Anda di halaman 1dari 128

1

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KARIES GIGI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI
DESA MATTRIO ADE KECAMATAN
PATAMPANUA KABUPATEN
PINRANG TAHUN 2021

SAHIRA
B2 002 17 005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2021
2

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KARIES GIGI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI
DESA MATTRIO ADE KECAMATAN
PATAMPANUA KABUPATEN
PINRANG TAHUN 2021

SAHIRA
B2 002 17 005

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2021
3

SKIRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KARIES GIGI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI DESA
MATTIRO ADE KECEMATAN PATAPANUA
KABUPATEN PINRANG TAHUN 2021

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Program Studi
Keperawatan

Di susun dan diajukan oleh

SAHIRA
B2 002 17 005

Kepada

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2021
4

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Skripsi


dan dise tujui untukdiperbanyak sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Baramuli Kabupaten Pinrang.

Pinrang,13Agustus 2021

Menyetujui :
Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Nadirah SKM,M.Kes Muh.Rudini S,Kep , Ns

Mengetahui :
Ketua Program Studi Pembantu Ketua I
Keperawatan Bidang Akademik

Siska Wijayanti P, S. Kep, Ns, M.Kes Dr. Muh. Kardi Rais, SKM, M.Kes
5

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsii ni diajukan oleh :


Nama : Sahira
Nim : B2 002 17 005
Program Studi : Keperawatan
Peminatan : Anak
Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Desa
Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten
Pinrang Tahun 2021

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi dan
diterima sebagaipersyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan SekolahTinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli Pinrang pada hari Jumat Tanggal 13,
Bulan AgustusTahun 2021.

Tim Penguji

Ketua : Nadirah SKM M.Kes ( ………………….. )

Sekretaris : Muh. Rudini S.kep, Ns ( ………………….. )

Anggota : Dr. Muh. Kardi Rais SKM,M.Kes ( ………………….. )

H. Muslimin, S.Kep,Ns M.Kep ( ………………….. )

Irma Aswani SKM, M.Kes ( ………………….. )


6

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawahini :

Nama : Sahira

Nim : B2 002 17 005

Program studi :Keperawatan

Peminatan : Anak

Menyatakan yang saya tulis ini benar-benarmerupakanhasilkaryasaya


sendiri, bukan merupakan pengambilal ihan tulisan atau pemikiran orang
lain. Apabila di kemudianh ariterbuktiatau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pinrang, 13,Agustus2021

Yang menyatakan

Sahira
7

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)


Baramuli, saya yang bertanda tangan di bawahini :

Nama : Sahira

Nim : B2 002 17 005

Program Studi : Keperawatan

Peminatan : Anak

JenisKarya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli Hak Bebas
RoyaltiNoneksklusif (Non-exclusive Royalthy-Free Right) atas karyai
yang berjudul :

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI


PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN di DESA MATTIRO ADE KECAMATAN
PATAMPANUA KABUPATEN PINRANG 2021

Beserta perangkat yang ada (jika di perlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusifini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuliberhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skrips isaya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pinrang

Pada tanggal : 13 , Agustus 2021

Yang menyatakan
8

RINGKASAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli
Program Studi Keperawatan
Skripsi,Agustus, 2021
Sahira
”FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI
PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN di DESA MATTIRO ADE KECEMATAN
PATAMPANUA KABUPATEN PINRANG 2021”
Di bimbingOlehNadirah danMuh. Rudini
viii + 14tabel + 75 halaman + 12 lampiran
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang
diawalidengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai
daripermukaangigi ( pit, fissures, dandaerah inter proksimal), kemudian
meluas kearah pulpa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi
Desa Mattiro Ade Kecematan Patampanua Kabupaten Pinrang.
Jenis Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptik
analitikDengan jenis penelitian cross sectional study. Tekni pengambilan
sampeldalam penelitian ini total sampling dengan responden 96 orang,
kemudian di uji menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α
=(0.05).
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan orang tua dengan kejadian karies gigi
pada anak usia 5-6 tahun dengan nilai p=0,000 dan p<α (0.05). Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan menggosok gigidengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6
tahun dengan nilai p=0,005 dan p<α (0.05). Hasil penelitian yang
didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komsumsi
makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun
dengan nilai p=0,000 dan p<α (0.05). di Desa Mattiro Ade Kecematan
Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021
Saran dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tidak
mempengaruhi terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, tetapi orang tua
harus mengajarkan atau membiasakan anaknya untuk menggosok gigi
secara teratur dan mengurangi mengkomsumsi makanan kariogenik
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sehingga tidak mengalami
karies gigi.
Daftarpustaka : 27 (2016-2020)
Kata kunci : penetahuan orang tua, kebiasaan menggosok gigi
komsumsi makanan kariogenik, kejadian karies
gigi pada anak usia 5-6 tahun
9

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan
pada Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi llmu Kesehatan
(STIKES) Baramuli Pinrang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Olehkarenaitu, penulismengucapkanterimakasihkepada :

1. Bapak Drs. H. Muh. AlwyArifin, M.Kes, selaku ketua sekolahTingg

illmu Kesehatan (STIKES) Baramul iPinrang.

2. Nadirah SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing yang sudah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untukmengarahkan penulis

dalam penulisan skripsi.

3. Muh. Rudini S.kep, Ns selaku dosen pembimbing yang sudah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untukmengarahkan penulis

dalam penulisan skripsi.

4. Dr. Muh. Kardi Rais SKM M,Kes selaku Pengujil l, dan yang telah

memberikan banyak masukan, saran dan kritik yang membangun

dalam perbaikan skrips iini.

5. Hj. Muslimin S.KepNs M.Kep selaku Pengujil II, dan yang telah

memberikan banyak masukan, saran serta kritik yang membangun

dalam perbaikan skripsi ini.


10

6. Irma Aswani SKM M.Kes selaku Pengujil III, dan yang

telahmemberikan banyak masukan, saran serta kritik yang

membangun dalamperbaikan skripsi ini.

7. Orang tua saya dan Wali selaku, beserta keluarga besar yang

senantiasa membantu dan memberikan do'a dand ukungan moral

dan material.

8. Kepada teman-teman Mahasiswa Angkatan Health 2017 tanpater

kecuali atas kebersamaan, kekompakan, batuan dan dukungannya

sehingga bias menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrangbesertastaf yang sudah

bersedia menerima dan membantupenulis dalam melaksanakan

penelitian di wilayah kerjanya.

10. KepalaPuskesmasLeppanggan KabupatenPinrang yang telahbanyak

membantu dalamusaha memperoleh data yang saya perlukan.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa


berkenan membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu. Dan semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, Amin.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Pinrang,13Agustus 2021
Penyusun,

Sahira
11

DAFTAR ISI

SAMPUL ..............................................................................................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vi

RINGKASAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 10
BAB II Tujuan Pustaka

A. Tinjaunan Usia 5-6 tahun ................................................... 12


B. Tinjauan Karies Gigi ............................................................ 16
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Yang Di Teliti ........................................... 41


12

B. Kerangka Konsep................................................................ 42
C. Definisi Operasional Dan Kriteria Hasil ............................... 43
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................... 46


B. Tempat Dan Waktu Penelitian............................................. 46
C. Populasi Dan Sampel .......................................................... 47
D. Pengumpulan Data ............................................................ 47
E. Instrumen Penelitian .......................................................... 49
F. Analisa Data ........................................................................ 49
BAB V HASIL Penelitian

A. Hasil .................................................................................... 51
B. Pembahasan ....................................................................... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................... 74
B. Saran ................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................... 41


14

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

5.1 Distribusi responden berdasarkan umur ibu............................... 51

5.2 Distribusi responden berdasarkan umur bapak........................... 51

5.3 Distribusi responden berdasarkan umur anak.............................. 52

5.4 Distribusi responden pendidikan bapak ....................................... 52

5.5 Distribusi responden pendidikan ibu ............................................ 53

5.6 Distribusi responden pekerjaan bapak ......................................... 53

5.7 Distribusi responden pekerjaan ibu .............................................. 54

5.8 Distribusi responden pengetahuan orang tua .............................. 54

5.9 Distribusi responden kebiasaan menggosok gigi ......................... 55

5.10 Distribusi responden komsumsi makanan kariogenik ................ 55

5.11 Distribusi responden kejadian karies gigi pada

anak usia 5-6 tahun ................................................................... 56

5.12 Hubungan pengetahuan orang tua dengan kejadian karies

gigi pada anak Usia prasekolah ................................................ 57

5.13 Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian

karies gigi Pada anak usia prasekolah ...................................... 58

5.14 Hubungan komsumsi makanan kariogenik dengan

kejadian karies Gigi pada anak usia prasekolah ...................... 59


15

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Lambang/Singkatan Artidanketerangan

DMF-T Pengukurangigipermanen

Deft Pengukurangigisulung

Dentin Rtruktukpenyusunangigiterbesar

Enamel Permukaan terkeras di tubuh

Email Lapisan gigi bagian luar

Flossing Membersihkan selah selah gigi yang


tidak dapat di jangkau oleh sikat gigi

Fissures, Suatu celah yang memanjang di


permukaan gigi

Flouride Mineral yang mencegah karies gigi

Media Setengah permukaan

Mikroorganisme Mikrobakecil

Profundah Lebih jauh dari permukaan

Pit Bagian dari gigi berupah titk

Ph Derajat keasaman atau kebasaan

PDGI Persatuan dokter gigi indonesia

Pulpa Bagian tengah gigi

Prevalensi Kejadianpenyakit lama danbaru

Host Airliur

Rikesdas Risetkesehatandasar

Streptococcus Mutans Bakteri yang berbentukbulatpadagigi

Sukrosa Karbohidrat yang mengandungbakteri

Rikesdas Risetkesehatandasar
16

Substrat Permukaan dimana sebuah organisme


hidup

Superfisial Terletak di awal permukaan

Reversible Reasksi kimia yang dapat berlangsung


dua arah

TK Taman kanakkanak

WHO world healt organization


17

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR

1. Lembaran permintaan menjad iresponden

2. Lembaran persetujuan menjadi responden

3. Daftar kuisoner penelitian Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia5-6 Tahun Di Desa Mattiro

Ade Kecematan Patampanua Kabupaten Pinrang

4. Perhitungan Kriteria Objektif

5. Surat Pengambilan Usulan Judul,DataAwal

6. Surat izin penelitian dari STIKES Baramuli Pinrang

7. Surat rekomendasi penelitian

8. Surat izin telah melaksanakan penelitian

9. Master tabel

10. Oupu thasil SPSS

11. Dokumentasi

12. Riwayat hidup


18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi

(pit, fissures, dan daerah inter proksimal), kemudian meluas kearah

pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan juga dapat timbul

pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian

yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke dentin atau ke

pulpa. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya karies

gigi, diantaranya adalah karbohidrat, microorganisme dan saliva,

permukaan dan anatomi gigi.(Handa Gustiawan,2019)

Anak usia prasekolah yaitu 5-6 tahun memiliki persentase karies

yang tinggi yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia

prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang

mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan

gigi, diet dan yang paling penting adalah pengetahuan orang tua

mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya untuk

membimbing anak.(Aprilia, Sulastri, & Widayati, 2019)

Pentingnya karies gigi dalam penelitian ini memberikan

pemahamankepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi

dan mulut,dengan cara mengajarkan kepada mengosok gigi minimal 2


19

kali dalam 1 hari yaitu sesudah makan dan sebelum tidur. Dan

mengajarkan anaknya untuk tidak mengkomsumsi makanan yang

manis dan lengket.

Kenyatan yang ada masih banyak orang tua yang tidak

memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Seperti

mengajarkan anak untuk menggosok gigi minimal 2 kali sehari yaitu

setelah makan dan sebelum tidur,masih banyak anak-anak yang

mengkomsumsi makanan yang manis dan lengket.

Menurut WHO (2017) bahwa 90% dari anak-anak sekolah

diseluruh dunia pernah menderita karies gigi. Hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa pravalensi

Indonesia dengan rata-rata usia 5-9 tahun bermasalah gigi sebesar

30,9%. Setengah dari 75 juta balita Indonesia diketahui mengalami

kerusakan gigi dan jumlahnya diperkirakan akan bertambah terus. (DA,

2017)

Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,

antara lain: prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi mulut

adalah 23,4%, penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya

adalah 1,6%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%, dan

penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau

pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah 29,6% (Persatuan

Dokter Gigi Indonesia, 2010). Penderita karies gigi di Indonesiamemiliki


20

prevalensi sebesar 50–70% dengan penderita terbesar adalah

golongan balita. (Kokoh, 2019)

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun

2017, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%,

sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut

diatas angka nasional yaitu DKI Jakarta 29,1%, Jawa Barat 28%,

Yogyakarta 32,1%, Jawa Timur 28,6%, Nusa Tenggara Barat 26,9%,

Nusa Tenggara Timur 27,2%, Kalimantan Selatan 36,1%, Sulawesi

Utara 31,6%, Sulawesi Tengah 35,6%, Sulawesi Selatan 36,2%,

Sulawesi Tenggara 28,6%, Gorontalo 30,1%, Sulawesi Barat 32,2%,

Maluku 27,2%, Maluku Utara 26,9%. Tingkat keparahan gigi dapat

digambarkan melalui Indeks DMF-T.Indeks DMF-T merupakan

penjumlahan dari indeks D-T, M-T, dan F-T. Indeks DMF-T ini

meningkat seiring dengan bertambahnya umur prevalensi nasional

Indeks DMF-T adalah 4,6.(M. Sari & Waningsih, 2018)

Untuk prevalensi karies gigi berdasarkan provinsi terlihat bahwa

hampirsemua provinsi di Indonesia mengalami kenaikan prevalensi

karies dari tahun 2017 ke tahun 2019, 5 provinsi yang mempunyai

jumlah karies melebihi angka nasional yaitu Sulawesi Selatan 36,2%;

Kalimantan Selatan 36,1%; Yogyakarta 32,1%; DKI Jakarta 29,1%;

Jawa Barat 28%dan Jawa Timur 27,2% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI2017(Riesanda

Najmi Sasmitha, 2018)


21

Menurut data dari pengurus besar PDGI (Persatuan Dokter Gigi

Indonesia) menyebutkan sedikitnya 89% penderita gigi berlubang

adalah anak-anak usia dibawah 12 tahun. Hal ini sangat

memprihatinkan maka kita harus berupaya membina anak-anak agar

menjadi generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Kita

dapat berupaya memberdayakan ibu-ibu di Indonesia dengan

memberikan penyuluhan kepada kelompok atau organisasi ibu-ibuagar

mengerti tentang kesehatan pada umumnya dan kesehatan gigi pada

khususnya.

Berdasarkan data awal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang

terdapat jumlah karies gigi di Puskesmas Leppanggan 3 tahun terakhir

yaitu pada tahun 2018 terdapat 125 yang mengalami karies gigi,pada

tahun 2019 terdapat 141 yang mengalami karies gigi, pada tahun 2020

terdapat 138 yang mengalami karies gigi.

Berdasarkan data awal yang diperoleh diPuskesmas

Leppanggan Kabupaten Pinrang, terapat jumlah anak yang mengalami

karies gigi di Wilayah kerja Kuskesmas Leppanggan selama tiga tahun

terakhir yaitu Di Desa Mattiro Ade pada tahun 2018 sebanyak 36

(24,6%) pada tahun 2019 sebanyak 40 ( 27,4%) pada tahun 2020

sebanyak 60 (28,2%). Desa Leppangan,pada tahun 2018 sebanyak 30

(23,4%) pada tahun 2019 35 (24,0%) pada tahun 2020 53 ( 22.3%).

Desa pincara pada tahu 2018 sebanyak 33 ( 25.8%), pada tahun 2019

sebanyak 37 ( 25,3%) pada tahun 2020 sebanyak 40 ( 27,4%). Desa


22

Massewae pada tahun 2018 sebanyak 29 (22,7%) pada tahun 2019 34

(22,3%), pada tahun 2020 50 (23,5%)

Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Kantor Desa Mattiro

Ade Kecamatan Patampanua terdapat 4 dusun yaitu Sengae Selatan,

Senga Utara, Sempang Barat, Sempang Timur. Adapun jumlah anak

usia 5-6 tahun di Sengae Selatan 31 (32,2%), Sengae Utara 20

(20,8%). Sempang Barat 15 (15,0%), Sempang Timur 30 (31,3%).

Berdasarkan survey yang dilakukanDi Desa mattiro ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang, pada 10 responden

terdapat 7 anak ( 70%) yang mengalami karies gigi dan terdapat 3 anak

(30%) yang tidak mengalami karie gigi.Jadi berdasarkan hasil

wawancara kepada orang tua masih ada anak yang mengalami karies

gigi.

Pengetahuan orang tua merupakan dasar terbentuknya perilaku

positif anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan perawatan

yang baik dan benar. Orang tua khususnya ibu perlu mengetahui,

mengajarkan serta melatih anak sejak dini untuk merawat gigi sendiri

karena di usia ini ibu harus mampu mengikuti perkembangan intelektual

anak sehingga anak mudah memahami dan belajar.(Aprilia et al 2019)

Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa

makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi

adalahmembuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan
23

lembut serta dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang

terdapat plak yaitu ditepi gusi.(M. Sari & Waningsih, 2018)

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung

fermentasi karbohidrat, sehingga menyebabkan penurunan pH plak

menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.

Seringnya mengkonsumsi gula sangat berpengaruh dalam

meningkatnya kejadian karies. Gula yang dikonsumsi akan

dimetabolisme sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida yang

memungkinkan bakteri melekat pada permukaan gigi, selain itu juga

akan menyediakan cadangan energi bagi metabolisme karies

selanjutnya serta bagi perkembangbiakan bakteri kariogenik.(Suparyati,

2019)

Faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu

mikroorganisme, bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri

dan permukaan gigi yang rentan, kurangnya kebersihan mulut,

makanan manis dan lengket yang bersifat kariogenesis.Berbagai faktor

penyebab tersebut dapat dilakukan tindakan dalam rangka pencegahan

karies gigi. Kegiatan menggosok gigi merupakan salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi walaupun dalam

pelaksanaannya masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya

maupun dalam pelaksanaanya. (M. Sari & Waningsih, 2018)

Semakin meningkatnya angka karies gigi saat ini dipengaruhi

oleh salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat.Sebagian besar


24

masyarakat tidak menyadari pentingnya merawat kesehatan mulut dan

gigi.Ketidaktahuan masyarakat tersebut yang mengakibatkan

penurunan produktivitas karena pengaruh sakit yang dirasakan.Hal ini

karena menurunnya jaringan pendukung gigi. Karies gigi ini nantinya

menjadi sumber infeksi yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit

sistemik. (M. Sari & Waningsih, 2018)

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setiyawati, dengan

judul hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan karies

di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang. Hasil penelitian

memperlihatkan jumlah responden menerapkan kebisaan baik dalam

menggosok gigi sebelum tidur malam hampir seimbang dengan yang

menerapkan kebiasaan buruk.Sebanyak 61 orang (56%) memiliki

kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam,

sedangkan sisanya memiliki kebisaan menggosok gigi buruk berjumlah

57 orang (47%). Hasil analisis hubungan antara kebisaan menggosok

gigi sebelum tidur dimalam hari dengan karies gigi diperoleh bahwa ada

sebanyak 31 orang (50,8%) yang menerapkan kebiasaan baik dalam

menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki karies gigi. Sedangkan

respon dengang menerapkan kebiasaan buruk dalam menggosok gigi

malam ada 34 orang (72,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi- square diperoleh bahwa P value < α (0,05) sehingga H0 ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara


25

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari dengan karies

gigi pada responden.(Agustin, 2019)

Berdasarkan peneliti terdahulu yang dilakuakan oleh(Irlane

Maia De Oliveira, 2017) menjelaskan bahwa sebanyak 52.6 %

responden dari 36 responden, sejumlah 10 responden mempunyai

tingkat konsumsi makanan kariogenik yang rendah dan mengalami

karies gigi. Sedangkan 70.6 % responden yang tergolong dalam

tingkat konsumsi makanan kariogenik tinggi juga mengalami karies

gigi, yakni sebanyak 12 responden dari total 36 responden. Hasil yang

didapat dari penelitian ini seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

Talibo, Et. Al didapat hasil bahwa responden yang sering

mengkonsumsi makanan kariogenik akan lebih banyak mengalami

karies gigi. Hal ini menunjukkan pengulangan makanan kariogenik

yang terlalu sering akan mengakibatkan makanan tersebut menempel

dari waktu ke waktu dan menyebabkan karies gigi.

Penelitian yang terdahulu yang pernah dilakukan oleh(R.Sari,

2019)berdasarkan data yang didapatkan karakteristik responden yang

mengalami Karies Gigi sebanyak 46 orang 82,1% dan yang tidak

mengalami karies gigi sebanyak 10 orang 17,9%. Berdasarkan data

pengetahuan yang dimiliki ibu didapatkan bahwa sebagian responden

memiliki pengetahuan baik yang tidak mengalami karies gigi sebanyak

5 orang 41,7%, dan yang mengalami karies gigi 7 orang 58,3 %.

Kemudian yang memiliki pengetahuan cukup yang tidak mengalami


26

gigi karies 3 orang 20,0% dan yang mengalami karies gigi sebanyak 12

orang 80,0%, dan yang memiliki pengetahuan kurang yang tidak

mengalami gigi karies sebanyak 2 orang 6,9% dan yang mengalami

gigi karies sebanyak 27 orang 93,1% menurut peneliti kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kejadian karies gigi menyebabkan anak ibu

banyak yang mengalami karies gigi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan maksud untuk mengetahui tentang

Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia

Prasekolah di Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten

Pinrang Tahun 2021

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas

maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Faktor

Apakah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada

Anak Usia 5-6 Tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2021

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6 Tahundi Desa Mattiro

Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021


27

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten PinrangTahun 2021

b. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten PinrangTahun 2021

c. Untuk mengetahui hubungan komsumsi makananan

kariogenikdengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6

tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten

PinrangTahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6

tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten

Pinrang Tahun 2021

2. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan

dan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak dan institusi

tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi


28

Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

3. Manfaat Praktis

Bagi peneliti sendiri merupakan suatu pengalaman yang

sangat berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh

serta dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

khususnya tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Karies Gigi Pada Anak 5-6 Tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021


29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia 5-6 Tahun

1. Pengertian Anak Usia 5-6 tahun

Anak usia 5-6 tahun adalah pribadi yang mempunyai berbagai

macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan

agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal, tertunda atau

terhambatnya perkembangan potensi-potensi itu akan

mengakibatkan timbulnya masalah. (Agustin, 2019 )

Anak usia prasekolah yaitu 3-6 tahun memiliki persentase

karies yang tinggi yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada

anak usia prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air

yang kurang mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses

pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling penting adalah

pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta

kesadarannya untuk membimbing anak.(Aprilia et al., 2019)

2. Karakteristik anak usia 5-6 tahun

Periode ini merupakan periode istimewa dalam kehidupan

seorang anak. Pada periode ini anak mulai belajar untuk

menumbuhkan kepercayaan pada orang lain di luar keluarganya,

mereka mulai belajar mandiri dan mengontrol dirinya, serta belajar

untuk bersosialisasi. Pada masa ini pula anak seringkali


30

menunjukkan rasa ingin tahu terhadap apa yang ada pada

lingkungannya. Anak-anak menunjukkan perilaku sebagai seorang

pengamat dan peneliti terhadap obyek dan benda-benda di

sekitarnya.

Sementara itu dalam kemampuan berkomunikasi anak belajar

berkomunikasi di mulai dengan kalimat-kalimat sederhana dan kosa

kata yang terbatas sampai akhirnya mereka mampu

mengkomunikasikan ide-ide secara efektif. Demikian pula dalam

aspek perkembangan fisik, ada usia ini pertumbuhan fisik

berlangsung dengan cepat dari aspek kuantitas maupun dalam

koordinasinya. Sebagian ahli menyebut periode ini sebagai “usia

bermain” (play age) karena pada periode ini anak menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk bermain. Melalui bermain pula anak

belajar banyak hal dari dunianya.(Agustin, 2019)

3. Ciri-ciri anak usia 5-6 tahun

Menurut(Agustin, 2019)mengemukakan ciri-ciri anak pra

sekolah yang meliputi:

a. Ciri fisik

Penampilan atau gerak-gerik anak usia pra sekolah mudah

dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya

b. Ciri sosial

Anak usia 5-6 tahun biasanya mudah bersosialisasi dengan

orang di sekitarnya. Mereka umumnya cepat menyesuaikan diri


31

secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang

bisa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya tetapi kemudian

berkembang jadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang

berbeda.

c. Ciri emosional

Anak usia 5-6 cenderung mengekspresikan emosinya

dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak pra

sekolah yang terjadi, mereka sering kali memperebutkan

perrhatian guru.

d. Ciri kognitif

Anak usia 5-6umunya sudah terampil berbahasa, sebagian

besar dari mereka senang berbicara, khusunya pada

kelompoknya. Sebaiknya anak diberikan kesempatan untuk

menjadi pendengar yang baik.

4. Tugas perkembangan anak usia 5-6 tahun

Tugas perkembangan anak usia 5-6 yaitu anak mampu

memakai pakaianya sendiri, naik turun tangga, memasang manik-

manik besar, membuka kancing depan dan samping, memanjat dan

melompat, bermain lompat tali dengan cukup baik, melempar bola

dengan cukup baik, menggunting gambar sederhana, mengikat tali

sepatu, memukul kepala paku dengan palu, dapat menulis namanya

sendiri dan orang lain, bermain bersama teman sebaya, mampu

menggunakan garpu dan pisau.(DA, 2017)


32

5. Pertumbuhan gigi anak usia 5-6 tahun

Gigi tetap pada anak 5-6 tahun akan muncul ketika anak

berusia 6 tahun. Pada saat inilah gigi akan beresiko tinggi

mengalami karies gigi, apabila tidak dilakukan perawatan sejak dini

dapat berdampak dilakukannya pencabutan gigi karena

pertumbuhan gigi berikutnya mengalami gangguan atau bahkan tidak

dapat digantikan dengan gigi yang baru(M. Sari & Waningsih, 2018)

6. Dampak karies pada anak usia 5-6 tahun

Negara Indonesia 62,4% penduduk merasa terganggu

pekerjaan atau sekolahnya karena mengalami sakit gigi. Lebih dari

50 juta jam sekolah pertahun hilang sebagai akibat dari timbulnya

karies gigi pada anak-anak, selain itu karies gigi dapat mengurangi

kualitas hidup seorang anak. Anak merasakan sakit, ketidak

nyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan dan tidur,

bahkan karies yang parah juga dapat meningkatkan resiko untuk di

rawat di rumah sakit sehingga anak tidak hadir ke sekolah. Semakin

sering anak tidak hadir ke sekolah, dapat mempengaruhi proses

pembelajaran anak pada kehidupan dewasa nanti. (M.Sari&

Waningsih,2018)
33

B. Tinjauan Umum Tentang Karies Gigi

1. Defenisi Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang

diawali dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari

permukaan gigi (pit, fissures, dan daerah inter proksimal), kemudian

meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan

juga dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat

meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke

dentin atau ke pulpa. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya karies gigi, diantaranya adalah karbohidrat,

mikroorganisme dan saliva, permukaan dan anatomi gigi. (Handa

Gustiawan, 2019)

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi

yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas jasad

renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang dirugikan. Permulaan

terjadinya karies ditandai dengan larutnya permukaan email karena

asam hasil metabolisme karbohidrat yang terolah oleh kuman.

Namun karena adanya saliva,plak,dan karang gigi,asam yang terjadi

akan dinetralkan kembali(Kokoh, 2019)

2. Etiologi

Karies gigi disebabkan oleh 3 faktor atau komponen yang

saling berinteraksi yaitu: (M. Sari & Waningsih, 2018)


34

a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi: komposisi

gigi, morphologi gigi, posisi gigi, PH saliva, kuantitas saliva,

kekentalan saliva.

b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu

menghasilkan asam melalui peragian yaitu streptococcus,

laktobasil.

c. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang

mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang

dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.

3. Patofisiologi

Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama

yaitu gigi,substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis

karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH

plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.

Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu

mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.(Handa Gustiawan,

2019)

Proses terjadinya karies ditandai dengan adanya proses

demineralisasi dan juga hilangnya struktur gigi. Bakteri streptococcus

mutans pada plak gigi memetabolisme karbohidrat (gula) sebagai

sumber energi kemudian memproduksi asam sehingga

menyebabkan menurunnya pH plak (<5.5). Penurunan pH


35

menyebabkan terganggunya keseimbangan ion kalsium dan fosfat

sehingga mengakibatkan hilangnya mineral enamel gigi dan

terjadinya proses demineralisasi. Pada keadaaan dimana pH sudah

kembali normal dan terdapat ion kalsium dan fosfat pada gigi maka

mineral akan kembali ke enamel gigi, proses ini disebut sebagai

proses remineralisasi. Karies merupakan proses dinamis tergantung

pada keseimbangan antara proses demineralisasi dan remineralisasi.

Proses demineralisasi yang terus berulang akan menyebabkan larut

dan hancurnya jaringan keras gigi yang dapat dilihat dengan adanya

lesi karies atau “kavitas”. (Ii & Pustaka, 2018)

4. Klasifikasi

Menurut : ( Ii &, 2019 )kedalamannya, dapat dibagi :

a) Berdasarkan kedalamanya karies gigi

1) Karies Superfisial

Yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien

belum merasa sakit.

2) Karies Median

Yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai

setengah dentin. Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa gigi

biasanya ngilu, nyeri bila terkena rangsangan panas atau dingin

dan akan berkurang bila rangsanyan dihilangkan.


36

3) Karies Profunda

Yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan

bahkan menembus pulpa. Menimbulkan rasa sakit yang spontan.

b) Berdasarkan Lokasi Karies

1) Kelas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit dan

fissure)dari gigi premolar dan molar (gigi posterior).Dapat juga

terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.

2) Kelas II

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-

gigi molar atau premolar yang umumnya meluas sampai

bagian keoklusal.

3) Kelas III Karies

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi

posterior, tetapi belum mencapai 1/3 incisal dari gigi.

4) Kelas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-

gigi posterior dan sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi

5) Kelas V

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi

posterior dan anterior pada permukaan labial, lingual, palatal

maupun bukal dari gigi.


37

5. Tanda dan Gejala

Tanda awal terjadi karies gigi adalah munculnya spot putih

seperti kapur pada permukaan gigi.Ini menunjukkan area

demineralisasi akibat asam. Proses selanjutnya, warnanya akan

berubah menjadi coklat, kemudian mulai membentuk lubang. Proses

sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang

sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi

Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies.

Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.Bila email

dan dentin susah mulai rusak lubang semakin semakin tampak.

Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika

disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan

terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang

dingin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat

menebabkan nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam

kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan

lainnya sehingga menjadi berbahaya.(M. Sari & Waningsih, 2018)

6. Pencegahan

(Ii & Gigi, 2019) pencegahan karies adalah proses untuk

mengurangi jumlah bakteri kariogenik, pencegahan yang harus

dilakukan antara lain :


38

a. Pemajanan fluor, artinya pemberian fluor dalam jumlah kecil dapat

meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi dan

hal tersebut sangat penting dalam pencegahan karies gigi.

b. Pola makan, perubahan kecil yang dilakukan pada pola makan

seperti menggantika konsumsi makanan ringan dengan yang

bebas gula sehingga terhindar dari resiko karies gigi.

c. Kebersihan mulut, dilakukan setiap hari untuk menghilangkan plak

dengan penggunaan benang gigi (flossing), menyikat gigi dan

pengguna obat kumur.

d. Permen Xylitol, dapat mengurangi sreptococcus mutas dengan

mengubah arah metabolismenya dan meningkatkan remineralisasi

serta membantu mencegah karies.

e. Fungsi saliva Saliva sangat berpengaruh dalam pencegahan

karies gigi.Kurangnya produksi saliva dapat meningkatkan resiko

karies, karena saliva berfungsi dalam melindungi jaringan lunak

mulut, mencegah terjadinya dehidrasi dan proteksi terbaik untuk

melawan terjadinya serangan asam pada permukaan gigi.

Produksi saliva pada anak sangat rendah atau sedikit dapat

diberikan stimulan misalkan permen karet xylitol atau pengganti

saliva seperti sialogen yang dapat diresepkan oleh dokter. (M. Sari

& Waningsih, 2018)


39

7. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi

Menurut (DA, 2017) ada empat faktor dari dalam yang saling

berinteraksi diantaranya host (gigi dan saliva), mikroorganisme,

substrat dan waktu. Ke 4 faktor saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi dan saling sehingga terjadi demineralisasi permukaan

email yang selanjutnya bila interaksi tetap berlangsung akan terjadi

karies. Selainfaktor yang merupakan faktor penyebab langsung

didalam mulut yang berhubungan dengan karies terdapat pola faktor

tidak langsung yang disebut faktor luar yaitu faktor predisposisi dan

faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain usia,

jenis kelamin, tingkat ekonomi, lingkungan, pengetahuan kebiasan

menggosok gigi dan makanan yang mengandung kariogerik.

a. Faktor dari dalam yang berhubungan dengan karie gigi

1) Saliva(host)

Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies

karena fungsi saliva bukan saja sebagai pelumas yang

membantu proses mengunyah makanan tetapi juga untuk

melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva

berguna sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan

termasuk karbohidrat yang mudah difermentasi oleh

mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk

membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses


40

glikolisis karbohidrat oleh mikroorganisme. (M. Sari &

Waningsih, 2018)

2) Sukrosa

Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan

pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri

Streptococcus Mutans. Kandungan sukrosa dalam makanan

seperti permen, coklat, makanan dengan manis merupakan

faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan

meningkatkan proses terjadinya karies gigi (M. Sari &

Waningsih, 2018)

3) Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan dalam menyebabkan

karies. Strain tertentu streptococcus, actabacillus, dan

actinomyces bersifat kariogenik. Kuman-kuman ini

memetabolisme hidrat arang dan menghasilkan asam.

Steptococcus mutans merupakan bakteri kariogenik yang

paling penting, kuman ini memetabolisme sukrosa hingga

menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan PH

sekeliling gigi, saat PH turun dibawah 5,5, maka ion kalsium

akan mulai meninggalkan enamel gigi. Proses ini

deminerasisasi (Basuki, 2019)


41

4) Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan

kembalimineral selama berlangsungnya proses karies

memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari periode

perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu

saliva ada dalam lingkungan gigi maka karies tidak

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu

melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat

dilihat ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies

gigi.(M. Sari & Waningsih, 2018)

b. Faktor dari luar yang berhubungan dengan karies gigi

1. Jenis kelamin

Beberapa penelitian pravelensi karies gigi tetap wanita

lebih tinggi dibandinkan laki-laki. Demikian juga halnya anak-

anak prasekolah prevalensi karies gigi anak perempuan

sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini

disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

dibandingkan anak laki-laki sehingga anak perempuan berada

lebih lama dalam mulut. ( Da, 2017)

2. Usia

Memasuki usia 5-6 tahun, pertumbuhan gigi primer

telah lengkap. Perawatan gigi pada masa ini sangat penting

untuk memelihara gigi primer. Kontrol motorik halus pada


42

masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan

bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi.

(M. Sari & Waningsih, 2018)

3. Tingkat ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi

rendah memiliki indeks DMF-T lebih tinggi dibandingkan

dengan anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi

tinggi. Hal ini disebabkan karena status sosial ekonomi akan

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam upaya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. (Ii & Pustaka, 2018)

4. Sikap dan Perilaku

Sikap dan perilaku mencerminkan

pemahamanseseorang mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Perilaku sehat diwujudkan dalam tindakan untuk memelihara

dan menjaga kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit

dan perawatan kebersihan diri. ( personal hygiene )(Basuki,

2019a)

5. Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang paling penting

pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang

diminum, kultur sosial ekonomi penduduk. Penghasilan dan

pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet

kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah.


43

Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup dalam air

minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah. Bila

fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara

(dalam air minum dan makanan), maka email akan banyak

menyerap fluor sehingga akan memberikan efek besar

terhadap pencegahan karies. ( Da, 2017)

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran

(telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. (Cabrera Marino, 2018)

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari

terbentuknya sikap dan perilaku yang mendukung atau tidak

mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Ibu dengan

pengetahuan rendah mengenai karies gigi merupakan faktor

prediposisi dari perilaku yang tidakmendukung kebersihan gigi dan


44

mulut anak sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya karies

gigi pada anak.( Aprilia Et Al 2019)

Pengetahuan orang tua yang merupakan orang terdekat

dengan anak dalampemeliharaan yang signifikan terhadap sikap

dan perilaku anak. Anak–anak usia taman kanak–kanak umumnya

tidak tahu dan belum mampu untuk menjaga kesehatan rongga

mulut mereka, sehingga orangtualah bertanggung jawab untuk

mendidik mereka dengan benar. Dengan cara mengajarkarkan

kepada anaknya untuk membiasakan menggosok gigi minimal 2

kali dalam sehari. Orang tua juga harus memeriksakan anaknya

ke dokter secara rutin, orang tua juga harus menjaga pola makan

anaknya yaitu dengan cara mengurangi mengkomsumsi makanan

yang mengandung kariogenik. Kesehatan gigi anak menjadi

perhatian khusus di era moderen sekarang ini. Permasalahan

karies gigi anak usia taman kanak kanak menjadi penting karena

karies gigi menjadi indikator keberhasilan upaya pemelihaaran

kesehatan gigi anak. (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard;

Mckee, 2019)

Menurut Notoatmodjo secara garis besarnya dibagi dalam

6 tingkat pengetahuan, yaitu

1) Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah.

Seseorang dapat dikatakan tahu ketika dapat mengingat suatu


45

materi yang dipelajari, termasuk mengingat kembali sesuatu

yang lebih spesifik dari bahan materi yang telah diterimanya.

2) Memahami (Comprehension)

Seseorang dikatan telah memahami jika ia mampu

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menarik kesimpulan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah ia pelajari pada situasi

sebenarnya

4) Analisis (Analysis)

Seseorang dikatakan mencapai tingkat analisis ketika ia

mampu menjabarkan materi ke dalam komponen- komponen,

tetapi masih dalam struktur yang sama dan berkaitan satu

sama lain. Ia mampu membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan lain sebagainya.

5) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

objek tetentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu bkriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat
46

d. Kebiasaan Mengosok Gigi

1) Pengertian

Menggosok gigi adalahmembersihkan gigi dari sisa-sisa

makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi adalah

membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek

dan lembut serta dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada

daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi. (M. Sari &

Waningsih, 2018)

Menurut Potter dan Perrymenggosok gigi adalah

membersihkan gigi darisisa-sisa makanan,bakteri, dan plak.

Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan

waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat

yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk

membersihkan gigi. Oleh karena itu kebiasaan menggosok gigi

merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari

sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus.(S. A.

Sari, 2019).

Pada anak usia 5-6 tahun hal ini harus dilatih sejak dini,

namun jika anak belum bisa menggosok giginya dengan baik,

maka orang tua (ibu) harus membantunya untuk menggosok


47

giginya dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut

dan pasta giginya yang mengandung. (Agustin, 2019)

2) Metode menggosok gigi

a) teknik horizontal

Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan

gerakan menyikat gigi ke depan dan ke kebelakang dari

permukaan bukal dan lingual. Letak bulu sikat tegak lurus

pada permukaan labial, bukal, palatinal, lingual, dan oklusal

dikenal sebagai scrub brush.Caranya mudah dilakukan dan

sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah. Abrasi

yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah

horizontal dan dengan penekanan berlebihan adalah bentuk

yang paling sering ditemukan. (M. Sari & Waningsih,2018)

b) teknik vertikal

Menyikat gigi dengan metodeteknik vertikal

merupakan cara yang mudah dilakukan, sehingga orang-

orang yang belum diberi pendidikan bisa menyikat gigi

dengan teknik.

c) teknik carters

Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan

bulu sikat menekan pada gigi dengan arah bulu sikat

menghadap permukaan kunyah atau oklusal gigi.Arahkan

45pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan
48

sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-

tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dulu

untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada

pasien yang memakai orthodontic cekat atau kawat gigi dan

pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.

d) Teknik Roll

Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan

sederhana, paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau

semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada

permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal.Ujung bulu

sikat mengarah ke apex.Gerakan perlahan-lahan melalui

permukaan gigi sehingga permukaan belakang kepala sikat

bergerak dalam lengkungan.Waktu bulu sikat melalui

mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap

permukaan email.Ulangi gerakan ini sampai kurang lebih 12

kali sehingga tidak ada yang terlewatkan. Cara ini dapat

menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa

makanan di daerah interproksimal. Menyikat gigi dengan roll

teknik untuk membersihkan kuman yang menempel pada

gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar.

(M. Sari & Waningsih, 2018)

e) Teknik Bass
49

semua bagian mulut bulu sikat ditempatkan pada

permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal. Ujung bulu

sikat mengarah ke apex.Gerakan perlahan-lahan melalui

permukaan gigi sehingga permukaan belakang kepala sikat

bergerak dalam lengkungan.Waktu bulu sikat melalui

mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak

terhadappermukaan email.Ulangi gerakan ini sampai kurang

lebih 12 kali sehingga tidak ada yang terlewatkan.Cara ini

dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa

makanan di daerah interproksimal. (M. Sari & Waningsih,

2018)

f) Teknik Stilman

Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu

sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang-ulang.Setelah

sampai dipermukaan kunyah, bulu sikat digerakkan

memutar.Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi

sambil membentuk sudut 45 dengan sumbu tegak gigi

seperti pada metode bass.(M. Sari & Waningsih, 2018)

g) Taknik Fones atau Teknik Sirkuler Metode

Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara

gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan

dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi

atas dan bawah.


50

h) Teknik Fisiologis

Teknik ini menggunakan sikat gigi dengan bulu-bulu

sikat yang lunak.Metode ini didasarkan pada anggapan

bahwa penyikat gigi menyerupai jalannya makanan, yaitu

dari mahkota kearah gusi. letak bulu sikat tegak lurus

padapermukaan gigi, sedangkan tangkai sikat gigi dipegan

horizontal.

i) Teknik Kombinasi

Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi

horizontal (kiri-kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular

(memutar), setelah itu dilakukan penyikatan pada lidah di

seluruh permukaannya,terutama bagian atas lidah. Gerakan

pada lidah tidak ditentukan,namun umumnya adalah dari

pangkal belakang lidah sampai ujung lidah.

3) Frekuensi Menggososok Gigi

Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi dengan

plak sebagai faktor bersama terjadinya karies.Penting disadari

bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus-menerus.Kebersihan

mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi dan melakukan

pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi.Pentinya

upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang menempel

pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak

dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada


51

kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan

gigi harus lebih sering lagi. Banyak para ahli berpendapat

bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup. (Silvia, 2018)

Jumlah menggosok gigi dalam sehari dianjurkan minimal

2 kali dalam sehari,minimal pagi hari saat setalah sarapan dan

malam hari sebelum tidur. (Horas Jhon Piter Sihite:)

4) Lamanya menggosok gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1

menit.Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5

menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama

2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang

terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol

plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat,

maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi

dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya

permukaan gigi yang harus dibersihkan. (Silvia, 2018)

5) Manfaat Mengosok Gigi

Menurut ( Silvia, 2018) manfaat menggosok gig sebagai

berikut:

a) Gigi menjadi bersih dan sehat

b) Mencegah timbulnya karies atau karang gigi, lubang gigi dan

penyakit lainnya

c) Memberikan perasaan segar dalam mulu


52

d) Mencegah bau nafas tidak sedap

6) Menggosok gigi dengan sikat gigi yang tepat Menurut(Agustin,

2019)

a) Bulu harus lembut dan kepala sikat gigi harus kecil

sehingga mempermudah anak dalam menyikat sampai gigi

belakang.

b) Permukaan sikat gigi harus rata. Carilah yang ujung

bulunya bulat agar tidak menggores gusi.

c) Sikat gigi orang dewasa tidak cocok untuk anak kecil karena

kepala sikatnya terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam

mulutnya dengan nyaman. Bulu-bulunya mungkin terlalu

kasar dan keras.

d) Simpanlah sikat dalam posisi tegak ditempat, bulunya bisa

mengering dan pastikan sikat tidak saling bersentuhan

karena bisa membuat kuman berpindah dari satu sikat ke

sikat yang lain.

e) Simpanlah sikat dalam posisi tegak ditempat, bulunya bisa

mengering dan pastikan sikat tidak saling bersentuhan

karena bisa membuat kuman berpindah dari satu sikat ke

sikat yang lain.

f) Gantilah sikat gigi anak bila ada tanda-tanda kerusakan


53

e. Komsumsi Makanan Kariogenik

1. Pengertian

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung

fermentasi karbohidrat, sehingga menyebabkan penurunan pH

plak menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya

proses karies. Seringnya mengkonsumsi gula sangat

berpengaruh dalam meningkatnya kejadian karies. Gula yang

dikomsumsi akan dimetabolisme sedemikian rupa sehingga

terbentuk polisakarida yang memungkinkan bakteri melekat

pada permukaan gigi, selain itu juga akan menyediakan

cadangan energi bagi metabolisme karies selanjutnya serta

bagi perkembangbiakan bakteri kariogenik.(Suparyati, 2019)

Menurut(Silvia, 2018)makanan kariogenik adalah

makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies

gigi.

2. Jenis makanan kariogenik

a) Buah-Buahan Asam

Ada beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan

pH rendah atau kandungan asam yang tinggi. Buah-buahan

asam ini dapat merusak lapisan email gigi yang berakibat

timbulnya rasa ngilu dan sensitif pada gigi.


54

b) Minuman Soda

Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi

sehingga dapat merusak gigi

c) Cuka dan Yogurt Cuka

Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi

yang dapat merusak gigi. Karena itu sangat tidak dianjurkan

untuk mengonsumsi dua makanan tersebut secara

berlebihan.

d) Roti,Biskuit,Keripik dan Buah kering

Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah

makanan yang menjadi lengket di gigi setelah

dikonsumsi.Karena itu, jika tidak lekas dibersihkan, bisa

menimbulkan karang gigi.Selain itu, makanan- makanan

tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat

memecah diri menjadi gula dengan cepat.Kemudian, bakteri

memakan gula tersebut sehingga menghasilkan asam yang

menyebabkan erosi enamel dan kerusakan gigi.

e) Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat

gigi menjadi sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki

kebiasaan mengunyah es batu, akan membuat gigi menjadi

rentan goyah dan juga dapat merusak lapisan enamel gigi.


55

f) Permen

Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi.

Selain itu,permen kenyal akan lebih lama menempel pada

gigi, membaur dengan bakteri dalam mulut, dan

menghasilkan asam berbahaya. Tidak hanya permen kenyal

permen keraspun juga dapat merusak gigi karena lama larut

dalam mulut, sehingga memberi bakteri cukup waktu untuk

menyatu dengan gula dan mengikis gigi.

3. Frekuensi makanan kariogenik

Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi

yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadi

karies dibandungkan denganmengonsumsi dalam jumlah

banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang. Mengudap

diantara waktu makan membuat saliva dalam rongga mulut

tetap dalam suasana asam, akibatnya gigi akan semakin

rentan terhadap karies.(Basuki, 2019)

Vitamin dan mineral memiliki kandungan yang dapat

memperbaiki dan mencegah terjadinya karies gigi, terutama

pada pembentukan gigi. Vitamin A, B1, C, D, mineral kalsium,

fosfor, fluor dan zinc dapat memperbaiki dan mencegah

terjadinya karies gigi. Kekurangan vitamin A akan merusak

pembentukan email dan dentin, kekurangan vitamin B1


56

menyebabkan karies meningkat, kekurangan vitamin C

menyebabkan degenerasi odontoblast dan kekurangan vitamin

D akan mengakibatkan hypoplasia enamel dan dentin.

Kekurangan mineral kalium dan fosfor dapat berakibat

terjadinya hypoplasia enamel, kekurangan mineral flour dan

zinc meningkatkan resiko karies. (Basuki, 2019)

4. Pengaruh makanan kariogenik terhadap kesehatan gigi

Menurut(Basuki,2019), bahwa kariogenitas suatu

makanan antara lain yang dipengaruhi oleh kondisi nutrien dari

makanan tersebut, yang akan menentukan komposisi plak

merupakan media pertumbuhan bagi bakteri karies. Sukrosa

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan

peningkatan jumlah koloni yang ada.

Semua karbohidrat dalam makanan pada dasarnya

merupakan substrat (karbohidrat makanan) untuk bakteri, yang

melalui proses sintesa akan dirubah menjadi asam makanan

yang mengandung karbohidrat dengan berta molekul rendah

dan karbohidrat yang mudah dipecah, seperti sukrosa akan

segera dirubah menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut.

Semakin sering mengkonsumsi makanan karbohidrat yang

mudah dipecah, semakin cepat terjadi proses demineralisasi

jaringan keras gigi.


57

5. Kategori frekuensi konsumsi makanan kariogenik

Kategori frekuensi pada makanan kariogenik

berdasarkan food prekuensi question (FFQ) Menurut (Basuki,

2019c) adalah sebagai berikut:

a. Tinggi ( ≥ 3 kali dalam sehari)

b. Sedang ( 2 kali dalam sehari)

c. Rendah ( 1 kali dalam sehari)


58

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti

Anak usia 5-6 tahunyaitu memiliki persentase karies yang tinggi

yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia prasekolah

yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung

fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan

yang paling penting adalah pengetahuan orang tua mengenai

kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya untuk membimbing anak.

(Cabrera Marino, 2018)

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi

(pit, fissures, dan daerah interproksimal), kemudian meluas kearah

pulpa,kemudian meluas kearah pulpa yang ditandai dengan gejalah

adanya plak gigi,gigi berlubang,tedapat warna hitam atau coklat.

Pengetahuan orangtua sangat penting dalam mendasari

terbentuknya sikap dan perilaku yang mendukung atau tidak

mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Ibu dengan pengetahuan

rendah mengenai karies gigi merupakan faktor prediposisi dari perilaku

yang tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak sehingga dapat

meningkatkan risiko terjadinya karies gigi pada anak.(Aprilia Et Al 2019)


59

Kebiasaan menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-

sisa makanan, bakteri, dan plak. dan tujuan menggosok gigi adalah

membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menggosok

gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta

dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak

yaitu ditepi gusi (M. Sari & Waningsih, 2018)

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung

fermentasi karbohidrat, sehingga menyebabkan penurunan pH plak

menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.

Seringnya mengkonsumsi gula sangat berpengaruh dalam

meningkatnya kejadian karies. Gula yang dikonsumsi akan

dimetabolisme sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida yang

memungkinkan bakteri melekat pada permukaan gigi, selain itu juga

akan menyediakan cadangan energi bagi metabolisme karies

selanjutnya serta bagi perkembangbiakan bakteri kariogenik.

(Suparyati, 2019)

B. Pola Pikir Variabel Penelitian/Kerangka Konsep

Variabel independen variabel dependen


Pengetahuan orang
tua
Kejadian
Kebiasaan Karies gigi
menggosok gigi pada anak
usia 5-6 tahun
Komsumsi makanan
kariogenik
60

Gambar 3.1(kerangka konsep)

Keterangan :

Variabel indevenden :

Variabel dependen :

C. Definisi Operasional dan Kriteria Ojektif

1. Pengetahuan orang tua

Pengetahuan orang tua dalam penelitian adalah bagaimana

pemahaman orang tua tentang karies gigi,tanda dan gejala,dan

pencegahan karies gigi, mengajarkan anak untuk menggosok gigi

minimal 2 kali dalam sehari.

Kriteria Objektif :

Cukup : Jika responden mempunyai skor ≥ 75 %

Kurang : Jika responden mempunyai skor< 75 %

2. Kebiasan Menggosok Gigi

Kebiasaan menggosok gigi pada penelitian adalah kebiasan

anak menggosok gigi minimal 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah

makan dan malam sebelum tidur.

Kriteria objektif :

Terbiasa : Jika responden mempunyai skor ≥63%

Kurang terbiasa :Jika responden mempunyai skor<63%

3. Komsumsi Makanan Kariogenik

Komsumsi Makanan kariogenik dalam penelitian ini adalah

anak sering mengkomsumsi makananyang mengandung fermentasi


61

karbohidrat,dan yang mengandung gula sehingga menyebabkan

karies gigi. Contoh permen,es criem,dan coklat.

Kriterian objektif

Komsumsi :Jikarespondenmempunyai skor≥63 %

Kurang komsumsi: Jika responden mempunyai skor<63 %

4.Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6

Karies gigi pada anak usia 5-6 tahun dalam penelitian ini

anak usia 5-6 tahun yang mengalami karies gigi dan mempunyai

tanda dan gejalah seperti,gigi berlubang,terdapat plak gigi yang

berwarnah hitam,dan coklat.

kriteria objektif

Karies : Jikaresponden mempunyai skor ≥ 75%

Tidak Karies : Jika responden mempunyai skor<75%

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara faktor pengetahuan orang tua dengan

kejaadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa Mattiro

AdeKecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

b. Ada hubungan antara faktor keabiasaan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi pada anakusia 5-6 tahun di Desa

Mattiro Ade Kecamatan PatampanuaKabupaten Pinrang Tahun

2021
62

c. Ada hubungan antara faktor komsumsi makanan kariogenik

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa

Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang

Tahun 2021

2. Hipotesis nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antarapengetahuan orang tua dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di Desa Mattiro

Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrangtahun 2021

b. Tidak ada hubungan antara faktor kebiasan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa

Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang tahun

2021

c. Tidak ada hubungan antara komsumsi makanan kariogenik

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di Desa

Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang tahun

2021
63

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah

deskriptif analitik untuk melihat hubungan dengan variabel independen

pengetahuan ibu,kebiasaan menggosok gigi,komsumsi makanan

kariogenik.dan variabel dependen karies gigi pada anak usia 5-6

tahun. Jenis rancangan cross sectional study yaitu rancangan

penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakandi Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Wilayah Kabupaten Pinrang tahun 2021

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 juli sampai

9 Agustus tahun 2021

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2017).Populasidalam penelitian ini adalah

orang tua, anak yang mempunyai umur 5-6 tahun dan orang

tuanya.Di Desa Mattiro Ade Kecamatan PatampanuaKabupaten

Pinrang sebanyak 96 anak usia5-6 tahun


64

2.Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi.Tehnik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik total sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampelyang

dilakukan secara keseluruhan dari populasi.

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96

responden

D. Pengumpulan dan Penyajian Data

1.Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber

informasi yang dicaridata tentangfaktor yang berhubungan

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahunyang

dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner kepadaorang tua dan anak usia 5-6

tahun

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber lain,

tidak langsung diperoleh oleh pihak peneliti dari subyek

penelitian. Data dalam penelitian adalah data tentang jumlah


65

jumlah anak yang berusia5-6 tahun, yang diperoleh dari kantor

Desa Mattiro Ade Kabupaten Pinran, data dari Puskesmas

Leppanggan, data dari Dinas Kabupaten Pinrang.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program SPSS

16 For Windows dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Seleksi

Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi data yang telah masuk

kategori

b. Editing

Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan

jumlah dan kelengkapan data kemudian dilakukan pengecekan

dengan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan

keseragaman data.

c. Koding

Setelah data masuk setiap jawaban dikonversi atau

disederhanakan ke dalam angka-angka atau simbol-simbol

tertentu sehingga memudahkan dalam pengolahan data

selanjutnya

d. Tabulasi

Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat

yang dimiliki,kemudian data dianalisa secara statistic.


66

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau

dipergunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga mudah di olah (Afriza, 2020)dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner

Adapun pengisiaan kuesiner dengan memberikan tanda (√) dan

tanda (x) pada lembaran kuesiner yang sudah disediakan.

F. Analisis Data

Setelah memperoleh nilai dari tiap variabel, selanjutnya data

dianalisis dengan cara sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi untuk

melihat besarnya proporsi menurut karakteristik variabel yang diteliti,

baik variabel independen, pengetetahuan orang tua, kebiasaan

menggosok gigi,komsumsi makanan kariogenik,pada anak usia 5-6

tahunDi Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten

Pinrang

2. AnalisisBivariat

Analisabivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar

dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Uji

bivariat dilakukan dengan uji Chi Square dengan tingkat

kepercayaan 95%.Hasil perhitungan statistik dapat menunjukkan


67

hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel

dependen, yaitu dengan melihat nilai PValue. Bila diperoleh hasil P

Value < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel independen dan variabel dependen. Sebaliknya bila

diperoleh hasil p Value>0,05 artinya tidak bermakna atau tidak ada

hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel

dependen.

Uji dapat digunakan apabila memenuhi syarat. Pertama tidak

boleh ada actual count atau F0 dengan nilai 0 (nol) pada cell. Kedua

jika tabel kontigensi adalah 2x2, tidak boleh ditemukan frekuensi

harapan atau expecet count (fh) yang kurang dari 5 pada 1 cell pun.

Ketiga jika bentuk tabel adalah lebih dari 2x2, baik ituu 2x3 atau

lebih, tidak boleh ada cell dengan expected count (fh) kurang dari

lebih dari 20%. Apabila uji chi-square tidak memenuhi syarat dalam

menganalisis hubungan antara variabel, maka dilakukan uji Alternatif

lainya.
68

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan Di Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang. Yang dimulai pada tanggal 18juli

sampai 9 agustus 2021. Menggunakan desain penelitan deskriptik

analitik. Dengan jenis penelitian cross sectional study ,yaitu untuk

melihat hubungan variabel Independen (pengetahuan ibu, kebiasaan

menggosok gigi, komsumsi makanan kariogenik) dengan variabel

Dependen (kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun ) teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total

sampling. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 99 responden.

Hasil penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioneryang

memuat pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan ibu, kebiasaan

menggosok gigi, komsumsi makanan kariogenik, dan kejadian karies

gigi pada anak 5-6 tahun. Data yang diperoleh diolah terlebih terdahulu,

serta menyajikan dalam susunan yang baik dan rapi, kemudian di

lanjutkan dengan tahap editing data, koding data, tabulasi data, dan

entri data.

Hasil yang diperoleh di analisa dengan tujuan menggambarkan

variable-variabel deskriptif Setelah itu di analisa dengan menggunakan

deskriptif Crosstab (tabulasi silang), hal ini dilakukan untuk melihat dua
69

variabel secara bersamaan antara variabel bebas dengan variabel

terikat, dengan hasil sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Karakteristik Umur Ibu

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu
di Desa Mattiro AdeKecamatan Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Umur n %
1 20-30 tahun 39 39,6
2 31-40 tahun 52 52,1
3 > 41 tahun 8 8,3
Jumlah 96 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwayang

memiliki umurtertinggi adalah umur 31- 40 tahun yaitu

sebanyak 52 responden (52.1%) dan umur ibuyang terendah>

41 tahun yaitu sebanyak 8 responden (8,3%)

2) Karakteristik Umur Bapak

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bapak
di Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Umur n %
1 20-30 30 31,3
2 31-40 49 51,0
3 >41 17 17,7
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer
70

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa yang

memiliki umur bapak tertinggi sebanyak 49 responden (51.0%)

yang berumur 31-40 tahun, sedangkan umur bapak yang

terendah > 41 tahun sebanyak 17responden (17,7%)

3) Karakteristik umur anak

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur anak di
Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Umur n %
1 5 41 42,7
2 6 55 57,3
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwaumur

anak tertinggi 6 tahun sebanyak55 responden (57,3%), dan

umur anak yang terendah 5sebanyak 41 responden ( 42,7%)

4) Karakteristik pendidikan bapak

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikanBapak di Desa Mattiro Ade Kecamatan
Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Pendidikan n %
1 SD 33 34,3
2 SMP 32 33,3
3 SMA 19 19,8
4 Sarjana 7 7,3
5 Diploma 5 5,2
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer
71

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa

pendidikan bapak tertinggi SD sebanyak 33responden

(34.4%)dan pendidikan bapak terendah Diplomasebanyak 5

responden (5,2%)

5) Karakteristik pendidikan ibu

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu
di Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Pendidikan n %
1 SD 24 25,0
2 SMP 33 34,3
3 SMA 25 26,0
4 Sarjana 8 8,3
5 Diploma 6 6,3
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa

pendidikan ibu tertinggi SMP sebanyak 33 responden (34,3%)

dan pendidikan ibu terendah Diploma sebanyak 6 responden

(6,3%)
72

6) Karakteristik pekerjaan bapak

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjan
bapak di Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua
Kabupaten PinrangTahun 2021

No Pekerjaan n %
1 Petani 40 41,7
2 Swasta 46 47,9
3 PNS 10 10,4
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa

pekerjaan bapak tertinggi petanisebanyak 46 responden

(47,9%) dan pekerjaan bapak terendah PNS sebanyak 10

responden (10,4%)

7) Karakteristik pekerjaan ibu

Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di
Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua
KabupatenPinrangTahun 2021

No Pekerjaan n %
1 IRT 60 62,5
2 Swasta 29 30,2
3 PNS 7 7,3
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7diatas menunjukkan bahwa

pekerjaan ibu tertinggi IRT sebanyak 60 responden (62,5%)

dan pekerjaan ibu terendah PNS sebanyak 7 responden (7,3%)


73

b. Karakteristik Variabel

1) Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan orang

tua

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
Orang Tua di Desa Mattiro Ade Kecematan
Patampanua Kabupaten
PinrangTahun 2021

No Pengetahuan n %
1 Cukup 25 26,0
2 Kurang 71 74,0
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa 25

responden (27,3%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 71

responden (70,4%) yang memiliki pengetahuan kurang

2) Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan

menggosok gigi

Tabel 5.9
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan
menggosok gigi diDesa Mattiro Ade Kecamatan
Patampanua Kabupaten PinrangTahun 2021

No Kebiasaan menggosok gigi n %


1 Terbiasa 29 30,2
2 Kurang terbiasa 67 69,8
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa 67

responden (69,8%) yang kurang terbiasa menggosok gigi,dan


74

29 responden (30,2%) yang terbiasa menggosok gigi.

3) Distribusi frekuensi responden berdasarkan komsumsi

makanan kariogenik

Tabel 5.10
Distribusi frekuensi responden berdasarkan komsumsi
Makanan kariogenik di Desa Mattiro AdeKecamatan
Patampanua KabupatenPinrangTahun 2021

No Komsumsi makanan n %
kariogenik
1 Komsumsi 73 76,0
2 Kurang komsumsi 23 24,0
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa yang

73responden (76,0%) yang komsumsi makanan

kariogenik,23responden (24,0%) yang kurang komsumsi

makanan kariogenik.

4) Distribusi responden berdasarkan kejadian karies gigi pada

anak usia 5-6 tahun

Tabel 5.11
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian
karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa Mattiro
Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten
PinrangTahun 2021

No Kejadian karies gigi pada n %


anak usia5-6 tahun
1 Karies 61 63,5
2 Tidak karies 35 36,5
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.11 diatas menunjukkan bahwa 51


75

responden (53,1%) yang mengalami karies gigi, dan 45

responden (46,9%) yang tidak mengalami karies gigi

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan orang tua Dengan Kejadian Karies Gigi

Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun

2021

Tabel 5.12
Hubungan Pengetahuan orang tua Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Usia 5-6 tahun di Desa Mattiro AdeKecamatan
Patampanua KabupatenPinrang
Tahun 2021

No Kejadian Karies
Pengetahua Gigi Anak Usia
n orang tua 5-6 Tahun Jumlah P
Karies Tidak
karies
n % n % N %
1 Cukup 8 32.0 17 68.0 25 100 0.000
2 Kurang 53 74.6 18 25,4 71 100
Jumlah 61 63.5 35 36.5 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.12 diatas menunjukkan bahwa

25(100%) responden yang memiliki pengetahuan orang tua cukup

dengan kejadian karies gigipada anak usia 5-6 tahundengan

kategori karies sebanyak 8 responden (32.0%) dan kategori tidak

karies sebanyak 17 responden (68.0%). Sedangkan dari 71

responden (100%) yang memiliki pengetahuan orang tua

kurangdengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun


76

dengan kategori karies 53 responden (74.6%) dan kategori tidak

karies 18responden (25.4%).

Dari hasil uji statistic Chi-squarediperoleh nilai p=0,000

dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

nilaip=0,000< 0.05 maka Ho ditolakdanHa diterima yang berarti

ada hubungan bermakna pengetahuan orang tua dengan dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

b. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies

Gigi Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

Tabel 5.13
Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi
DenganKejadianKaries Gigi Pada Anak Usia 5-6 tahundi
Desa Mattiro
Ade Kecamatan PatampanuaKabupaten
Pinrang Tahun 2021

No Kejadian Karies Gigi


Kebiasaan Anak Usia 5-6
Menggosok Tahun Jumlah P
Gigi Karies Tidak
Karies
n % n % N %
1 Terbiasa 12 41.4 17 58,6 29 100
2 Tidak 49 73.1 18 26.9 67 100 0.005
Terbiasa
Jumlah 61 63.5 35 36.5 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.13 diatas menunjukkan bahwa

terdapat 29(100%) responden yang memiliki kebiasaan


77

menggosok gigi terbiasa dengan kejadian karies gigi pada anak

usia 5-6 tahun dengan kategori karies sebanyak 12 responden

(41.4%) dan kategori tidak karies sebanyak 17 responden

(58.6%). Sedangkan dari 67 responden (100%) yang memiliki

kebiasaan mengosok gigitidak terbiasadengan kejadian karies gigi

pada anak usia 5-6 tahundengan kategori karies sebanyak 49

responden (73.1%) dan kategori tidak karies sebanyak

18responden (26,9%).

Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,005

dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

nilai p=0,005<0,05. maka Ho ditolak dan Ha terima ada yang berarti

ada hubungan bermakna kebiasaan menggosok gigi dengan

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di Desa

Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun

2021
78

c. Hubungan Komsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian

Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

Tabel5.14
Hubungan Komsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa
Mattiro Ade Kecamatan Kabupaten
PinrangTahun 2021

No Kejadian Karies Gigi


Komsumsi Anak Usia 5-6 tahun Jumlah P
makanan Karies Tidak
Kariogenik karies
n % n % N %
1 Komsumsi 55 75.3 18 24.7 73 100 0,000
2 Kurang 6 26.1 17 73,9 23 100
komsumsi
Jumlah 61 63,5 35 36.5 96 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa

terdapat 73 responden (100%) yang memiliki komsumsi makanan

kariogenik komsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak usia

prasekolahdengan kategori karies terdapat 55 responden (75.3%),

dan kategori tidak karies sebanyak 18 responden (24.7%).

Sedangkan dari 23 responden (100%) yang memiliki komsumsi

makanan kariogenik kurang komsumsi dengan kejadian karies

gigipada anak usia 5-6 tahun dengan kategori kariessebanyak 6

responden (26,1%), dan kategori tidak karies sebanyak 17

responden ( 73.9%).
79

Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,000

dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Uji Chi-square. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p=0,000<0,05. MakaHo ditolak

danHa diterima yang berarti ada hubungan bermakna komsumsi

makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak usia

5-6 tahun.di Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2021


80

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan orang tua Dengan Kejadian Karies Gigi

Pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Patampanua Kabupaten

Pinrang Tahun 2021

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal

yang setelah seseorang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan mempengaruhi sikap

kesehatan seseorang.Semakin tinggi pengetahuan seseorang

maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi.

Seserorang yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dapat

menerima informasi atau mengetahui cara menjaga kebersihan gigi

dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi.

Sedangkan seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan

rendah akan sulit menerima informasi atau kurang informasi

tentang perawatan gigi yang baik dan dapat menimbulkan kejadian

karies gigi pada anak. Orang tua juga harus memeriksakan

anaknya ke dokter secara rutin, orang tua juga harus menjaga pola

makan anaknya yaitu dengan cara mengurangi mengkomsumsi

makanan yang mengandung kariogenik.( Aprilia Et Al 2019 )

Berdasarkan tabel 5.12 diatas menunjukkan bahwa 25

(100%) responden yang memiliki pengetahuan orang tua cukup

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun dengan
81

kategori karies sebanyak 8 responden (32.0%) dan kategori tidak

karies sebanyak 17 responden (68.0%). Sedangkan dari 71

responden (100%) yang memiliki pengetahuan orang tua kurang

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun dengan

kategori karies 53 responden (74.6%) dan kategori tidak karies 18

responden (25.4%).

Jadi disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tinggi sangat

penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut

pada anak sehingga tidak terjadi karies gigi, Adapun pengetahuan

cukup tetapi anaknya mengalami karies gigi dikarenakan pola hidup

dan orang tua membiarkan anaknya mengkomsumsi makanan

yang manis dan lengket,dan tidak membiasakan anaknya untuk

mengosok gigi minimal 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur. Menurut Sari (2016), orang tua

yang memiliki pengetahuan baik tetapi masih ada anaknya yang

mengalami karies gigi mungkin hal ini disebabkan karena

kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersihan mulut anaknya,

dan ibu kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh

anak mereka

Sedangkan pengetahuan orang tua kurang dapat

meningkatkan terjadinya karies gigi karena orang tua kurang

memahami tentang penyebab karies gigi dan pencegahannya,

adapun pengetahuan kurang tidak mengalami karies gigi


82

dikarenakan orang tua mengajarkan anaknya untuk membiasakan

menggosok gigi dan mengurangi mengkomsumsi makanan

kariogenik.Menurut teori(Nurhastuti, 2019)tingkat pengetahuan

orang tua tidak berpengaruh terhadap jumlah karies gigi pada anak

karena meski berpendidikan tinggi sebagian besar ibu belum

memahami faktor yang mempengaruhi terjadinya karies pada anak

sehingga menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik

terhadap kesehatan gigi anak.

Faktor lain yang mempengaruhi anak mengalami karies gigi

yaitu faktor lingkungan, selain karena tingkat pengetahuan,

terjadinya karies gigi bisa disebabkan beberapa faktor seperti anak

sering makan makanan manis, tidak gosok gigi setelah makan dan

sebelum tidur, pengawasan ibu yang kurang karena

pekerjaan.orang tua khususnya ibu berperan penting dalam

merubah kebiasaan yang buruk bagi kesehatan anak. Sikap,

perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru

oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak

sadar akan diresapi dan menjadi kebiasaan pula bagi anak-

anaknya.

Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,000

dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

nilai p =0,005< 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

ada hubungan bermakna pengetahuan orang tua dengan dengan


83

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua kabupaten Pinrang Tahun 2021

Hasil penelitian sejalan yang dilakukan(R. Sari, 2019)

tentang hubungan Hubungan pengetahuan orang tua dengan

kejadian karies gig pada anak usia prasekolah desa banjar negeri

Kecamatan way lima kabupaten pesawaran. Hasil penelitia ini

menunjukkan dimana Berdasarkan Hasil uji statistik di peroleh nilai

p value =0,029 nilai α= 0,05 maka Ha diterima artinya ada

hubungan Pengetahuan orang tua Tentang Kesehatan Gigi dengan

Kejadian Karies Gigi pada Anak Di Desa Banjar Negeri Kecamatan

Way Lima Kabupaten Pesawaran tahun 2019

Hasil penelitian sejalan yang dilakukan ((Anak et al.,

2019)dengan judul hubungan pengetahuan orang tua dengan

kejadian karies gigi. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa nilai p adalah

0,003 yaitu p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang karies gigi

dengan kejadian karies gigi.

Hasil penelitian sejalan (R. Sari, 2019) Hasil uji statistik (chi

square) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan orang tua dengan kejadian karies gigi


84

2. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan kejadian Karies Gigi

Pada anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade Dusun Sengae

Selatan Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

Menggosok gigi adalah membersihkan gigi darisisa-sisa

makanan,bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus

memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam

membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk

membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi.

Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku

manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang

dilakukan secara terus menerus.(S. A.Sari, 2019 ).

Berdasarkan tabel 5.13 diatas menunjukkan bahwa terdapat

29 (100%) responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi

terbiasa dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun

dengan kategori karies sebanyak 12 responden (41.4%) dan

kategori tidak karies sebanyak 17 responden (58.6%). Sedangkan

dari 67 responden (100%) yang memiliki kebiasaan mengosok gigi

tidak terbiasa dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahun

dengan kategori karies sebanyak 49 responden (73.1%) dan

kategori tidak karies sebanyak 18 responden (26,9%).

Jadi di simpulkan bahwa kebiasaan menggosok gigi harus di

terapkan dengan baik kepada anak sehingga kejadian karies gigi

tidak meningkat.Adapun yang terbiasa menggosok gigi mengalami


85

karies gigi dikarenakan orang tua membiasakan anaknya untuk

mengkomsumsi makanan yang manis dan lengket, dan tidak

menggosok gigi setelah mengkomsumsi makanan yang

mengandung kariogenik.Menurut teori (S. A. Sari, 2019)

membersikan mulut merupakan hal penting sebagai suatu cara

untuk menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi

secara baik dan benar serta teratur setelah mengkomsumsi

makanan terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat yang

telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukan gigi.

Sedangkan yang tidak terbiasa menggosok gigi tidak

mengalami karies gigi dikarena orang tua mengajarkan anaknya

untuk tidak mengomsumsi makanan yang manis dan lengket

karena hal itu dapat menyebabkan gigi berlubang.

Menurut teori (Silvia, 2018)mengatakan bahwa

mengkomsumsi makanan kariogenik dapat meningkatkan karies

gigi apabila tidak mengimbangi dengan menggosok gigi secara

teratur.

Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,000

dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

nilai p =0,000< 0,05. maka Ho ditolak dan Ha terima ada yang berarti

ada hubungan bermakna kebiasaan menggosok gigi dengan

dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi Desa
86

Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun

2021

Hasil penelitian sejalan dengan(Jumhal, 2019)dari hasil uji

statistik chi square didapatkan nilai p value = 0,001<α = (0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan

karies gigi di tk Negeri 30 Palembang tahun 2019. Sehingga

hipotesis awal yang mengatakan bahwa ada hubungan kebiasaan

menggosok gigi dengan karies gigi terbukti secara statistik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan ( agustin 2918) Hasil uji

chi square diperoleh nilai signifikansi 0,000, oleh karena nilai

signifikansi (p-value) di peroleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05

(p<0,05), hasil statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara

perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi.

Hasil penelitiaan ini sejalan uji (Rizki Safira , 2018)statistik

Chi SquareAda hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi pada anak degan ( p value 0,005).

3. Hubungan Komsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies

Gigi pada Anak Usia 5-6 tahundi Desa Mattiro Ade Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung

fermentasi karbohidrat, sehingga menyebabkan penurunan pH plak

menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.

Seringnya mengkonsumsi gula sangat berpengaruh dalam


87

meningkatnya kejadian karies.Gula yang dikonsumsi akan

dimetabolisme sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida

yang memungkinkan bakteri melekat pada permukaan gigi, selain

itu juga akan menyediakan cadangan energi bagi metabolisme

karies selanjutnya serta bagi perkembangbiakan bakteri

kariogenik.( Suparyati, 2019 )

Komsumsi makanan yang mengandung kariogenik tersebut

dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies gigi pada anak,

sehingga orang tua perlu mengawasi makanan yang dikonsumsi

anak untuk menjaga kesehatan giginya.(Syawaliyah et al., 2019)

Berdasarkan tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa

terdapat 73 responden (100%) yang memiliki komsumsi makanan

kariogenik komsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak usia

prasekolah dengan kategori karies terdapat 55 responden (75.3%),

dan kategori tidak karies sebanyak 18 responden (24.7%).

Sedangkan dari 23 responden (100%) yang memiliki komsumsi

makanan kariogenik kurang komsumsi dengan kejadian karies gigi

pada anak usia 5-6 tahun dengan kategori karies sebanyak 6

responden (26,1%), dan kategori tidak karies sebanyak 17

responden ( 73.9%).

Jadi di simpulkan bahwa semakin sering anak

mengkomsumsi makanan kariogenik maka semakin tinggi karies

gigi pada anak, semakin kurang anak mengkomsumsi makanan


88

kariogenik maka semakin kurang karies gigi yang terjadi pada anak.

Adapun anak yang selalu mengkomsumsi makanan kariogenik

tetapi tidak mengalami karies gigi dikarenakan orang tua

mengajarkan anaknya selalu mengosok gigi secara

teraturmaksimal 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah sarapan

dan malam sebelum tidur, dan membiasakan anaknya menggosok

gigi setelah mengkomsumsi makanan yang manis dan lengket.

Menurut teori (Irlanee mia De Olivia, 2017). Semakin tinggi

kegemaran anak mengonsumsi makanan manis maka angka

kejadian karies juga akan tinggi. Tingginya tingkat komsumsi

makanan manis cenderung akan meningkatkan resiko karies gigi

pada anak usia prasekolah, karena konsumsi makanan manis yang

bersifat manis dan lengket dapat menyebabkan tersisanya

makanan di dalam mulut.Sehingga perlunya pengawasan orang tua

dan kesadaran dari anak itu sendiri untuk mengurangi makanan

kariogenik atau mencegah dengan cara berkumur kumur sesudah

makan makanan manis atau menggosok gigi jika memungkinkan

dilakukan.

Sedangkan yang kurang komsumsi makanan kariogenik

mengalami karies gigi dikarenakan orang tua tidak membiasakan

anaknya untuk menggosok gigi secara teratur dan benar.

Menurut teori (Chrismayanti, 2020)menyatakan bahwa resiko

terjadi terjadinya karies akan menurun, bila mengurangi frekuensi


89

komsumsi makanan kariogenik yakni minimal <1x sehari, dan

membiasakan menggosok gigi dengan teratur minimal 2 kali dalam

sehari.

Usia dalam penelitian mempengaruhi dikarenakan pada

saat umur 3 - 6 tahun anak mulai sering makan makanan yang

manis dan dan lengket. Hal ini sesuai teori Rimm (2018) yang

menyatakan bahwa pada usia tersebut umumnya anak usia 3

sampai 6 sudah mulai makanan yang manis.

Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai

p=0,000dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Uji Chi-square. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p =0,000< 0,05. Maka Ho ditolak danHa

diterima yang berarti ada hubungan bermakna komsumsi makanan

kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahundi

Desa Mattiro Ade Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang

Tahun 2021

Hasil penelitian ini sejalan (Syawaliyah et al., 2019)terdapat

hubungan yang signifikan antara bentuk makanan kariogenik

dengan karies gigi. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0.010 (≤

0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis makanan

kariogenik dengan karies gigi.

Hasil penelitian sejalan(Muhajirin, 2018)Hasil analisis

hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies

gigi pada anak usia prasekolahdi Tk Mardiyuana Kabupaten Bogor


90

tahun 2018 dengan jumlah 98 responden, analisa bivariat dengan

uji chi square, menunjukan hasil p value = 0.000 sehingga p

value<0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian

Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di Tk Mardiyuana

Kabupaten Bogor tahun 2018

hasil penelitian sejalan dengan hasil uji chi-square diperoleh

nilai p value = 0,000 yang lebih kecil dari á = 0,05 maka ho ditolak

maka terdapat terdapat hubungan frekuensi konsumsi makanan

kariogenik dengan kejadian karies gigi


91

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,000 dengan

tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai p

=0,000< 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan bermakna pengetahuan orang tua dengan dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahunDi Desa Mattiro Ade

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

2. Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,005 dengan

tingkat kemaknaan (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai p

=0,005< 0,05. maka Ho ditolak dan Ha terima ada yang berarti ada

hubungan bermakna kebiasaan menggosok gigi dengan dengan

kejadian karies gigi pada anak usia 5-6 tahunDi Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2021

3. Dari hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,000 dengan

tingkat kemaknaan (α=0,05). Uji Chi-square. Hal ini menunjukkan


92

bahwa nilai p =0,000< 0,05. Maka Ho ditolak danHa diterima yang

berarti ada hubungan bermakna komsumsi makanan kariogenik

dengan kejadian karies gigi pada anak usia5-6Di Desa Mattiro Ade

Kecamatan Patampanua Kabupaten PinrangTahun 2021

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan promosi petugas kesehatan kepada

masyarakat tentang tingkat pengetahun ibu tentang karies gigi

2. Orang tua memiliki penting untuk mengajarkan anaknya untuk

membiasakan menggosok gigi secara teratur dan mengurangi

mengkomsumsi makanan kariogenik sehingga tidak terjadi karies

gigi.

3. Ibu perlu mengajarkan anaknya untuk mengurangi mengkomsumsi

makanan kariogenik dan mengajarkan anaknya untuk

membiasakan menggosok gigi setelah mengkomsumsi makanan

kariogenik.
93

DAFTAR PUSTAKA

Afriza. (2020). instrumen penelitian. 1–20.

Agustin, Y. (2019). Hubungan Pengetahuan Orang Tua (Ibu) tentang

Kesehatan Gigi dengan Kebiasaan Menggosok Gigi pada Anak

Usia Prasekolah di TK Enggang Putih Juanda 9 Samarinda. 105.

https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/1112

Aprilia, K., Sulastri, S., & Widayati, A. (2019). Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang Karies Gigi dengan Jumlah Karies pada

Anak TK Masyithoh Maesan Lendah Kulon Progo. Journal of Dental

Nurse, 70. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1202/1/Karya tulis

Ilmiah.pdf

Basuki, K. (2019a). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies

Gigi. 53(9), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id

Basuki, K. (2019b). hubu. I, 53(9), 1689–1699.

www.journal.uta45jakarta.ac.id

Basuki, K. (2019c). hubungan makanan kariogenik dengan kejadian karies

gigi pada anak usia prasekolah di PAUD Nusa Indah desa banjar

negeri kecematan lima kabupaten pasawaran. 53(9), 1689–1699.

www.journal.uta45jakarta.ac.id

Cabrera Marino, K. M. (2018). hubungan pengetahuan ibu tentang

pemenuhan gizi seimbang dengan status gizi anak prasekolah.

Вестник Росздравнадзора, 6, 5–9.


94

Chrismayanti, E. V. N. K. S. D. (2020). Hang tuah medical journal. Hang

Tuah Medical Journal, 18(1), 35–46.

DA, M. (2017). Peran Dalam Menjaga Kebersihan Gigi Dengan Kejadian

Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Skripsi, 7, 13–17 dan 26.

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/266/1/Dwi Ayu M.pdf diakses

tanggal 04/12/2019

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019).

Repository.Unimus.Ac.Id. Journal of Chemical Information and

Modeling, 53(9), 1689–1699.

Handa Gustiawan. (2019).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dukungan

Ibu Dalam Pencegahan Karies Gigi Di Tk Dharmawati Des

sumerbening kabupaten ngawi 8(5), 55.

Horas Jhon Piter Sihite: Faktor-faktor yang berhubungan dengan karies

gigi susu dan strategi...,2005. USU e-Repository © 2008. (2008).

Ii, B. A. B., & Gigi, K. (2019). hubungan kebiasaan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi pada anaka usia prasekolah. 7–25.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2018). hubungan pengetahuan ibu dengan

kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah,.

Irlane Maia De Oliveria. (2017). No hubungan komsumsi makanan

kariogenik dengan kejadian karies gigi dan status gizi pada anak

usia 3-5 tahun di paud ummu aiman kartasura sukoharjo. 1–14.

Jumhal, M. F. (2019). Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia 6-9

Tahun Di Sd Negeri Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia


95

6-9 Tahun Di Sd Negeri 30 Palembang Tahun 2019. 103.

Kokoh, I. (2019). faktor faktor yang berhubungan dengan terjnakadinya

karies gigi pada anak usi prasekolah.

Muhajirin, A. (2018). Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan

Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di Tk Mardiyuana

Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmiah Wijaya, 10(1), 32–39.

www.jurnalwijaya.com;

Nurhastuti. (2019). No gambaran tingkat penegtahuan ibu tentang

kesehatan gigi dan mulut dengan jumlh karies pada balita.

Riesanda Najmi Sasmitha. (2018). Bab 1 pendahuluan. 2015, 3–13.

Rizki Safira Talibo, M. &, & Bataha Yolanda. (2016). Kebiasaan

Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies. E-Journal Keperawatan,

4(1), 1–8.

Sari, M., & Waningsih, S. (2018). faktor yang berhubungan dengan

kejadiaan karies gigi pada anak usia prasekolah di tk al -qomari

desa lao duri.

Sari, R. (2019). hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi

pada anak usia prasekolah didesa banjar negeri kecematan lima

kabupaten pasawaran. 1(1).

Sari, S. A. (2019). Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan

Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 Di Sdn

Ciputat 6 Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013. Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif


96

Hidayatullah, 64.

Silvia, O. F. (2018). Hubungan Perilaku Menggosok...,. 14–60.

Suparyati. (2019). Gambaran tingkat pengetahuan tentang makanan


kariogenik pada ibu-ibu PKK Dusun Prigi Desa Sidoharjo Tepus
Gunungkidul. Jurnal Perpustakaan, 4(1), 21–25.
Syawaliyah, S. S., Supriyatna, N. N., & Kom, S. K. (2019). Hubungan

Komsumsi Makanan Kariogenik Dengan Tingkat Kejadian Karies

Gigi Anak Usia Prasekolah Di Paud Nusa Indah Kelurahan

Keagungan Jakarta Barat Tahun 2019.


97

LAMPIRAN 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

KEPADA

Yth. Bapak / Ibu

Di

Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di program studi


Ilmu Keperawatan STIKES Baramuli Pinrang, maka saya.

Nama : SAHIRA

NIM : B2 002 17 005

Status : Mahasiswa Stikes Baramuli

Akan melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK
USIA 5-6” untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan bapak / ibu
berkenan menjadi subek penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan
informasi yang berkaitan dengan bapak / ibu dirahasiakan oleh peneliti.

Atas partisipasi dan dukungannya, di sampaikan terima kasih.

Pinrang, Juni 2021

Hormat saya

SAHIRA
98

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dalam penelitian dengan judul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH“ini saya bersedian berperan serta sebagai sampel dan
saya telah mengetahui maksdud dan tujuan dari penelitian ini sesuai
dengan penjelasan dari peneliti yang disampaikan kepada saya.

Demikian secara sadar dan suka rela serta tidak ada unsur
paksaan dari siapapun saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Pinrang, juni2021

Peneliti Responden

SAHIRA
99

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Faktor Yang


BerhubunganDenganKejadiaanKaries Gigi PadaAnakUsia5-6 tahun

Saya adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baramuli


Pinrang.

Nama : SAHIRA

Nim : B2 002 17 005

Akan melakukan penelitian tentang faktor yang


berhubungandengankejadiankariesgigipadaanakusia5-6 tahun di
desamattiroadekecematanpatampanuakabupatenpinrangPenelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan penyelesaian tugas akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apakah


yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak usia
prasekolah

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela,


untuk ikut serta menjadi responden penelitian ini, saudara diharapkan
menandatangani surat ini. Jika Saudara tidak bersedia menjadi
responden kami akan menghargainya dan tidak akan mempengaruhi
apapun.

Peneliti akan menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban


yang Saudara berikan. Informasi yang Saudara berikan akan saya
simpan di tempat yang aman. Saudara bebas menanyakan tentang
penelitian ini.

Nama Responden :

Tanggal :

Tanda tangan :
100

KUESIONER DEMOGRAFI PENELITIAN FAKTOR


YANGBERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA
ANAK USIA 5-6 Tahun

1) Bapak :
2) Ibu :
3) Anak :
A. Pendidikan
1. Bapak :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana
2. Ibu :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana
B. Pekerjaan
1) Bapak :
a. PNS
b. Petani
c. SWASTA
d. DLL…
2) Ibu :
a. IRT
b. PNS
c. SWASTA
d. DLL…
C. Usiaanak
1. 5- 6 tahun
101

Kousinerpengetahuan orang tua

A. Petunjuk Pengisian Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar


B. Berilah tanda centang (√) pada kolomyang telah disediakan.
1. .Apa yang ibu ketahui tentang karies gigi ?
a. Gigi berlubang yang disebabkan karena bakteri
b. Gigi yang kuat
c. Gigi yang sehat
2. Bagaimanakah tanda-tanda awal karies gigi ?
a. Terlihat bercak hitam atau cokelat pada permukaan gigi
b. Sariawan
c. Gigi berwarnakuning
3. Apakah penyebab karies gigi ?
a. Bakteri didalam mulut dan sisa makanan
b. Jamur
c. Vitamin
4. Bagaimanakah cara mencegah karies gigi
a. Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari
b. Makan makanan yang manis
c. Makan makanan yang asam
5. Kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi ?
a. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur
b. Setelah bangun tidur
c. Sebelum mandi
6. Makanan apa yang menyebabkankariesgigi?
a. Makanan yang manis dan lengket
b. Makanan yang berserat
c. Makanan asin
7. Makanan apa yang baik untuk pencegahan karies gigi?
a. Makanan yang berair dan berserat
b. Makanan yang manisdan lengket
c. Makanan yang panas dan dingin
102

8. Apa yang Anda ketahui tentang plak gigi ?


a. Lapisan kerak yang melekat pada gigi yang mengandung bakteri
b. Lapisan tipis yang mengandung mineral
c. Lapisan yang mengandung
9. Apabila gigi anak Anda berlubang dan anak sering sakit gigi bila
terkena makanan atau minuman panas dan dingin, apa yang Anda
lakukan
a. Dibawa kedokter gigi
b. Dibawa kedukun
c. Dibiarkan saja
10. Bila gigi anak Anda tidak adak eluhan, kapan sebaiknya memeriksakan
gigi anak anda secara teratur ?
a. 6 bulan sekali
b. Jika ada keluhan s aja
c. 1 kali dalam 1 tahun
103

Kousienerkebiasaanrmenggosokgigi

A. Petunjuk Pengisian Pilihlahj awaban yang dianggap paling benar


B. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
No Pertanyaan Jawaban
SL SR KD TP
1 Apakah anda Menggosok gigi
setelah makan
2 Apakah menyikat gigi pagi hari saat
mandi
3 Apakah anda menyikat gigi sebelum
tidu rmalam
4 Apakah anda menyikat gigi setelah
makan makanan yang manis
5 Apakah anda menyikat gigi bagian
depan dengan gerakan keatas dan
kebawah
6 Menggosok gigi menggunakan pasta
gigi yang baik
7 Apakah anda menggosok seluruh
bagian mulut.(depan, belakang,
sela-selagigi)
8 Apakah anda nmenggosok gigi
menggunakan bulu sikat yang
lembut
Keterangan :

SL (Selalu) : Apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan


SR (Sering) : Apabila pernyataan tersebut sering dilakukan
KK (Kadang-kadang)
:Apabilapernyataantersebutpernahdilakukantet
apitidaksering
TP (Tidakpernah)
:Apabilapernyataantersebuttidakpernahd
ilakukan
104

Kousioner komsumsi makanan kariogenik

A. Petunjuk pengisian pilihlah jawaban yang dianggap paling benar


B. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
No Pertanyaan Jawaban

SL SR KD TP

1 Apakah anda sering mengkomsumsi


minuman manis

2 Apakah anda sering mengkomsumsi


permen.

3 Apakah anda sering mengkomsumsi


ice criem

4 Apakah anda sering mengkomsumsi


coklat

5 Apakah anda sering mengkomsumsi


biscuit

Keterangan

Sering (SR) :Apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan

Selalu (SL) : Apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan

Kadangkadang (KD) : Apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan

Tidakpernah (TP) : Apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan


105

Kuesinerkariesgigi

A. Petunjuk pengisian pilihlah jawaban yang dianggap paling benar


B. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Observasi Hasil
Ya Tidak
1. Muncul spot putih
2. Adanya plak hitam pada gigi
3. Adanya plak coklat pada gigi
4. Gigi berlubang
5. Sakit gigi
106

Penentuan criteria objektif

1. Independen
Variabel pengetahuan orang tua
Skor Tertinggi : 2
Skor Terendah : 1
Jumlah skor tertinggi = Jumla pertanyan x skor tertinggi
= 10 x 2= 20
= 20 / 20 x 100 = 100 %
Jumlah skor terendah =Jumlah pertanyaan x skor terenda
= 10 x 1 = 10
=10 / 20 = 50 %
Ranger (R) = Skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 50 %
= 50 %
Kategori =2
Interval = Range / kategori
= 50/ 2 = 25 %
Kriteria Penelitian = Skort ertinggi – interval
= 100 % - 25 %
= 75 %
Kriteria obyektif
Cukup : bila responden mempunyai ≥ 75 %
Kurang : bila responden mempunyai skor< 75 %
107

Penentuan criteria objektif

2. Independen
Variabel kebiasaan menggosok gigi
Skor :Tertinggi : 4
Skor :Terendah:1
Jumlah skor tertinggi =Jumlah pertanyaan x skor tertinggi
= 8 x 4 = 32
= 32/32 x 100 =100%
Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah
=8x1=9
= 8/32 =25 %
Rangae (R) = skor tertinggi- skor terendah
= 100%-25% = 75 %
Kategori = 2
Interval = Range / Kategorik
= 75 / 2 =38%
Kriteria penilaian = 100 % - 38 % = 62 %
Terbiasa : bila responden mempunyai skor ≥ 62 %

Tidak terbiasa bila responden mempunyai skor<62 %


108

Penentuan kriteria objektif

3 Independen
Variable komsumsi makanan kariogenik
Skor Tertinggi : 4
Skor Terendah :1
Jumlah skorter tinggi = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi
= 5 x 4 = 20
= 20 / 20 x 100 = 100%
Skor terendah = Jumlah pertanyaan x skort errendah
=5x1=5
= 5 / 20 = 25
Range (R) = Skor tertinggi –Skor terendah
= 100 % - 25 % = 75 %
Kategori = 2
Interval = Range / Kategorik
= 75/2 %= 38 %
Kriteria Penilaian = Skor tertinggi – interval
= 100 % - 38% = 62 %
Kriteriaobyektif
komsumsi : bila responden mempunyai skor≥ 62%
kurang komsumsi :bila responden mempunyai skor<62 %
109

Penentuan criteria objektif

4. Dependen
Variable karies gigi padaa nak usia 5-6 tahun
Skor Tertinggi : 2
Skor Terendah : 1
Jumlah Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi
= 5 x 2 = 10
= 10/ 10 x 100 = 100 %
Jumlah Skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah
=5x1=5
= 5/10 = 50%
Range (R) = skor tertinggi – skor terendah
= 100 % - 50 = 50 %
Kategori =2
Interval = Rangae / Kategori
= 50 / 2 = 25 %
Kriteria Penilaian = Skorter tinggi – interval
= 100 % - 25 % = 75 %
Kriteria obyektif
Karies : bila responden mempunyai skor ≥ 75%
Tidak karies : bila responden mempunyai skor< 75 %
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128

Anda mungkin juga menyukai