 28
Tabel 4.5. Umur Balita ........................................................................... 29
Tabel 4.5 Hubungan antara BBLR dengan Stunting .............................. 29
Tabel 4.6 Hubungan antara Status Gizi Ibu Hamil dengan Stunting....... 31

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3. Kerangka Teori .................................................................... 16


Gambar 2.4. Kerangka Konsep ................................................................. 17

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden .................. 36


Lampiran 2 Lembar Kuesioner ................................................................ 37
Lampiran 3 Data Responden Balita stunting dan tidak stunting.............. 38
Lampiran 4 Output Data SPSS ................................................................ 39

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Salah satu indikator dari Sustainable Development Summit (SDGs)
adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Kesehatan ibu pada masa
hamil menjadi faktor penting dalam menentukan status gizi anak yang
dilahirkan. Ibu hamil dengan status gizi yang kurang baik dapat melahirkan
anak dengan status gizi kurang atau stunting (pendek). Menurut
soediaoetama,2010 Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan
utilisasinya. Status gizi anak merupakan ukuran keberhasilan dalam
pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi
badan.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan
asupan makanan dan penyakit infeksi kronis maupun yang berulang. Keadaan
ini dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U)
kurang dari standar Deviasi (SD) berdasarkan standar Penilaian Pertumbuhan
WHO, nilai z-score nya kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) dan
dikategorkan sangat pendek jika nilai z-score <– 3 Standar deviasi.
(WHO,2010).
Hasil Riset Kesehatan dasat (Rikesda) 2013 mencatat prevalensi balita
stunting nasional mencapai 37,2% yang terdiri dari balita pendek 18,0%
sangat pendek sebesar 19,2%. Angka ini bervariasi dari yang terendah
dikepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta dan Kalimantan (<30%)
sampai yang tertinggi (>50%) di Nusa Tenggara Timur. Prevalensi ini
meningkat dibanding hasil Rikesda tahun 2010 yaitu sebesar 36 %.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
prevalensi stunting tercatat sebesar 33,2%, sedangkan di Kabupaten Brebes
presentase stunting sebesar 46,36%, lebih tinggi dari rata-rata prevalensi
jawa tengah.
1
Tingginya prevalensi balita stunting (pendek) menunjukkan masih
tingginya masalah kekurangan gizi kronis, yang dipengaruhi dari kondisi
ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi atau balita termasuk penyakit
yang diderita pada masa balita. Kondisi seperti itu pada akhirnya
berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dampak
kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin sampai
anak berumur dua tahun, tidak hanya mengganggu perkembangan fisik
tetapi juga terhadap perkembangan kogniitif yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berfikir serta terhadap
produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan
resiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu
kegemukan,penyakit jantung dan pembuluh darah,hipertensi,stoke dan
diabetes. (Kemenkes,2014)
Beberapa penelitian menunjukan anak yang stunting pada usia (9-24
Bulan) selain memiliki tingkat intelegensi yang rendah juga memiliki
penilaian lebih rendah pada lokomotor, koordinasi mata dan
tangan,pendengaran,berbicara maupun kinerja jika dibandingkan dengan
anak normal. (chang.et al.2010). Kejadian stunting yang berlangsung sejak
masa kanak-kanak memiliki hubungan terhadap tingkat intelegensi yang
rendah dan perkembangan motorik yang lambat. (Martorell et al.2010)
Kejadian stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor disamping karena
asupan makanan dan penyakit infeksi, stunting juga dipengaruhi oleh pola
asuh, sosial ekonomi, higiens sanitasi dan status gizi ibu pada saat hamil.
Status gizi ibu sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan
janin. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan yang terjadi saat dalam kandungan
dapat menyebabkan berat badan lahir rendah. (WHO,2014). Selain itu,
faktor yang mempengaruhi stunting antara lain sebagian besar karena
memiliki panjang badan yang rendah ketika lahir, pemberian makanan

2
tambahan yang tidak sesuai umur dan konsistensi makanannya, serta anak
yang mengalami berat badan lahir rendah.(Kusumawati.dkk.2015)
Penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir
rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi stunting. (Paudel,et
al,2012).Hal ini diperkuat dengan penelitian Arifin di .purwakarta yang
mengungkapkan bahwa balita dengan berat badan lahir rendah mempunyai
resiko 2,3 kali lebih besar terkena stunting dibanding balita dengan berat
badan normal.(Arifin dkk, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
faktor risiko stunting pada anak usia 6 -24 bulan di Puskesmas Bulakamba
sebagai bentuk penanggulangan stunting dalam upaya menurunkan
prevalensi stunting.

1.2. Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor risiko apa
saja yang berpengaruh terhadap stunting?.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 6 -
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bulakamba.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Menganalisis faktor risiko BBLR terhadap stunting
1.3.2.2 Menganalisis faktor risiko status gizi ibu hamil terhadap
stunting.
1.3.2.3 Menganalisis faktor risiko status gizi ibu hamil dan BBLR
terhadap stunting
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti dan masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan mengembangkan
ilmu tentang faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting
sehingga dapat menjadi bahan materi untuk digunakan dalam
3
penyuluhan ke masyarakat sehingga resiko terjadinya stunting dapat
dicegah.
1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat program perbaikan gizi terutama dalam
penanggulangan balita stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
terutama wilayah kerja Puskesmas Bulakamba sehingga dapat
menurunkan angka kejadian stunting dikabupaten Brebes.
1.4.3.Bagi Fakultas Ilmu Gizi
Bagi fakultas ilmu gizi , hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
menjadi referensi dibidang kesehatan tentang faktor –faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
No Nama Judul Penelitian Tahun Variabel Hasil
Peneliti, Penelitian Penelitian
Zilda
1 Faktor Resiko 2015 Stunting, BBLR, TB
Oktarina stunting pada balita Berat lahir, TB ibu,jml
1
et.al. 24 -59 bulan di ibu, Jml anggota Anggota
sumatera. Rmh RT,tingkat
Tangga,Tingkat asupan lemak,
1 asupan lemak, sumber air
Sumber air beresiko
1 stunting

Paramitha
2 Faktor-faktor yang 2012 Stunting, Asupan Ada hubungan
Anisaet.al berhubungan Energi, Protein antara asupan,
. dengan kejadian Asi Eksklusif berat bayi
stunting pada balita Status Imunisasi lahir,
usia 25-60 blan di Karakteristik pendidikan
kelurahan kalibaru Balita ,social
depok. Karaktristik ekonomi
Keluarga dengan
Penyakit Infeksi kejadian
stunting.

3
Onetusfif Pengaruh BBLR 2015 Stunting, BBLR Terdapat
4
si Putra terhadap kejadian hubungan
stunting pada anak antara BBLR
12-60 bulan di dengan
wilayah kerja stunting
puskesmas pauh

Bove, T Stunting 2012 Stunting, BBLR, Ada hubungan


Miranda, overweight and Kelebihan berat antara
C4 child development badan,Perkemban overwight,stun
Campov,
. impairment go hand gan anak ting dengan
R Uauy. in hand as key perkembangan
problem of early anak
infancy: Uruguayan
case,

Paudel.R, Risk Factors for 2012 pendidikan dan Keluarga


Pradan.B, Stunting Among pekerjaan ibu, rawan pangan,
Wagle.R. Children : A status ekonomi ibu tidak
R,Pahari. Community Based keluarga, bekerja, anak
D.P, Case Control Study ketahanan pangan yang diasuh
&onta in Nepal. rumah tangga, orang lain,
S.R. usia ibu, paparan
pengasuh, pestisida,
ANC,ketersediaa dapur yang
n air bersih, tidak
ventilasi dapur, berventilasi,
paparan pestisida, pemberian
pemberian ASI yang
kolustrum dan tidak
ASI,waktu eksklusif,
pemberian frekuensi
makan, keaneka pemberian
ragaman pangan, makanan
berat bayi lahir pendamping,
dan diare. kurangnya
diversifikasi
makanan
menjadi faktor
resiko
kejadian
stunting di
Nepal.
5
.

5
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang
diteliti. Variabel yang diteliti pada penelitian sebelumnya menunjukann beberapa
faktor resiko stunting yaitu pemberian asi eksklusif, sosial ekonomi, pemberian
MP-ASI, pendidikan, sedangkan penelitian yang akan dilakukanlebih fokus pada
variabel BBLR dan Status Gizi Ibu Hamil (KEK).

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting
Stunting atau pendek adalah ukuran panjang atau tinggi badan tidak
sesuai dengan umurnya. Merupakan masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh penyakit infeksi dan asupan gizi yang kurang dalam jangka
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan.
Stunting merupakan indikator dari kekurangan gizi pada ibu hamil dan 2
tahun pertama kehidupan anak yang mencerminkan sebagai kondisi
lingkungan yang buruk dan keterbatasan pertumbuhan potensial anak.
(Victora 2008:WHO 2010)
Usia balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup tinggi dalam
jumlah dan kualitas karena zat gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Apabila asupan zat gizi tidak terpenuhi maka perrumbuhan
fisik dan perkembangan intelektual balita akan mengalami gangguan yang
akhirnya berdampak luas pada roda perekonomian negara karena rendahnya
sumber daya.(Welasih,Wirjatmaji, 2012)
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari masa antara
kehamilan sampai anak usia dua tahun biasa disebut periode kritis, dimana
anak membutuhkan zat gizi yang lengkap dan sesuai untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan sel otak. Periode kritis diartikan sebagai
suatu periode pertumbuhan yang cepat dari jumlah atau ukuran sel-sel yang
rentan terhadap kehilangan, (UNICEF,2003). Barker, DJP.et,al.2010
melaporkan bahwa kerusakaan di awal kehidupan menimbulkan gangguan
permanen, juga dapat mempengaruhi generasi berikutnya dimana
perempuan yang mengalami stunting pada masa anak-anaknya,kelak akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah pula.
Stunting pada anak balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor
yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi
7
dan lingkungan. Beberapa faktor lain penyebab stunting yaitu
pendidikan,sosial budaya, ketersedian pangan, akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan. (Kemenkes RI,2013). Selain faktor tersebut diatas
stunting juga dipengaruhi antara lain berat badan lahir, panjang badan lahir,
serta pemberian ASI eksklusif , Defisiensi energy kronis atau anemia selama
kehamilan dapat menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah. (Arifin dkk,2012) .
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang stunting di dua
tahun pertama kehidupannya memiliki hubungan sangat kuat terhadap
keterlambatan kognitif dimasa kanak-kanak dan berdampak jangka panjang
terhadap perkembangan mutu sumber daya. Dampak jangka panjang ini
dapat dihindari dengan memberikan intervensi pemberian makanan bergizi
pada bayi stunting hingga usia 2 tahun agar dapat mengejar tumbuh
kembang pada periode selanjutnya. (Brinkman 2010).
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, kekebalan
tubuh menurun sehingga jadi mudah sakit, berisiko tinggi terhadap penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan
kualitas kerja yang tidak kompetitif.(Kemenkes,2016)

2.2 Klasifikasi stunting


Stunting merupakan suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan
dan kesehatan yang diukur secara antropometri.. Menurut KEMENKES
2010 standar antropometri penilaian status gizi anak berdasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut
umur (TB/U) meliputi kategori status gizi normal, pendek (stunted) dan
sangat pendek (saverely stunted).

8
Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U seperti
ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U atau TB/U Anak Umur 0-60
Bulan
Indeks Status Ambang
Sangat
Gizi <-3 SD
Batas
Panjang Badan menurut Umur Pendek
Pendek -3 SD
(PB/U) atau Tinggi Badan Normal -2
sampaiSD
menurut Umur (TB/U) sampai
<-2 SD 2
Tinggi >2 SD
SD
Sumber : WHO :SK Menkes 2010
201019
2.3. Faktor yang mempengaruhi Stunting
2.3.1. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu adalah keadaan dimana ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
meningkatkan gangguan kesehatan pada ibu dan adanya penyakit
infeksi. ( Depkes RI,2010). Masalah gizi ibu hamil yang sering
dijumpai dimasyarakat adalah kekurangan zat gizi mikro seperti
anemia dan zat gizi makro yaitu KEK. Status gizi ibu sebelum
ataupun selama hamil merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
hasil konsepsi. Faktor –faktor yang mempengaruhi status gizi ketika
konsepsi antara lain usia ibu pada saat hamil pertama, paritas (jarak
kehamilan), sosial ekonomi sebelum hamil, keadaan gizi ibu dan
kesehatan ibu, jarak kehamilan.Sedangkan status ibu ketika
melahirkan ditentukan oleh status gizi pada saat konsepsi, keadaan
social ekonomi selama hamil, tingkat aktifitas fisik, asupan makanan
dan riwayat terjangkit penyakit infeksi. (Arisman,2016).
Status gizi yang baik penting untuk dipertahankan selama
kehamilan. Ibu hamil membutuhkan peningkatan asupan energi dan
berbagai zat gizi lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan
berpengaruh terhadap per-kembanngan organ janin seperti jantung
9
dan hati ternmasuk pertumbuhannya.. Ibu yang mengalami
kekurangan gizi beresiko melahirkan bayi yang kekurangan gizi
pula.(Barker,2017)
Status gizi ibu hamil diukur berdasarkan ukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA). Lingkar lengan atas adalah pengukuran lingkar lengan
atas kiri ibu melalui pertengahan lengan atas dalam satuan
sentimeter. Pengukuran LILA dilakukan oleh peneliti dimana cara
pengukurannya sesuai dengan teori pengukuran LILA dari Supariasa
dkk, 2002) dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur LILA
dalam penelitian ini adalah menggunakan alat ukur LILA dari
DEPKES RI, dengan ketelitian 0,1 cm. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Pengukuran lingkar lengan bertujuuan untuk mengetahui resiko
kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS).
Jika LILA > dari 23,5 cm maka dikategorikan tidak beresiko kek dan
jika < 23,5 cm maka dikategorikan beresiko KEK dan diprediksi
akan melahirkan bayi berat badan rendah. Implikasi ukuran LILA
terhadap berat badan lahir adalah bahwa LILA menggambarkan
keadaaan konsumsi makan terutama konsumsi energy dan protein
dalam jangka panjang . Kekurangan energi secara kronis
menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang
adekwat untuk menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni
perubahan hormon dan meningkatnya volume darah untuk
pertumbuhan janin, sehngga suplai zat gizi pada janinpun berkuarang
, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan
lahir dengan berat rendah. (Depkes RI,2010). Pada masa hamil
adanya penambahan berat badan ibu selama hamil terutama pada
trimester III berpengaruh pada berat bayi saat lahir. (Zaif dkk,2017).
2.3.2 Berat Badan Lahir rendah
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh world
Health Organization (WHO) sebagai berat badan saat dilahirkan
10
kurang dari 2500 gram. BBLR dibagi menjadi 2 golongan yaitu
premature dan dismatur. Bayi premature adalah bayi yang dilahirkan
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan umur kehamilan., sedangkan bayi dismatur
adalah bayi lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan umur
kehamilan. Bayi dengan BBLR berpotensi besar mengalami status
gzi kurang bahkan lebih buruk yakni mempengaruhi pertumbuhan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
antara lain faktor janin, ibu dan lingkungan. Faktor janin meliputi
yaitu premature dan gangguan pertumbuhan intra uterin (intra uterin
growth retardation atau IUGR) atau disinonimkan dengan kecil
untuk usia kehamilan. IUGR kadang-kadang digambarkan sebagai
bayi kecil untuk usianya, kecil untuk kehamilan, janin kurang gizi
atau dysmature. (saenger, 2007). Faktor ibu meliputi usia, riwayat
kehamilan, penyakit infeksi, keadaan social ekonomi, Pendidikan,
asupan makan dan status gizi saat hamil. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya BBLR meliputi tempat tinggal didataran
tinggi, radiasi,racun.dan higiene sanitasi. Lingkungan yang kurang
bersih Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang secara langsung
mempengaruhi BBLR adalah status gizi kurang saat hamil yang
biasa diukur dengan kurang energi kronis (KEK) dan anemia ibu.
Kebutuhan zat gizi pada saat hamil lebih banyak dari pada wanita
tidak hamil dikarenakan asupan makan diperlukan untuk kebutuhan
ibu hamil dan janin yang dikandungnya. (Waryana,2010)
Kekurangan gizi selama masa balita sebenarnya merupakan
kelanjutan dari keadaan gizi buruk saat lahir. Anak dengan BBLR
(<2500gram) memiliki potensi besar mengalami status gizi kurang
dan resiko gangguan pertumbuhan dan rentan terhadap penyakit
infeksi, Akibatnya anak akan mengalami gagal tumbuh,postur tubuh
kecil pendek (stunting) sehingga anak akan mengalami kegagalan
mencapai tinggi dan berat badan ideal.(Tonda M,2012). Anak yang
11
BBLR juga akan mengalami gangguan pencernaan karena
pencernaaan belum berfungsi dengan sempurna seperti kurang
dapat mencerna protein dan menyerap lemak sehingga berdampak
kurangnya cadangan zat gzi dalam tubuh. Akibatnya pertumbuhan
bayi BBLR akan terganggu dan dapat bila keadaan ini berlanjut
didukung dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi
,perawatan kesehatan yang tidak baik akan menyebabkan stunting.
(Nasution dkk,2014). Hal ini sesuai dengan penelitian zilda ( 2013)
bahwa proporsi balita dengan tingkat asupan lemak yang rendah
mengalami stunting lebih banyak dibanding balita dengan asupan
cukup. Selain itu ,Anak baduta yang terlahir BBLR memiliki resiko
4 kali lipat untuk mengalami stunting dibanding anak yang tidak
BBLR.(Hafid,Nasrul,2016). Sependapat dengan penelitian yang
dilkukan dikecamatan sedayu bantul bahwa prosentase anak
stunting yang mempunyai riwayat BBLR lebih tinggi daripada balita
stunting yang lahir dengan berat badan normal yaitu 73,68%
.(Warsini dkk,2016).
2.3.3. Asupan makanan
Anak usia 0-24 bulan merupakan periode emas yang tidak boleh
terabaikan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi secara optimal,
karena akan memberikan dampak pada kualitas hidup dimasa
mendatang. Pemenuhan zat gizi balita harus disesuaikan dengan
usia, jumlah dan frekuensi pemberian. Proporsi kejadian stunting
pada balita lebih banyak ditemukan pada balita yang asupan protein
nya kurang dibanding balita yang asupan proteinnya tercukupi.
Protein berfungsi sebagai pembentuk jaringan baru di masa
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara, memperbaiki
serta mengganti jaringan yang rusak ( Achmadi,2013).
Selain asupan protein, seng juga diperlukan tubuh untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Seng berperan dalam pembentukan
dan mineralisasi tulang. Anak yang memiliki asupan seng kurang
12
beresiko menjadi stunting dibanding anak yang memiliki asupan
seng cukup. Kekurangan seng berpengaruh terhadap hormon
pertumbuhan sehingga pertambahan tinggi badan terhenti.
(Anindita,.2014).

2.3.4. Penyakit Infeksi


Riwayat penyakit infeksi berkaitan dengan status gizi yang
rendah dan stunting. Balita yang mengalami kekurangan gizi dengan
asupan energi dan protein yang rendah rawan terkena infeksi karena
terganggunya pembentukan kekebalan tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan, jika berkelanjutan dapat
mengakibatkan balita stunting (Aridiyah,dkk.2015). Hubungan
infeksi dan status gizi merupakan hubungan dua arah, dimana sering
terkena infeksi penyakit dapat mengganggu status gizi dan status gizi
yang buruk dapat meningkatkan resiko infeksi. ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) dan diare.
ISPA dan diare merupakan penyebab kematian utama pada anak
dan balita. Penyakit ISPA didefinisikan sebagai suatu penyakit
infeksi pada hidung, telinga, tenggorokan (pharynx), trachea,
bronchioli, dan paru-paru yang kurang dari dua minggu (14 hari)
dengan tanda dan gejala dapat berupa batuk atau pilek dan atau batuk
pilek dan atau sesak nafas karena hidung tersumbat dengan atau
tanpa demam, batasan waktu 14 hari diambil menunjukkan
berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa penyakit yang dapat
digolongkan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Sedangkan diare didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai
dengan berak air lebih dari tiga kali sehari. (Darmadi,2011) Dampak
langsung dari diare adalah penurunan berat badan tidak berdampak
pada terhambatnya tinggi badan.Anak yang mengalami diare
akanmengalami anoreksia dan dehidrasi yang akan berdampak pada
penurunan berat badan (Supariasa,2012).

13
2.3.5. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang kurang baik mempunyai hubungan
yang signifikan dengan stunting.. Sistem pembuangan limbah atau
kotoran yang kurang baik dapat menimbulkan masalah kesehatan
seperti diare, meningkatkan kejadian infeksi sehingga menurunkan
kondisi kesehatan anak dan berimplikasi buruk terhadap kemajuan --
pertumbuhan anak.(Nadiyah,Briawan,Martianto,2014).

2..3.6. Panjang Bayi Lahir


Ibu hamil yang mengalami kurang gizi pada awal kehidupan
beresiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Dalam penelitian bayi prematur dengan berat lahir rendah
dan panjang badan kurang dari normal ber beresiko mengalami
stunting 4 kali lebih besar daripada balita dengan panjang badan
normal. (Ni’mah,Nadhiroh,2015).
Penilaian status gizi pada bayi baru lahir dilakukan melalui
pengukuran antropometri panjang badan dan berat badan bayi baru
lahir.(Kemenkes,2010). Panjang dan berat bayi baru lahir
mencerminkan pertumbuhan janin dalam kandungan. Anak yang
sehat memiliki panjang badan, berat badan, perkembangan psikologi
dan emosional yang sesuai dengan umurnya.
Kategori panjang bayi baru lahir berdasarkan KEPMENKES
Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak, panjang bayi laki-laki dikatakan pendek
(stunting) jika < 46 cm dan dikatakan tinggi jika > 53,7 cm.
Sedangkan panjang bayi perempuan dikategorikan pendek (stunting)
jika < 45,4 cm dan dikatakan tinggi jika > 52,9 cm. Riskesdas (2013)
menggolongkan panjang bayi lahir di Indonesia menjadi : panjang
bayi lahir pendek < 48 cm, normal antara 48 – 52 cm dan panjang
lahir tinggi > 52 cm (RIKESDA,2013).
14
Dampak panjang lahir pendek sangat luas dan berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan di Tangerang menyatakan bahwa bayi
dengan panjang badan lahir kurang dari 48 cm memiliki resiko
mengalami stunting pada usia 6-12 bulan sebesar 2,4 kali lebih besar
dibanding bayi dengan panjang badan lahir normal.
(Rahayu,dkk,2011).

2.3.7. Kerangka Teori

Status Gizi Ibu Panjang Badan


BBLR Hamil Bayi Lahir
15

Status Gizi Ibu


Hamil
Asupan Makanan Penyakit Infeksi

Tidak Pola asuh tdak Sanitasi


Tersedianya sesuai Lingkungan
pangan kurang baik

Kurang Pendidikan dan Pengetahuan

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,


Kurang pemanfaatan sumberdaya

Penganguran, Inflasi,Kurang Pangan

KRISIS EKONOMI

Gambar 1. Kerangka Teori Sunting

2.3.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teoritis mka dibuatlah kerangka konsep penelitian


seperti tergambar dalam skema dibawah ini :
- Variabel Independent
16
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Status Gizi Ibu

‘- Variabel Dependen
Stunting

Variabel Independen

Variabel Dependen

Status Gizi Ibu Hamil

Stunting

Berat Bayi Lahir


Rendah

(BBLR)

Gambar 2. Kerangka Konsep Stunting

Hipotesis
1. Status gizi ibu semasa hamil sebagai faktor risiko kejadian stunting
2. Berat bayi lahir rendah (BBLR) sebagai faktor risiko kejadian stunting

BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Jenis dan Rancangan Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan desain
kasus kontrol (case control ). Desain case control merupakan suatu
17
penelitian survai analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektive. (Penelusuran ke
beelakang).
Studi kasus kontrol dilakukan dengan mengidentifikasi kelompok kasus
dan kelompok kontrol,kemudian secara retrospektive diteliti faktor- faktor
resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol dapat
terkena paparan atau tidak. Sebagai kelompok kasus adalah balita stunting
dan kelompok kontrol adalah balita tidak stunting.

3.2. Tempat dan Waktu penelitian


Adapun lokasi penelitian adalah seluruh desa di wilayah kerja
Puskesmas Bulakamba Kec. Bulakamba Kab.Brebes.Waktu penelitian
selama 2 bulan yaitu bulan Oktober - November 2017.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi penelitian yaitu semua balita stunting sebanyak 173 balita
usia 6-24 bulan yang ada di wilayah Puskesmas Bulakamba
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini sebanyak 70 balita yang terdiri dari
kelompok kasus sebanyak 35 balita stunting dan kelompok kontrol
sebanyak 35 balita tidak stunting, usia 6 – 24 bulan dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi di wilayah kerja Puskesmas Bulakamba
Kec.Bulakamba Kab.Brebes.
3.3.2.1. Kriteria Inklusi
1. Usia Balita 6 -24 bulan
2. Aktif datang ke posyandu
3. Penduduk wilayah Puskesmas Bulakamba
4. Bersedia menjadi responden
3.3.2.2. Kriteria Eksklusi
1. Balita tidak aktif datang ke posyandu
18
3.Balita dengan kecatatan fisik, kelainan tulang belakang
sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.

3.3.3. Cara pengambilan sampel


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiono,2010:118). Data sampel diperoleh dari
penimbangan balita bulan september tahun 2017 di Puskesmas
Bulakamba. Jumlah sampel penelitian didapatkan berdasarkan
perhitungan rumus berikut :
n1 = n2 = {𝑍α √2PQ + 𝑍β √𝑃1𝑄1 + 𝑃𝑃2𝑄2 )2
( 𝑝1 − 𝑝2 )2
Keterangan :
n1=n2 : Besar sampel
𝑍𝛼 : 1,96 ( nilai Z untuk 𝛼 = 5 %
𝑍𝛽 : 0,84 ( nilai Z untuk 𝛽 = 0,20)
P1 : Proporsi paparan pada kelompok kasus ( P2 + 0,3)
Q1 : 1 - P1
P2 : 0,56 ( Proporsi pada kelompok kontrol berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan Zilda et.al (2013),
proporsi pada balita yang mengalami stunting adalh
55,9%.
Q2 : 1 - P2
P : Proporsi total = P1 + P2
2
Q : 1 - P

19
P1–P2 : 0,3 ( Perbandingan proporsi minimal yang dianggap
bermakna jika selisihnya 30 %)
n1 = n2 = (𝑍α √2PQ + 𝑍β √𝑃1𝑄1 + 𝑃𝑃2𝑄2 )2
( 𝑝1 − 𝑝2 )2
n1 = n2 = (1,96 √2. 0,71. 0,29 + 0,84 √0,86 .0,14 + 0,56. 0,44 )2
( 0,86 − 0,56 )2
= ( 1,96 . 0,64 + 0,84 √0,12 + 0,25
( 0,3 )2

= ( 1,25 + 0,51 )
(0,3)2
= (1,76)2
(0,3)2
= (3,1)2 = 35
(0,09)2
Berdasarkan hasil perhitungan dengan perbandingan kasus dan
kontrol 1:1, diperoleh jumlah sampel masing-masing kelompok
kasus sebanyak 35 balita stunting dan kontrol sebanyak 35 balita
yang tidak stunting, sehingga sampel keseluruhan sebanyak 70 balita
Responden dalam penelitian ini adalah balita yang terpilih menjadi
sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan non random
sample.Pemilihan kelompok kontrol diambil berdasarkan kriteria
inklusi, jika ada sampel yang memenuhi kriteria eksklusi maka
sampel tidak diambil sebagai penelitian.. Kontrol dipilih berdasarkan
asal desa yang sama dalam wilayah Kerja Puskesmas Bulakamba
Kabupaten Brebes.

3.4. Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu :
Variabel bebas : BBLR dan Status gizi ibu hamil
Variabel terikat : Stunting.

20
3.5 Definisi Operasional Variabel
Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
yang diteliti Operasional Data
1 Stunting Stunting adalah Panjang 0: stunting Nominal
(Pendek) Kondisi dimana Badan (<-2SD)
ukuran panjang /Microtoice 1 : Tidak
atau tinggi badan Stunting (> -2
tidak sesuai SD)
dengan umurnya,
yang ditandai
dengan indikator
TB/U < -2SD

2. Status Gizi Keadaan dimana 0 : KEK Nominal


Ibu Hamil ibu menderita Pita LILA Jika ukuran
kekurangan LILA < 23,5
makanan yang cm
berlangsung 1: Tidak KEK
menahun(kronis) Jika ukuran
yang LILA >23,5
cm
meningkatkan
gangguan
kesehatan pada
ibu

3. BBL Berat badan bayi Baby Scale 0 : BBLR Nominal


yang ditimbang Jika BBL <
satu jam pertama 2500 Gr
setelah lahir 1 : Tidak
BBLR
Jika BBL >
2500 Gr

3.6. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data


Jenis Data yang digunakan adalah data Primer dan data sekunder.
3.6.1.1. Data Primer
Data primer terdiri dari data identitas responden, nama
balita, usia balita, tinggi badan balita, riwayat status gizi ibu
21
dan riwayat berat badan lahir melalui wawancara dengan
ibu dan melihat buku kesehatan ibu dan anak (KIA).
3.6.1.2. Data sekunder
Data sekunder meliputi angka prevalensi kejadian
stunting diwilayah Puskesmas Bulakamba berdasarkan hasil
penimbangan pada bulan september tahun 2017.
3.6.1.3 Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain alat ukur panjang badan (Length Measuring Board) /
Tinggi badan (Microtoise), Timbangan Bayi (Baby Scale),
Pita LILA, Formulir kuesioner, wawancara.
3.6.1.4. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan diposyandu, dengan cara
wawancara dengan responden, melihat kohort ibu dan bayi
di bidan desa dan melihat buku KIA,

3.7. Pengolahan Dan Analisa Data


Tahap pengolahan data meliputi :
3.7.1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban – jawaban
yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan
pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban – jawaban
tersebut. Tapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang
jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan
dalam pengolahan “data missing” (Notoatmodjo S, 2010:176).

3.7.2. Coding
Setelah dilakukan pengecekan data dengan editing , tahap lanjut
adalah pemberian kode. Peng“kodean” atau “coding” yaitu
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Hal ini untuk mempermudah saat analisis data dan
juga mempercepat dalam proses memasukkan data atau Entry.
22
(Notoatmodjo S, 2010:177) Data yang diberi kode antara lain status
gizi ibu hamil dengan kode 0 : KEK 1: Tidak KEK, BBLR dengan
kode 0: BBLR dan 1: Tidak BBLR, sedangkan kategori stunting
diberi kode 0:Stunting dan 1:Tidak Stunting.

3.7.3. Memasukkan data (Entry) atau Processing


Data yang berasal dari jawaban – jawaban dari masing – masing
responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan
ke dalam program atau software komputer. Dalam proses ini juga
dituntut ketelitian dari orang yang melakukan data entry ini.
Apabila tidak teliti maka akan terjadi bias meskipun hanya
memasukkan data saja (Notoatmodjo S, 2010:177).

3.7.4. Pembersihan data (Cleaning)


Setelah sumber data dari responden selesai dimasukkan, maka
perlu pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan –
kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning)
(Notoatmodjo S, 2010:177).

3.7.5. Analisis Data


Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan bantuan
software komputer SPSS. Analisis data merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam suatu penelitian karena analisis data berguna
untuk memecahkan masalah penelitian sehingga dapat ditarik
kesimpulan. Adapun analisis data meliputi:

3.7.5.1. Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis data. Untuk
23
data numerik digunakan untuk mendiskripsikan variabel
kasus dan kontrol dalam bentuk tabel.

3.7.5.2. Analisis Bivariat


Setelah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan
dapat dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi berdasarkan tabel 2 x 2. Uji normalitas data
yang digunakan adalah uji Chi Square ( X2 ) dengan nilai
kemaknaan 95 % (0,95). Selanjutnya untuk menghitung
besar resiko odds rasio).Untuk studi kasus kntrol
dihitungmenggunakan rumus dan tabel 2 X 2 sebagai
berikut:
Kontrol
+ -

+ A B
Kasus

- C D

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksnakan mulai bulan november – desember 2017.
Data responden untuk kasus dan kontrol adalah balita stunting dan tidak
stunting yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bulakamba.
Puskesmas Bulakamba merupakan salah satu puskesmas yang berada di
Kecamatan Bulakamba tepatnya berada dipesisir utara Kabupaten Brebes
Jawa Tengah dengan wilayah kerja meliputi 8 desa binaan yaitu jubang,
cipelem, Rancawuluh, Bulusari, Karangsari, Blakamaba, Pakijangan dan
Pulogading.
Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Bulakamba tahun 2016 menurut
BPS adalah 53.521 jiwa. Adapun batas wilayah administrasi Puskesmas
Bulakamba meliputi :
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Larangan
- Sebelah Barat : Kecamatan Siwuluh
- Sebelah Timur : Kecamatan Kluwut
Besarnya jumlah penduduk dapat berpengaruh terhadap besarnya angka
resiko kesehatan di masyarakat. Untuk itu dalam rangka menurunkan angka
resiko kematian ibu dan anak, Puskesmas Bulakamba mempunyai program
yang mendukung peningkatan kesehatan pada ibu hamil antara lain kegiatan
ANC Terpadu (Antenatal Care) atau pmeriksaan terpadu pada ibu hamil
yang terdiri dari Pemeriksaan dokter, Kebidanan, Gigi, Laboratorium, Gizi,
IMS dan Higiene sanitasi, Kelas Ibu Hamil, USG berjamaah, Pemberian
PMT Ibu hamil KEK serta pendampingan dan pemantauan ibu hamil resti
yang merupakan slogan dari program gubernur “ jateng gayeng nginceng
wong meteng’. Sedangkan program yang mendukung peningkatan
pertumbuhan dan kesehatan pada anak meliputi kegiatan pesyandu balita,
pengadaan PMT di posyandu, pemberian PMT balita gizi kurang.
25
4..2. Karakteristik Responden dan Sampel Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita
stunting diwilayah kerja Puskesmas Bulakamba dengan jumlah sampel
kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 35 responden.

4.2.1. Umur Responden


Berdasarkan penelitian diwilayah kerja Puskesmas Bulakamba
diperoleh data distribusi umur responden menurut kelompok umur
ditunjukkan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1. Umur Responden
Umur Stunting
No Responden Kasus Kontrol
n % n %
1 Resti 1 2,85 1 2,85
2. Tidak Resti 34 97,15 34 97,15
35 100 35 100

Umur responden dibedakan menjadi dua, umur resti dan tidak


resti. Umur resti yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun,
umur tidak resti yaitu umur antara 20 - 35 tahun. Berdasarkan tabel
diatas diketahui bahwa sebagian besar umur responden merupakan
umur yang tidak beresiko tinggi untuk hamil dengan prosentase
sebesar 97,15%, baik pada kasus maupun pada kontrol. Sedangkan
responden yang masuk dalam umur resiko tinggi hanya sebesar
2,86%.

4.2.2. Pendidikan Responden


Berdasarkan penelitian diwilayah kerja Puskesmas Bulakamba
diperoleh data distribusi Pendidikan responden ditunjukkan dalam
tabel 4.2

26
Tabel 4.2. Pendidikan Responden
Pendidkan Stunting
No Responden Kasus Kontrol
n % N %
1. SD 14 40,00 14 40,00
2. SMP 17 48,57 18 51,42
3. SMA 4 11,42 2 5,71
4. Sarjana 0 0 1 2,85

35 100 35 100
Responden yang berpendidikan SMP sebanyak 17 responden
dengan prosentase 48,57% pada kelompok kasus dan 51,42% pada
kelompok kontrol. Responden yang berpendidikan SD sebesar 40%
baik pada kelompok kasus maupun kontrol. Sedangkan yang
berpendidikan SMA sebesar 11,42%. Tidak ada respnden yang
sarjana pada kelompok kasus dan hanya 1 responden yang
pendidikannya sarjana pada kelompok kontrol. Rata-rata pendidikan
responden SD dan SMP. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat
pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap terjadinya stunting pada
balita karena pola asuh yang kurang tepat, terutama dalam
pemeberian makan pada balita. Tidak tersedianya pangan dalam
rumah tangga membuat ibu hanya menyediakan makan seadanya,
sehingga kebutuhan gizi balita tidak terpenuhi sesuai umurnya.

4.2.3. Pekerjaan Responden


Berdasarkan penelitian diwilayah kerja Puskesmas Bulakamba
diperoleh data distribusi Pekerjaan responden ditunjukkan dalam
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Pekerjaan Responden
Pekerjaan Responden Stunting
No Kasus Kontrol
n % n %
1. Aktifitas bekerja 1 2,86 0 0,00
diluar rumah
2. Aktifitas bekerja di 34 97,14 35 100
dalam Rumah

35 100 35 100
27
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kasus
sebagian besar pekerjaan responden adalah bekerja di dalam rumah
sebagai penjahit sebanyak 1 responden dan lainnya hanya sebagai
ibu rumah tangga dengan prosentase sebesar 97,14%, sedangkan
aktifitas bekerja diluar rumah berjumlah 1 responden dengan
prosentase 2,86 %. Pada kelompok kontrol pekerjaan responden
semua responden aktifitas bekerja di dalam rumah atau hanya
sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai aktifitas bekerja diluar rumah maupun yang
didalam rumah tidak berpengaruh terhadap stunting. Rendahnya
kesadaran responden, ketersediaan pangan yang bergizi tingkat
rumah tangga dan pola pemberian makan pada anak yang tidak tepat
dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak.

4.3. Karakteristik Balita


Balita yang diteliti adalah balita yang mengalami stunting di wilayah
kerja Puskesmas Bulakmaba pada bulan november – desember 2017.

4.3.1. Jenis Kelamin Balita


Berdasarkan penelitian diwilayah kerja Puskesmas
Bulakamba diperoleh data distribusi jenis kelamin balita ditunjukkan
dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Jenis Kelamin Balita
Stunting
No Jenis Kelamin Kasus Kontrol
n % N %
1. Laki-Laki 21 60,00 14 40,00
2. Perempuan 14 40,00 21 60,00

35 100 35 100

28
Berdasarkan tabel diatas, jenis kelamin pada kelompok kasus
jumlah balita laki-laki pada kelompok kasus sebanyak 21 balita dan
balita perempuan sebanyak 14 balita. Sedangkan pada kelompok
kontrol jumlah laki-laki sebanyak 14 balita dengan prosenrase 40%
dan jumlah balita perempuan sebanyak 21 balita. Distribusi jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan hampir sama, yang berarti
bahwa stunting dapat terjadi pada semua balita baik laki –laki maupun
perempuan.
4.3.1. Umur Balita
Berdasarkan penelitian diwilayah kerja Puskesmas Bulakamba di
peroleh data distribusi umur balita yang ditunjukkan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Umur Balita
Stunting
No Umur Balita Kasus Kontrol
n % n %
1 6 - 12 Bulan 9 25,71 9 25,71
2. >12 – 24 Bulan 26 74,29 26 74,29

35 100 35 100
Berdasarkan tabel diatas, distribusi umur balita dibedakan menjadi
2 kategori yaitu umur bayi dan baduta. Pada kelompok kasus maupun
kontrol jumlah umurnya sama. Kelompok usia bayi sejumlah 9 bayi
dan kelompok baduta sebanyak 26 baduta atau sebesar 74,29%.
Besarnya jumlah stunting pada kurun usia 12 -24 bulan menunjukkan
bahwa semakin bertambahnya usia kebutuhan gizi semakin bertambah
namun tidak diimbangi dengan pola pemberian makan yang sesuai
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan yan mengakibatkan anak
mengalami stunting.

29
4.4. Hubungan BBLR dengan stunting
Hubungan antara BBLR dengan stunting dapat diketahui dengan
melakukan uji Chi Square yang ditunjukkan pada tabel 4.6
Tabel 4.6. Hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting
Kejadian Stunting Nilai OR
p
Kasus Kontrol (CI 95%)
Variabel N % n %
Riwayat BBLR 5 14,3 0 0,0 0,54 2,16
BBLR Tidak 30 85,7 35 100 (1,66-2,81)
BBLR
Total 35 100 35 100
Berdasarkan hasil penelitian pada anak usia 6 -24 bulan baik pada
kelompok kasus maupun kontrol menunjukan bahwa kejadian stunting
tidak dipengaruhi oleh berat badan lahir rendah (BBLR) . Pada kelompok
kasus, anak dengan riwayat BBLR prosentase stunting sebesar 14,3%
lebih besar dibanding anak yang tidak stunting. Sedangkan yang tidak ada
riwayat BBLR pada kelompok kasus prosentasenya sebesar 85,7% lebih
kecil dari kelompok kontrol 100%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan stunting pada
anak usia 6 – 24 bulan di wilayah Puskesmas Bulakamba, dengan nilai p =
0,54. Nilai OR:2,16 yang berarti bahwa anak dengan BBLR mempunyai
resiko 2,16 kali lebih besar mengalami stunting dibanding anak yang tidak
BBLR. Hal ini sejalan dengan penelitian Ni’mah dikota surabaya yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir
dengan kejadian stunting pada balita (p=1,000). Penelitian yang dilakukan
mellyasari di kabupaten kendal juga menunjukkan bahwa berat badan lahir
balita bukan merupakan faktor risiko stunting (p=0,609, OR = 3,28.). Hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aridiyah menunjukkan tidak
ada hubungan antara status BBLR dengan kejadian stunting pada anak
balita baik diperkotaan maupun dipedesaan.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan fahmi di


Kabupaten Jeneponto yang menyimpulkan bahwa kejadian stunting pada

30
anak yang terlahir dengan BBLR lebih besar dibanding dengan kejadian
stunting pada anak dengan berat lahir normal. Rahayu dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa anak yang memiliki riwayat BBLR
berpeluang 5,87 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting.
Berat lahir pada umumnya sangat terkait dengan kematian janin,
neonatal dan pasca neonatal, morbiditas bayi dan anak serta pertumbuhan
dan perkembangan jangka panjang. Dampak dari bayi yang memiliki berat
badan rendah akan berlangsung dari generasi ke generasi. Hasil penelitian
mughni dkk, menyimpulkan bahwa berat lahir merupakan prediktor yang
signifikan dalam menentukan status pendek pada anak usia 12-60 bulan di
makasar.
Hasil penelitian yang dilakukan berbeda dengan teori yang mengatakan
bahwa BBLR dapat berpengaruh terhadap kejadian stunting, hal ini
dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian stunting seperti
asupan makan, pola pemberian makan yang kurang tepat, higiens sanitasi
lingkungan. Anak BBLR yang mendapatkan asupan makan yang baik
dengan pola pemberian yang tepat dapat tumbuh dengan baik, namun
sebaliknya anak dengan riwayat BBLR maupun tidak BBLR jika asupan
makan tidak bergizi seimbang dan pola pemberian makan tidak tepat maka
bisa menyebabkan stunting.
Menurut World Health Organization (WHO,2013) stunting merupakan
akibat jangka panjang dari asupan gizi yang tidak tercukupi dari masa
sebelum hamil, masa hamil sampai anak usia 2 tahun. Ibu hamil yang
kekurangan gizi akan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah dan berdampak terjadi stunting berkelanjutan jika pola asuh dalam
pemberian makan pada anak kurang tepat. Pemberian makanan bayi dan
anak sangat menentukan pertumbuhan anak.(Putri,2012).

31
4.5. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan stunting

Untuk menegetahu hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian


stunting dapat ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Stunting

Stunting Nilai OR
Kasus Kontrol P (CI 95%)
Variabel n % n %
Riwayat KEK 3 8,6 2 5,7 1,000 1,54
Status Tidak (0,24-9,87)
Gizi Ibu KEK 32 91,4 33 94,3
Hamil
Total 35 100 35 100

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa riwayat status gizi ibu


hamil pada kelompok kasus sebesar 8,6 % lebih besar dibanding pada
kelompok kontrol.sedangkan ibu hamil tidak KEK pada kelompok kasus
lebih kecil dari kelompok kontrol. Hasil uji statistik nilai p= 1,000 dengan
uji kemaknaan α = 0,05 menunjukan bahwa Ho diterima Ha ditolak, yang
artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara status ibu hamil (KEK)
dengan stunting pada anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Bulakamba.
Nilai OR=1,547 yang berarti bahwa status gizi ibu hamil (KEK)
mempunyai risiko 1,54 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang tidak
KEK. Hasil yang diperoleh sama dengan penelitian sebelumnya ynag
dilakukan Rida di soreang bandung yang menyatakan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara LILA ibu pada masa hamil dengan
pertumbuhan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan perolehan nilai p = 0,218 (p>0,05). Demikian juga hasil uji antara
ukuran LILA ibu pada masa hamil tidak berhubungan dengan berat bayi
lahir.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Linda di Puskemas tanjung karang tahun 2012 yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara LILA dengan berat badan bayi baru
32
lahir. Adanya perbedaan ini mebuktikan bahwa ibu hamil yang menderita
KEK belum tentu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini
dikarenakan BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan
Gizi (Energi,protein dan lemak, zat besi),penyakit infeksi, tingkat
pendidikan,,jarak kehamilan dan Sosial ekonomi.(Mahirawati dkk,2014)

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara BBLR dengan stunting pada anak usia 6-24
bulan di Puskesmas Bulakamba
2. Tidak ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan stunting pada
anak usia 6-24 bulan di Puskesmas Bulakamba
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara BBLR, status gizi ibu hamil
dengan stunting.

5.2. Saran

1. Penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan stunting lebih di optimalkan.


2. Untuk pencegahan jangka panjang, penyuluhan pada remaja putri
tentang gizi remaja harus sering dilakukan.
3. Memberikan edukasi pada ibu hamil, pendampingan ibu hamil resti dan
menambah jumlah pemberian makanan tambahan (PMT) terutama pada
ibu hamil KEK.
4. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lengkap tentang faktor risiko
stunting pada anaka dengan mengukur variabel bebasnya,panjang badan
lahir, tinggi badan orang tua, pola pemberian makan dan penyakit
penyerta.

34
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,U.F.2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Raja
Grafindo
Ardiyah O.F,Rohmawati N, Ririanty M,2015. Faktor –faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting pada aank balita di wilayah pedesaan dan perkotaan.
Jurnal Pustaka Kesehatan,Vol.3 No.1 Januari 2015
Arisman, 2016. Gizi dalam daur kehidupan: Gizi ibu hamil. Edisi ke 2,
Jakarta:penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arifin ZD,Irdasrai YS,Sukandar H,2012. Analisis sebaran dan faktor risiko
stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta 2012. 130902011009
Epidemologi Komunitas FKUP.
Brinkman HJ,de Pee S,&Sanogo I .2010.High Food Prices and The Global
Financial Crisis Have Reduced Access to Nutritious Food and Worsened
Nutrisional Status and Health.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013:1-384. doi:1 Desember 2013.
Chang SM,Susan PW,Grantham-McG S &Cristine AP.2010. Early childhood
under nutrition and later fine motor abilities. Developmental Medicine and
Child Neurology.
Departemen Kesehatan RI. 1996. Makanan Ibu Hamil. Jakarta :Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Jakarta : Balitbangkes.
Darmadi. Infeksi Nosokomial : Problematika & Pengendaliannya. Salemba
Medika; 2011.
Hafid Fahmi,Nasrul.2016.Faktor Resiko Stunting pad Anak Usia 6 -23 Bulan di
Kabupaten Jeneponto.Indoneian Journal Of Human Nutrition Vol.3 No. 1
Suplemen : 42 – 53
Kemenkes RI 2014, Profil Kesehatan Indonesia Thun2013,Jakarta Kemenkes RI.
Kusumawati E, Rahardjo S, sari HP. Model Pengendalian faktor risiko stunting
pada anak bawah tiga tahun. Kesmas .Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional,2015
Kristiana T.W,Hamam H, Detti SN,2016. Riwayat KEK dan anemia pada ibu
hamil tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23
bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul,Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietika
Indonesia, Vol.4,No.1,Januari 2016 : 29-40
Mahirawati VK.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi
kronis (KEK) pada ibu hamil di kecamatan kamoning dan Tembelangan,
Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Buletin Penelitian Kesehatan, 2014 : 17
(1):193-202.
Martorell R, Horta BL,& Adair LS et al.Cansortium on Health oriented Reseach
in Transitional Societies Group.2010. Weight Gain in the first two years of
life is important predictor of scooling outcomes in pooled analyses from
five birth cohorth form low and midle income countries. J.Nutr.140. 348-
354.

35
Mellyasari F,Isnawati M,2014.Fakror Risiko Kejadian Stunting pada balita usia
12 bulan di disa Purwokwerto Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
Journal of nutrition College,Vol3,No.2,tahun 2014: Hal : 16-25
Muslikhatun, Wafi Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Yogyakarta :
.Fitramaya
Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nasution D,Nurdiatis.D,Hariyati E,2014. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. FKM UGM
Nadiyah, Briawan D, Martianto D,2014. Faktor Resiko Stunting pada Anak Usia
0 – 23 Bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Gizi dan Pangan,Juli 2014, 9(2) : 125-132.
Ni’mah K, Nadhiroh RS,2015. Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting
pada balita. Media Gizi Indonesia,Vol 10.No 1 Januari – Juni 2015: hlm
13 -19
Oktarina Z ,Sudiarti T, 2013.Faktor Resiko Stunting pada balita (24-59 Bulan) di
sumatrera.FKMUI,Depok
Paudel.R,Pradan.B,Wagle.R.R,Pahari.D.P, &onta S.R.2012. Risk Factors for
stunting among children:A community based case control in
Nepal,Kathmandu University Medoical journal.
Putri A,2012.Hubungan tingkat pendidikan Ibu,pendapatan keluarga,kecukupaan
protein dan zink dengan stunting (pendek) pada balita usia 6 -35 bulan di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat(JKM).Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehtan
Masyarakat,Universitas Diponegoro.1(2):617-626
Rahayu A,Yulidasari F,Putri O.A, Rahman F,2015. Riwayat Berat Badan Lahir
dengan kejadian stunting pada anak usia bawh dua tahun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional,Vol.10 No.2 November 2015
Rahayu LS,Sofyaningsih M.Pengaruh BBLR dan pemberian ASI Eksklusif
terhadap perubahan status stunting pada balita di kota dan kabupaten
Tangerang Provinsi Banten. Prosoding seminar Nasional 2011.
Supariasa,I.D.N,Bakri,B & Fajar,I.2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Saenger.P,Czernichow.P,Hughes.l,Reiter.EO.2007. Small for gestational age:short
statute beyond.Endocr.Rev.28.
Tionda M. Hubungan Status gizi saat lahir dengan pertumbuhan balita saaat ini di
desa Caturtunggal Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.2012
Welasasih & Wirjatmadi,2012. Beberap Faktor yang berhubungan dengan Status
Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal Of Publik Health.8(3) :
99-104
Waryana, Gizi Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Rihana,2010, Departemen
Kesehatan RI.2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.Jakarta:
Balitbangkes. Journal of Nutrition College,Vol.3 No.1,2014,Hal: 235-242
Warsini TK,Hadi Hamam,Nurdiati SD,2016.Riwayat KEK dan anemia pada ibu
hamil tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23
bulan di kecamatan Sedayu,Bantul,yogyakarta.Jurnal Gizi dan Dietetika
Indonesia,Vol.4,No.1,Januari 2016:29-40.

36
Yustiana K,Nuryanto,2014.Perbedaan panjang badan bayi baru lahir antara hamil
KEK dan tidak KEK.
Zaif M.R,Wijaya M, Hilmanto D,2017. Hubungan anatara riwayat status gizi ibu
masa kehamilan dengan pertumbuhan anak balita di Kecamatan Sorean
Kabupaten Bandung. JSK,Vol 2 No.1 Maret 2017.

37
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFROMED CONSENT) MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin : L /P

Setelah mendapat enjelasa oleh penelitian tentang penelitian faktor-Risiko


Stunting pada anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Bulakamba Kecamatan
Bulakamba Kabupaten Brebes, maka dengan ini saya menyatatakan bersedia
menjadi responden dlam penelitian ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur
dan apa adanya dan mengijinkan dilakukan pengukuran Tinggi Badan terhadap
anak saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-
baiknya,

Tertanda
Responden

( ..........................)

38
FORMULIR DATA BALITA

Status Gizi TB/U


Nama Nama Tgl Usia TB
No JK
Ibu Anak lahir (Bln) (Cm) stunting Normal
< - 2SD > 2 SD

39
FORMULIR KUESIONER IDENTITAS

Umur BBL
Peker Nama LILA
No Nama Ibu Ibu Pendidikan Anak
jaan Anak (Cm)
(TH) (Gr)

40
41

Anda mungkin juga menyukai