SITI FATIMAH
NIM I1032131035
SKRIPSI
SITI FATIMAH
NIM I1032131035
SKRIPSI
i
ii
HUBUNGAN PERILAKU BERPATANG MAKANAN
MENURUT ETNIS DI KALIMANTAN BARAT
DENGAN SKOR PENYEMBUHAN LUKA
FASE PROLIFERASI POST
SECTIO CAESAREA
ABSTRAK
iii
CORRELATION BETWEEN ETHNIC-BASED FOOD ABSTENTION
IN WEST KALIMANTAN AND SECTIO CAESAREA
WOUND HEALING IN PROLIFERATION PHASE
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
Dengan Skor Penyembuhan Luka Fase Proliferasi Post Sectio Caesarea di RSUD
Studi Keperawatan. Penyusunan laporan proposal ini dapat terlaksana dengan baik
berkat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini peneliti
1. Kedua orang tua penulis Ibu Suriya dan Bapak Kholip yang telah
memberikan dukungan dan doanya kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Thamrin Usman, DEA selaku rektor Universitas Tanjungpura
Pontianak.
3. dr. Arif Wicaksono, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.
4. Suriadi, M.SN., AWCS. Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
5. Ners. Arina Nurfianti, S. Kep., M. Kep. Selaku Dosen Pembimbing I
6. Ners. Suhaimi Fauzan, S. Kep., .Kep. Selaku Dosen Pembimbing II
7. Ners. Ichsan Budiharto, S. Kep., M. Kep. Selaku Dosen Penguji I
8. Yoga Pramana, S. Kep., M.Or. Selaku Dosen Penguji II
9. Argitya Righo, S.Kep., Ners. Selaku Dosen Pembimbing Akademi
v
vi
Peneliti
HALAMANAN PERNYATAAN
NIM : I1032131035
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tanjungpura
SITI FATIMAH
NIM I1032131035
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
ix
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Teknik Insisi Abdomen ........................................................ 13
Gambar 2.2 : Teknik Insisi Uterus ............................................................. 13
DAFTAR SKEMA
Halaman
PENDAHULUAN
produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36 tahun 2009). Kondisi
yang sehat harus dimiliki setiap individu baik laki-laki maupun perempuan
Kematian Ibu (AKI), indikator ini bukan hanya menilai program kesehatan
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 305 kematian ibu dari 100.000 kelahiran
Kalimantan Barat pada tahun 2011 sebesar 128 dari 100.000 kelahiran
1
2
hidup. Penyebab kematian ibu dan bayi yaitu adanya komplikasi saat proses
komplikasi, dan komplikasi pada ibu dan janin dapat terjadi dengan cepat
suatu tindakan medis yang memotong dinding abdomen dan uterus untuk
akibat hipotensi yang lama, thrombophlebitis, obstruksi usus dan yang lain
(Oxorn, 2010).
dapat memperparah kondisi luka dengan menambah ukuran luka baik dari
tahun 2015 sebesar 7,3 %, salah satu komplikasi ini apabila tidak ditangani
pasien pasca melahirkan baik yang memiliki luka pervaginam maupun luka
sectio caesarea.
tindakan sectio caesarea, di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 53,68% dan
di RSUD Soedarso Pontianak tahun 2016 sebanyak 552 kasus. Luka sectio
sedikit jaringan yang hilang dan proses penyembuhan luka terjadi sesuai
nutrisi pada tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka, ibu post
sectio caesarea memerlukan diit kaya kalori, protein, vitamin, dan mineral
memiliki peranan yang penting dalam tradisi agama, budaya dan etnis. Pola
ibu hamil dan nifas dari gangguan roh halus serta untuk keselamatan ibu dan
hal ini dibuktikan dari hasil wawancara kepada 10 ibu nifas post sectio
caesarea di ruang nifas RSUD Dr. Soedarso pada bulan Februari terdapat 4
suku Melayu, 4 suku Madura dan 2 suku Bugis. Suku Melayu memiliki
kepercayaan bahwa setiap ibu nifas post sectio caesarea harus melakukan
berpantang makanan tertentu seperti ikan laut, ikan sungai, telur, udang,
kacang tanah, timun, kangkung, labu, nanas, durian, nangka dan makanan
yang digoreng, pantangan ini dilakukan dari kelahiran sampai usia bayi
5
berumur 4 bulan, pantangan ini apabila dilanggar akan berdampak pada bayi
seperti bayi akan sering muntah karena air susu dari ibu yang melanggar
pantangan akan terasa amis sehingga membuat perut bayi kembung dan
muntah, dampak bagi ibu yang melanggar pantangan ini yaitu lamanya
penyembuhan luka bedah dan akan terasa gatal didaerah luka. Makanan
yang dipantang pasca melahirkan bagi suku Madura meliputi ikan, udang,
untuk minum air, dampak dari melanggar pantangan bagi ibu yaitu masih
basah dan keluarnya nanah didaerah luka yang menyebabkan luka sulit
sembuh. Suku Bugis juga memiliki pantangan dan anjuran untuk ibu pasca
yang digoreng, makanan yang ditumis, santan, mie, nangka, durian, nanas.
nasi putih, sayur bayam direbus dan ditambah kacang hijau, tahu dan tempe.
Apabila pantangan ini dilanggar maka akan berdampak pada kualitas ASI,
ibu nifas yang melanggar pantangan yang diajarkan oleh budaya Bugis ASI
akan terasa amis dan luka akan terasa gatal sehingga luka akan lama
sembuh.
meningkatkan resiko infeksi pada luka (Maryunani, 2014), hal ini akan
6
Caesarea“.
dilarang untuk dimakan oleh ibu nifas kebanyakan mengandung nutrisi yang
yang masih memegang teguh perilaku berpantang makanan pada ibu nifas,
caesarea.
sectio caesarea.
masyarakat.
8
secara holistik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin yaitu caedere yang
melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham et al,
caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
caesarea yaitu indikasi mutlak dari ibu dan janin, serta indikasi relatif dan
sosial.
Indikasi Ibu :
9
10
5. Plasenta previa.
6. Disproporsi sefalopelviks.
7. Rupture uteri.
Indikasi Janin :
1. Kelainan letak
2. Gawat janin
3. Prolapsus plasenta
preeklamsi
Indikasi Relatif :
2. Presentasi bokong
3. Distosia
4. Fetal distress
Indikasi Sosial :
Kontraindikasi :
1. Kelainan janin
2. Syok
3. Anemia berat
Insisi Abdomen :
1. Insisi vertikel
paling cepat dilakukan. Inisis ini harus cukup panjang agar bayi
2. Insisi transversal
ini dilakukan setinggi garis rambut pubis serta di perluas melewati batas
.
13
Insisi uterus :
1. Insisi klasik
uterus hingga mencapai fundus uterus. Apabila insisi ini terlalu sempit
keduanya.
2. Insisi transversal
teres uteri kiri lebih anterior serta lebih dekat dengan garis tengah dari
luka yaitu :
1. Fase inflamasi
Pada fase ini tubuh bereaksi pada luka yang dimulai setelah
beberapa menit setelah cedera sampai kurun waktu 3-4 hari (Scemons &
serum dan sel darah putih kedaerah luka sehingga mengakibatkan respon
dari fase ini, kecuali jika edema yang terjadi diarea tertutup seperti
pergelangan kaki atau leher (Potter & Perry, 2012). Leukosit utama
memakan bakteri dan debris kecil. Neutrofil akan mati dalam beberapa
hari dan meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri atau
mati akan berubah menjadi pus. Leukosit yang kedua yaitu Monosit yang
mencerna dan mendaur ulang zat-zat tertentu seperti asam amino, gula
untuk perbaikan jaringan, sel epitel bergerak dari tepi luka dibawah dasar
16
bekuan darah. Sel epitel terus berkumpul sekitar 48 jam pertama, setelah
itu akan terbentuk lapisan tipis diatas luka dari jaringan epitel dan
beracun.
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi dimulai pada hari ke-3 sampai hari ke-5 setelah
cedera dan berlangsung selama 3 minggu. Tujuan pada fase ini yaitu
mulainya fase ini. Adapun proses yang ikut terlibat dalam fase ini yaitu
yang utuh disekitar luka dan meluas kebagian luka. Sebagai hasil
darah untuk meutup luka. Pada tahap awal pembentukan pembuluh darah
baru mempunyai lapisan yang rapuh dan kekuatan regangan yang rendah
granula kecil berwarna merah muda pucat karena diisi dengan pembuluh-
serta berwarna merah. Jaringan granulasi dimulai dari tepi sisi luka
Saat ini jaringan granulasi bersifat sangat rapuh dan mudah untuk
jaringan parut. Kolagen sangat dibutuhkan untuk daya tarik luka. Fase ini
2012).
inflamasi yang merupakan fase kritis dari penyembuhan luka. Pada fase
ini biasanya bahan jahitan diangkat dan hasil dari pengkajian pada fase
2012). Hal ini didukung oleh penelitian Petricia (2009) yang menyatakan
bahwa infeksi pada luka dapat dinilai mulai hari ke lima hingga tiga
19
penyembuhan luka sayat pada tikus dengan hasil pada hari ke-7 luka
mendukung untuk penyembuhan luka maka luka akan cepat sembuh. Hal
ini sesuai dengan penelitian Elisa (2014) yang menyatakan ibu nifas yang
manajemen luka.
Faktor Instrinsik
1. Usia
2. Penyakit Kronik
4. Immunosupresan
Faktor Ekstrinsik
1. Medikasi
2. Nutrisi
4. Stress Psikologis
5. Infeksi
1. Iskemik Lokal
2. Trauma
1. Status Nutrisi
selain itu pada orang-orang yang obesitas jaringan lemak lebih sulit
dari kelambatan penyembuhan luka hal ini karena kebutuhan protein dan
luka akan tetapi dapat menyebabkan kekuatan regangan pada luka yang
2015).
3. Kelembaban
(Potter dan Perry, 2005 dalam Alfady, 2015). Aktivitas fagositosik dan
kira dibawah 280C, aktivitas leukosit dapat turun sampai nol (Morison,
4. Hematoma
luka akan di absorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi darah secara
bertahap, akan tetapi jika bekuan darah terlalu besar hal itu memerlukan
5. Usia
akan menurun. Usia lebih dari 30 tahun mulai terjadi penurunan yang
elastis. Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan barier
wanita mampu untuk hamil dan melahirkan dalam kondisi yang sehat
adapun untuk usia lebih dari 35 tahun fungsi rahim menurun akibatnya
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Pembentukan Keloid
5. Pembentukan Fistula
24
seluler dan biokimia yang jelas tergantung pada subtrat nutrisi yang
aktivitas enzim. Normalnya subtrat akan dilepas dari dalam tubuh dan
cadangan protein. Akan tetapi kebutuhan akan gizi perlu ditingkatkan atau
perlunya energi dan protein tambahan. Selain itu karbohidrat, lemak dan
dari protein, asam amino, karbohidrat, lipid dan asam lemak esensial.
1. Protein
yang ikut terlibat dalam sintesis kolagen dan jaringan ikat. Asam amino
al, 2010).
sapi dan yang lain), hati, babat, jerohan, ikan segar, udang, telur, susu
sapi, ikan, dan lainnya. Menurut Beck (2011) sebagian protein lebih
amino esensial.
2. Karbohidrat
yang mudah larut dalam air sehingga mudah diangkut keseluruh sel-sel
dalam cairan luka (Range, 0,3-5,9 mM/I) dapat disebut sebagai luka
epidermis dan jaringan dermis. Hal ini penting untuk sistesis membran
hewani dan lemak nabati. Sumber utama lemak yaitu minyak tumbuh-
susu, keju, telur dan makanan yang dimasak menggunakan lemak adalam
4. Vitamin
helix kolagen. Hal ini juga diperlukan untuk respon yang optimal
kekebalan tubuh, mitosis sel, dan migrasi monosit ke dalam jaringan luka
luka (Wild, 2010). Sumber vitamin C terdiri dari bayam, cabe rawit, daun
katuk, daun pepaya, daun singkong, jambu mete, jambu biji, jeruk bali
dan jeruk manis, kembang kol, labu kuning, paprika hijau, pepaya,
kesehatan kulit, otot, metabolisme, sistem imun serta fungsi sistem saraf.
komplek terdiri dari beras merah, jagung, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang merah, kacang panjang, sereal, bayam, daging sapi, hati ayam,
kangkung, petis udang, susu, telur, talas, alpokat, udang, yogurt dan
gla-protein, gla prmotein ini dapat mengikat ion kalsium, ion ini
5. Mineral
mana mineral yang ikut berperan yaitu tembaga, zat besi dan zink.
penyembuhan. Namun, belum ada bukti klinis yang kuat zinc sulfat dapat
bantu penyembuhan arteri dan ulkus vena. Zinc topikal berfngsi sebagai
2010). Sumber Zinc dapat diperoleh dari daging sapi, daging domba,
kepiting, kerang, hati, tiram, udang, ikan, dan sereal utuh (Hartono,
2013).
Sumber zat besi sebagian besar berasal dari telur, daging, ikan, tepung
gandum, roti serta sayuran hijau, oncom, bayam, tempe, kapri dan
Sibagariang, 2010).
6. Air
dermis, serta media untuk pematangan sel-sel epidermis dan untuk proses
yang kaya akan enzim untuk mendukung autolisis dan penyembuhan luka
(Brown, 2010).
diri individu, sedangkan dorongan merupakan usaha yang ada didalam diri
32
hidup. Dalam segala aktivitas manusia selalu berperilaku setiap hari, banyak
politiknya “.
memerlukan bantuan orang lain. Perilaku tidak terjadi secara sporadis, tetapi
perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat. Perbuatan atau
perilaku yang dulu mencerminkan perilaku yang akan datang dan perilaku
Setiap perilaku selalu mengarah pada suatu tugas tertentu, yang mana
hal ini tampak jelas pada perilaku belajar atau bekerja. Masing-masing
33
aspirasi untuk masa yang akan datang mentukan perilaku masa kini
1. Faktor Biologis
2. Faktor Sosiopsikologis
datang karena adanya rangsangan. Reaksi itu wajar ada didalam diri
manusia dan refleks ini dapat dipelajari atau didapat dari pengaalaman.
gejala yang ikut serta dalam perilaku bertujuan yaitu pegenalan, perasaan
menjadi suatu kebiasaan. Setiap individu belajar sesuai dengan norma yang
mana dalam proses belajarnya individu meniru apa yang dilakukan oleh
digunakan oleh setiap individu dalam berperilaku. Keadaan norma sosial ini
yaitu:
dewasa
ibu hamil dan melahirkan baik untuk keselamatan ibu maupun bayi secara
fisik maupun dari roh halus (Afreni et al, 2014). Menurut Sediaoetama
(2010) Larangan ini sering tidak jelas dasarnya, tetapi mempunyai kesan
Ibu nifas hanya diperbolehkan makan nasi putih dan sambal buah
munthu yaitu campuran dari lada kunyit dan buah munthu (Lemon) bahkan
untuk minum air putih ada batasannya yaitu ibu nifas hanya diperbolehkan
meminum air putih paling banyak 1 gelas kecil. Ibu nifas dilarang makan
dikonsumsi oleh ibu nifas akan mengakibatkan perut akan besar dan tidak
bisa kembali seperti semula. Makanan berprotein tinggi seperti ikan lele dan
gabus juga dilarang karena “kebuasan” dari kedua ikan tersebut dapat
menular kepada bayi melalui ASI, ibu hamil pantang makan telur karena
keladi dan ikan duri karena dapat menyebabkan gatal di peranakan dan sakit
anggap akan membuat ASI menjadi amis, makanan yang tidak boleh
dikonsumsi lainnya seperti tidak boleh makan ikan balida, tidak boleh
sama seperti udang, tidak boleh makan buah nangka dikarenakan dapat
dipercaya dapat mengeluarkan rahim dari perut ibu, serta tidak boleh
3. Faktor petugas yang terdiri dari: sikap atau perilaku petugas kesehatan
2.5.1 Definisi
secara fisik dan psikokultural sesuai dengan latar belakang budaya yang
yaitu buddhaya, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau budi.
Kata budaya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu budi dan daya. Budi
merupakan seluruh gagasan dan hasil karya manusia yang di dapat dari
proses belajar (Effendi, dkk 2013). Menurut E.B. Tylor (1974) dalam
sosial, ilmu pengetahuan, struktur sosial, religius dan hal ini harus diikuti
kehidupan manusia.
dari manusia dalam masyarakat tersebut. wujud ini biasa disebut sebagai
3. Artefak atau karya adalah wujud kebudaya fisik yang meurpakan hasil
dari aktivitas, perbuatan dan hasil karya manusia yang berupa benda-
kebudayaan.
yaitu:
42
1. Kebudayaan material
2. Kebudayaan nonmaterial
3. Lembaga sosial
4. Sistem kepercayaan
5. Estetika
6. Bahasa
unik dan kompleks yang hanya bisa dimengerti oleh pengguna bahasa
tersebut.
43
produsen pesan adalah anggota suatu budaya lain dan penerima pesannya
karena budaya tidak hanya menentukan siapa yang berbicara, perihal apa,
latar belakang budaya dan etnik itu penting untuk memberikan asuhan
makan biasanya diterapkan untuk ibu dan anak dengan tujuan untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak baik dari hamil hingga masa nifas.
menentukan jenis makanan yang akan dimakan. Itu dibuktikan bahwa untuk
budaya dan sosial yang unik yang diturunkan dari generasi ke generasi.
tersebar diseluruh pelosok negeri hal ini menjadi sebuah kekayaan, budaya,
kelompok etnis. Kalimantan Barat dengan luas 146.807 km2 yang memiliki
memiliki berbagai etnis yaitu Dayak, Melayu, Cina, Madura, Banjar, Jawa,
1. Suku Dayak
telah diturunkan oleh generasi sebelumnya. Hal ini tampak masih adanya
praktik pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Praktik yang
hamil. Lama masa nifas ini, yaitu beberapa jam setelah lahirnya plasenta
ada yang menyatakan satu minggu, dua minggu dan satu bulan mereka
tidak tahu secara pasti berapa lama masa nifas itu berlangsung.
Suku Dayak Sanggau tentang adanya pantangan dan anjuran selama masa
nifas meliputi pantangan untuk tidak makan daging, telur, ikan, sayuran
yang bersifat dingin seperti labu, timun, perenggi, serta sayuran yang
seperti daging ayam selama satu bulan, daging babi selama delapan hari,
daging rusa selama tiga bulan, telur selama satu bulan, daging sapi
selama satu bulan, sayuran bersifat dingin dan sayuan berbumbu selama
satu bulan. Tujuan pantangan pada masa nifas yaitu untuk menjaga
kesehatan ibu dan anak. Jika ibu melanggar pantangan makan daging dan
yang berjenis dingin akan menyebabkan ibu sakit, hal in sesuai dengan
47
yaitu nasi putih ditambah garam dan daun bungkal selama tiga hari.
kedinding) hal ini dilakukan selama satu bulan untuk menghindari darah
putih naik ke atas kepala yang akan menyebabkan ibu bisa buta dan gila.
2. Suku Melayu
adat istiadat yang masih kental yang diturunkan dari generasi ke generasi.
tiga sistem nilai yang hidup dalam arti dipelihara oleh masyarakat dalam
kehidupan Suku Melayu yaitu sistem nilai yang diberikan oleh agama
Islam, sistem nilai yang diberikan oleh adat, sistem nilai yang diberikan
oleh tradisi. Sistem nilai yang diberikan oleh tradisi merupakan sistem
kehidupan sehari-hari.
karena seorang ibu harus memiliki tubuh yang sehat baik jasmani
maupun rohani. Untuk itu adanya pantang larang yang dibuat oleh orang
seperti cabai makna yang terkandung yaitu supaya seorang ibu harus
anaknya.
Selain makanan ada pula tradisi yang harus ditaati oleh ibu yang
mengandung unsur mistik seperti seorang ibu harus membawa paku dan
melilitkan benang hitam pada jempol kaki kanan dan kiri, makna yang
halus. Pantang larang selain untuk menjaga anak yang baru dilahirkan
ada pula pantangan untuk ibu yaitu dilarang keluar rumah selama empat
puluh hari karena ditakutkan akan rentannya urat rahim yang akan
masih snagat kuat apalagi bila melahirkan anak pertama, kesehatan ibu
larang seperti pantangan tidak boleh makan makanan yang pedas tidak
pedas asal tidak dikonsumsi secara berlebihan. Sikap dan kelakuan ini
terjadi karena didukung juga oleh sarana yang tersedia. Orang zaman
dulu sarana untuk mengikuti tradisi pantang larang telah disediakan oleh
masa melahirkan yang disediakan dan dibuat langsung oleh orang tua
mereka sehingga ibu dalam masa nifas dapat menjaga tubuhnya dan
disediakan oleh orang tuanya paling lama dua minggu serta jamu untuk
saja adanya unsur-unsur budaya berupa pola sikap, kelakuan dan sarana
makna atau pesan yang terkandung dalam pantang larang bagi generasi
Melayu Pontianak yaitu pola sikap, kelakuan dan sarana generasi tua dan
untuk mematuhi norma dan nilai yang berlaku. Peranan kontrol sosial
zaman dulu proses ajar didik dilakukan secara linier yaitu langsung dari
calon ibu dapat menerima informasi bukan hanya dari orang tua dan
51
dukun kampung melainkan dari teman atau saudara, dokter atau bidan
paling ditakuti karena adanya sanksi akan tetapi untuk generasi muda
3. Suku jawa
pantangan dan anjuran bagi ibu hamil dan ibu nifas. Pantangan yang
dilakukan oleh suku Jawa yaitu gorengan, cabe, ikan asin dan ikan basah,
banyak minum air, selain makanan ada pula pantangan seperti tidak
Memakan ikan tidak dianjurkan bagi Suku Jawa karena ikan berbau amis
hal ini dilarang karena apabila ibu mengkonsumsi nya dikhawatirkan ASI
yang akan diberikan kepada anaknya menjadi amis. Larangan untuk tidak
banyak minum air karena bagi Suku Jawa apabila ibu banyak minum air
membahayakan ada pula tradisi yang dianggap baik dari segi kesehatan
52
seperti larangan untuk tidak menekuk kaki dan kerja berat dari segi medis
hal ini dibenarkan untuk memperlancar aliran darah karena aliran darah
trombosis.
meminum jamu, makan daun katuk yang akan memperlancar ASI dan
pilis didahi dan seluruh tubuh, perut diberi stagen dan diberi tapel, tidur
setengah duduk agar darah putih tidak naik kemata, serta mani wuwung
setiap pagi dan sore, hal ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi ibu
4. Suku Madura
individu (daur hidup), mulai dari bayi sampai dengan setelah kematian.
Selama masa kehamilan bagi Suku Madura sama hal nya dengan suku-
suku lain adanya budaya pantangan dan anjuran selama masa hamil
dengan tujuan untuk melindungi ibu dan anak agar tidak mendapatkan
tradisi Suku Madura yaitu tidak boleh makan ikan yang bersengat
bersalin.
buah kelapa yang dimakan bulan hal ini dipercaya supaya anak yang
secara teratur yaitu pada hari senin dan kamis, pada saat minum jamu
gigi tidak boleh kelihatan dan tangan kiri melintang diatas buah dada
(Sagar, 2012)
2.7 Hipotesis
Kalimantan Barat dengan skor penyembuhan luka fase proliferai post sectio
caesarea.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
yang sama, yang bisa untuk diteliti (Imron, 2010). Populasi dibagi menjadi
dua yaitu populasi tidak terbatas dan terbatas. Populasi tidak terbatas dalam
penelitian ini yaitu seluruh ibu nifas yang dirawat di ruangan nifas RSUD
ini yaitu ibu nifas yang melahirkan secara sectio caesarea yang dirawat di
55
56
ruangan nifas RSUD Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2016 yang
3.2.2 Sampel
penelitian sehingga jumlah obyek yang akan diteliti tidak banyak. Dengan
(Swarjana, 2015). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang ibu nifas
caesarea.
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
Kalimanta pertanyaan.
n Barat
Ya =1
Tidak = 0
han luka luka sectio caesarea observasi bedah sesar dengan Penyembuhan Luka
(21-30)= Infeksi
Luka Ringan
(31-40)= Infeksi
59
Luka Sedang
Berat
proliferasi post sectio caesarea dan status gizi.Alat ukur yang digunakan
yang dikembangkan oleh Wilson, Sturridge & Gruneberg pada tahun 1986
dan diadopsi oleh Dewi, (2012). Uji validitas dan reabilitas terhadap alat
paska pembedahan (Petricia et al, 2009), serta alat ukur untuk menentukan
status gizi yaitu menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
GEA.
60
3.7.2 Prosedur
infomed consent dan lembar data demografi saat masih dalam masa
makanan.
3.8 Validitas
Validitas adalah derajad ketepatan pada data yang akan diteliti dengan
daya yang bisa sampaikan oleh peneliti. Data yang valid adalah “data yang
tidak berbeda” antara data yang telah disampaikan peneliti dengan data yang
berikut:
2. Peneliti meminta izin untuk membuka balutan luka sectio caesarea untuk
caesarea.
2012):
1. Editing
melengkapinya.
2. Coding
a. Usia
1 = <20
2 = 20-35
3 = >35
b. Agama
1 = Islam
2 = Protestan
3 = Katholik
4 = Budha
c. Status IMT
1 = Underweight
2 = Acceptable
3 = Overweight
4 = Obesitas
d. Riwayat SC
1 = Ya
2 = Tidak
e. Pendidikan
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = PT
f. Pekerjaan
64
1 = IRT
2 = Swasta
g. Suku
1 = Melayu
2 = Dayak
3 = Cina
4 = Madura
5 = Bugis
6 = Jawa
7 = Tamnasik
8 = Bima
h. Kepercayaan Etnis
1 = Ya
2 = Tidak
3. Entry
4. Cleaning
dianalisis.
penyembuhan luka.
Barat dengan skor penyembuhan luka fase proliferasi post sectio caesarea
interpretasi hasil uji jika p value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan
yang bermakna.
Penelitian ini telah Lolos Kaji Etik Dari Divisi Kaji Etik Fakultas
Dignity).
responden.
peneliti akan hati-hati dalam membuka balutan luka sectio caesarea saat
September 2017.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdapat analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa
univariat meliputi usia, agama, status IMT, riwayat SC, pendidikan, pekerjaan,
suku, kepercayaan etnis, perilaku berpantang dan skor penyembuhan luka. Analisa
Kalimantan Barat dengan skor penyembuhan luka fase proliferasi post sectio
penyembuhan luka fase proliferasi post sectio caesarea di ruang nifas RSUD Dr.
2017.
secara sectio caesarea di ruangan nifas RSUD Dr. Soedarso Pontianak yang
68
69
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Agama, Status IMT, Riwayat SC,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku dan Kepercayaan Etnis.
Variabel Kategori n %
Usia <20 2 4
20-35 34 68
>35 14 28
Agama Islam 44 88
Protestan 2 4
Khatolik 3 6
Budha 1 2
Status IMT Underweight 3 6
Acceptable 37 74
Overweight 10 20
Riwayat SC Ya 12 24
Tidak 38 76
Pendidikan SD 5 10
SMP 18 36
SMA 23 46
PT 4 8
Pekerjaan Irt 47 94
Swasta 3 6
Suku Melayu 22 44
Dayak 3 6
Cina 2 4
Madura 9 18
Bugis 7 14
Jawa 5 10
Tamnasik 1 2
Bima 1 2
Kepercayaan Etnis Ya 48 96
Tidak 2 4
Sumber : Data Primer yang telahdiolah, 2017
pada rentang 20-35 tahun, sedangkan usia reponden terendah (4%) <20
Variabel Skor n %
responden mengalami infeksi luka ringan dan hanya (4%) dari responden
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Yang Tidak Berpantang Makanan Dan Skor
Penyembuhan Lukanya.
A9 Tidak Pantang 14
A19 Tidak Pantang 12
A22 Tidak Pantang 12
A23 Tidak Pantang 13
A24 Tidak Pantang 10
A31 Tidak Pantang 14
A44 Tidak Pantang 10
responden no A24 dan A44, dan lima responden yang lain memiliki skor
penyembuhan luka di rentang skor 11-20 yang artinya luka sectio caesarea
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Yang Berpantang Makanan Dan Skor Penyembuhan
Lukanya.
No Skor Penyembuhan
Perilaku Berpantang
Responden Luka
A1 Pantang 12
A2 Pantang 13
A3 Pantang 16
A4 Pantang 18
A5 Pantang 13
A6 Pantang 19
A7 Pantang 14
A8 Pantang 14
A11 Pantang 16
A13 Pantang 16
A14 Pantang 19
A15 Pantang 15
A16 Pantang 16
A17 Pantang 22
A18 Pantang 21
A20 Pantang 16
A21 Pantang 19
A25 Pantang 13
A26 Pantang 12
A27 Pantang 25
A28 Pantang 13
A30 Pantang 18
A32 Pantang 13
A33 Pantang 20
A34 Pantang 12
A35 Pantang 15
A36 Pantang 11
A37 Pantang 20
A38 Pantang 18
A39 Pantang 18
A40 Pantang 16
A41 Pantang 16
A42 Pantang 15
A43 Pantang 12
A45 Pantang 25
A46 Pantang 29
A47 Pantang 19
A48 Pantang 15
A49 Pantang 13
A50 Pantang 18
A51 Pantang 12
A52 Pantang 11
A53 Pantang 15
73
rentang skor 11-20 sampai dengan infeksi luka ringan di rentang skor 21-30.
sebelumnya akan dilakukan uji normalitas data untuk memenuhi syarat uji
Pearson yang mana data harus berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji
sebesar 0,002 yang artinya distribusi data tidak normal karenanilai sig. (2-
tailed) <0,05, sehingga dilakukan transform data dengan hasil skor perilaku
berpantang tetap 0,000 dan untuk skor penyembuhan luka 0,194 yang
artinya data berdistribusi nornal, karena ada satu data yang tidak
dapat disimpulkan data dari hasil penelitian ini tidak berdistribusi normal,
maka uji korelasi Pearson tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi
syarat, sehingga uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji alternatif
Tabel 4.5 Hubungan perilaku berpantang makanan menurut etnis di Kalimantan Barat
dengan skor penyembuhan luka fase proliferasi post sectio caesarea di ruang nifas
RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
N 50
value sebesar 0,003 (p < 0,05), menunjukan bahwa korelasi antara perilaku
PEMBAHASAN
Sumber data pada penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan
secara sectio caesarea di ruangan nifas RSUD Dr. Soedarso Pontianak yang
5.2.1 Usia
berada di rentang usia 20-35. Usia merupakan salah satu faktor yang
75
76
antibodi dan limfosit menurun serta jaringan kolagen dan jaringan parut
kurang elastis. Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan
barier yang baik terhadap trauma mekanis dan infeksi, masing-masing dari
tahun memiliki resiko penyembuhan luka kurang baik sebanyak 4.153 kali
5.2.2 Agama
(74%) memiliki status IMT yang normal. Status IMT merupakan salah satu
luka hal ini dikarenakan suplai darah (oksigenisasi) jaringan adiposa tidak
adekuat, selain itu pada orang-orang yang obesitas jaringan lemak lebih sulit
untuk menyatu, memiliki sedikit pembuluh darah, lebih rentan infeksi dan
penyembuhan luka hal ini karena kebutuhan protein dan kalori ketika
bukan hanya menyebabkan lama nya penyembuhan luka akan tetapi dapat
responden tidak memiliki riwayat SC. Hal ini bertolak belakang dengan
sectio caesarea dengan penyembuhan luka post sectio caesarea, hal ini
yang ada akan lebih lama sembuhnya. Selain itu pengalaman merupakan
78
5.2.5 Pendidikan
semakin luas pengetahuan tentang suatu hal dan semakin luas pula wawasan
tinggi yang meminta persalinan dengan cara sectio caesarea (Jovany. 2012).
5.2.6 Pekerjaan
(94%) responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan (6%) swasta. Ibu
yang tidak bekerja biasanya memiliki pola istirahat yang teratur, pikiranya
(44%) responden bersuku Melayu, disusul suku Madura (18%), suku Bugis
(14%), suku Jawa (10%), suku Dayak (6%), suku Cina (4%) dan suku
Melayu meliputi telur, ikan, udang, kepiting, daging kerbau, daging kuda,
daging domba, kerang, cumi, mangga, pisang, jeruk, pakis, genjer, mentega,
telur asin, timun, kangkung, hal ini sesuai dengan penelitian Aminah (2007)
yang menyatakan Pantang larang bagi suku Melayu meliputi pantang larang
saat perkawinan, kehamilan dan persalinan. Pantang larang pada ibu nifas
karena seorang ibu harus memiliki tubuh yang sehat baik jasmani maupun
rohani. Untuk itu adanya pantang larang yang dibuat oleh orang dahulu.
anaknya.
orang yaitu suku Madura, hasil penelitian ini menunjukan seluruh responden
80
nanas, cabe, ubi hal ini sejalan dengan penelitian Arianto (2011) yang
tidak boleh makan ikan yang bersengat (kepiting, lele, cumi-cumi) ini
dianggap sebagai makanan yang mengandung racun, nanas dan durian akan
(10%) atau 5 responden yang ditemukan saat penelitian yaitu suku Jawa.
kepiting, cumi, telur, durian, nanas, cabe, daging ayam, daging sapi,
kangkung, pakis, tomat, santan hal ini sejalan dengan hasil penelitian
pantangan dan anjuran bagi ibu hamil dan ibu nifas. Pantangan yang
dilakukan oleh suku Jawa yaitu gorengan, cabe, ikan asin dan ikan
boleh banyak bergerak, kaki ditekuk, kerja berat, tidur terlentang. Memakan
ikan tidak dianjurkan bagi Suku Jawa karena ikan berbau amis hal ini
akan diberikan kepada anaknya menjadi amis. Larangan untuk tidak banyak
minum air karena bagi Suku Jawa apabila ibu banyak minum air akan
bagi Suku Dayak Sanggau meurupakan hal yang bersifat alami dan tidak
pantangan dan anjuran selama masa nifas meliputi pantangan untuk tidak
makan daging, telur, ikan, sayuran yang bersifat dingin seperti labu, timun,
dari jenis makanannya seperti daging ayam selama satu bulan, daging babi
selama delapan hari,daging rusa selama tiga bulan, telur selama satu bulan,
daging sapi selama satu bulan, sayuran bersifat dingin dan sayuan berbumbu
Melayu, suku Madura, suku Bugis, suku Dayak, suku Cina, dan suku Jawa.
Hal ini di perkuat dengan hasil penelitian Arifin (2015) yang menyatakan
bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
budaya mereka.
menyebabkan anemia, pendarahan post partum dan berat badan lahir rendah
oleh anemia yang mana didalam anemia terdapat penurunan kapasitas darah
penyembuhan luka baik yaitu pada rentang skor 0-10, sedangkan terdapat
(76%) hingga mengalamai infeksi luka ringan dalam rentang skor 21-30
sebanyak (10%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi spearman
yang berusia > 35 tahun meiliki resiko penyembuhan luka kurang baik
sebanyak 4.153 kali dibanding responden yang berusia < 35 tahun. Selain
luka karena oksigenisasi jaringan adiposa tidak adekuat serta orang yang
karena adanya infeksi yang terjadi sebelumnya menyebabkan luka yang ada
individu untuk memilih makanan yang akan dimakan (Foster, 2011), hal ini
seseorang dan semakin luas pula wawasan berfikirnya. Ibu nifas yang tidak
bekerja atau ibu rumah tangga biasanya memiliki pola istirahat yang teratur,
hal ini diperkuat oleh penelitian Arifin (2015) yang menyatakan bahwa
makanan yang dapat mendukung penyembuhan luka, hal ini sejalan dengan
buruk ditandai dengan adanya eritema, serous eksudat, purulen eksudat dan
berpantang makanan. Makanan yang bergizi dan sesuai porsi serta tidak
pantang makan akan meyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar
dirumah sakit yaitu makanan yang disediakan oleh tim gizi rumah sakit
yang sesuai dengan porsi yang dibutuhkan oleh ibu akan tetapi responden
untuk ibu nifas akan ditaur oleh pihak keluarga karena ibu nifas selama 40
hari tidak boleh melakukan aktivitas yang berat, hal ini akan dipatuhi oleh
ibu selama masa nifas karena bagi ibu nifas hal-hal yang dilarang itu bukan
dampak baik bagi diri dan bayinya, sebagian besar makanan-makanan yang
86
kerang, daging ayam, daging sapi, daging kerbau, daging domba, daging
jalar, ketela, ketan putih dan hitam, kacang panjang, kacang tanah, daun
singkong, daun melinjo, sawi. Hal ini didukung oleh penelitian Anggraini
Kalimantan Timur yang harus di patuhi oleh ibu nifas seperti menghindari
makanan ikan yang berduri, udang, kepiitng dan keladi hal ini diyakini
dapat menyebabkan rasa gatal pada daerah pernakan dan sakit saat
Cina masih meyakini pantangan makanan bagi ibu nifas, makanan yang
dipantang seperti jenis sayuran dan buah yang berhawa dingin serta
harus di bakar atau dikukus. Selama masa nifas ibu hanya makan nasi, tahu,
tempe dan sayur bayam yang masak bening. Sayur disini juga tidak boleh
87
dianjurkan oleh budaya hal ini diyakini akan membuat basah pada luka dan
perut akan mengalami kembung, hal ini didukung oleh Pratiwi (2011) yang
Makanan yang dimakan oleh ibu nifas seperti tahu dan tempe
merupakan jenis protein tidak lengkap yang bersumber dari protein nabati
yang mengandung asam amino nonesensial, jenis protein ini tidak dapat
dan penggantian jaringan rusak (Hartono, 2013). Sehingga apabila ibu post
asam amino esensial yang berdampak pada lamanya penyembuhan luka SC,
hal ini didukung oleh penelitian Brown (2010) yang menyatakan bahwa
salep pada luka sectio caesarea setelah pulang ke rumah, serta sebaran di
perawat sebagai care giver, salah satunya dalam hal pengkajian dan
kesehatan lainnya seperti dokter dan ahli gizi untuk menyiapkan menu gizi
sesuai dengan kebutuhan pasien post sectio caesarea dan selalu dievaluasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
skor penyembuhan luka fase proliferasi post sectio caeesarea, maka dapat
bekerja sebagai ibu rumah tangga, tiga etnis terbanyak yang ditemukan
saat penelitian yaitu etnis Melayu (44%), disusul oleh etnis Madura
penyembuhan luka baik yaitu pada rentang skor 0-10, sedangkan terdapat
89
90
sectio caesarea.
6.2 Saran
penyembuhan luka fase proliferasi post sectio caesarea, maka peneliti ingin
1. Bagi Peneliti
terutama dalam hal pendidikan kesehatan tentang peran etnis dan budaya
berdasarkan etnis.
keperawatan yang tepat bagi pasien sesuai dengan etnis dan budaya
yang dipercayainya.
3. Bagi Responden
etnis dan budaya yang telah diuji dan dapat memperlambat penyembuhan
nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama masa nifas post sectio caesarea
92
Adreson, Kristin. 2014. Factors that impair wound healing. Journal of Amerian
collage of clinical wound specialists (2014) 4, 84-91
Afreni, mufida. Titan amalia. Rizaldi. Sugeng Rahanto. 2014. Mamoh Ranub
Kesembuhan Mulia Etnik Aceh – Kabupaten Aceh Barat. Surabaya : Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Alfady, mohammad faisol. 2015. Madu Dan Luka Diabetik Metode Perawatan
Luka Komplementer. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Aminah, syarifah. 2007. Proses Komunikasi Dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
Masyaraat Melayu Pontianak. Thesis Sekolah Pascasarjana Insitut
Pertanian Bogor.
Anggraini, ika. Nurrachmawati, annisa. 2010. Tradisi Kepercayaan Masyarakat
Pesisir Mengenai Kesehatan Ibu Di Desa Tanjung Limau Muara Badak
Kalimantan Timur. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.1 No.1 42-50
Arianto, nurcahyo tri. 2011. Kajian Etnografi. Departemen Antropologi FISIP
Unair.
Arifin, zainul. 2015. Gambaran pola makan anak usia 3-5 tahun dengan gizi
kurang di pondok bersalin tri sakti balong tani kecamatan Jabon, Sidoarjo.
Jurnal kebidanan. Volume 1. No.1
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Beauchamp. Evers. Mattox. 2012. Sabiston Textbook Of Surgery The Biological
Basis Of Modern Surgical Practice Edisi 19. Canada : Saunders, an Imprint
Of Elsevier Inc.
Beck, mary E. 2011. Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-
Penyakit Untuk Perawat & Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
(YEM).
Blais, kathleen koening. Janice s.hayes. barbara kozier. Glenora erb. 2007. Praktik
Keperawatan Profesional Konsep & Perspektif edisi.4. Jakarta. EGC.
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
93
94
Brown, katherine L dkk. 2010. Nutrition and wound healing. Clinics and
dermatlogi 28 432-439
Cunningham, Gary F, dkk. 2013. Obstetri Williams. Vol. 2. Edisi 23. Jakarta :
EGC
Data Rekam Medis RSUD dr. Soedarso tahun 2016.
Dharma, kelana kusuma. 2015. Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan
Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta. Trans Info
Media.
Dwiningsih, santi. Sri mulyati. Semi kawarakonda. Betty roosihermiate. 2014.
Buku Seri Etnoggrafi Kesehatan Belnggu Apung Etnik Sumba- Kabupaten
Sumba Timur. Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Elisa. 2014. Hubungan Antara Status Gizi Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesarea Di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang. Jurnal
keperawatan Maternitas. Vol.2 no.1
Effendi, ferry. Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medica.
Foster. 2011. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UIPress.
Haba, jonh. Ethins. 2012. Hubungan Sosial Dan Konflik Di Kalimantan Barat.
Jurnal Masyarakat Dan Budaya, Volume 14, No.1.
Hartati, suryani. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Post Partum
Pasca Sectio Caesarea Untuk Melakukan Mobilisasi Dini Di RSCM. Jurnal
Keperawatan Vol.5 No.2
Hartono, ardhy. 2013. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Imron, Moch. Munir amrul. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.
Jakarta : CV Sagung Seto.
Irwanda, welly febri. Mohammad andrie. Sri luliana. 2015. Uji Efek
Penyembuhan Luka Fase Air Ekstrak Ikan Toman Pada Tikus Putih Jantan
Wistar Yang Diberi Luka Sayat. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Vol.3. No.1.
95
Nurani, dian. Femmy, keintjem. Fredrika, nancy losu. 2015. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan proses penyembuhan luka sectio caesarea. Jurnal
ilmiah bidan. Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2015
Otoo, patience. Halen, habib. Augustine, ankoromah. Food probihitions and
other traditional practices in pregnancy: A qualitative study western region
of ghana. Advances in reproductive sciences, 2015,3,41-49.
Oxorn, harry. William R.forte. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica (YEM).
Paath. 2005. Resiko Tinggi kehamilan.
Perry & Potter. 2012.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
Dan Praktik. Vol. 2 Edisi 4. Jakarta : EGC
Petrica, alina. Cristina, brinzeu. Antoniu, brinzeu. Razvan, petrica. Mihai, lonac.
2009. TMJ Vol.4. 59, No. 3-4
Pusat Data dan Informasi. 2012. Kementrian Kesehatan RI (SDKI)
Puspitasari, herlina abriani. Basirun al-Ummah. Tri sumarsih r. 2011. Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol.7 No.1
Purwanto, heri. 2012. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Purwatiningtyas,rytme. Nurun, nikmah. 2013. Hubungan Riwayat SC (Partus
Kasep) Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesareadi Irna C RSUD
Syarifah Ambani Rato Ebhu Bangkalan. www.stikes-insan-seagung.ac.id
(diakses tanggal 18 Desember pukul 16.41)
Profil kesehatan Indonesia tahun 2015, Kementrian Kesehatan RI.
Pratiwi, arum. Siti arifah. 2011. Perilaku Kehamilan, Persaalinan, Dan Nifas
Terkait Dengan Budaya Kesehatan Pada Masyarakat Jawa Diwilayah
Kabupaten Sukoharjo. Vol.2 No.1. Tahun 2011.
Rasjidi, imam. 2009. Manual Seksio Saesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.
Jakarta : CV Sagung Seto.
Sagar, priscilla. 2012. Transcultural Nursing Theory and Models. New York.
Springer Publishing Company, LLC.
97
Saidah, nur. 2011. Perilaku pantang makanan pada ibu nifas dipolindes desa
lebakrejo purwodadi pasuruan. Jurnal hospital majapahit. Vol.3. No.2
Scemons, donna. Denise elston. 2009. Nurse to Nurse Wound Care Expert
Interventions. America : MeGraw-Hill.
Setyawati, lesia. Ida afriyanti. Sri wahyuni s. 2013. Perbedaan Penyembuhan
Luka Post Sc Yang Dilakukan Perawatan Luka Dengan Nacl 0,9% Dan
Povidon Iodine 10% Di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal kebidanan.
Volume 2. No. 1. April 2013. ISSN. 2089-7669
Sediaoetama, achmad djaeni. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi Jilid
II. Jakarta : Dian Rakyat.
Sibagariang, eva ellya. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Sihabudin, ahmad. 2013. Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi.
Jakarta : Bumi Aksara
Sukesi. Mas’adah. 2010. Hubungan Antara Kebiasaan Pantangan Makanan
Tertentu Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas. Jurnal
Kesehatan Suara Forikes. Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional Hal :
18-24
Suprabowo, edi. 2006. Praktik Budaya Dalam Kehanilan, Persalinan, Dan Nifas
Papda Suku Dayak Sanggau Tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nsional. Vol.1. No.3. Desember 2006.
Sussman, carrie. Barbara bates-jenson. 2012. Wound Care A Collaborative
Practice Manual For Health Professionals. California : 2-3.
Sulasman & Setia gumitar. 2013. Teori-teori Kebudayaan Dari Teori Hingga
Aplikasi. Bandung : Cv. Pustaka Setia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R & D). Bandung : Alfabeta
Syam, nina w. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media.
Syaifuddin, A. 2009. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodiharjo. Jakarta.
98