Anda di halaman 1dari 7

TUGAS II

TEORI MOTIVASI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pengampu :

Dr. Taufani Chusnul Kurniatun, M.Si.

Disusun oleh :
Zakiyyah Afifah Khairunnisaa (1904612)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
Teori Motivasi Para Ahli
A. Abraham Maslow
Teori Hierarki Maslow
Teori Hierarki ini dikemukakan oleh seorang psikolog yang bernama Abraham
Maslow pada tahun 1943. Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup manusia
berdasarkan Hirarkinya yaitu mulai dari kebutuhan yang mendasar hingga kebutuhan
yang lebih tinggi. Teori ini kemudian dikenal dengan Teori Maslow atau Teori
Hirarki Kebutuhan. Hirarki kelima Kebutuhan tersebut diantaranya adalah :
 Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs), yaitu kebutuhan terhadap makanan,
minuman, air, udara, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan untuk bertahan hidup.
Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
 Kebutuhan Keamanan (Safety needs), yaitu kebutuhan akan rasa aman dari
kekerasan baik fisik maupun psikis seperti lingkungan yang aman bebas polusi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta bebas dari ancaman.
 Kebutuhan Sosial (Social needs), yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.
Manusia merupakan makhluk sosial, Setiap orang yang hidup di dunia
memerlukan keluarga dan teman.
 Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs), Maslow mengemukan bahwa setelah
memenuhi kebutuhan Fisiologis, Keamanan dan Sosial, orang tersebut berharap
diakui oleh orang lain, memiliki reputasi dan percaya diri serta dihargai oleh
setiap orang.
 Kebutuhan Aktualisasi diri (Self-Actualization), Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tertinggi menurut Maslow, Kebutuhan Aktualisasi diri adalah
kebutuhan atau keinginan seseorang untuk memenuhi ambisi pribadinya.

B. Chris Argyris
Teori Chris Argyris (Teori Dewasa dan Tidak Dewasa)
Argyris adalah merupakan pengembangan dari Teori X dan Y, argyris
menambahkan bahwa ada perbedaan antara sikap dan perilaku pada diri seseorang.
Menurut Argyris, ada tujuh perubahan yang terjadi di dalam kepribadian seseorang
jika ia berkembang ke kedewasaan,
1. Seseorang itu akan bergerak dari suatu keadaan pasif sebagai anak-anak, ke suatu
keadaan yang bertambah aktivitasnya sebagai orang dewasa.
2. Seseorang akan berkembang dari suatu keadaan yang tergantung kepada orang lain
ke suatu keadaan yang relatif merdeka sebagai orang dewasa.
3. Seseorang bertindak hanya dalam cara sedikit sebagai anak-anak, tetapi sebagai
orang dewasa ia akan mampu bertindak dalam berbagai cara
4. Sesorang itu mempunyai minat yang tidak menentu, kebetulan dan tidak begitu
mendalam dan kuat minatnya sebagai orang dewasa
5. Persfektif waktu bagi anak-anak adalah singkat, hanya melibatkan waktu kini,
tetapi sebagai orang dewasa maka perspektif waktunya bertambah menjangkau masa
lalu dan masa yang akan datang
6. Seorang sebagai anak-anak, ia berada di bawah pengendalian setiap orang
(Subordinary to every one)
7. Sebagai anak-anak, seseorang kurang kesadaran akan dirinya, tetapi sebagai orang
yang sudah matang ia tidak hanya sadar, tetapi mampu untuk mengendalikan dirinya.
C. Mc Clelland
Teori kebutuhan McClelland adalah salah satu teori motivasi yang
menyatakan bahwa perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga kebutuhan
yaitu Kebutuhan akan pencapaian atau berprestasi (Achievement), Kebutuhan akan
Kekuasaan (Power) dan Kebutuhan akan Afiliasi (Affiliate). Oleh karena itu, Teori
Kebutuhan McClelland sering disebut juga sebagai Teori Tiga Kebutuhan atau Three
Needs Theory. Teori Kebutuhan McClelland ini dianggap sebagai perpanjangan
Hierarki Kebutuhan Maslow.
Three Needs Theory atau Teori Tiga Kebutuhan ini dikemukan oleh seorang
Psikolog Amerika Serikat yang bernama David McClelland pada tahun 1960-an.
Menurut McClelland, setiap individu memiliki tiga jenis kebutuhan motivasi ini
(Prestasi, Kekuasaan dan Afiliasi) terlepas dari demografi (usia, ras, jenis kelamin,
etnis), budaya atau kekayaan mereka. Jenis motivasi ini diperoleh dan dibentuk dari
waktu ke waktu melalui pengalaman dalam kehidupan nyata seseorang dan juga
pandangan hidupnya.
1) Kebutuhan akan Pencapaian (Achievement)
Individu dengan kebutuhan akan pencapaian atau prestasi tinggi ini sangat
termotivasi oleh pekerjaan yang menantang dan bersaing. Mereka mencari peluang
promosi dalam pekerjaan dan memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan umpan
balik atas pencapaian mereka. Mereka akan berusaha mendapatkan kepuasan dalam
melakukan hal-hal dengan lebih baik. Pencapaian atau Prestasi tinggi akan berkaitan
langsung dengan kinerja tinggi. Individu yang berkinerja lebih baik dan di atas rata-
rata sangat termotivasi. Orang-orang ini dapat memikul tanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah di tempat kerja.
McClelland menyebutkan bahwa orang-orang dengan kebutuhan akan prestasi
tinggi ini sebagai akan menetapkan target yang menantang untuk diri sendiri dan
mengambil risiko yang disengaja untuk mencapai target yang ditetapkan tersebut.
Individu yang memiliki kebutuhan akan pencapaian ini mencari cara yang inovatif
dalam melakukan pekerjaan. Mereka menganggap pencapaian tujuan sebagai hadiah
dan menghargainya lebih dari sekadar hadiah finansial.
2) Kebutuhan akan Kekuasaan (Power)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan dalam diri seseorang untuk
memegang kendali dan wewenang atas orang lain dan memengaruhi serta mengubah
keputusan sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Individu tersebut akan
termotivasi oleh kebutuhan akan reputasi dan harga diri. Individu yang memiliki
kekuasaan dan otoritas yang lebih besar akan melakukan lebih baik daripada mereka
yang memiliki kekuasaan kecil.
Umumnya, manajer dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi akan
menjadi manajer yang lebih efisien dan sukses. Mereka lebih bertekad dan loyal
kepada organisasi tempat mereka bekerja. Kebutuhan akan kekuasaan tidak harus
selalu dianggap negatif. Ini dapat dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek
positif pada organisasi dan untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan
organisasinya.
3) Kebutuhan akan Afiliasi (Affiliation)
Kebutuhan untuk berafiliasi adalah dorongan seseorang untuk memiliki
hubungan interpersonal dan sosial dengan orang lain atau sekelompok orang tertentu.
Mereka berusaha untuk bekerja dalam kelompok dengan menciptakan hubungan yang
ramah dan memiliki keinginan yang kuat untuk disukai oleh orang lain. Orang-orang
ini cenderung suka berkolaborasi dengan orang lain dalam bersaing dan biasanya akan
menghindari situasi yang berisiko tinggi ataupun menghindari situasi yang penuh
dengan ketidakpastian.
Individu-individu yang termotivasi oleh kebutuhan akan berafiliasi ini lebih
suka menjadi bagian dari suatu kelompok. Mereka suka menghabiskan waktu
bersosialisasi dan menjaga hubungan dan memiliki keinginan kuat untuk dicintai dan
diterima. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini cenderung mematuhi
norma-norma budaya di tempat kerja yang bersangkutan dan biasanya tidak akan
mengubah norma-norma di tempat kerja karena takut ditolak oleh orang-orang
disekitarnya.
D. Frederick Herzberg
Teori Dua Faktor Herzberg atau sering disebut juga dengan Teori Motivator-
Hygiene adalah Teori Motivasi yang dikemukakan oleh Psikolog Amerika Serikat
yang bernama Frederick Herzberg pada tahun 1959 mengenai variabel-variabel yang
dianggap diinginkan untuk mencapai tujuan dan kondisi buruk yang harus dihindari.
Dikatakan sebagai Teori Dua Faktor karena pada teori ini pada dasarnya terdiri atas
dua faktor yang mempengaruhi Motivasi seseorang dalam bekerja, kedua faktor
tersebut adalah faktor Motivator dan faktor Hygiene.
Herzberg Two Factor Theory ini didapat dari hasil penelitian terhadap 203
orang teknisi dan akuntan di Pittsburgh, Amerika Serikat. Di penelitian ini, para
teknisi dan akuntan diminta untuk berbagi pengalaman mengenai perasaan “Sangat
Baik” dan “Sangat Buruk” mereka pada saat bekerja. Herzberg kemudian
menyimpulkan bahwa ada dua kondisi kerja yang tidak saling tergantung yang
mempengaruhi perilaku secara berbeda.
Berdasarkan penelitiannya ini, Herzberg kemudian mengembangkan teori
bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada 2 jenis faktor yaitu Faktor kepuasan
(faktor motivator atau pemuas) dan faktor ketidakpuasan (faktor Hygiene atau
ketidakpuasan) yang kita kenal sebagai Teori Dua Faktor Herzberg.
a. Faktor Motivator
Kehadiran faktor Motivator akan menyebabkan karyawan bekerja lebih keras.
Faktor Motivator ini dapat ditemukan di dalam pekerjaan itu sendiri. Contohnya
seperti Prestasi kerja, Pengakuan, sifat Pekerjaan itu sendiri, Tanggung Jawab dan
Peluang untuk pertumbuhan. Menurut Herzberg, ketidakhadiran Faktor Motivator ini
tidak akan mengakibatkan ketidakpuasan kerja yang berarti, namun adanya faktor
motivator akan memberikan kepuasan yang tinggi bagi karyawannya.
 Prestasi : Pekerjaan harus memberi karyawan rasa prestasi. Ini akan memberikan
perasaan bangga karena telah berhasil melakukan sesuatu yang sulit tetapi
bermanfaat.
 Pengakuan : Pekerjaan harus memberikan pujian dan pengakuan atas
keberhasilannya kepada karyawan. Pengakuan ini harus datang dari atasan atau
rekan-rekan kerja mereka.
 Pekerjaan itu sendiri : Pekerjaan itu sendiri harus menarik, beragam dan
memberikan tantangan yang cukup untuk membuat karyawan tetap termotivasi.
 Tanggung jawab : Karyawan harus “memiliki” pekerjaan mereka. Mereka harus
menganggap diri mereka bertanggung jawab atas penyelesaian.
 Pengembangan Karir : Peluang promosi harus ada untuk karyawan.
 Pertumbuhan : Pekerjaan harus memberi karyawan kesempatan untuk
mempelajari keterampilan baru. Ini bisa terjadi baik di tempat kerja atau melalui
pelatihan yang lebih formal.
b. Faktor Hygiene
Tidak adanya faktor Hygiene akan menyebabkan karyawan bekerja kurang
keras. Ketidakhadiran Faktor Hygiene ini juga akan menyebabkan ketidakpuasan bagi
pekerjanya. Contoh faktor Hygiene diantaranya seperti kebijakan perusahaan,
pengawasan, gaji, kondisi kerja, keselamatan dan kesehatan tempat kerja, hubungan
dengan kolega, tempat kerja fisik serta hubungan antara atasan dan bawahan. Namun
adanya faktor Hygiene tidak banyak berpengaruh terhadap kepuasan kerja bagi
karyawannya. Faktor Hygiene ini pada dasarnya tidak ada pekerjaan itu sendiri, tetapi
ada pada sekitar pekerjaan tersebut. Faktor ini sering diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Faktor Kesehatan atau Faktor Higienis.
 Kebijakan perusahaan : Perusahaan harus adil dan jelas bagi setiap karyawan.
Mereka juga harus setara dengan pesaing-pesaingnya.
 Pengawasan : Pengawasan harus adil dan sesuai. Karyawan harus diberikan
otonomi dan tentunya dalam ruang lingkup yang sewajarnya.
 Hubungan : Hubungan yang sehat, ramah dan pantas harus ada di antara rekan
kerja, atasan dan bawahan.
 Kondisi kerja : Peralatan dan lingkungan kerja harus aman, cocok untuk tujuan
dan higienis (sehat dan bersih).
 Gaji : Struktur pembayaran harus adil dan masuk akal. Gaji atau upah juga harus
kompetitif dengan organisasi lainnya dalam industri yang sama.
 Keamanan : Penting bagi karyawan untuk merasa bahwa pekerjaan mereka
aman dan mereka tidak berada di bawah ancaman PHK.
c. Kombinasi Motivator-Hygiene di Tempat Kerja
Pada umumnya, terdapat 4 kombinasi yang berbeda pada tempat kerja :
 Hygiene tinggi dan Motivasi tinggi – Ini adalah situasi yang ideal. Karyawan
sangat termotivasi dan nyaris tidak memiliki keluhan.
 Hygiene tinggi dan Motivasi rendah – Karyawan memiliki sedikit keluhan,
tetapi mereka tidak benar-benar termotivasi, mereka melihat pekerjaan mereka
hanya sebagai tempat untuk menerima gaji saja.
 Hygiene rendah dan Motivasi tinggi – Karyawan termotivasi, pekerjaan mereka
menantang, tetapi mereka memiliki keluhan tentang gaji atau kondisi kerja.
 Hygiene rendah dan Motivasi rendah – Ini adalah situasi terburuk yang
mungkin terjadi, karyawan tidak termotivasi dan memiliki banyak keluhan.
Referensi
Budi 2020. Teori Dua Faktor Herzberg (Teori Motivator-Hygiene).
https://ilmumanajemenindustri.com/teori-dua-faktor-herzberg-teori-motivator-
hygiene/.
Budi. 2019. Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi.
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-motivasi-dan-teori-teori-motivasi/
Budi. 2020. Teori Kebutuhan McClelland (McClelland’s Theory of Needs).
https://ilmumanajemenindustri.com/teori-kebutuhan-mcclelland-mcclellands-theory-
of-needs/
Meliala, Timoteus S. Teori motivasi Abraham H. Maslow dan penerapannya dalam
manajemen.
http://thomotugaskuliah.blogspot.com/2010/01/teori-motivasi-organisasi.html

Anda mungkin juga menyukai