Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

GAMBARAN KETEPATAN PEMBERIAN MPASI PADA USIA 6 – 24 BULAN


DI WILAYAH PUSKESMAS INDONG KECAMATAN MANDIOLI
UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

OLEH :

WAHYUNI BARMAWI
202207134

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA
KEDIRI 2023

i
GAMBARAN KETEPATAN PEMBERIAN MP-ASI PADA USIA 6 – 24
BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS INDONG KECEMATAN
MANDIOLI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Menyelesaikan S1 Kebidanan

OLEH :

WAHYUNI BARMAWI

202207134

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA
KEDIRI 2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “Gambaran Ketepatan Pemberian MP-

ASI pada usia 6-24 bulan di Wilaya Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli

Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara” telah disetujui

oleh pembimbing penyusunan proposal Skripsi Program Studi Sarjana

Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri pada :

Tanggal, 12 juni 2023

Pare, 12 juni 2023

Mahasiswi

Wahyuni Barmawi

NIM. 202207134

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Wahyu N, S,SiT;M.Keb
Dewi Taurisiawati, S.ST;M.Keb

iii
PENGESAHAN

Proposal ini telah disetujui untuk disahkan oleh penguji Proposal

Program Studi Sarjana Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri dalam Ujian

Proposal Skripsi pada:

Hari/tanggal : 12 juni 2023

Tempat : Prodi Sarjana Kebidanan Stikes Karya Husada Kediri

Tanda Tangan

Ketua Penguji :

Tintin Hariyani, S.SiT;M.Kes

Anggota Penguji :

Penguji 1 : Dwi Ertiana, S.ST;S.Keb.Bd;M.PH

Penguji 2 : Wahyu N, S.SiT;M.Keb

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri

Tintin Hariyani, S.SiT;M.Kes

iv
ABSTRAK

Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 – 24 Bulan Di


Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara
Kabupaten Halmahera selatan
Provinsi maluku utara

Wahyuni Barmawi

Latar Belakang : . Salah satu hak dasar anak adalah gizinya yang harus terpenuhi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana
kesepakatan internasional seperti Konvensi Hak Anak (Komisi Hak Azasi Anak
PBB, 1989, Pasal 24) adalah memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di
bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan
Pemberian ASI dan MP-ASI merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan
tepat bagi bayi dan anak 0 – 24 bulan,,. Tujuan : Pemberian Maknanan Pendamping
ASI pada Usia 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong Kec. Mandioli Utara
Kabupaten Halmahera Selatan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability
sample , didapatkan 46 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kuesioner. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
program statistik SPSS versi 26. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan gambaran
ketepatan waktu pemberian MP-ASI 60,9% tidak tepat, menu MP-ASI 54,3%
tidak tepat, frekuensi pemberian MP-ASI 76,1% tidak tepat , jenis MP-ASI
65,2% tidak tepat, komposisi MP-ASI 54,3% tidak tepat, dan persiapan
pemberian MP-ASI 87% tepat. Kesimpulan: pemberian makanan
pemdamping ASI sebagian besar belum tepat pada waktu pemberian, menu,
jenis, dan komposisi MP-ASI

Kata Kunci :Ketepatan, Waktu, Menu, Frekuensi, Jenis, Komposisi, Persiapan


Pemberian makanan pendamping ASI

v
ABSTRACT

Description of the accuracy of breastfeeding at the age of 6 – 24 months in


the Indong Health Center area, North Mandioli District, South Halmahera
Regency, North Maluku Province

Wahyuni Barmawi

Background: . One of the basic rights of children is their nutrition that must
be fulfilled. One of the efforts to improve children's health and nutrition in
accordance with international agreements such as the Convention on the
Rights of the Child (UN Commission on the Rights of the Child, 1989, Article
24) is to provide the best food for children under 2 years old. To achieve this,
the National Strategy for Improving Breastfeeding and MP-ASI recommends
good and appropriate feeding for infants and children 0 – 24
months.Purpose: Giving Meaning to Breastfeeding Companions at the Age of
6-24 months in the Indong Health Center Area, North Mandioli District,
South Halmahera Regency Method: The type of research used is descriptive
research. Sampling was carried out using probability sample techniques,
obtained 46 respondents. Data collection was carried out using questionnaire
sheets. The data that has been collected is then processed by the SPSS
statistical program version 26. Results: The results showed that the picture of
the timeliness of giving MP-ASI 60.9% was incorrect, the menu of MP-ASI
54.3% was incorrect, the frequency of giving MP-ASI 76.1% was not right,
the type of MP-ASI 65.2% was not right, the composition of MP-ASI 54.3%
was not right, and the preparation of MP-ASI was 87% right. Conclusion:
breastfeeding is largely not right on the time of administration, menu, type,
and composition of MP-ASI.
Keywords :Accuracy, Time, Menu, Frequency, Type, Composition,
Preparation Complementary feeding

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas segala nikmat dan ridho Allah Subhaanahu wa

Ta’ala dalam penyelesaian tugas akhir ini. Segala pencapaian bukanlah karena

kehebatan mahluk ciptaan-Nya, tapi Allah Subhaanahu wa Ta’Ala yang

memberikan kemudahan atas segala urusan hamba-Nya sehingga peneliti

berhasil menyelesaikan proposal dengan judul: “Gambaran Ketepatan

Pemberian MP-ASI pada Usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas Indong

Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku

Utara”

Keberhasilan penulis sampai pada tahap proposal skripsi ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak. Pujian dan rasa terima kasih ini bukan untuk

berbangga-bangga bagi mereka yang tertulis tetapi sebagai bentuk penyebutan

atas nikmat-nikmat Allah yang tidak terhingga. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati dan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu DR.Ratna Hidayati,M.Kep.SpMat Selaku ketua STIKES Karya

Husada Kediri

2. Ibu Tintin Hariyani, S.SiT;M.Kes selaku ketua Program Studi Sarjana

Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri

3. Ibu Dewi Taurisiawati, S.ST;M.Keb selaku Pembimbing I

4. Ibu Wahyu N, S.SiT;M.Keb selaku Pembimbing II

5. Suami yang telah memberikan dukungan, materi, waktu dan juga do’a

sehingga dapat terselesaikannya proposal penelitian ini

vii
6. Orang tua, anak – anak dan saudara yang senantiasa memberikan

dukungan moril dan do’a dalam penyusunan proposal penelitian ini

7. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan

proposal penelitian ini

8. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan moral maupun material

yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki, maka penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami

harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

Pare 12 Juni 2023

Wahyuni Barmawi

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iix
DAFTAR TABEL......................................................................................ix
DAFTAR BAGAN......................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.................................................................. 5
1.3. Tujuan penelitian................................................................... 5
1.4. Manfaat penelitian............................................................ 6
1.4.1. Manfaat praktis.............................................................. 6
1.4.1.1................................................................................Ibu
menyusui ............................................................. 5
1.4.1.2. Program study ..................................................... 6
1.4.1.3................................................................................Bagi
peniliti lain ........................................................... 6
1.4.2. Manfaat teoritis ............................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi MP-ASI............................................................... 7
2.2. Tujuan dan manfaat pemberian MP-ASI.......................... 7
2.3. Menu MP-ASI................................................................... 9
2.4. Frekuensi MP-ASI........................................................... 9
2.5. Waktu pemberian MP-ASI................................................ 10

ix
2.6. Jenis MP-ASI.................................................................... 11
2.6.1. MP-ASI lokal................................................................ 11
2.6.2. Mp-ASI olahan pabrik.................................................. 13
2.7. Komposisi makanan tambahan ......................................... 17
2.7.1. Karbohidrat .................................................................. 18
2.7.2. Lemak ....................................................................... 18
2.7.3. Vitamin ........................................................................ 19
2.7.4. Mineral ...................................................................... 20
2.8. Persiapan ............................................................................. 20
2.9. Syarat pemberian MP-ASI ............................................ 25
2.10. Factor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI ........... 25
2.10.1. Umur ibu ................................................................. 25
2.10.2. Pendidikan ibu............................................................. 26
2.10.3. Pekerjaan ibu............................................................... 21
2.10.4. Pengalaman ibu ...................................................... 27
2.10.5. Data usia anak ......................................................... 28
2.10.5.1. usia 6-8 tahun .................................................. 28
2.10.5.2 Usia lebih dari 9 bulan sampai 11 bulan .......... 28
2.5.10.3 usia lebih dari 12 bulan sampai 24 bulan ......... 28
2.10.6. Jenis kelamin .......................................................... 28
2.10.7. Dukungan orang terdekat …………………………... 29
2.11. Waktu pemberian makanan tambahan................................... 29
2.12. Dampak pemberian makanan tambahan ............................. 29
2.13. Kerangka konseptual .......................................................... 30
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Jenis dan desain penelitian........................................................ 32
3.2. Kerangka kerja.......................................................................... 32
3.3. Identifikasi fariabel................................................................... 34
3.4. Devenisi operasional ................................................................ 34
3.5. Sampling desain ...................................................................... 34
3.5.1. Populasi........................................................................ 34
3.5.2. Sampel ......................................................................... 35

x
3.5.2.1. Kriteria inklusi ………………………………… 35
3.5.2.2. Kriteria eksklusi ……………………………….. 35
3.5.2.3. Besar sampel…………………………………… 36
3.6 Teknnik sampling ...................................................................... 37
3.7. Prosedur pengumpulan data .................................................... 38
3.8 Instrumen penelitian................................................................... 39
3.9 Pengolahan dan operasi data...................................................... 40
3.10. Etika penelitian ........................................................................ 43
3.10.1. Informed konsent............................................................. 43
3.10.2. Anonymity (tampa nama)................................................ 43
3.10.3. Confidentiality kerahasian .............................................. 44
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Makanan olahan lokal...............................................................


Gambar 2. Contoh merek makanan olahan pabrikan .................................

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Angka kecukupan gizi menurut kelomok umur........................


Tabel 2 gambaran ketepatan pemberian MP-ASI di wilaya
Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten
Halmahera Selatan Profinsi Maluku Utara ..............................

xiii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Kerangka Konseptual. Gambaran ketepatan pemberian


MP-ASI pada Usia 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan
Mandioli Utara
Kabupaten Halmahera Selatan. Provinsi Maluku
Utara ……………………………………………… ………………………24
Bagan 3.1 Kerangka kerja penelitian Gambaran Ketepatan Pemberian MPASI
pada Usia 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli
Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku
Utara…………………………………26

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses

pertumbuhan, perkembangan otak, membangun sistem kekebalan tubuh.

Anak usia dibawah 5 tahun menjadi golongan yang rentan mengalami

kekurangan gizi. Dampak kekutangan gizi tidak hanya pada sektor

kesehatan (morbiditas, mortalitas, dan disabilitas) tetapi juga menurunkan

kwalitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Masalah kekurangan

gizi menjadi hal yang penting dan ditanggulangi segera 1

Pada tahun 2005, UNICEF dan World Health Organiation (WHO)

merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI)

selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan

sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai

anak berumur dua tahun. ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan

pertama kehidupan karena ASI mengandung gizi yang diperlukan dan

paling sesuai untuk bayi/anak. Selain itu, kebersihan ASI lebih terjamin

daripada makanan lain2

Menurut WHO (2011), hanya 40% bayi di dunia yang

mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah

mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) saat usianya

kurang dari 6 bulan. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemberian

ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktek pemberian MP-ASI dini

1
di berbagai

2
negara masih tinggi. Jumlah peningkatan pemberian MP-ASI dini dan

penurunan ASI eksklusif tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi

juga terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia3

Pemberian MP-ASI dini <6 bulan di Indonesia menurut Survey

Kesehatan Dasar Indonesia (SDKI) bayi yang mendapat makanan

pendamping ASI usia 0-1 bulan sebesar 9,6%, pada usia 2-3 bulan

sebesar 16,7%, dan usia 4-5 bulan sebesar 43,9%. Pemberian makanan

pendamping ASI terlambat (>6 bulan) di Indonesia terjadi hanya sebagian

kecil ibu yang ASI terlambat memberikan makanan pendamping ASI

pada bayi di atas 6 bulan4

Salah satu hak dasar anak adalah gizinya yang harus terpenuhi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak

sebagaimana kesepakatan internasional seperti Konvensi Hak Anak

(Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal 24) adalah memberikan

makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai

hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI

merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi

dan anak 0 – 24 bulan, yaitu: (1) mulai menyusui dalam 1 jam setelah

lahir; (2) menyusu secara eksklusif sampai usia 6 bulan; (3) memberikan

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan; dan (4)

meneruskan menyusu sampai 2 tahun atau lebih5

Kurang gizi pada balita merupakan dampak dari rendahnya

pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan dan pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat, karena diberikannya terlalu


3

dini atau terlambat dan jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi

(Placeholder1) kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi

pada setiap tahapan usia dan tidak bergizi seimbang untuk memenuhi

kebutuhan asupan energi, gizi mikro (vitamin dan mineral), dan protein6.

Pemberian makanan yang tidak tepat dan terlalu dini akan

mengakibatkan banyak anak mengalami gangguan pertumbuhan dan

menderita kurang gizi7.Apabila tidak tertangani secara dini maka anak

yang mengalami malnutrisi tersebut akan menjadi sumber daya manusia

yang produktivitasnya rendah dan akan tidak menular8.

Ketepatan pemberian MP-ASI tidak hanya tentang waktu,

tetapi juga jumlah dan teksturnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu pengetahuan, tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi,

usia, tempat tinggal, dan perilaku merokok.Walaupun terdapat

berberapa perbedaan dalam penentuan waktu yang tepat untuk

memberikan MP-ASI, WHO merekomendasikan MP-ASI diberikan

setelah bayi berusia 6 bulan.

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera

Selatan, diketahui bahwa jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di

Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2019 53%, tahun 2020 44 %,

tahun 2021 47 % tahun 2022 49 %, Angka ini belum sesuai dengan

target ASI eksklusif nasional yaitu sebesar 80%. Data wilayah

Kecamatan Mandioli Utara menunjukkan cakupan ASI eksklusif

tertinggi yaitu Tahun 2021 86%, Kemudian tertinggi kedua 2020 65%

dan Tahun 2022 65%, tahun 2019 50% . Data profil Puskesmas

3
4

Indong Kecamatan Mandioli Uatara Kabupaten Halmehera Selatan,

bahwa jumlah bayi yang diberikan Mp-ASI di bawa usia 6 bulan pada

tahun 2019 76%, tahun 2020 73%, 2021 78% dan 2022 80%.

Pemberian MP-ASI terlalu dini merupakan salah satu faktor

penghambat pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian sebelumnya

oleh Asriati di RB. Mattiro Baji Gowa pada tahun 2013, gambaran

pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI yang tepat masih

sangat kurang yaitu hanya 23,4% dalam kategori baik. Padahal, hal ini

sangat penting untuk diketahui oleh seorang ibu karena menyangkut

sistem pencernaan bayi. Sistem pencernaan bayi matang pada usia

sekitar 6 bulan. Dan pada kenyataannya, praktek pemberian MP-ASI

dini sebelum usia enam bulan masih banyak dilakukan di negara

berkembang seperti Indonesia. Hal ini akan berdampak terhadap

kejadian infeksi yang tinggi, seperti diare, infeksi saluran napas, alergi,

hingga gangguan pertumbuhan9

Sementara itu, praktik pemberian makanan yang baik dan tepat

sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan,

perkembangan, kesehatan dan gizi bayi dan anak. Saat ini telah banyak

dilakukan promosi pemberian ASI secara eksklusif yang merupakan

awal terbaik untuk kehidupan anak. Namun pemberian MP-ASI belum

optimal, hal ini ditunjukkan dengan terjadinya gangguan pertumbuhan

pada usia 6 bulan. Jika bayi dan anak usia 6 – 24 bulan tidak

memperoleh cukup gizi dari MP-ASI, maka akan mengakibatkan

gangguan pertumbuhan dan kurang gizi. Oleh karena itu, untuk

4
5

mengatasi masalah kekurangan gizi maka diperlukan perbaikan

kuantitas maupun kualitas dari MP-ASI yang diberikan kepada bayi4

Faktor yang berperan dalam praktek pemberian MP-ASI yang tidak

tepat adalah pengetahuan dan sikap, hal ini seperti yang digambarkan

oleh Aggarwal et al, dalam studinya yang melaporkan bahwa dari total

subjek yang diteliti hanya 54% ibu yang memiliki pengetahuan yang

benar tentang waktu yang disarankan untuk memulai pemberian MP-

ASI, 25.5% ibu tahu tentang ketepatan konsistensi, dan hanya 8%

yang mengetahui tentang ketepatan jumlah pemberian MP-ASI.

Berdasarkan fenomena diatas “Gambaran Ketepatan Pemberian

MP ASI pada Usia 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan

Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran ketepatan

Pemberian MP-ASI pada Usia 6-24 bulan Di Wilayah Puskesmas

Indong Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan

Provinsi Maluku Utara?”

I.3 Tujuan Penelitin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Pemberian

Maknanan Pendamping ASI pada Usia 6-24 bulan di Wilayah

Puskesmas Indong Kec. Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan

Provinsi Maluku Utara

5
6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis

1.4.1.1. Ibu menyusui

Mendapatkan data gambaran ketepatan pemberian

MP-ASI yang dikonsumsi oleh bayi 6-24 bulan di daerah

penelitian.

1.4.1.2. Program studi

Sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan

ilmu di bidang gizi kesehatan masyarakat khususnya

mengenai pola pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24

bulan.

1.4.1.3. Bagi peneliti lain

adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain sehingga

dapat dijadikan bahan bacaan dan studi pustaka

khususnya di bidang gizi sehingga menghasilkan

pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi semua pihak.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan kesehatan, serta

memberikan upaya promotif dan preventif untuk pengetahuan ibu

tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan.

6
BAB 2

TIJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi MP-ASI

Makanan tambahan atau biasa disebut Makanan Pendamping ASI

adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada

bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai

umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur bayi/anak,

kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh-kembang anak,

sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-

ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan kelurga.

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap

baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan

bayi/anak 10

WHO merekomendasikan pengenalan makanan padat pada bayi

dilakukan pada saat anak berumur 6 bulan karena pada umur tersebut

ASI saja tidak mencukupi bagi pertumbuhan anak yang optimal.

Pemberian nutrisi yang tepat termasuk variasi jenis makanan anak perlu

diyakini mengandung gizi yang cukup. Pada peralihan ke makanan yang

sehat, anak umur enam bulan atau lebih harus mendapat makanan padat

dan semi padat setiap hari 11

2.2. Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI

Pemberian makanan tambahan pada bayi juga

bertujuan untuk melengkapi ASI (mixed feeding) dan

7
8

diperlukan

8
8

setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak mampu

dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan

tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu

dan keperluan bayi yang berfariasi mampu dipenuhi dengan

pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan

tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan

keperluan bayi yang berfariasi dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta

pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik

kebiasaan makan, yang baik mencakup penjadwalan waktu

makan, belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan

karena tubumbuh kembang bayi akan terganggu.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dapat

diketahui dengancara melihat kondisi pertahanan berat badan

anak12

2.2.1. Tujuan pemberian makanan tambahan adalah:

a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam Asi.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk

menerima bermacam-macam makanan dengan

berbagai rasa dan tekstur.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk

mengunyah dan menelan, melakukan adaptasi

terhadap makanan yang mengandung kadar

energi yang tinggi12

8
9

2.3. Menu MP-ASI

Pemberian untuk MP-ASI pada bayi tidak boleh sembarangan.

Sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada laman

resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dijelaskan bahwa prinsip

pemberian MPASI adalah tepat waktu, aman, higienis, diberikan secara

responsif dan adekuat.13

Adekuat maksudnya, MPASI yang diberikan memenuhi

kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien anak. Hal ini dapat dicapai

dengan memberi bayi MPASI menu lengkap. 13

Dijelaskan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Lina Ninditya,

Sp.A dan dr. Siti Rayhani Fadhila, BMedSc (Hons.), lewat laman

resmi IDAI, menu lengkap artinya gizi dan nutrisi yang diberikan pada

makanan bayi memiliki kandungan yang lengkap. Yaitu terdiri dari

bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai

sumber energi, protein hewani dan nabati, serta vitamin dan mineral,

terutama zat besi, seng, dan vitamin A yang pada usia 6 bulan sudah

tidak cukup lagi dipenuhi dari ASI. Menu lengkap berarti kandungan

karbohidrat 35-65 persen dari total kebutuhan kalori, protein 10-15

persen (dengan memprioritaskan protein hewani), lalu lemak 30-45

persen dari total kebutuhan kalori, serta buah atau sayur. 13

2.4. Ferekuensi MP-ASI

Frekuensi dan jumlah pemberian makanan pendamping ASI

biasanya dipengaruhi oleh jumlah makanan atau minuman yang

9
10

masuk dan keluar, karena aktifitas anak dan metabolisme anak

tersebut14

Frekuensi, tekstur dan porsi makan harus disesuaikan dengan

tahap tumbuh kembang bayi dana anak usia 6-24 bulan. Hal tersebut

akan dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 1. Frekuensi, Tekstur dan Porsi Pemberian MP-ASI


Frekuensi
Umur Porsi setiap makan Tekstur
(per hari)
6-8 bulan Usia 6 bulan : 2-3 sendok secara Makanan
2 kali sehari dan bertahap hingga lumat/bubur kental
makanan selingan 1- mencapai ½
2 kali sehari mangkok kecil atau
Usia 7-8 bulan : 125 ml
3 kali sehari dan
makanan selingan 1-
2 kali sehari
9-11 bulam 3-4 kali sehari, ½ mangkok kecil ASI, makanan
makanan selingan 1- atau 125 ml lembik/cincang yang
2 kali sehari mudah ditelan anak,
makanan selingan
yang dapat dipegang
anak
12-24 bulan 3-4 kali sehari, ¾ gelas nasi/penakar ASI, Makanan
makanan selingan 1- (250 ml) keluarga, makanan
2 kali sehari 1 potong bahan yang dicincang atau
hewani, 1 potong diiris-iris
kecil bahan kacang-
kacangan, ¼ sayur,
1 potong buah, ½
bubur/1 potong kue
atau buah.
Sumber : Kemenkes RI (2015)
2.5. Waktu pemberian MP-ASI

MP-ASI diberikan pada usia yang tepat, yaitu ketika ASI saja tidak

mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. IDAI dan WHO

mengrekomendasikan pemberian MP-asi selambat lambatnya usia 6

bulan. Namun pada kondisi tertentu, misalnya kenaikan berat badan

( BB ) yang kurang baik, sekecil mulai diberikan MP-ASI setelah

10
11

diefaluasi penyebabnya dan setelah kesiapan makannya dinilai oleh

dokter. 15

Si kecil menunjukan tanda kesiapan memulai MP-ASI yang harus

dinilai bersama dokter, yaitu :

a. Si kecil menunjukan ketertarikan terhadap makanan.

b. Leher tegak dan si kecil dapat mengangkat kepala sendiri tampa

bantuan.

c. Reflex “ melepeh “ ( mengeluarkan makanan dari mulut ) berkurang.

ESPGHAN ( Asosiasi Dokter Anak Khusus Nutrisi dan Pencernaan

di Eropa ) merekomendasikan pemberian MP-ASI paling cepat pada usia

12 minggu, dan tidak lebih lambat dari usia 26 minggu ( 6 bulan ).

Pemberian Mp-ASi terlalu dini beresiko menyebabkan infeksi saluran

cerna, alergi, dan obesitas. Sedangkan jika terlalu lambat menyebabkan

kekurangan asupan gizi hingga stunting. Oleh karena itu, konsultasikan

ke Dokter anak untuk menilai apakah Si Kecil sudah boleh mulai

diberikan makanan pendamping ASI. 15

2.6. Jenis MP-ASI

2.6.1. MP-ASI Lokal

MP-ASI lokal adalah makanan tambahan yang diolah di

rumah tangga atau di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), terbuat

dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh

dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan

pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan

lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal

11
12

(MP-ASI lokal)16

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan

makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi

dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene,

menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan

metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari

perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan,

menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberika

madu pada tahun pertama usia bayi karena ada kemungkinan

madu mengandung Clostrridium Botulinum yang tidak aman

bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure (bubur ) buah segar

yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, papaya, pir,

dan melon, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dan

segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan

disimpan di dalam lemari es selama satu atau dua hati kemudian

dipanaskan dan segera diberi kepada bayi17

Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan mulai

bayi berusia lebih dari 4 bulan adalah makanan bentuk setengah

padat dapat berupa : Buah- buahan yang dihaluskan atau dalam

bentuk sari buah. Pilihlah buah buahan yang sudah masak betul

dan daging buahnya lembut seperti pisang ambon, papaya, jeruk

manis, tomat dan sebagainya. Hindarkan pemberian buah-buahan

yang daging buahnya keras seperti nenas

12
13

Gambar 1. Makanan olahan lokal18

2.6.2. MP-ASI Olahan Pabrik

MP-ASI hasil olahan pabrik adalah makanan yang

disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar

dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada

bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan disebut

juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan)

atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi

tersedia dalam bentuk campuran instan atau biskuit yang dapat

dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur18

untuk membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan

mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Formula

harus dibuat berdsarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita,

bahan bahan baku yang di ijinkan, kriteria gizi protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, dan mineral.

13
14

Gambar 2. Contoh merek makanan olahan pabrikan19

2. Teknologi

Proses Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan

spesifikasi produk yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas

yang dikehendaki, faktor kemampuan pangan, serta mutu akhir

produk

3. Hygiene

Produk jadi makanan tambahan ASI harus memenuhi syarat-

syarat seperti bebas dari microorganisme patogen, bebas dari

kontaminasi hasil pencernaan microba penghasil racun atau alergi,

bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya

dan disimpan ditempat yang terlindung.

4. Kemasan

Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat,

tidak beracun, tidak mempengaruhi inderawi produk (dari segi

penampakan aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi

mutu produk selama jangka waktu tertentu.

5. Label

14
15

Persyaratan label makanan bayi harus memiliki codex

standard 146- 1985, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan

konsumen, komposisi bahan- bahan tercantum dalam kemasan, nilai

gizi produk dan petunjuk penyajian18

Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu

diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga

perlu dimasak lagi dan dpat diberikan pada bayi setelah ditambah

air matanf seperlunya. Bubur susu terdiri dari tepung sereal seperti

beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa

lainnya. Makanan tambahan pabrikan lainnya seperti nasi tim yakni

bubur beras dengan ditambah dagibg, ikan atau hati serta sayuran

wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari sepuluh bulan

nasi tim harus disaring atau diblender terlebih dahulu. Selain

makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula

berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah

matang (pre-cooked)20

Jenis makanan tambahan yang dianjurkan yaitu`17 :

1. Bubur tepung beras/beras merah, dimasak dengan menggunakan

cairan air/kaldu daging/sayuran, susu formula, ASI atau air.

2. Bubur tepung, baik tepung maizena dimasak dengan kaldu atau

susu formula/ASI.

3. Pure buah tau buah yang dihaluskan, seperti pisang, pepaya,

melon, apel, alpokat.

15
16

Gambar 3. MP-ASI yang di olah dari buah buahan21

4. Pure sayuran, sayuran yang direbus kemudian dihaluskan

menggunakan blender. Sayuran yang dianjurkan, kacang polong,

kacang merah, wortel, tomat, kentang, labu kuning. Selama

memblender sayuran sebaiknya ditambahkan dengan kaldu atau

air matang agar tekstur sayuran dapat lembut.

5. Pure kacang, kacang merah, kacang hijau, kacang polong yang

direbus dengan kaldu himhha empuk kemudian dihaluskan dengan

blender. Pastikan blender atau alat saji blender food grade agar

aman bagi bayi.

6. Daging, pilih yang tidak berlemak.

7. Ayam, pilih daging ayam kampung muda tanpa tulang, kulit dan

lemak.

8. Ikan, pilih daging ikan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet ikan

kakap dan gindara

Jenis makanan yang tidak dianjurkan yaitu17 :

1. Semua jenis makanan yang mengandung protein gluten, biasanya

16
17

terdapat didalam tepung terigu, barley, biji gandum, cookies dari

tepung terigu dan havermut. Protein gluten didalam bahan pangan

ini seringkali menyebabkan perut kembung, mual dan diare pada

bayi.

2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak/penyedap rasa

terhadap makanan bayi.

3. Makanan terlalu berlemak.

4. Buah terlalu asam seperti jeruk dan sirsak.

5. Makanan terlalu pedas atau berbumbu tajam, hindari cabe, lada dan

asam.

6. Susu sapi dan olahannya, khusus untuk lactose intolerance bayi

yang memiliki reaksi alergi terhadap susu sapi.

7. Buah-buahan mengandung gas, durian, cempedak, pemicu

kembung dan sembelit.

8. Sayuran mengandung gas, kol, lobak, pemicu perut kembung .

9. Kacang tanah, bisa menyebabkan alergi atau pemicu anaphylactic

shock atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi susah

bernafas.

10. Sering kali telur memicu alergi, berikan bertahap dengan porsi

kecil dan lihat reaksinya. Jika tidak menimbulkan alergi telur bisa

diberikan. Hindari pemberian gula, garam, bumbu

masak/penyedap rasa terhadap makanan bayi.

2.7. Komposisi makanan tambahan

Bahan makanan tambahan pada bayi dibedakan atas 2 golongan

17
18

yaitu hewani dan nabati. Golongan hewani terdiri dari ikan, telur,

daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, padi-

padian. Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang

mengandung sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein dan

lemak), vitamin, mineral dan serat untuk pertumbuhan dan energi bayi,

disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau. Makanan

harus bersih dan aman, terhindar dari pencernaan mikroorganisme dan

logam, serta tidak kadaluarsa21

2.7.1. Karbohidrat

diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk

mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60-70% energi

total berasal dari karbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar susu

formula bayi, 40-505 kandungan kalorinya berasal dari

karbohidrat terutama laktosa. Protein ASI rata-rata sebesar

1,15g/100ml sehingga apabila bayi mengkonsumsi ASI selama 4

bulan pertama (sekitar 600-900ml/hari). Bertambahnya usia bayi

maka suplai protin yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat.

Pertambahan protein pada bayi yang diberi makanan tambahan

ASI untuk pertama kalinya (usia 6-12 bulan) pertambahan

proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu

tahun bayi membutuhkan protein sekitar dua kali lipat pada masa

sebelumnya22

2.7.2. Lemak

merupakan sumber energi dan konsentrasi cukup tinggi. Lemak

18
19

berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin

A,D,E dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan.

Apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan

lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan karena secara langsung

kecukupan lemak sudah terpenuhi23

2.7.3. Vitamin

yang dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan

vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak

terdiri atas vitami A,D,E dan K, sedangkan vitamin yang larut

dalam air terdiri dari vitamin C,B1, riboflavin, nasin, B6, B12

asam folat, dan vitamin lain yang tergolong dalam vitamin B

kompleks. ASI yang mengandung vitamin D dalam konsentrasi

yang dibutuhkan oleh bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan

oleh kulit ketika terpapar sinar mata hari, dan bila bayi dibiarkan

sering berjemur didaerah panas atau matahari beberapa kali

seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D

yang dibutuhkan bayi24

2.7.4. .Mineral

Dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Unsur

Fe (besi) dan I (iodium) merupakan dua jenis mineral bayi yang

jarang terpenuhi yang mengakibatkan anemia dan gondok. Bayi

tidak dilahirkan dengan cadangan zat besi yang memadai yang

akan melindungi bayi dari anemia. Jika bayi diberi ASI, terdapat

19
20

cukup zat besi yang dpat diserap baik untuk memberikan pasokan

yang memadai pada bayi sehingga tidak dibutuhkan tambahan.

Setelah bayi berusiaenam bulan, bayi harus mulai diberikan

makanan yang mengandung zat besi (sereal, daging, sayuran

hijau), yang dapat menjamin pasokan zat besi yang mencukupi

untuk pertumbuhan yang sehat25

Jenis mineral lainnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium,

fosfor dan seng.26

2.8. Persiapan

Adapun persiapan MPASI bayi yang harus tersedia adalah :

1. High Chair

Penggunaan kursi khusus anak ini dapat melatihnya fokus pada

makanan di hadapannya. High chair juga bisa melatih si kecil untuk

terbiasa makan sendiri. Jika tidak ada high chair, boleh dipangku saja

saat si kecil makan.

3. Bib

Saat makan MPASI pertama kali, bayi biasanya cenderung

mengacaukan dan membuat berantakan makanan yang masuk ke

mulutnya.

4. Sendok dan garpu bayi

Persiapan MPASI awal yang juga pasti dibutuhkan adalah

sendok dan garpu bayi. Perlengkapan MPASI ini biasanya bersifat

fleksibel, sehingga bayi lebih mudah mengambil makanan dari

mangkuknya

20
21

5. Mangkuk dan Piring Bayi

Siapkanlah mangkuk kecil untuk bayi. Pastikan pilih mangkuk

plastik atau melanin dengan label food grade, jika tidak ada, bias

menggunakan mangkuk kecil di rumah yang bersih dan aman

digunakan.

6. Cangkir Minum

Persiapan peralatan MPASI pertama lainnya adalah cangkir

minum khusus. Cangkir minum bayi biasanya terbuat dari plastik,

serta memiliki pegangan dan tutup isap untuk memudahkan si kecil

minum.

Pilihlah cangkir bebas BPA (Bisphenol A), berlabel food

grade, dan mudah dibersihkan.

7. Food Processor

Bayi harus dikenalkan dengan makanan halus terlebih

dahulu. Oleh karena itu, food processor dapat mempermudah dalam

menyiapkan MPASI. Apabila tidak memiliki food

processor, haluskan makanan bayi secara manual dengan

memotong kecil-kecil dan menumbuknya.

8. Tisu basah

Perlengkapan MPASI bayi yang juga tak boleh tertinggal

adalah tisu basah khusus bayi. Tisu basah ini akan sangat

bermanfaat untuk mengelap wajah dan tangan bayi, serta

membersihkan meja dan lantai.

21
22

Tisu basah juga sangat berguna untuk membersihkan baju orangtua

bila terkena makanan bayi

9. Sleeved Bib

Tujuannya sama seperti bib pada umumnya, yaitu mencegah

baju bayi kotor. Namun, jenis sleeved bib dikenakan seperti baju

berlengan panjang. Model dan warna sleeved bib sangat beragam,

sehingga si kecil pasti akan semakin terlihat menggemaskan saat

makan MPASI pertamanya!

Gambar 3. penggunaan sleeved bib pada bayi

10. Karpet Bayi Khusus

Splat mat atau karpet khusus untuk bayi juga menjadi

perlengkapan MPASI yang cukup dibutuhkan, khususnya di

rumah. Pasalnya, bayi senang menjatuhkan makanan dan

membuatnya tercecer di lantai. Bila bayi makan dengan high

chair di atas splat mat, makanan yang jatuh akan lebih mudah

dibersihkan dan lantai tidak kotor.

11. Freezer Tray

22
23

Freezer tray bisa menjadi persiapan MPASI yang juga akan

memudahkan dalam menyiapkan makanan. Selesai menghaluskan

makanan, tuang ke freezer tray dan bekukan. Cara tersebut

memudahkan agar tak perlu membuat MPASI dari awal.

12. Wadah Makanan

Persiapan MPASI bayi ini harus tersedia dalam beberapa

jumlah. Beberapa produk pun sudah menjual wadah

atau container makanan dalam bentuk set (terdiri dari beberapa

wadah). Kelebihan MPASI yang tersisa bisa disimpan di dalam

wadah-wadah tersebut. Saat bepergian, kotak makan MPASI juga

pasti digunakan.

13. Steamer

Untuk kebutuhan memasak, persiapan MPASI bayi

lainnya yang sebaiknya dimiliki adalah steamer atau pressure

cooker. Alat ini sangat berguna dalam mengolah makanan bayi.

14. Puree Pouch

Selain wadah atau kotak makanan kecil, puree

pouch juga bisa menyimpan makanan agar lebih praktis saat

jalan-jalan. Biasanya pouch ini berbahan plastik yang aman dan

tidak mudah tumpah.

2.9. Syarat pemberian MP-ASI

Adapun syarat dalam pemberian MP-ASI antara lain :

a) Tepat waktu (Timely), artinya MP-ASI harus diberikan saat ASI

eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

23
24

b) Adekuat, artinya MP-ASI memiliki kandungan energi, protein, dan

mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan mikronutrien dan

makronutrien bayi sesuai usianya.

c) Aman, artinya MP-ASI disiapkan dan disimpan dengan cara-cara

yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan

yang bersih.

d) Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MP-ASI

diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang

seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus

dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif

dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau

makan sendiri yang disesuaikan dengan usia dan tahap

perkembangan seorang anak.

Berdasarkan Kemenkes 2014 dikatakan bahwa MP-ASI yang baik

apabila:

a) Komposisi gizinya padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara

lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak dapat

dipenuhi dea1WQngan ASI saja untuk anak mulai 6 bulan

b) Tidak berbumbu tajam,

c) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap rasa,

pewarna dan pengawet.

d) Mudah ditelan dan disukai anak

e) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga

terjangkau

24
25

Tabel 2

Angka Kecukupan Gizi Menurut Kelompok Umur

Energy Protein Lemak Karbohidrat Air


Usia
(kkal) (g) (g) (ml)
0 – 6 bulan 550 12 34 58 -
7 – 11 bulan 725 18 36 82 800
1 – 3 tahun 1125 26 44 155 1200

Dalam praktek sehari-hari dokter menyarankan untuk memberikan

makanan tambahan saat bayi berusia setelah 6 bulan, karena hal ini sudah

dipraktekkan sejak lama. Rekomendasi terbaru American Academy of

Pediatrics (AAP) karena setelah 6 bulan, tubuh bayi sudah lebih siap

menerim makanan tambahannya. Ini berarti makanan tambahan sebaiknya

dimulai saat bayi berusia 6 bulan27

2.10. Faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI

2.10.1. Umur ibu

Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak,

dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya

memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang

lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi

ibu. Misalnya pada ibu yang usianya terlalu muda ketika

hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan

psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat

25
26

mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak (Hurlock

1995, dalam Chairani 2013).

Kondisi psikologis dari usia dapat menentukan

tingkat kematangan dalam berpikir dan bekerja. Hal ini

berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang

diperoleh selama hidup. Saat seseorang mencapai usia

dewasa, barulah rasa menjadi orang tua tercapai.

Kematangan jiwa ini dapat membantu ibu dalam

menyelesaikan tugas perkembangannya seperti mengasuh

anak misalnya memberikan MP-ASI pada bayi dengan

baik.

Hasil uji statistik dalam penelitian Khairunnisa

(2013) dengan uji Chi-Square menunjukkan probabilitas

(p) sebesar 0,045 atau p<0,05. Hal ini menunjukkan

terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan

pemberian MP-ASI pada bayi

2.10.2. Pendidikan ibu

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting

dalam proses tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan

yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dan

mampu menyaringnya dengan tepat terutama tentang cara

pengasuhan anak yang baik, bagaimana kondisi kesehatan

anaknya, pendidikannya, dan sebagainya.

Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat dengan

26
27

wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan

yang baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang

bependidikan akan cenderung memilih makanan yang lebih baik

dalam mutu dan jumlahnya, dibanding dengan ibu yang

berpendidikannya lebih rendah (Khumaidi, 1992; Marsigit, 2004;

Adriani & Wirjatmadi, 2014).

2.10.3. Pekerjaan ibu

Dari hasil penelitian Ginting (2012), menurut status

pekerjaan, dari 71 orang ibu yang bekerja, 56 orang (78,9 %)

diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6

bulan. Sedangkan ibu yang tidak bekerja, hanya 12 orang (41,4%)

yang telah memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh secara bermakna antara status pekerjaan ibu dengan

pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil analisis

diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang bekerja

mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI

dini pada bayi usia <6 bulan. Beberapa hasil penelitian terdahulu

diantaranya penelitian Jane A Scott dkk. di Perth Australia; Kok

Leong Tan di Peninsular Malaysia; dan juga hasil penelitian

Wahyu, menyatakan bahwa ada pengaruh status pekerjaan ibu

terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.

2.10.4. Pengalaman ibu

Pengalaman kata dasarnya ”alami” yang artinya

27
28

mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi,

menghadapi, menyeberangi, menanggung, mendapat,

menyelami, mengenyam, menikmati, dan merasakan.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu

2.10.5. Data usia anak

2.10.5.1. Usia 6 – 8 tahun

Pada usia ini bayi mulai diperkenalkan dengan

beraneka ragam makanan dengan memberikan

makanan lumat sebanyak 3 kali sehari dengan takaran

yang cukup dan memberikan makanan selingan

dengan porsi yang kecil sebanyak 1 kali sehari

2.10.5.2. Usia lebih dari 9 bulan sampai 11 bulan

Pada usia ini juga bayi tetap diperkenalkan

dengan beraneka ragam makanan dan memberikan

makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran

yang cukup serta berikan makanan selingan satu hari

sekali.

2.10.5.3. Usia lebih dari 12 bulan sampai 24 bulan

Pada usia ini berikan anak makanan keluarga

sebanyak tiga kali sehari dan berikan makanan

selingan sebanyak dua kali sehari, dan tetap berikan

28
29

makanan beragam setiap harinya

2.10.6. Jenis kelamin

Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan

protein daripada anak perempuan. Hal ini dikarenakan aktivitas

laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

2.10.7. Dukungan orang terdekat

Pada dasarnya, siapapun yang berada dekat dan sering

berinteraksi dengan ibu menyusui, sangat berpotensi untuk

memberikan dukungan, baik dukungan emosional maupun

dukungan praktek. Peran anggota keluarga, seperti orang tua

dan mertua terhadap berhasil tidaknya subyek memberikan ASI

eksklusif sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

subyek yang tinggal serumah dengan ibu (nnenek) mempunyai

peluang sangat besar untuk memberikan MP-ASI dini pada

bayi. penelitian Chairani, di mana hampir dari semua informan

yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan

dipengaruhi oleh dukungan suami, ibu, ibu mertua ataupun

temannya

2.11. Waktu Pemberian Makanan Tambahan

Dalam praktek sehari-hari dokter menyarankan untuk

memberikan makanan tambahan saat bayi berusia setelah 6 bulan,

karena hal ini sudah dipraktekkan sejak lama. Rekomendasi terbaru

American Academy of Pediatrics (AAP) karena setelah 6 bulan, tubuh

29
30

bayi sudah lebih siap menerim makanan tambahannya. Ini berarti

makanan tambahan sebaiknya dimulai saat bayi berusia 6 bulan27

2.12. Dampak Pemberian Makanan Tambahan

2.12.1. Dampak pemberian makanan tambahan terlalu dini pada bayi

a. Pencernaan bayi belum berkembang sempurna sehingga

belum dapat mencerna makanan dengan baik, hanya akan

menimbulkan keluhan perut dan pencernaaan yang

bahkan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius.

b. Resiko alergi makanan terutama pada keluarga dengan

riwayat alergi akan meningkat. Setelah bayi berusia 6

bulan, sistem pencernaan dan imun (kekebalan tubuh)

sudah lebih matang sehingga mengurangi resiko alergi

yang berat.

c. Refleks mendorong benda apapun dengan lidahnya

kecuali ASI/dot susu baru akan menghilang pada usia 4-6

bulan. Bayi perlu mampu mengunyah dan menelan

dengan baik dahulu sebelum ia dapat mulai makanan

dengan aman28

2.12.2. Dampak pemberian makanan terlalu lambat pada bayi

a. Menyebabkan defenisi nutrisi seperti zat besi, vitamin A

dan D karena ASI sangat sedikit mengandung nutrisi ini.

b. Menghilangkan kesempatan bayi untuk belajar

kemampuan baru dan pengenali rasa baru makanan

tambahannya.

30
31

c. Membuat bayi terlambat belajar mengunyah makanan

yang akan membantu perkembangan rahangnya29

2.13. Kerangka konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel 29


Kerangka konsep dalam penelitian ini

dapat disajikan dalam bentuk bagan di bawah ini :

Pemberian MP-ASI

Factor yang mempengaruhi Jenis – jenis Ketepatan ibu dalam


1. Umur ibu pemberian MP-ASI
makanan tambahan
2. Pendidikan ibu
1. Tepat
3. Pekerjaan ibu 1. makanan tambahan
2. Tidak tepat
4. Jumlah anak lokal
5. Data usia anak 2. makanan tambahan
6. Jenis kelamin anak olahan pabrik
7. Kesediaan bahan –
bahan MP-ASI

Bagan 2.1. Kerangka Konseptual. Gambaran ketepatan pemberian MP-ASI

pada Usia 6-24 bula di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara

Kabupaten Halmahera Selatan. Provinsi Maluku Utara

31
32

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tentang gambaran ketepatan

pemberian Pendamping ASI pada bayi Usia 6 -24 bulan di Wilayah

Puskesmas Indong Kec.mandioli Utara Tahun 2023 yang diamati pada

periode waktu yang sama.

3.2. Kerangka kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian, mulai

dari desain hingga analisis.30 Kerangka kerja pada penelitan ini sebagi

berikut

32
33

Populasi:
Seluruh ibu yang memiliki bayi 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong sebanyak
52 responden pada bulan April 2023

Teknik sampling :
random sampling

Sampel:
Sebagian ibu yang memiliki bayi usia 6 -24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Indong Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku
Utara 46 responden
. Identifikasi variabel

Variabel independen :
Ketepatan waktu pemberian MP ASI.

Desain penelitian Deskriptif

Pengumpulan data

Ketepatan waktu pemberian MP ASI.:


Pengetahuan Ibu:
Lembar Kuesioner
Lembar Kuesioner

Pengolahan data : editing, coding,


entry, tabulating

Analisa data : analisis univariat

Hasil :
<56% tepat
>56%-100% tidak tepat

Penyajian data dan Kesimpulan

Bagan 3.1 Kerangka kerja penelitian Gambaran Ketepatan Pemberian MPASI


di Wilayah Kerja Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara ( Modifikasi
dari sulistiani, T. 2018)31

33
34

3.3. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu. 31

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk melihat gambaran ketepatan

pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan, umur, pendidikan,

pekerjaan, jumlah anak, data usia anak, jenis kelamin anak, dukungan

orang terdekat. Masing – masing variable diukur dengan masing-

masing kuesioner terikat (variable tunggal)

3.4. Defenisi Operasional

Table 3. Defenisi operasional Penelitian Gambaran ketepatan pemberian


MP-ASI Pada Anak Usia 6-24 bulan di wilaya Puskesmas Indong
Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi
Maluku Utara.
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Krireria
Operasional Ukur Ukur
Ketepatan ibu Ketepatan dari 1. Menu Kuesioner Ordinal Tepat
tentang pemberian makanan 2. Frekuensi (pemberian
pemberian tambahan pada bayi 3. Waktu MP-ASI pada
makanan usia 6-24 bulan 4. Jenis usia ≥ 6 bulan)
tambahan 5. Komposisi 2. Tidak tepat
pada bayi 6. Persiapan
usia 6-24 (pemberian
bulan MP-ASI pada
usia < 6 bulan)

3.5. Sampling Desain

3.5.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


35

yang ditetapkan oleh penelit31 Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki bayi 6-24 bulan di Wilayah Puskesmas

Indong sebanyak 52 orang pada bulan April 2023.

3.5.2. Sampel

Sampel penelitian adalah semua yang diambil dari

keseluruhan subjek yang diteliti. Tekhnik pengambilan sampel

yaitu total sampling, tekhnik pengambilan sampel dimana semua

populasi dijadikan sampel sebanyak 46 orang

3.5.2.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel.32 Pada penelitian ini kriteria

inklusi antara lain :

1. Bayi yang diberi MP-ASI kurang dari 6 bulan

2. Ibu dengan bayi berusia 6-24 bulan yang bersedia

menjadi responden.

3. Tinggal diwilayah puskesmas indong.

4. Responden yang telah mendapatkan ASI ekslusif

3.5.2.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel33 Pada penelitian ini

kriteria eksklusi antara lain :


36

1. Ibu dengan bayi berusia 6 – 24 bulan dengan

gangguan tumbuh kembang tidak mau menjadi

responden

2. Tidak bias membaca dan menulis

3.5.2.3. Besar sampel

Besar sampel adalah besar kecilnya jumlah sampel

sangat dipengaruhi oleh desain dan kesediaan subyek

dari penelitian itu sendiri.34

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikan (d= 0,05)

Dari rumus diatas ditentukan rumus sebagai berikut:


52
n=
1 + 52 (0,05)2

52
n=
1 + 0,13

53
n=
1,13

n = 46,01

n = 46
37

Hasil perhitungan besar sampel tersebut, menunjukkan

bahwa sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak

usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Indong berjumlah 46

orang.

3.6. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada.35

Sampel yang akan diambil menggunakan probability sampling

dengan teknik simple random sampling. Probability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random

sampling merupakan suatu cara pengambilan anggota sampel dari

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi tersebut. Cara demikian dilakukan bila anggota

populasi dianggap homogeny.


38

3.7. Prosedur Pengumpulan Data

3.7.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian.

3.7.1.1. Proses Pengumpulan Data

a.Tahap persiapan dimulai dengan menetapkan tema

judul penelitian, melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbng, membuat proposal penelitian, melakukan

studi pendahuluan dan revisi.

b. Mengurus surat permohonan izin penelitian dari

Stikes Karya Husada di Kota Kediri, kemudian

mengirim permohonan izin penelitian kepada Kepala

Desa

c. Mengidentifikasi sampel penelitian berdasarkan

kriteria.

d. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan

diadakan penelitian ini, serta meminta persetujuan

responden untuk mengisi kuesioner.

e. Peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi

bagian dari penelitian ini dan menandatangani lembar

informed consent. Kemudian peneliti mengajukan

kontrak kepada seluruh responden.

f. Peneliti dibantu oleh bidan desa untuk membagi


39

kuesionernya kepada responden.

g. Responden diberikan kuesioner, setelah kuesionessr di

isi oleh responden, kemudian peneliti mengumpulkan

dan periksa kelengkapannya.

h. Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan

pengolahan data.

Penelitian ini akan menggunakan data primer yang diperoleh

dari hasil pengisian kuesioner oleh responden. Data primer adalah

data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat ukur atau alat pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang di cari.34 Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan kuesioner.

3.7.1.2. Waktu dan tempat

Waktu :Penelitian ini akan dilakukan pada juni – juli

2023

Tempat : Di wilaya kerja Puskesmas Indong Kecamatan

Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan

Provinsi Maluku Utara

3.8. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian berupa kuesioner, formulir

observasi, dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan

data dan sebagainya. 36


40

Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

pengetahuan tentang ketepatan pemberian MP-ASI yaitu berupa

kuesioner tertutup dengan alternatif jawaban “benar” atau “salah” telah

disusun secara terperinci oleh peneliti untuk responden dengan

menggunakan kuesioner.36 Kuesioner dibagi tiga pertanyaan yaitu :

1. Kuesioner identitas responden

Berisi tentang karakteristik responden yang terdiri dari 5 pertanyaan

antara lain usia, paritas, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi

responden

2. Kuesioner pemberian MP-ASI

Pernyataan untuk variabel pemberian MP-ASI sebanyak 2 pernyataan,

dengan option jawaban menggunakan skala guttman. Untuk pertanyaan

favorable skor jawaban benar nilai 1 dan salah nilai 0.

3. Kuesioner pengetahuan

Pernyataan untuk variabel pengetahuan sebanyak 35 pernyataan,

dengan option jawaban menggunakan skala guttman. Untuk pertanyaan

favorable skor jawaban benar nilai 1 dan salah nilai 0.

3.9. Pengolahan dan operasi data

3.9.1. Editing

Editing adalah penyuntingan data adalah tahapan dimana

peneliti memeriksa kelengkapan jawaban responden. Jika

pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan ketidak

lengkapan dalam lembar kuesioner, maka peneliti harus

melakukan pengumpulan data ulang..


41

3.9.2. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf

menjadi data dalam bentuk angka/bilangan. Kode adalah lambang

berupa huruf atau angka yang digunakan untuk memberikan data

identifikasi.

1) Data umum

(1) Usia ibu

a) Kode 1 = ≤ 20 tahun

b) Kode 2 = 21- 35 tahun

c) Kode 3 = > 35 tahun

(2) Pendidikan ibu

a) Kode 1 = SD

b) Kode 2 = SMP

c) Kode 3 = SMA

d) Kode 4 = Akademi/ Perguruan Tinggi

(3) Pekerjaan ibu

a) Kode 1 = IRT

b) Kode 2 = Wiraswasta

c) Kode 3 = Karyawan

d) Kode 4 = PNS

(4) Jumlah anak

a. 1 – 2 anak

b. 3 – 4 anak

c. > 4 anak
42

(5) Data Usia anak

a. 6 – 8 Bulan

b. 9 – 11 Bulan

c. 12 – 24 Bulan

(6) Jenis Kelamin aanak

a) Kode1 = Laki-laki

b) Kode 2 = Perempuan

(7) Dukungan orang terdekat

a) Kode 1 = Ibu kandung

b) Kode 2 = Keluarga

c) Kode 3 = Orang lain

2) Data khusus

(1) Ketepatan waktu pemberian MPASI

a) Kode 1 = Tepat

Pemberian MP-ASI pada usia ≥ 6 bulan

b) Kode 2 = Tidak Tepat

Pemberian MP-ASI pada usia < 6 bulan

3.9.3. Data Entry

Data entry adalah memasukkan jawaban dari

responden dan mengisi kolom dengan kode yang sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

3.9.4. Processing

Processing adalah proses setelah semua kuesioner

terisi penuh dan benar serta telah dikode jawaban


43

responden pada kuesioner ke dalam aplikasi

pengolahan data di komputer, aplikasi yang digunakan

pada penelitian ini adalah SPSS (Statistical Package

for Social Sciences).

3.9.5. Cleaning

Cleaning data adalah pengecekan kembali data

yang sudah dimasukkan apakah sudah benar atau ada

kesalahan pada saat memasukan data. Cleaning data

digunakan untuk mengetahui adanya missing data,

mengetahui variasi data dan konsistensi data32

3.9.6. Analisis data.

Analisa data ini dilakukan dengan analisa

univariat, untuk masing-masing variabel penelitian

dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan

persentase dari masing-masing variabel.

Pengkategorian masing-masing variabel dilakukan

dengan menentukan mean/rata-rata. Selanjutnya setiap

variabel yang telah dikelompokkan kedalam kategori

masing-masing. Disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi dengan menggunakan tehnik komputerisasi

3.10. Etika penelitian

3.10.1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan


44

lembar persetujuan.

3.10.2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan Lembar kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini diadopsi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Amanda (2013) “Gambaran Pengetahuan Ibu

Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-

12 Bulan”. Alat atau instrumen yang digunakan adalah

lembar kuesioner yaitu:

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.10.3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya


45
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Data Umum

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif

dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui gambaran

Gambaran ketepatan pemberian MP-ASI pada usia 6 – 24 bulan di

wilayah Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten

Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

Penelitian dilakukan terhadap 46 responden , dengan data

sebaran karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan ibu ,

pekerjaan ibu , jumlah anak, dan usia anak yang disajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut :

4.1.1.1 Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Sumber :Usia
Data Primer Frekuensi Persentase (%)
≤ 20 tahun 13 28,3
21 -35 tahun 16 34, 8
>35 tahun 17 36,9
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dinterpretasikan bahwa

dari 46 responden, mayoritas responden dalam ketegori

usia > 35 tahun sebanyak 17 responden (36,9%), sebagian

kecil dengan usia ≤ 20 tahun yaitu 13 responden (28,3%)

4.1.1.2 Pendidikan Ibu


Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 10 21,7
SMP 45 21 45,7
SMA 13 28,3
Akademi/PT 2 4,3
Total 46 100
46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan Ibu

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkam bahwa

hampir setengah dari 46 responden dengan pendidikan

terakhir SMP yaitu 21 responden (45,7%), dan sebagian

kecil responden dengan tingkat pendidikan

Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 2 responden (4,3%).

4.1.1.3 Pekerjaan Ibu

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


IRT 13 28,3
Wiraswasta 28 60,9
Karyawan 4 8,7
PNS 1 2,1
Total 46 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa lebih

dari setengah responden memiliki pekerjaan

wiraswasta/petani yaitu sebanyak 28 responden (60,9%),

dan sebagian kecil responden dengan pekerjaan PNS yaitu 1

respenden (2,1%).
47

4.1.1.4 Jumlah Anak

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Jumlah Anak

Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)


1–2 13 28,3
3–4 25 54,3
>4 8 17,4
Total 46 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dimpulkan bahwa dari

lebih dari setengah responden memiliki anak 3-4 yaitu

sebanyak 25 responden (54,3%) , sedangkan sebagian kecil

responden memiliki anak > 5 yaitu 8 responden (17,4%).

4.1.1.5 Usia Anak

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Usia Anak

Usia Anak Frekuensi Persentase (%)


6–8 10 21,7
9 – 11 12 26,1
12 – 24 24 52,2
Total 46 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa

lebih dari setengah responden dengan usia anak 12 – 24

bulan yaitu 24 responden (52,2%), sebagian kecil

responden dengan usia anak 6 – 8 bulan yaitu 10 responden

(21,7%)
48

4.1.2 Data Khusus

Data khusus dalam pada penelitian ini menyajikan data ketepatan

pemberian ASI berdasarkan waktu pemberian, kemudian disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut :

4.1.2.1 Ketepatan Pemberian MP-ASI pada usia 6 - 24 bulan


Berdasarkan waktupemberian)

Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(berdasarkan waktu pemberian)
Ketepatan Pemberian Frekuensi Persentase (%)
< 6 bulan (tidak Tepat) 28 60,9
≥ 6 bulan (Tepat) 18 33,1
Total 46 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa

dari 46 responden, sebagian besar responden memberikan

makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan, dengan

kategori tidak tepat berdasarkan waktu pemberian ( < 6

bulan) yaitu sebanyak 28 responden (60,9%) , dan sebagian

kecil responden tepat dalam memberikan makanan

tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan yaitu 18 responden

(33,1%)
49

4.1.2.2 Ketepatan Pemberian MP-ASI pada usia 6 - 24 bulan


(Berdasarkan menu)

Tabel 4.7 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(berdasarkan menu)

Ketepatan Frekuensi Persentase


Pemberian (%)
Tidak Tepat 25 54,3
Tepat 21 45,7
Total 46 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.7 dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, lebih

dari setengah memberikan makanan tambahan

pada bayi usia 6 – 24 bulan, dengan kategori

tidak tepat berdasarkan menu pemberian yaitu

sebanyak 25 responden (54,3%) , dan minoritas

responden tepat menu dalam memberikan

makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan

yaitu 21 responden (45,7%)

4.1.2.3 Ketepatan Pemberian MP-ASI pada usia 6 - 24 bulan


(Berdasarkan Frekuensi)

Tabel 4.8 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(berdasarkan frekuensi pemberian)
Ketepatan Frekuensi Persentase
Pemberian (%)
Tidak Tepat 11 23,9
Tepat 35 76,1
Total 46 100
50

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.8 dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, lebih

dari setengah responden tepat dalam

memberikan makanan tambahan pada bayi usia

6 – 24 bulan (berdasarkan frekuensi pemberian)

yaitu 35 respoden (76,1%) dan minoritas

responden tidak tepat frekuensi dalam

memberikan makanan tambahan pada bayi usia

6 – 24 bulan yaitu 11 responden (23,9%).

4.1.2.4. Ketepatan Pemberian MP-ASi pada usia 6 – 24 bulan


(Berdasarkan jenis makanan tambahan)

Tabel 4.9 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(Berdasarkan jenis makanan tambahan)

Ketepatan Frekuensi Persentase


Pemberian (%)
Tidak Tepat 30 65,2
Tepat 16 34,8
Total 46 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.9 dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, lebih

dari setengah responden memberikan makanan

tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan dengan

kategori tidak tepat berdasarkan jenis makanan

tambahan yang diberikan yaitu sebanyak 30

responden (65,2%) , dan sebagian kecil


51

responden tepat jenis dalam memberikan

makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan

yaitu 16 responden (34,8%)

4.1.2.5 Ketepatan Pemberian MP-ASI pada usia 6 - 24 bulan


(Berdasarkan komposisi)

Tabel 4.10 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(Berdasarkan komposisi)

Ketepatan Frekuensi Persentase


Pemberian (%)
Tidak Tepat 25 54,3
Tepat 21 45,7
Total 46 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.10 dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, lebih

dari setengah memberikan makanan tambahan

pada bayi usia 6 – 24 bulan, dengan kategori

tidak tepat berdasarkan komposisi pemberian

yaitu sebanyak 25 responden (54,3%) , dan

minoritas responden tepat kompisisi dalam

memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6

– 24 bulan yaitu 21 responden (45,7%)

4.1.2.6 Ketepatan Pemberian MP-ASI pada usia 6 - 24 bulan


(Berdasarkan Persiapan)

Tabel 4.11 Distribusi Ketepatan Pemberian Makanan


Tambahan Pada Bayi Usia 6 -24 bulan
(Berdasarkan persiapan)

Ketepatan Frekuensi Persentase


Pemberian (%)
52

Tidak Tepat 40 87
Tepat 6 13
Total 46 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.11 dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, hampir

seluruh responden memberikan makanan

tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan, dengan

kategori tepat berdasarkan persiapan pemberian

yaitu sebanyak 40 responden (87 %) , dan

minoritas responden tidak tepat persiapan dalam

memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6

– 24 bulan yaitu 6 responden (13%)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 -24


bulan (berdasarkan waktu pemberian)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Indong, dari 46 responden sebagian

besar ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24

bulan dengan kategori tidak tepat (usia anak < 6 bulan)

sebanyak 28 ibu (60,9%), sedangkan hanya 18 ibu (33,1%)

yang memberikan makanan tambahan di usia anak ≥ 6 bulan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rismwati (2023) di Desa Wanandadi Semarang yang

menyimpukan bahwa masih banyaknya ibu yang memberikan

makanan tambahan pada bayi < 6 bulan sebanyak 41,9% ibu


53

Jika bayi diberikan makanan pendamping ASI terlalu dini

(sebelum enam bulan) maka akan meningkatkan risiko penyakit

diare dan infeksi lainnya. Selain itu juga akan menyebabkan

jumlah ASI yang diterima bayi berkurang, padahal komposisi

gizi ASI pada 6 bulan pertama sangat cocok untuk kebutuhan

bayi, akibatnya pertumbuhan bayi akan terganggu (Helmilyati,

2020).

Pemberian makanan tambahan di usia dini (MP ASI

dini) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan,

usia, pengetahuan, sikap dan trasdisi masyarakata tertentu

(Novianti et al., 2021). Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa

dari 46 responden sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan SMP sebanyak 45,6% dan usia > 35 tahun sebanyak

36,9%

Pendidikan yang dijalani seseorang tentunya

mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan kemampuan

berpikir. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat

mengambil keputusan yang lebih rasional dan akan

memberikan wawasan kepada orang tersebut terhadap

fenomena lingkungan yang terjadi. Dalam ruang dan lingkup

kesehatan, jika pendidikan seseorang baik tentunya akan

memudahakan untuk menerima informasi dan mengambil

keputusan untuk kesehatan diri dan keluarganya. (Novianti et

al., 2021).
54

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi responden untuk lebih mudah

menerima ide-ide, informasi yang baru atau informasi yang

disampaikan oleh tenaga kesehatan. Namun, dalam penelitian

ini juga terdapat responden dengan pendidikan menengah

(SMA) yang tidak memberikan makanan pendamping ASI

dini , asumsi penlitin bahwa selain pendidikan , dukungan

keluarga, serta pengaruh budaya setempat yang dapat

mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan makanan

pendamping ASI bagi bayinya. Kepercayaan, adat istiadat, dan

tradisi yang ada yang membawa tindakan ibu dalam pemberian

MP-ASI dini, ada yang mengikuti dan ada juga yang tidak

mengikutinya. Kebiasaan masyarakat setempat tidak jarang

mempengaruh tindakan ibu dalam memberikan MP-ASI

sebelum waktunya bayi diberi MP-ASI.

Selain itu pendidikan, asumsi peneliti bahwa

pekerjaan dan usia responden juga berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pemberian makanan tambahan. Dimana dari

46 responden sebagian besar memiliki ibu memilki pekerjaan

lain selain pekerjaan rumah tangga sehingga peneliti bersumsi

bahwa selain pendidikan, kesibukan akibat bekerja di luar

rumah merupakan penghambat utama seorang ibu untuk

menyusui anaknya selama 6 bulan penuh. Sedangkan kategori

usia terdapat 17 responden dengan usia > 35 tahun, usia


55

responden berkaitan dengan produksi ASI, hal ini sejalan

dengan teori bahwa idealnya umur 20-30 tahun merupakan

rentang usia yang aman untuk berproduksi dan pada umumnya

ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih

baik daripada yang berumur lebih dari 30 tahun (Roesli dalam

Devina 2018)

4.2.2 Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 -24


bulan (berdasarkan menu)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Indong, dari 46 responden sebagian besar

ibu , lebih dari setengah memberikan makanan tambahan pada bayi

usia 6 – 24 bulan, dengan kategori tidak tepat berdasarkan menu

pemberian yaitu sebanyak 25 responden (54,3%) , dan minoritas

responden tepat menu dalam memberikan makanan tambahan pada

bayi usia 6 – 24 bulan yaitu 21 responden (45,7%)

Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi

kebutuhan energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi sehingga

diperlukan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dapat

melengkapi kekurangan zat gizi makro dan mikro tersebut. WHO

Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun

2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4

syarat, yaitu tepat waktu, bergizi lengkap cukup dan seimbang,

aman, serta diberikan dengan cara yang benar. Terdiri dari menu

Tunggal dan 4 Bintang. Makanan 4 bintang, dibuat dengan


56

memasukan makanan makanan dari kategori makanan pokok,

sayuran dan buah, kacang-kacangan dan makanan hewani.

Dalam periode pemberian makanan pendamping ASI,

bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan jenis pemberian

makanan pendamping ASI yang ditentukan sepenuhnya oleh ibunya

Praktik pemberian MPASI pada anak usia dibawah dua tahun dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor predisposisi

yang meliputi pendapatan keluarga, usia ibu, pekerjaan ibu, tingkat

pendidikan ibu, dan jumlah balita dalam keluarga; faktor pendorong

yang meliputi penyuluhan gizi, dukungan anggota keluarga, dan

dukungan kader posyandu dan petugas kesehatan; serta faktor

pendukung yaitu adanya partisipasi ibu keposyandu (Helmilyati,

2020).

Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian, dari 46

responden Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 46

responden sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan

SMP sebanyak 21 responden (45,6%). Peneliti berasumsi bahwa

tingginya presentase tidak tepat menu pemberian MP ASI

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Pendidikan yang dijalani

seseorang tentunya mempunyai pengaruh besar terhadap

peningkatan kemampuan berpikir, mangambil keputusan rasional

dan menerima informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan.

4.2.3 Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 -24


bulan (berdasarkan frekuensi pemberian)
57

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Indong, dari 46 responden sebagian besar

ibu menerapkan frekuensi yang tepat dalam sehari untuk pemberian

tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan yaitu 35 respoden (76,1%)

dan minoritas responden tidak tepat frekuensi dalam memberikan

makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan yaitu 11 responden

(23,9%).

Frekuensi pemberian MP-ASI merupakan salah satu

syarat MP-ASI yang baik, yang perlu di penuhi. MP-ASI diberikan

setelah bayi berusia 6 bulan, dan harus mengikuti syarat yakni,

frekuensi makan dalam sehari, jumlah makanan, tekstur yang tepat,

jenis makanan, aktif dan juga kebersihan makanan. Kemenkes RI

2018

Frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi 6-9 bulan di

anjurkan sebanyak 2-3 kali dengan 1-2 selingan per harinya dimana

jumlah yang diberikan mulai dari 2-3 sendok/porsi dan meningkat

hingga 125ml dan ini akan terus bertambah seiring bertambah

bulan, untuk usia 9-12 bulan dianjurkan untuk menambah frekuensi

makan menjadi 3-4 kali dengan 1-2 selingan per harinya, dengan

jumlah MP-ASI sudah mencapai 125ml/porsi, sedangkan untuk usia

12-24 bulan masih dengan frekuensi yang sama namun jumlah MP-

ASI telah ditingkatkan secara perlahan hingga 190 ml/porsi (IDAI

dalam Idris, I., Su, H. M., & Hukom, E. H. 2023 ) Hal ini dapat

terlihat jelas betapa penting frekuensi pemberian makan pada bayi,


58

mengingat ukuran lambung bayi yang belum cukup menampung

makanan yang banyak, sehingga apabila frekuensi makan diberkan

kurang dari yang telah dianjurkan,

dapat menyebabkan kekurangan gizi yang jika dibiarkan berlama

lama dapat menimbulkan gizi buruk.

Hal ini dapat diketahui berdasarkan data karakteristik

responden tabel 4.4 bahwa dari lebih dari setengah responden

memiliki anak 3-4 yaitu sebanyak 25 responden (54,3%), dan

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dimpulkan bahwa dari lebih dari

setengah responden memiliki anak 3-4 yaitu sebanyak 25 responden

(54,3%) dan juga terdapat 8 responden (17,4%) yang memiliki anak

> 5. Sehingga peneliti berasumsi peneliti bahwa paritas (jumlah

anak) menjadi salah satu faktor pendukung terhadap sikap dan

pengetahuan ibu tentang frekuensi pemberian MP ASI, karena ibu

dengan paritas > 1 (multipara) memiliki pengalaman dan waktu

yang lebih untuk mempelajari tentang penjadwalan makan pada

anak.

4.2.4 Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 -24


bulan (berdasarkan jenis Makanan tambahan)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 46

responden, lebih dari setengah responden tidak tepat dalam jenis

makanan tambahan pada bayi 6 – 24 bulan yaitu sebanyak 30

responden (65,2%) , dan sebagian kecil responden tepat jenis dalam

memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan yaitu

16 responden (34,8%)
59

Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil

pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang

diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. MPASI

yang baik merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan

gizi sehingga bayi dan anak menjadi sehat dan dapat tumbuh

kembang secara optimal. MP ASI pabrik dan MP -ASI local

memiliki manfaat yang sama selagi diberikan dalam

jumlah yang cukup dan (Ani Triana, dkk 2019). Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi ditemukan semua ibu memberikan jenis

MP-ASI lokal yang diolah sendiri oleh ibu dan keluarga serumah.

Selain itu jenis MP ASI yang tepat juga diukur dari

kesesuaian umur anak, dalam penelitian ini jenis MP ASI yang tepat

dlihat dari kesesuaian umur anak,. Anak yang mulai mengkonsumsi

makanan pendamping ASI memerlukan waktu untuk membiasakan

diri pada rasa maupun tekstur makanan baru tersebut. Pemberian

makanan dilakukan secara bertahap baik bentuk, jumlah dan

frekuensi. Usia 6-8 bulan selain ASI, bayi diberikan makanan lumat

2-3 sendok makan secara bertahap bertambah hingga mencapai ½

gelas atau 125 cc setiap kali makan dengan frekuensi 2-3 kali sehari

ditambah 1-2 kali selingan (Kemenkes RI, 2018)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya

prevalensi ibu yang tidak sesuai dalam pemilihan jenis makanan

tambahan berdasarkan umur anak yaitu sebanyak 65,2% dari

keseluruhan responden. Peneliti berasumsi bahwa tingginya angka


60

ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang rendah, dimana

hasil penelitian ditemukan sebagian besar ibu dengan tingkat

pendidikan SMP. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemampuan seseoorang dalam menerima informasi

(misalnya ibu tidak membaca informasi cara jenis – jenis MP ASI

yang dijelaskan dalam buku KIA) dan mengambil keputusan yang

rasional ( misalnya ibu tidak mengikuti anjuran petugas kesehatan)

sehingga sangat mudah untuk dipengaruhi oleh kebiasaan setempat

dan pengalaman pribadi atau pengalaman yang diperoleh dari

lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak.

4.2.5 Gambaran Ketepatan Pemberian Makanan Tambahan Pada


Bayi Usia 6 -24 bulan (berdasarkan jenis Makanan tambahan)

Hasil penelitian menjukkan bahwa dari 46 responden,

sebagian besar ibu belum tepat komposisi dalam pemberian

makanan tambahan yaitu sebanyak 25 responden (54,3%) .

Pemberian MP-ASI yang tidak tepat ditunjukkan oleh jawaban

responden dimana orang tua tidak memberikan menu seimbang

kepada balitanya. MP-ASI yang diberikan kebanyakan memiliki

komposisi karbohidrat tanpa adanya protein dan lemak tambahan.

Pemberian makanan tinggi Zinc dan Fe seperti daging merah,hati

ayam atau sayur-sayuran hijaupun diberikan tidak lebih dari 1

minggu sekali.

Makanan pokok juga mengandung protein dan zat gizi

lainnya namun tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi.

Tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung zat gizi
61

lengkap. Oleh karena itu dalam pembuatan MPASI sebaiknya

menggunakan berbagai macam bahan makanan (Mahayu, 2014).

Masih tingginya prevalensi ibu yang belum menerapkan

komposisi yang tepat dalam pemberian makanan tambahan pada

usia 6 – 24 bulan, asumsi peneliti bahwa selain pendidikan hal ini

juga dipengaruhi oleh pekerjaan dan jumlah anak dalam rumah

tangga seperti yang kita lihat bahwa dari data karakteristik

responden sebagian besar memiliki pekerjaan dengan jenis

pekerjaan wiraswasta sebanyak 28 responden (60,9%), sedangkan

terdapat 25 responden dengan jumlah anak 3 – 4. Pekerjaan adalah

faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu setiap harinya,

sehingga ibu tidak memiliki waktu untuk mencari informasi atau

untuk menyiapkan komposisi makanan yang komplit, begitupun

dengan ibu yang memilki anak lebih dari 2, ibu cenderung

menyiapkan makanan dengan menu yang sama, selain karena

pertimbangan aktu juga kurannya pengetahuan ibu tentang

pentingnya komposisi tepat dalam pemenuhan gizi anak.

4.2.6 Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Usia 6 -24


bulan (berdasarkan persiapan pemberian makanan tambahan)

Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh

responden melakukan persiapan yang tepat dalam hal kebersihan

diri, kebersihan anak dan kebersihan alat makan sebelum dan

sesudah memberikan makanan tambahan, yaitu sebanyak 40

responden (87%)
62

Ketepaatan persiapan berdasarkan kebersihan tangan dan

alat makan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan

pada bayi sangat penting karebna jika tidak dikelola dengan baik

maka makanan dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan

penyakit bawaan makanan Dalam upaya penyehatan makanan, ada

empat faktor yangharus diperhatikan yaitu makanan, peralatan,

tempat dan manusi Hal yang paling dasar yang dapat dilakukan

adalah mencui tangan, memncuci makanan sebelum diolah dan

mencuci alat makan (Qonita Basyariyah et al, 2022)

Selain itu karena masa perkembangan dan pertumbuhan

anak yang berusia kurang dari 2 tahun (baduta) menjadi kesempatan

untuk mencapai kemampuan optimal anak. Faktor yang

mempengaruhi status gizi ada dua, yaitu faktor langsung dan tidak

langsung. Faktor langsung berupa kualitas dan kuantitas pangan

yang dikonsumsi, serta penyakit infeksi. Faktor tidak langsung

antara lain sanitasi lingkungan, social ekonomi, jarak kelahiran, dan

pendapatan. Baduta akan rentan terkena dampak negatif yang

mempengaruhi kesehatan jika tidak diberikan nutrisi yang baik,

pengasuhan yang benar, dan lingkungan yang sehat dan kondusif

(Qonita Basyariyah et al, 2022)

Meskipun hampir seluruh responden tepat dalam

persiaapan permebrian makanan tambahan pada bayi, namun juga

terdapat 6 resonden yang tidak tepat dalam persiapan, asumsi

peneliti bahwa hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan ibu dalam


63

kehidupan sehari – hari ang belum membiasakan diri untuk mencuci

tangan, seperti yang diketahui bahwa penerimaan terhadap

informasi dan perubahan perilaku salah satunya dipengaruhi oleh

pendidikan seseorang, dalam penelitian ini responden dengan

kategori pendidikan rendah (SMP dan SD) memiliki prevalensi

tinggi yaitu 67,4% dari 46 responden.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang “Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI pada

Usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli

Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara” dapat

disimpulkan bahwa dari 46 responden, sebagian besar responden

memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan, dengan

kategori tidak tepat berdasarkan waktu pemberian ( < 6 bulan) yaitu

sebanyak 28 responden (60,9%) , dan sebagian kecil responden tepat

dalam memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 24 bulan yaitu

18 responden

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Ibu Menyusui

Bagai responden/ibu menyusi diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman tentang ASI eksklusif dan kebutuhan bayi dalam

pemberian makanan pendamping ASI. Dimana peberian

makanan pendamping ASI yang tidak teat dapat mepengaruhi

tumbuh kembang bayi

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan memberikan edukasi,

pengaruh positif dukungan dan bimbingan kepada ibu dalam

kegiatan prakyik alangan atau pengabdian masyarakat terkait

pola pemberian makanan tambahan yang tepat,

63
64

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambangkan peneltian

dengan melihat hubungan antara karakteristik responden seperti

pendidikan, usia dan pekerjaan dengan sikap ibu dalam

pemberian makanan tambahan usia 6 – 24 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aldriana, N. (2015) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemberian MP-ASI Dini Di Desa 2 Dayo Wilayah Kerja Puskesmas
Tandun Ii Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2013’, Jurnal Martenity And
Neonatal, 2(1), Pp. 1–9 didalam. http://jurnal.htp.ac.id. Di akses pada
tamggal 26 mei 2023
2. Amalia. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep, Teori, Proses dan praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Amperaningsih, Y., Sari, S. A., & Perdana, A. A. (2018). Pola Pemberian
MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan. Jurnal Kesehatan, 9(2), 310.
https://doi.org/10.26630/j k.v9i2.757
65

4. Arikunto. S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, 2013. Hal. 193.
5. Arini, F. A., Sofianita, N. I., & Bahrul Ilmi, I. M. (2017). Pengaruh
Pelatihan Pemberian MP ASI Kepada Ibu dengan Anak Baduta Di
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Terhadap Pengetahuan dan Perilaku
Pemberian MP ASI. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13(1), 80.
https://doi.org/10.24853/j kk.13.1.80-89
6. Bennu, Martini, Fatma, Susilawati, Eka. 2012. Hubungan Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi bayi 6-12 Bulan
di Posyandu Kurusumange Kecamatan TanraliliKabupaten Maros.
Poltekkes Kesehatan Kemenkes Makassar. Volume 1 No 4 Tahun 2012.
ISSN : 2302-1721
7. Caniago Siti Rahma. (2012). Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan
Pengetahuan Keluarga Tentang Pemberian Makanan Tambahan Kepada
Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan Pada Suku Mandailing Di Kelurahan
Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas. Skripsi
8. Fitriana, dkk. 2013. Dampak Usia Pertama Makanan Pendamping ASI
Terhadap Status Gizi Bayi Usia 8 – 12 Bulan di Kecamatan Seberang
Ulu I Palembang. Sari Pediatri
9. Fitrisia. (2017). Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate
Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif sampai Empat Bulan.
Jakarta: Kedokteran Trisakti. Mei-Agustus Vol.22 No.2: Hal.47-55
10. Hartiningtiyaswati, (2017). Pemberian ASI Ekslusif dan Fakator-Faktor
yang Berhubungan di Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
Pripinsi Sumatera Barat Tahun 2006.Tesis.FKMUI.Depok
11. Helmiyati,dkk,. “Stunting Permasalahan dan Penanganannya” 2018.
Yogyakarta : UGM Press. Nurkomala S,dkk, “praktik pemberian makanan
pendamping ASI Pada Anak Stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan’.
2017. Skripsi Universitas Diponegoro Available from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view
12. Idris, I., Su, H. M., & Hukom, E. H. (2023). Analisis Korelasi Usia
Penyapihan dan Frekuensi MP-ASI terhadap Status Gizi pada Anak Usia
6-24 Bulan. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(4),
1547-1552
13. Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Bandung : Alfabeta.
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat Data dan
Informasi Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta Selatan : Kementerian
Kesehatan RI
15. Kumalasari, dkk. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini.
16. Krisnatuti, D & Yenrina, R. (2016). Menyiapkan Makanan
Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara
17. Legy YFS, Margono, Arum DNS. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian asi eksklusif di kelurahan rejosari semin gunungkidul.
2021 Jun 26;2(1):14-5
66

18. Maryunani A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta :


Trans Info Media
19. Maulida Nurfazriah Oktariana, Firdawsyi Nuzula. (2017). Pola Pemberian
Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Pada Bayi Kurang Gizi Usia 6-12
Bulandi Wilayah Puskesmas Kalibaru Kulon Kabupaten Banyuwangi
http://e- journal.akesrustida.ac.id/ index.php/jikr/article/vie w/3
20. Nigatu D, Azage M, Motbainor A. Effect of exclusive breastfeeding
cessation time on childhood morbidity and adverse nutritional outcomes in
Ethiopia: Analysis of the demographic and health surveys. PLoS One.
2019;14(10):1–
21. Notoatmodjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka
Cipta. 2012
22. Nuraeni, B. (2019). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Pres
23. Nuraini. (2016). Hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan
pendidikan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI di desa
waru jaya kecamatan parung kabupaten bogor. Skripsi , Universitas
Andalas.
24. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, 2014
25. Pudjiadi, S. (2019). Sifat-Sifat Dan Kegunaan Pelbagai Jenis
Formula Bayi Dan Makanan Padat Yang Beredar Di Indonesia.
Jakarta : FKUI
26. Purnama, Y., & Sulami, N. (2022). Gambaran Pemberian Menu Sehat
Mpasi Dalam Upaya Pencegahan Stunting Di Kabupaten Bima. Jurnal
Ilmiah Mandala Education, 8(1).
27. Retnowati, Endang. 2015. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi 6 –
11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul Tahun 2014
28. Rismawati, R. (2023). Gambaran Pemberian Mp Asi Pada Anak Usia 6-
24 Bulan Didesa Wanadadi (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Sultan Agung Semarang).
29. Roesli. (2017). Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwijata, Jakarta
30. Sastroasmo S, Ismael S. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto, 2011
31. Satyanegara, S. (2104). Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita.
Jakarta; arcan
32. Setyowati. ( 2017). Buku saku ilmu gizi. Jakarta: CV. Trans Info Media;
2017
33. Soenardi. (2016). Variasi Makanan. Jakarta; Gramedia Utama
34. Soraya, (2015). Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini. Diperolah dari
http;///www.gizi-net, tanggal 21 November 2021
35. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2012
36. Suhardjo. (2016). Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta:
Kanisius
37. Sulistyoningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif dan
Kualitatif, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
67

38. Urifi, V. (2013). Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta; Puspa Swara
39. Widdelfrita & Mohanis (2017). Peran Petugas Kesehatan Dan Status
Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Ekslusif. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2013. Vol. 8 No. 1:42
40. Widodo. (2016). Gambaran Krakteristik Ibu Yang Memberikan MP-ASI
Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan Di posyandu Cirumpak Tengah
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program StudI

S1 Kebidanan Alih Jenjang Kelas Kerja STIKES Karya Husada Kediri :

Nama : Wahyuni Barmawi

NIM : 202207134

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul : Gambran ketepatan

pemberian MP ASI pada Usia 6 – 24 bulan di Wilayah Puskesmas Indong

Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku

Utara. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

ketepatan pemberian MP ASI.

Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan anda sebagai

responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitiaan saja. Apabila anda

menyetujuinya, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani

lembar persetujuan untuk pelaksanaan penelitian saya. Dan apabila anda tidak

bersedia / tidak menyetujuinya, maka saya mohon untuk tidak menandatangani

lembar persetujuan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan

banyak terimakasih.

Peneliti,

Wahyuni Barmawi

NIM. 202207134
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………………………..

Usia : ………………………..

Pekerjaan : ………………………..

Alamat : ………………………..

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang

manfaat dan resiko penelitian dengan judul “ Gambran ketepatan pemberian

MP ASI pada Usia 6 – 24 bulandi Wilayah Kerja Puskesmas Indong

Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku

Utara”, menyatakan bersedia menjadi atau tidak bersedia*) untuk

berpartisipasi sebagai responden tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Segala informasi, pendapat atau identitas yang terkait dengan peneliti ini

dijamin kerahasiaannya.

Indong, Juni 2023

Saksi Responden

* Coret yang tidak perlu


KISI-KISI KUESIONER

NO Variabel Indikator Jumlah soal Keterang


soal an
1. Ketepatan ibu tentang 1. Menu 4 4,6,14 Tepat
pemberian makanan 2. Frekuensi 5 2,5,13,15, (pemberian
tambahan pad bayi 19 MP-ASI pada
Usia 6-24 bulan 3. Waktu 2 1,12 usia ≥ 6 bulan)
4. Jenis 2 3,17 2. Tidak tepat
5. Komposisi 1 23
6. Persiapan 10 7,8,9,10,1 (pemberian
1,18,19,2 MP-ASI pada
0,21,22 usia < 6 bulan)
KUESIONER

Gambran ketepatan pemberian MP ASI dini di Wilayah Kerja


Puskesmas Indong Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara

No. Responden : ………… Kode Responden : …………

A. Petunjuk Pengisian

1. Isilah data dengan benar

2. Pilih salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda checklist (√)

pada kotak jawaban yang sesuai dengan keadaan anda

3. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti

B. Data Umum Responden


1. Umur Ibu
a s <20 tahun
a s 20-35 tahun
a s > 35 tahun
2. Pendidikan ibu
a s SD
a s SMP
a s SMA
a s Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan ibu
a s Swasta/Wiraswasta
a s PNS
a s Petani
a s Buruh
a s IRT
4. Jumlah anak
a s 1-2 anak
a s 3-4 anak
a s >4 anak
5. Data Usia anak
a s 6-8 bulan
a s 9-11 bulan
a s 12-24 bulan
6. Jenis kelamin anak
a s Laki-laki
a s Perempuan
7. Dukungan orang terdekat
a s Ibu kandung
a s Keluarga
a s Orang lain
Usia 6- 8 bulan
1. Berapa usia anak ibu saat pertama diberi makanan pendamping ASI
a s Kurang 6 bulan
a s 6 bulan
2. Bentuk makanan apa yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bentuk makanan lumat
a s Bentuk makanan lembek
a s Bentuk makanan padat
3. Apa makanan yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bubur susu, tomat saring dan pisang halus
a s Bubur nasi, nasi tim halus dan bubur kacang hijau
a s Lain-lain .............................
4. Berapa banyak MP-ASI yang Ibu berikan pada anak setiap kali
makan ?
a s. 2-3 x sendok makan dan perlahan sampai ½ cangkir mangkuk ukuran
250 ml
a s Lebih dari ½ cangkir mangkuk ukuran 250 ml
5. Berapa kali Ibu memberikan MP-ASI pada anak dalam sehari ?
a s 1 kali
a s. 2-3 kali
a s ≥ 3 kali
6. Apa makanan selingan yang Ibu berikan kepada anak ?
Sebutkan !.......................................................................
7. Berapa kali anak Ibu diberikan makanan selingan ?
a s 1-2 kali
a s ≥ 2 kali
8. Apa yang Ibu lakukan dalam proses penyiapan bahan makanan ?
a s Mencuci bahan makanan
a s Tidak mencuci bahan makanan
9. Apa yang Ibu lakukan dalam proses kebersihan peralatan makan ?
a s Mencuci peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan makan anak sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan dapur, makan anak sebelum dan sesudah
digunakan
10. Apa tindakan yang Ibu lakukan sebelum menjamah makanan pada
anak ?
a s Mencuci tangan
a s Mencuci tangan anak
a s Mencuci tangan dan mencuci tangan anak
11. Apa yang Ibu lakukan jika makanan tidak dihabiskan anak ?
a s Menyimpan kembali
a s Membuangnya
Usia 9-12 bulan
1. Berapa usia anak ibu saat pertama diberi makanan pemdamping ASI
a s Kurang 6 bulan
a s 6 bulan
4. Bentuk makanan apa yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bentuk makanan lumat
a s Bentuk makanan lembek
a s Bentuk makanan padat
5. Apa makanan yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bubur susu, tomat saring dan pisang halus
a s Bubur nasi, nasi tim halus dan bubur kacang hijau
a s Lain-lain
6. Berapa banyak MP-ASI yang Ibu berikan pada anak setiap kali makan
?
a s Kurang dari ½ mangkuk ukuran 250 ml
a s. ½ mangkuk ukuran 250 ml
a s Lebih dari ½ mangkuk ukuran 250 ml
7. Berapa kali Ibu memberikan MP-ASI pada anak dalam sehari ?
a s. ≤ 3 kali
a s 3-4 kali
a s > 4 kali
8. Apa makanan selingan yang Ibu berikan kepada anak ?
Sebutkan !.......................................................................
9. Berapa kali anak Ibu diberikan makanan selingan ?
a s 1-2 kali
a s ≥ 2 kali
10. Apa yang Ibu lakukan dalam proses penyiapan bahan makanan ?
a s Mencuci bahan makanan
a s Tidak mencuci bahan makanan
11. Apa yang Ibu lakukan dalam proses kebersihan peralatan makan ?
a s Mencuci peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan makan anak sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan dapur, makan anak sebelum dan sesudah
digunakan
12. Apa tindakan yang Ibu lakukan sebelum menjamah makanan pada
anak ?
a s Mencuci tangan
a s Mencuci tangan anak
a s Mencuci tangan dan mencuci tangan anak
13. Apa yang Ibu lakukan jika makanan tidak dihabiskan anak ?
a s Menyimpan kembali
a s Membuangnya
14. Komposisi yang bagus untuk gizi seimbang
a s Nasi,sayur,lauk,buah dan susu
a s Nasi, ikan, tahu dan buah
Usia 12 – 24 bulan
1. Berapa usia anak ibu saat pertama diberi makanan pemdamping ASI
a s Kurang 6 bulan
a s 6 bulan
2. Bentuk makanan apa yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bentuk makanan lumat
a s Bentuk makanan lembek
a s Bentuk makanan padat
3. Apa makanan yang Ibu berikan kepada anak ?
a s Bubur susu, tomat saring dan pisang halus
a s Bubur nasi, nasi tim halus dan bubur kacang hijau
a s Lain-lain
2. Berapa banyak MP-ASI yang Ibu berikan pada anak setiap kali makan
?
a s Kurang dari ½ mangkuk ukuran 250 ml
a s. ½ mangkuk ukuran 250 ml
a s Lebih dari ½ mangkuk ukuran 250 ml
3. Berapa kali Ibu memberikan MP-ASI pada anak dalam sehari ?
a s. ≤ 3 kali
a s 3-4 kali
a s > 4 kali
4. Apa makanan selingan yang Ibu berikan kepada anak ?
Sebutkan !.......................................................................
5. Berapa kali anak Ibu diberikan makanan selingan ?
a s 1-2 kali
a s ≥ 2 kali
6. Apa yang Ibu lakukan dalam proses penyiapan bahan makanan ?
a s Mencuci bahan makanan
a s Tidak mencuci bahan makanan
7. Apa yang Ibu lakukan dalam proses kebersihan peralatan makan ?
a s Mencuci peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan makan anak sebelum dan sesudah digunakan
a s Mencuci peralatan dapur, makan anak sebelum dan sesudah
digunakan
8. Apa tindakan yang Ibu lakukan sebelum menjamah makanan pada
anak ?
a s Mencuci tangan
a s Mencuci tangan anak
a s Mencuci tangan dan mencuci tangan anak
9. Apa yang Ibu lakukan jika makanan tidak dihabiskan anak ?
a s Menyimpan kembali
a s Membuangnya
10. Komposisi yang bagus untuk gizi seimbang
a s Nasi,sayur,lauk,buah dan susu
a s Nasi, ikan, tahu dan buah
REKAPITULASI DATA UMUM DAN DATA KHUSUS

Pemberian
No. Usia
Paritas Pendidikan Pekerjaan MP ASI
Responden Ibu
(Waktu)
1 28 3 SMP IRT < 6 bulan
2 19 1 SD Wiraswata < 6 bulan
3 29 3 SMA Karyawan ≥ bulan
4 29 3 SMA Wiraswata < 6 bulan
5 18 1 SD IRT ≥ bulan
6 31 4 SMA Karyawan ≥ bulan
7 33 3 Akademi Wiraswata < 6 bulan
8 31 4 SMP Wiraswata < 6 bulan
9 28 3 SMP Wiraswata < 6 bulan
10 33 4 SMP Wiraswata < 6 bulan
11 18 1 SMP IRT ≥ bulan
12 29 3 SMP IRT ≥ bulan
13 19 1 SD IRT < 6 bulan
14 19 1 SMP Wiraswata < 6 bulan
15 36 3 SMP Wiraswata < 6 bulan
16 27 3 SMA Karyawan ≥ bulan
17 36 4 SMP Wiraswata < 6 bulan
18 17 1 SMP IRT ≥ bulan
19 37 4 SMA Wiraswata ≥ bulan
20 38 4 SMP Wiraswata < 6 bulan
21 19 2 SMA Karyawan ≥ bulan
22 41 5 SMP IRT ≥ bulan
23 36 3 SMP Wiraswata < 6 bulan
24 19 1 SMP Wiraswata < 6 bulan
25 37 4 SMP Wiraswata < 6 bulan
26 33 3 SMA Wiraswata ≥ bulan
27 38 3 SD IRT ≥ bulan
28 40 4 SD Wiraswata < 6 bulan
29 41 5 SMP IRT ≥ bulan
30 25 3 SMP Wiraswata < 6 bulan
31 37 5 SMP Wiraswata < 6 bulan
32 31 3 SMP Wiraswata < 6 bulan
33 38 5 SD Wiraswata < 6 bulan
34 18 1 SMP Wiraswata < 6 bulan
35 39 5 SD IRT ≥ bulan
36 40 6 SD IRT < 6 bulan
37 19 1 SMA Wiraswata < 6 bulan
38 36 4 SMP IRT < 6 bulan
39 19 1 SMA Wiraswata ≥ bulan
40 39 4 SMP Wiraswata ≥ bulan
41 31 3 SMA Wiraswata < 6 bulan
42 19 1 SMA Wiraswata < 6 bulan
43 34 3 SMA Wiraswata < 6 bulan
44 33 3 PT PNS ≥ bulan
45 19 1 SMA Wiraswata < 6 bulan
46 41 6 SD IRT < 6 bulan
MASTER TABEL DATA UMUM PENELITIAN

Umur (Tahun) Paritas Pendidikan Pekerjaan


No Parita Pendidikan
Umur Coding coding Coding Pekerjaan Coding
s Terakhir
1 28 2 3 2 SMP 2 IRT 1
2 19 1 1 1 SD 1 Wiraswasta 2
3 29 2 3 2 SMA 3 Karyawan 3
4 29 2 3 2 SMA 3 Wiraswasta 2
5 18 1 1 1 SD 1 IRT 1
6 31 2 4 2 SMA 3 Karyawan 3
7 33 2 3 2 Akademi 4 Wiraswasta 2
8 31 2 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
9 28 2 3 2 SMP 2 Wiraswasta 2
10 33 2 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
11 18 1 1 1 SMP 2 IRT 1
12 29 2 3 2 SMP 2 IRT 1
13 19 1 1 1 SD 1 IRT 1
14 19 1 1 1 SMP 2 Wiraswasta 2
15 36 3 3 2 SMP 2 Wiraswasta 2
16 27 2 3 2 SMA 3 Karyawan 3
17 36 3 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
18 17 1 1 1 SMP 2 IRT 1
19 37 3 4 2 SMA 3 Wiraswasta 2
20 38 3 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
21 19 1 2 1 SMA 3 Karyawan 3
22 41 3 5 3 SMP 2 IRT 1
23 36 3 3 2 SMP 2 Wiraswasta 2
24 19 1 1 1 SMP 2 Wiraswasta 2
25 37 3 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
26 33 2 3 2 SMA 3 Wiraswasta 2
27 38 3 3 2 SD 1 IRT 1
28 40 3 4 2 SD 1 Wiraswasta 2
29 41 3 5 3 SMP 2 IRT 1
30 25 2 3 2 SMP 2 Wiraswasta 2
31 37 3 5 3 SMP 2 Wiraswasta 2
32 31 2 3 2 SMP 2 Wiraswasta 2
33 38 3 5 3 SD 1 Wiraswasta 2
34 18 1 1 1 SMP 2 Wiraswasta 2
35 39 3 5 3 SD 1 IRT 1
36 40 3 6 3 SD 1 IRT 1
37 19 1 1 1 SMA 3 Wiraswasta 2
38 36 3 4 2 SMP 2 IRT 1
39 19 1 1 1 SMA 3 Wiraswasta 2
40 39 3 4 2 SMP 2 Wiraswasta 2
41 31 3 3 2 SMA 3 Wiraswasta 2
42 19 1 1 1 SMA 3 Wiraswasta 2
43 34 2 3 2 SMA 3 Wiraswasta 2
44 33 2 3 2 Akademi 4 PNS 4
45 19 1 1 1 SMA 3 Wiraswasta 2
46 41 3 6 3 SD 1 IRT 1
MASTER TABEL PENELITIAN
Statistics
Waktu Menu Frekuensi Jenis Komposisi Persiapan
N Valid 46 46 46 46 46 46
Missing 0 0 0 0 0 0

Hasil olah SPSS

Waktu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 18 39.1 39.1 39.1
Tidak Tepat 28 60.9 60.9 100.0
Total 46 100.0 100.0

Frekuensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 35 76.1 76.1 76.1
Tidak Tepat 11 23.9 23.9 100.0
Total 46 100.0 100.0

Menu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 21 45.7 45.7 45.7
Tidak Tepat 25 54.3 54.3 100.0
Total 46 100.0 100.0
Jenis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 16 34.8 34.8 34.8
Tidak Tepat 30 65.2 65.2 100.0
Total 46 100.0 100.0

Komposisi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 21 45.7 45.7 45.7
Tidak Tepat 25 54.3 54.3 100.0
Total 46 100.0 100.0

Persiapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tepat 40 87.0 87.0 87.0
Tidak Tepat 6 13.0 13.0 100.0
Total 46 100.0 100.0
Analisis Univariat

Ketepatan PemberianTotal
Pendidikan Ya Tidak
f %
f % f %
SD 2 20 8 80 10 100
SMP 5 23,8 16 76,2 21 100
SMA 10 77 3 23 13 100
Akademi/ 2 100 0 100 2 100
PT
Total 18 39,1 28 60,9 46 100

Ketepatan Pemberian Total


Usia
Ya Tidak f %
Ibu
f % f %
≤ 20 3 23 10 77 13 100
21 – 35 10 62,6 6 37,5 16 100
>35 5 41,7 12 58,3 17 100

Total 18 39,1 28 60,9 46 100

Ketepatan Pemberian Total


Pekerjaan
Ya Tidak f %
Ibu
f % F %
IRT 6 46,2 7 53,8 13 100
Wiraswasta 1 35,7 18 64,3 28 100
Karyawan 0 75 3 25 4 100
PNS 1 100 0 0 1 100
1
Total 1 39,1 28 60,9 46 100
8

Ketepatan Pemberian Total


Jumlah
Tidak Ya f %
Anak
f % f %
1 -2 1 77 3 23 13 100
3–4 0 24 19 76 25 100
>4 6 25 6 75 8 100
2
Total 1 39,1 28 60,9 46 100
8
STIKES KARYA
HUSADA PARE
Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 – Rekomendasi Depkes RI No.
HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM SARJANA KEBIDANAN
Jl. Soekarno Hatta Kotak Pos 153 Telp./ Fax (0354) 392307 Pare Kediri
Website : www.stikes-khkediri.ac.id

LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : WAHYUNI BARMAWI


Nima : 202207134
Program Studi : Sarjana Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri
Tahun Akademik :2022-2023
Judul : Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI pada Usia
6-24 bulan Di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan
Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi
Maluku Utara
Pembimbing 2 : Dewi Taurisiawati, SST, M.KesS

No Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan


Pembimbing
1. 17 Februari 2023 Pengajuan judul proposal
Via Wa

2. 13 Maret 2023 Pengajuan Bab I dan II


3. 19 April 2023 Pengajuan revisi bab I,II dan III

4. 30 April 2023 Pengajuan revisi bab I,II dan III

5. 26 Me i2023 Pengajuan revisi bab I,II dan III

6. 4 Juni 2023 Pembuatan kuesioner dan penulisan

Kepala Program Studi

Tintin Hariyani, SSiT., M.Kes.


NIK: 073128-02-00-2-01
STIKES KARYA
HUSADA PARE
Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 – Rekomendasi Depkes RI No.
HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM SARJANA KEBIDANAN
Jl. Soekarno Hatta Kotak Pos 153 Telp./ Fax (0354) 392307 Pare Kediri
Website : www.stikes-khkediri.ac.id

LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : WAHYUNI BARMAWI


Nima : 202207134
Program Studi : Sarjana Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri
Tahun Akademik :2022-2023
Judul : Gambaran Ketepatan Pemberian MP-ASI pada Usia 6-
24 bulan Di Wilayah Puskesmas Indong Kecamatan
Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi
Maluku Utara
Pembimbing 2 : Wahyu N, S.SiT.M.Keb

No Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan

Pembimbing

1. 17 Februari 2023 Pengajuan judul proposal


Via Wa

2. 14 Maret 2023 Pengajuan Bab I dan II


3. 01 April 2023 Pengajuan revisi bab I dan II

4. 23 April 2023 Pengajuan bab III

5. 26 april 2023 Pengajuan revisi bab I,II dan III

6. 29 Mei 2023 Pembuatan kuesioner dan penulisan

7 01 Juni 2023 ACC

Pare,…………………………………….
Mengetahui,
Kepala Program Studi

Tintin Hariyani, SSiT., M.Kes.


NIK: 073128-02-00-2-01

Anda mungkin juga menyukai