OLEH :
NIM : 192381291
JURUSAN : KEHUTANAN
KELAS/SEMESTER :C /II
JURUSAN KEHUTANAN
KUPANG
2020
MOTIVASI
Pandangan motifasi dalam organisasi dapat dilihat dari tiga jenis teori motivasi yang
ada, yaitu :
A. Model Tradisional
Tidak lepas dari teori manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic Winslow
Taylor. Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilakukan dengan sistem pengupahan insentif untuk memacu para pekerja
agar memberikan produktivitas yang tinggi.
Teori produktivitas memandang bahwa tenaga kerja pada umumnya malas dan hanya
dapat dimotivasi dengan memberikan penghargaan dalam wujud materi (uang).
Pendekatan ini cukup efektif dalam banyak situasi sejalan dengan peningkatan
efisiensi. Disini pemutusan hubungan kerja sudah merupakan suatu kebiasaan dan
para pekerja akan mencari jaminan daripada hanya kenaikan upah kecil dan
sementara.
TEORI MOTIFASI
terdiri dari :
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual
Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status
Aktualisasi diri (self actualization), setiap orang memiliki potensi-potensi tertentu dan
biasanya potensi tersebut cenderung ditransformasikan hingga tercapai prestasi melalui
perilaku yang tepat. Menurut Maslow, ”What a man can be, he must be.”
Secara analogi, istilah “hierarki” berarti anak tangga. Saat kita menaiki suatu tangga,
kita akan mulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang
tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua (dalam hal ini rasa aman)
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang
ketiga tidak akan diusahakan pemuasannya sebelum seseorang merasa aman,
demikian pula seterusnya.
Namun pemuasan kebutuhan dengan urutan yang telah dikemukakan bukanlah suatu
kejadian tunggal yang unik. Justru ia bersifat siklis. Seseorang yang kebutuhan
pangannya telah terpenuhi, akan berusaha memenuhi kebutuhannya akan rasa aman.
Tetapi pada akhirnya, ia akan merasa lapar lagi yang mengingatkannya pada
kebutuhan pangan.
Selain itu ada juga orang yang makan karena lapar, tetapi ia sekaligus dapat memenuhi
kebutuhannya akan kasih sayang atau sosial dengan makan bersama sekelompok
orang.
Dalam hal ini, walaupun secara teori berbagai kebutuhan telah didiferensiasikan,
perilaku nyata menunjukkan adanya lebih dari satu macam kebutuhan.
Teori ERG
Teori ERG dikembangkan oleh Clayton Alderfer. ERG merupakan huruf-huruf pertama
dari tiga istilah yaitu :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya
Apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan maka keinginan untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi semakin kuat.
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin
besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya,
karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-
hal yang mungkin dicapainya.
Teori yang dikembangkan oleh Atkinson dan David McClelland ini meliputi :
Teori yang dikembangkan Frederich Herzberg sebagai Model Dua Faktor dari motivasi
terdiri dari :
Faktor Motivasional
Faktor hygiene merupakan faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, artinya bersumber dari
luar diri seseorang yang turut menentukan perilaku dalam kehidupan oragn tersebut.
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni :
Pemikiran B.F. Skinner mengenai teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”, dimana
manusia cenderung untuk mengulangi tindakan yang mempunyai konsekuensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelak dari tindakan yang mengakibatkan konsekuensi
yang merugikan.
Sebagai contoh, ada seekor burung dara yang lapar. jika ia mematuk-matuk lingkungan
sekitarnya, ia akan mendapatkan imbalan, dalam arti bahwa burung dara tersebut
mendapatkan makanannya. Akhirnya setiap kali ia lapar, ia akan selalu mematuk
lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya jika burung dara tersebut hanya berdiam diri menunggu makanan datang,
besar kemungkinan tidak akan ada makanan yang datang padanya (tidak ada imbalan)
dan lama-lama tubuhnya semakin lemah. Hal tersebut tentu merugikan dirinya sendiri.
Hingga akhirnya ia akan berusaha mematuk lingkungan sekitarnya agar mendapatkan
makanan. Tindakan tersebut dianggap “diperkuat” (Reinforced) dan burung dara
tersebut belajar untuk membedakan antara perilaku yang mendapat imbalan dan
perilaku yang tidak mendapat imbalan (merugikan).
Teori hasil pemikiran S. Adams ini berpandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Sebagai ilustrasi, apabila seorang pegawai mempunyai
persepsi bahwa gaji yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi,
yaitu :
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat
pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai
Apabila sampai terjadi perspektif ketidakadilan maka akan timbul berbagai dampak
negatif, seperti ketidakpuasan, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas,
seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-
masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” menyatakan teori
harapan yang berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang
diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Selain lima teori kontemporer diatas, masih banyak lagi teori-teori motivasi. Diantaranya
yaitu :
Teori-teori Behavioral :
Pada periode 1935 – 1960, Kurt Lewin mengajukan Field Theory yang dipengaruhi oleh
prinsip dasar psikologi Gestalt. Lewin menyatakan bahwa perilaku ditentukan baik oleh
manusia maupun oleh lingkungan. Menurut Lewin, besar gaya motivasional pada
seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan lingkungannya ditentukan
oleh tiga faktor:
Tension atau besar kecilnya kebutuhan
Jarak psikologis orang tersebut dari tujuan. Semakin dekat seseorang dengan
tujuannya, semakin besar gaya motivasinya. Sebagai contoh, seorang pelari yang
sudah kelelahan melakukan sprint ketika ia melihat atau mendekati garis finish,
semangatnya muncul lagi untuk lebih cepat berlari.
Teori-teori Cognitive :
Teori-teori Psychoanalytic
Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic
Theory atau Psychosexual Theory yang dikemukakan oleh Freud (1856 – 1939). Model
tentang motivasi menurut Freud terdiri dari tiga bagian :
Superego (hati nurani) yaitu yang mengendalikan kedua macam mekanisme tersebut
Freud menitikberatkan teorinya pada persoalan seks yang kemudian dimodifikasi oleh
para pengikutnya.
Erik Erikson yang merupakan murid Freud menentang pendapat Freud. Erik
menyatakan dalam Theory of Socioemotional Development atau Psychosocial
Theory bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan pribadi
adalah interaksi sosial.
Teori-teori Social Learning
Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian
pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana
akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba
menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-
response atau reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter,
motivasi merupakan fungsi dari harapan dan nilai reinforcement.
Teori Social Cognition
Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang dilihat
Pendekatan ini gabungan antar pendekatan individu dan kelompok dengan jalan
mempelajari perilaku antarmanusia sebagai sistem-sistem sosial yang mengaitkan dua
orang atua lebih bersama-sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama
tertentu
5. Pendekatan Sosioteknik
8. Pendekatan Matematis
9. Pendekatan Situasional
10. Pendekatan Sumber Daya Manusia
MANAJEMEN KONFLIK
“Suatu proses rasional yang sifatnya literatif, dimana proses tersebut terjadi secara
terus-menerus mengalami penyempurnaan hingga tercapai model yang representatif
dan ideal.”
“Langkah-langkah yang diambil pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan akhir berupa
penyelesaian konflik, dan mungkin/tidak menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat atau agresif.”
Konflik Pribadi
Konflik ini terjadi disebabkan adanya dua individu yang saling tidak menyadari
kesalahan dari masing-masing. Dalam konflik pribadi, masing-masing individu akan
saling berusaha untuk saling menjatuhkan. Contohnya saja perselisihan diantara ketua
dan sekrertaris dalam suatu organisasi yang diantaranya memiliki pendapat yang
berbeda. Karena tidak adanya pihak yang mengalah, maka terjadilah konflik diantara
mereka.
Konflik Kelompok
Konflik yang terjadi diantara dua kelompok atau lebih yang memiliki tujuan yang sama
namun memiliki pendapat dan cara pandang yang berbeda. Dalam konflik ini, biasanya
menimbulkan beberapa kerugian yang sifatnya materi dan menimbulkan kerusakan
infrasturktur.
Contohnya saja tawuran antar pelajar yang terjadi di Ibu Kota yang meyertakan banyak
perserta tawuran, mengakibatkan kerusakan infrastruktur kota seperti halte, maupun
tanaman hias di pinggir jalan. Tawuran pelajar terjadi tidak jarang karena ingin
menunjukkan seberapa kuat atau solidnya siswa sekolah tersebut atau karena salah
paham.
Konflik yang terjadi pada individu maupun kelompok yang berada di tingkatan kelas
yang berbeda. Kelas yang dimaksud dalam hal ini adalah kedudukan seorang individu
atau kelompok dalam masyarakat secara vertikal.
Contohya saja seperti adanya demo para buruh pabrik yang menuntut pemilik pabrik
untuk menaikkan upah yang selama ini mereka rasa kurang layak untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Konflik Politik
Konflik politik terjadi antar kelompok maupun antar individu yang berbeda pandangan.
Hal ini biasa terjadi dalam ranah politik karena masing-masing individu maupun
kelompok memiliki cara pandang, pola pikir yang berbeda, namun memiliki satu tujuan
yaitu kekuasaan.
Contohnya saja dalam tahun politik, partai oposisi maupun partai koalisi saling beradu
argumen dan saling menjatuhkan untuk memenangkan calon kandidat pemimpin untuk
memegang kuasa negara.
Konflik Ekonomi
Konflik ekonomi biasa kita temui dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Konflik ini
biasanya terjadi akibat persaingan pada proses kegiatan ekonomi antar individu
maupun kelompok. Contohnya saja akibat kalah saing dalam penjualan, seorang
pengusaha menyebarkan berita tidak benar terkait produk saingannya dengan tujuan
agar konsumen produk konsumen beralih mengonsumsi produknya.
Konflik Hukum
Konflik hukum dapat terjadi akibat ketidakadilan hukum yang dirasakan oleh individu
maupun kelompok. Ketidakadilan tersebut muncul karena hukum yang diberikan tidak
sesuai atau terjadi penyalahgunaan terhadap hukum.
Contohnya saja unjuk rasa dilakukan oleh sekelompok orang yang menuntut bahwa
hukum yang diberlakukan oleh para koruptor tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Mereka merasa pemberian hukuman kepada koruptor seperti tumbul ke bawah dan
terkesan tidak adil kepada rakyat kecil.
Konflik Ras
Dewasa ini, konflik ras tidak ssering terjadi dalam masyarakat. Konflik ras terjadi akibat
rasa ketidakadlian yang didapat dari salah satu ras atau ras lain merasa dirinya lebih
unggul. Contohnya saja kriminalitas seperti pembunuhan yang dilakukan ras kulit hitam
di Amerika adalah sebagai bentuk protes kekecewaan mereka akibat ras kulit putih
menganggap mereka adalah golongan terendah.
Konflik Keluarga
Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena beberapa faktor
seperti kecemburuan, maupun faktor ekonomi. Contohnya saja beberapa anggota
keluarga memperebutkan harta waris yang merasa bahwa bagian yang didapat tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak dapat
dihindari.
Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada stimulasi konflik.
Metoda pengurangan konflik menekan terjadinya antogoisme yang ditimulkan oleh
konflik. Jadi, metoda ini mengelola tingkat konflik melalui “ Pendinginan Suasana” tetapi
tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik.
Metoda penyelesaian konflik yang akan di bahas berikut berkenaan dengan kegiatan-
kegiatan para manajer yang dapat secara langsung mempengaruhi pihak-pihak yang
bertentangan. Metoda-metoda penyelesaian konflik lainnya yang dapat digunakan
mencakup perubahan dalam struktur organisasi,mekanismekoordinasi dan sebagainya.
Ada tiga metoda penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau
penekanan,komprom, dan pemecahan masalah integratif. Metoda-metoda ini berbeda
dalam hal efektifitas dan kreatifitas penyelesaian konflik serta pencegahan situasi
konflik di masa mendatang.
1.Studi kasus
“pada tanggal 14 maret 2020, jurusan Kehutanan Politeknik Pertanian Negeri Kupang
mengadakan sosialisasi dengan tema Disiplin Waktu. Kegiatan ini dilakukan dengan
maksut untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya menerapkan
Disiplin Waktu dalam kegiatan kuliah, bersosialisasi dan dalam kehidupan sehari-hari,
harapanya mahsiswa jurisan kehutanan pada ahit studi mendapatkan IPK yang tinggi,
lulus tepat pada waktunya dan Jurusan kehutanan mampu menciptakan generasi-
generasi yang professional”
Disini saya mengambil salah satu dari teori motivasi yaitu: Teori pengharapan,
menurut Victor H. Vroom,
dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” menyatakan teori harapan
yang berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu.teori ini ada kaitan erat dengan studi kasus
diatas yang bertema “ Disiplin Waktu”. Hal ini mengharapkan agar mahasiswa mampu
mendapatkan IPK yang tinggi, lulus tepat pada waktunya dan mampu menciptakan
generasi yang professional.
2. Carilah konflik yang terjadi dalam bidang kehutanan, lingkungan hidup,pertanian, dan
kelautan kemudian deskripsikan “Manajemen Konflik” yang digunakan dalam
pemecahan masalah tesebut.
Proses sosial dalam bentuk kerjasama yang umumnya dilakukan karena adanya
kepentingan yang sama di antara pelaku yang terlibat. Sebaliknya, perbedaan
kepentingan dan tujuan diantara pelaku dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian
pada akhirnya mengakibatkan terjadinya persaingan dan konflik yang dapat
mempengaruhi solidaritas kelompok itu sendiri. Di dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian yang berbasis rekayasa sosial kerjasama antarpelaku hanya terlihat sebagai
kerjasama artificial Kalaupun ada kerjasama, masih dalam bingkai keproyekan yang
mengharuskan mereka untuk bekerjasama, karena anggapan sebagian dari mereka
bahwa kerjasama hanya dilakukan apabila ada proyek dari pemerintah yang akan
mereka laksanakan. Sedangkan pada pembelajaran sosial terlihat bahwa proses sosial
yang terjadi telah mengarah kepada bentuk kerjasama karena adanya kepentingan
yang sama khususnya dalam hal pencarian dan penambahan pengetahuan bagi
mereka. Konflik pada penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang berbasis rekayasa
social cenderung untuk dihindari atau dibiarkan tersembunyi dan sulit untuk diangkat ke
permukaan, sehingga lambat laun dapat meledak yang berakibat pada menurunkan
solidaritas kelompok. Sedangkan pada penyelenggaraan penyuluhan pertanian
berbasis pembelajaran social, konflik yang terjadi dikelola dan dijadikan sebagai
pendorong bagi setiap pelaku untuk lebih mandiri dan juga menjadikan pelaku untuk
lebih bersungguh-sungguh dalam meningkatkan kemampuan mereka, khususnya
dalam mencari dan menemukan sendiri inovasiinovasi baru yang pada akhirnya
keberlanjutan penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat terpelihara. Penerapan
sistem penyuluhan pertanian yang berbasis pembelajaran sosial telah terlihat hasilnya,
khususnya dalam memupuk kemandirian petani. Oleh karena itu, sistem penyuluhan
pertanian di masa depan hendaknya berbasis pada pembelajaran sosial dan bukan
hanya dalam bingkai keproyekan.