Teori motivasi yang paling awal dan terkenal adalah teori hierarki kebutuhan.
Pencetus teori ini adalah Abraham Maslow. Maslow (1954) menghipotesiskan bahwa di
dalam diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yaitu, kebutuhan
fisiologis, kebutuhan kemanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu dalam dua bagian besar, yakni
kebutuhan tingkat rendah dan kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan akan keamanan ditempatkan sebagai kebutuhan tingkat rendah, sementara
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri ditempatkan ke
dalam kebutuhan tingkat tinggi. Alasan di balik pemikiran Maslow adalah kebutuhan
tingkat tinggi dipenuhi secara internal (dalam diri orang itu) sedangkan kebutuhan
tingkat rendah dipenuhi secara eksternal (misalnya: dengan upah, kontrak, serikat buruh
dan masa kerja).
1. Kebututuhan Fisiologis: antara lain rasa `lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
perumahan), seks dan kebutuhan jasmani lain;
3. Kebututuhan Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan
persahabatan;
Pencetus teori ini adalah David McClelland dan para koleganya. Teori ini
fokusnya pada tiga kebutuhan, yakni prestasi (need for achievement), kekuasaan (need
for power) dan pertemanan (need for affiliation). Kebutuhan ini didefinisikan sebagai
berikut:
2. Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku
sebaliknya.
3. Kebutuhan akan kelompok pertemanan adalah hasrat untuk melakukan hubungan
antar pribadi yang ramah dan akrab.(McClelland, 1961).
Kebutuhan akan kekuasaan (nPow- need for power) adalah hasrat untuk
berpengaruh dan mengendalikan orang lain. Individu-individu yang nPowernya tinggi
menikmati kekuasaan, bertarung untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih menyukai
ditempatkan dalam situasi kompetitif dan berorientasi status dan cenderung lebih peduli
akan prestise serta memperoleh pengaruh atas orang lain dari pada kinerja yang efektif.
Pada akhir tahun 1960-an Edwin Locke mengemukakan bahwa niat-niat untuk
bekerja menuju sasaran merupakan sumber utama dari motivasi kerja (Locke, 1968).
Artinya, sasaran memberi tahu karyawan apa yang perlu dikerjakan dan berapa banyak
upaya yang harus dilakukan (Prest, et.al.1987).Banyak bukti sangat mendukung nilai
dari sasaran. Sasaran khusus meningkatkan kinerja; sasaran yang sulit bila diterima
baik, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari pada sasaran yang mudah;
dan umpan balik menghasilkan kinerja yang lebih tinggi ketimbang tidak ada umpan
balik (Yukl dan Latham, 1975).
Sasaran secara spesifik menghasilkan tingkat keluaran (output) yang lebih tinggi
dari pada sasaran umum. Kekhususan sasaran itu sendiri berfungsi sebagai rangkaian
internal. Jika faktor seperti kemampuan dan penerimaan sasaran itu dikonstankan, dapat
dikatakan bahwa makin sulit tingkat kinerjanya.Akan tetapi adalah logis untuk
mengasumsikan bahwa sasaran yang lebih mudah akan lebih besar kemungkinan untuk
diterima. Tetapi begitu karyawan menerima dengan baik tugas yang sulit, ia akan
berusaha keras sampai tugas itu dicapai, diturunkan atau diabaikan.
Menurut McMahon dan Ivancevich, (1982) bahwa orang akan melakukan tugas
dengan baik, bila mereka menerima umpan balik. Umpan balik, membantu
mengidentifikasi penyimpangan antara apa yang telah dan apa yang akan mereka
kerjakan.Umpan balik dengan demikian, bertindak memandu perilaku. Namun, tidak
semua umpan balik sama kuatnya. Umpan balik yang ditimbulkan oleh diri sendiri
dimana karyawan itu mampu memantau kemajuan sendiri, telah terbukti sebagai
motivator yang lebih ampuh dari pada umpan balik yang ditimbulkan secara eksternal.
Pencetus teori dua faktor atau yang sering dikenal dengan sebutan teori motivasi
higiene adalah psikolog Frederick Herzberg. Herszberg, et.al. (1959), yakin bahwa
hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap
seseorang terhadap kerja dapat sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan individu
itu. Herszberg menelaah pertanyaan apa yang diinginkan orang-orang dari pekerjaan
mereka? Ia meminta orang-orang untuk menguraikan secara rinci situasi-situasi dimana
mereka merasa baik atau buruk menyangkut pekerjaan mereka. Respon mereka
ditabulasikan dan dikategorikan.
Menurut Herszberg, data itu memberi gambaran bahwa lawan dari kepuasan
bukan ketidakpuasan seperti yang diyakini orang pada umumnya. Maka, menurut
Herszberg, menyingkirkan karakteristik yang tidak memuaskan pada pekerjaan tertentu,
tidak secara serta merta menyebabkan pekerjaan itu menjadi memuaskan. Menurut
Herszberg faktor yang menyebabkan kepuasan kerja terpisah dan berbeda dari faktor-
faktor yang menimbulkan ketidak puasan kerja. Oleh karena itu manejer yang berusaha
menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja dapat membawa
ketenteraman tetapi belum tentu memotivasi.
Tiga teori sebelumnya sangat dikenal umum akan tetapi belum teruji secara
empirik.Teori-teori berikut merupakan teori kontemporer yang walaupun memiliki
kesamaaan dengan teori sebelumnya, namun telah dilengkapi dengan hasil penelitian
empirik.
2. Jati diri Tugas (task identity). Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara
keseluruhan dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja
seseorang. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan
yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak
puas.
3. Tugas yang penting (task significance). Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai
dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain, baik orang tersebut merupakan
rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan
sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia
cenderung mempunyai kepuasan kerja.
5. Umpan balik. Tingkat kinerja kegiatan kerja dalam memperoleh informasi tentang
keefektifan kegiatannya. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu
meningkatkan tingkat kepuasan.
D. Teori Rasional
Mc.Gregor membagi manusia ke dalam dua kelompok besar dengan symbol hurup X
dan Y, satu kelompok sebagai tifikal para pemalas dan pembangkang yang bekerja hanya
untuk memenuhi tuntutan badan, di sisi yang berbeda ada kelompok pekerja keras dan cerdas
yang tidak sekedar berorienatsi pada pemenuhan kebutuhan jasmani dalam bekerja. Kedua
kelompok ini masih lestari di dunia, dan tentunya bisa dijumpai di sekitar lingkungan kita.
Advertisement
Aristippos dari Yunani dengan sangat percaya diri menyatakan bahwa keinginan
terbesar bagi manusia adalah memuaskan nafsunya. Dalam kata lain Aristippos menyatakan
bahwa manusia adalah budak kesenangan. Sebagai budak kesenangan, maka manusia akan
selalu mencari jalan untuk mendapatkan kesenangan. Bekerja, berkarya adalah jalan untuk
menuju kesenangan. Segala sesuatu yang dianggap sebagai pelantara menuju lembah
kesenangan akan dicari meski harus berdarah-darah.
Maslow yang terkenal dengan hirarki kebutuhan manusia menyatakan bahwa manusia
akan bekerja jika merasa membutuhkan sesuatu. Ketika merasa lapar maka manusia
membutuhkan makan. Jika rasa lapar itu bisa dipenuhi dengan hanya sepiring nasi dan
sepotong tempe goreng, maka manusia akan mengerahkan kemampuannya untuk
merealisasikan itu, yang tentunya tidak begitu sulit. Namun jika rasa laparnya hanya bisa
dipenuhi dengan seloyang pizza daging kambing ditambah segelas orange juice, maka usaha
untuk memenuhi kebutuhan ini akan memaksa dia bekerja maksimal.
Organisasi pendidikan Islam yang dikelola oleh orang-orang beriman tentu memiliki
keunikan tersendiri. Perilaku organsiasi yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan Islam
meski bersifat humanis universal, tetap mengandung warna-warni Islami. Salah satu
keunikannya adalah adanya motivasi yang besifat transendental.
Motivasi yang dimiliki oleh setiap individu dalam organisasi pendidikan Islam sangat
menentukan kualitas perilaku mereka dalam bekerja. Seorang pekerja yang memiliki motivasi
lahiriyah sebagaimana penjelasan Maslow tentu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Begitu juga seorang pekerja yang memiliki motivasi untuk berprestasi sebagaimana
teori Mc. Clelland, akan berusaha semaksimal mungkin untuk meraih yang diinginkan.
Pekerja yang bermazhab hedonism pun akan rajin melakukan pekerjaan demi mendapatkan
kesenangan yang bisa dia raih dari hasil kerjanya.
Lingkungan organisasi yang memiliki etos kerja tinggi tentu didasari oleh adanya
motivasi yang tinggi juga. Seorang pekerja yang menginginkan BMW pasti akan bekerja
lebih giat dari pada seorang pekerja yang menginginkan Xenia. Seorang guru yang mencintai
murid-muridnya seperti dia mencintai anaknya tentu akan mengajar lebih semangat dari pada
guru yang menganggap murid hanya kenalan di sekolah. Demikian juga seorang kepala divisi
di sebuah instansi yang memiliki cita-cita untuk menjadi direktur akan bekerja lebih total dari
pada kepala divisi yang merasa sudah cukup dengan posisinya tersebut.
Jika pekerja yang memiliki motivasi lahiriyah bisa meningkatkan etos kerja mereka,
maka bagaimana dengan pekerja yang memiliki motivasi lahiriyah dan batiniyah? Tentu
mereka akan mendapatkan nilai plus dari keberadaan motivasi transendetal, bahkan ini bisa
menjadi kunci dalam mengarungi dunia kerja yang penuh dengan ketidak pastian.
Realita berbicara bahwa tidak semua orang yang bekerja keras bahkan bekerja cerdas
sekalipun bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Sebagai contoh; Seorang siswa yang
memiliki motivasi untuk meraih juara umum di sekolahnya belajar dengan giat. Setiap hari
dia mengulang pelajaran. Jika mendapatkan sesuatu yang tidak dipahami, dia akan bertanya
kepada gurunya. Sebulan menjelang ujian, si siswa sudah menulis rangkuman semua mata
pelajaran yang akan diujikan. Seminggu sebelum ujian, dia mampu memahami dan
menghafalnya. Dan satu hari sebelum ujian, anak tersebut diserang panas. Badannya
menggigil, kepalanya pusing dan perutnya sedikit kembung. Hari pertama ujian, siswa yang
termotivasi untuk menjadi juara umum tersebut terbaring di rumah sakit. Dokter yang
memeriksa menyatakan dia terkena deman berdarah.
Menurut teori motivasi konvensional, jika dorongannya maksimal maka hasilnya pun
akan maksimal. Bagaimana dengan peristiwa yang terjadi pada siswa tersebut di atas? Andai
dia hanya memiliki motivasi yang berorientasi kepada benda dan dunia, bisa dipastikan akan
terkena stress. Siswa tersebut bisa jadi akan sulit sembuh dari sakitnya, karena sakit psikis
sangat berpengaruh terhadap sakit fisik. Bahkan sakit psikis lebih berbahaya dari pada sakit
fisik.
Motivasi yang datang dan lahir karena fondasi kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa
akan lebih lama bertahan dari pada motivasi yang berasal dari keinginan duniawi.
Sebagaimana sifat dunia yang tidak abadi, begitu juga dengan motivasinya. Namun jika
motivasi hadir karena keimanan kepada yang Maha Abadi dan dengan segala janji tentang
alam keabadian setelah mati, maka motivasi tersebut akan terus menyala. Motivasi jenis ini
tidak akan kering meski tidak diguyur hujan materi.
Coretanzone. (2017, 31 Desember). Teori-teori Motivasi Kerja Menurut Para Ahli Psikologi.
Diakses pada 17 September 2019, dari https://www.coretanzone.id/2017/12/teori-teori-
motivasi-kerja.html
Universitas Psikologi. (2018, 29 Juni). Teori Motivasi Kerja - Pengertian dan Siklus
Motivasi. Diakses pada 18 September 2019, dari
https://www.universitaspsikologi.com/2018/06/teori-motivasi-kerja-pengertian-dan-
siklus.html
Jurnal Manajemen, Bahan Kuliah Manajemen. (2007, Desember). Model Karakteristik Pekerjaan
(Job characteristics models). Diakses pada 18 September 2019, dari http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2007/12/model-karakteristik-pekerjaan-job.html
Santri Nulis. (2017, 25 Agustus). Hubungan Motivasi dan Kinerja Manusia. Diakses pada 18
September 2019, dari https://santrinulis.com/index.php/2017/08/25/hubungan-motivasi-dan-
kinerja-manusia/