Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fatimah Azzahra

NIM : 0503173228
Kelas : Perbankan Syariah VII- G

1. Jelaskan Filosofi apa yang mendasari munculnya penerapan GCG di Dunia!


Jawaban:
Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat
pada tahun 1980-an yang terancam kepentingannya (Budiati, 2012). Dimana pada saat itu di
Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan yang
melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara untuk merebut kendali atas
perusahaan lain. Tindakan ini menimbulkan protes keras dari masyarakat atau publik. Publik
menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan mengabaikan kepentingan-
kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik modal perusahaan. Merger dan akuisi pada
saat itu banyak merugikan para pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam
pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham,
muncul konsep pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG.
Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan
dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Perkembangan konsep good corporate governace sesungguhnya telah dimulai jauh


sebelum isu Corporate Governance menjadi kosakata paling hangat di kalangan eksekutif
bisnis. Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang
Corporate Governance, yang diberikan baik oleh perorangan (individual) maupun institusi
(institusional). Governance yang terjemahannya adalah pengaturan yang dalam konteks Good
Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan
(Pemegang Saham, Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Corporate
Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis,
akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik Corporate
Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas Corporate Governance mulai
disinggung pertama kalinya oleh Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah
buku yang menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control. Pemisahan
tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara pemegang saham dengan
pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar (dispered ownership).

Pada akhir tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur
kepemilikan dalam bentuk dispered ownership akan memberikan dampak bagi buruknya
kinerja manajemen. Untuk pertama kalinya usaha untuk melembagakan Corporate Governance
dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 dengan
membentuk Cadburry Committee (Komite Cadbury), yang bertugas menyusun Corporate
Governance code yang menjadi acuan utama (benchmark) di banyak negara. Komite Cadbury
mendefinisikan Corporate Governance sebagai: Corporate Governance adalah sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan
peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. Dalam
rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF)
memperkenalkan dan mengintroduksir konsep GCG (GCG) sebagai tata carakelola perusahaan
yang sehat. Konsep ini diharapkan melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditor
agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian
Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia,
termasuk Indonesia adalah mekanisme pengawasan dewan komissaris (board of director) dan
komite audit (audit committee) suatu perusahan tidak berfungsi dengan efektif dalam
melindungi kepentingan pemegang saham dan pengelolaan perusahan yang belum profesional.
Dengan demikian, penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan
stakeholders. Kemudian Organization for Economic Coorperation and Development (OECD)
mendefinisikan Corporate Governance sebagai: Sekumpulan hubungan antara pihak
manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan
dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk
mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat
memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan
kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif
sehingga mendorong perusahaanmenggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Menurut
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/MMBU/2002, Corporate
Governance adalah: Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Kemudian menurut Price
Waterhouse Coopers: Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang
efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses,
kebijakankebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang
menguntungkan, efisien dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawwab dengan
memerhatikan kepentingan stakeholders.

Adapun Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan GCG adalah
seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di
dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak
dari seluruh stakeholder dan bukan hanya terbatas kepada satu stakeholder saja. Noensi,
seorang pakar GCG dari Indo Consult, medefinisikan GCG adalah menjalankan dan
mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan peduli
terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. Corporate
Governance sering kali dipergunakan sebagai terma sebagaimana aslinya dalam bahasa inggris,
tanpa menterjemahkannya dalam kosa kata Indonesia. Berbagai alasannya adalah belum
ditemukan padanan kata yang tepat. Menurut penulis tata kelola merupakan terma yang tepat
untuk mengindonesiakan governance. Dalam terma tata kelola terkandung makna
pengendalian (control) dan mengatur (regulate) sehingga mampu menjelaskan proses yang
terjadi didalamnya. Ahmad Syakhroza memberikan pengertian tata kelola perseroan sebagai
suatu kesatuan yang menyeluruh mencakup aspek budaya, hukum dan kelengkapan
institusional lainnya berupa mekanisme yang didasarkan pada konsep pengendalian korporasi
dan sistem akuntabilitas dari pihak yang memegang kendali. Dalam Wikipedia Encyclopedia,
tata kelola perseroan diartikan “Corporate Governance is the set of processes, customs,
policies, laws and institutions affecting the way a corporation (or company) is directed,
administered or controlled. Corporate Governance also includes the relationship among the
many stakeholders involved and the goals for which the corporation is governed”. Gabrielle
O’Donovan dalam bukunya “A Board Culture of Corporate Governance”, mendefinisikan
Corporate Governance as an internal system encompassing policies, processes and people,
whih serves the needs of shareholders and other stakeholders, by directing and controlling
management activities with good business savvy, objectivity, accountability and integrity. Mas
Ahmad Daniri memberi pengertian tatakelola perseroan dalam kaitan dengan sifat baik (good)
dalam konsep Good Corporate Governance (GCG) sebagai suatu pola hubungan , sistem dan
proses yang digunakan oleh organ perseroan (Direksi, Dewan, Komisaris, RUPS) guna
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham serta berkesinambungan dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan
perundangundangan dan norma yang berlaku. Daniri menyimpulkan bahwa tata kelola
perseroan yang baik merupakan :

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan Komisaris,
Direksi, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan stakeholders lainnya.

2. Suatu sistem check and balance yang mencakup perimbangan kewenangan atas
pengendalian perseroan yang dapat membatasi munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan
yang salah dan penyalahgunaan aset dan perseroan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perseroan, pencapaian, dan pengukuran
kinerjanya. Definisi GCG menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
KEP-117/M-MBU/2002 adalah suatu proses atau struktur yang digunakan oleh BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka waktu panjang dan tetap memperhatika kepentingan
stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika.
Sehubungan dengan tidak berlakunya Keputusan Menteri Negara BUMN tersebut yang selama
ini digunakan sebagai dasar penerapan GCG, yaitu Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor:
Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada Badan
Usaha Milik Negara karena digantikan dengan Peraturan Menteri negara Badan Usaha Milik
negara Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (tanggal 1 Agustus 2011),
maka definisi GCG berubah menjadi prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika
berusaha.

Menurut Muh. Arief Effendi dalam bukunya The Power of God Corporate Governance,
pengertian GCG adalh suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan
utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melaui pengaman
aset perusahaan dan meningkatkna nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.

Selain definisi-definisi diatas, terdapat definisi-definisi lain. Stijn Claessens


menyatakan bahwa, pengertian tentang Corporate Governance dapat dimasukkan dalam dua
kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perushaan yang
diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang
saham dan stakeholders. Kategori kedua lebih melihat pada kerangka secara normatif, yaitu
segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan
dan sebagainya yang memengaruhi perilaku peruaahaan. Kategori pertama akan sangat cocok
untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corpotae governance di satu negara, misalnya
melihat bagaimana Dewan direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam
pengambiilan keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive
perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan.
Sedangkan kategori kedua dijadikan dasar analisis dalam mengkaji Corporate Governance
secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif
yang dibangun akan memengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya. GCG secara
definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan
nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan Corporate Governance adalah sistem, proses dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit,
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya
tujuan organisasi. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan
mencegah terjadinya kesalahan signifikasi dalam strategi korporasi dan untuk memastikan
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.
2. Jelaskan menurut pendapatmu tentang teori (fama and jansen 1983) tentang masalah
keagenan!

Jawaban:

Teori keagenan didasarkan pada pemisahan antara kepemiikan dari pengendalian


(ownership and control) . Fama dan Jansen menyatakan bahwa pemisahan antara kepemilikan
dan pengendalian dapat merupakan bentuk efisien dari perusahaan dalam kerangka perspektif
“serangkaian kontrak”. Perusahaan merupakan serangkaian kontrak yang mencakup cara
dimana input diproses untuk menghasilkan output dan cara dimana hasil dari output dibagi
antara input. Dalam perspektif “nexus of contract” ini kepemilikan perusahaan merupakan
konsep yang tidak relevan dan fungsi manajemen adalah mengawasi kontrak- kontrak diantara
faktor- faktor dan memastikan keberlangsungan perusahaan.

Jadi menurut pendapat saya, Hal tersebut berarti menurut teori keagenan perusahaan
bukanlah individu, akan tetapi suatu legal fictionyang bertindak selaku pusat bagi proses
dimana tujuan-tujuan yang berbeda dari individu diselesaikan dalam suatu kerangka hubungan
kontrak.

3. Jelaskan perbedaan masing - masing tugas susunan pengurus suatu Bank di bawah
ini:
SUSUNAN PENGURUS PT BANK SYARIAH
Nama Jabatan
Mhd. Ardhika Komisaris Utama
Suparman Komisaris
Donny Novaldy Komisaris Independet
Wilnuriyanti Dewan Pengawas Syariah
Lucy Melvina Direktur Utama

Jawaban:
- Komisaris Utama adalah adalah bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
kepengurusan Bank, mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam AD/ART perusahaan, melaksanakan prinsip-
prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang
saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
- Komisaris: Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Pengawasan dan nasihat yang dimaksud dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang tercantum dalam anggaran dasar
Perseroan.
- Komisaris independen: Komisaris independen yaitu anggota Dewan Komisaris yang
tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Direksi atau hubungan keuangan dan/atau hubungan
kepemilikan saham dengan Bank. Selain itu PBI tersebut juga mengatur bahwa paling
kurang 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah
Komisaris Independen.
- Dewan Pengawas Syariah: Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta
mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah Menilai dan memastikan
pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan
Bank Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank Meminta fatwa kepada
Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya Melakukan
review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Meminta data dan
informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka
pelaksanaan tugasnya.
- Direktur Utama : Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif Menawarkan visi
dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya bekerjasama dengan MD atau CEO)
Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-tertib; keadilan
dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat; menyesuaikan alokasi
waktu per item masalah; menentukan urutan agenda; mengarahkan diskusi ke arah
konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan Bertindak sebagai
perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia luar Memainkan bagian
terkemuka dalam menentukan komposisi dari board dan sub-komite, sehingga
tercapainya keselarasan dan efektivitas Mengambil keputusan sebagaimana
didelegasikan oleh BOD atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang
diputuskan, dalam meeting-meeting BOD. Menjalankan tanggung jawab dari direktur
perusahaan sesuai dengan standar etika dan hukum, sebagai referensi dalam (apapun
standar dokumen kebijakan direktur yang mungkin Anda gunakan).
4. Jabarkan Prinsip dasar Penerapan GCG berikut contohnya ?
Jawaban:
• Transparansi/ Keterbukaan

Danareksa secara jelas dan tepat waktu mengungkapkan seluruh informasi yang dapat diakses
oleh seluruh Pemangku Kepentingan sesuai dengan kewenangannya dengan tetap
memperhatikan hak-hak pribadi berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.

Danareksa melaksanakan transparansi kondisi keuangan kepada publik dengan mengikuti


ketentuan disklosur (keterbukaan informasi) yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan dengan
berpedoman kepada standar akuntansi yang berlaku. Danareksa menerbitkan Laporan Tahunan
yang berisi kondisi keuangan Danareksa dan transparansi kondisi non keuangan.

• Akuntabilitas

Danareksa menerapkan prinsip tanggung-jawab dalam organisasi Danareksa yang jelas sesuai
dengan visi, misi dan tujuan target Danareksa. Danareksa menerapkan prinsip Akuntabilitas
ini dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

- Kelengkapan struktur tata kelola Danareksa baik di tingkat Direksi maupun Dewan
Komisaris, termasuk sistem manajemen risiko, sistem pengendalian intern, sistem
pengawasan intern, mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan di pada
Danareksa (whistle blowing system), tata kelola teknologi informasi dan pedoman
perilaku etika (code of conduct).
- Kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi dan unit organisasi
Danareksa sesuai dengan tujuan Danareksa.
- Penetapan rencana korporasi dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (“RKAP”)
Danareksa yang diturunkan sampai ke tingkat unit organisasi serta mengadakan
evaluasi terhadap pencapaian hasil secara berkala.
- Penetapan sistem penghargaan dan sanksi yang mampu mendukung pencapaian RKAP
dan rencana korporasi Danareksa.

•Responsibilitas/ Pertanggungjawaban

Danareksa memiliki komitmen untuk terus menerapkan praktik kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan atas peraturan perundang-undangan. Danareksa memiliki tanggung jawab dan
komitmen pada upaya pelestarian lingkungan alam dan upaya kepedulian sosial. Danareksa
membentuk Unit Kerja Kepatuhan (Compliance) untuk selalu memastikan pemenuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Danareksa membentuk unit independen seperti Unit Kerja Pengelolaan Risiko dan Unit Kerja
Internal Audit untuk memastikan pengelolaan risiko dan penerapan pengendalian internal
dilaksanakan di setiap kegiatan Danareksa. Danareksa menindaklanjuti temuan dari pihak
eksternal seperti hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (“BPK”), Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (“BPKP”) dan rekomendasi dari auditor eksternal dan pengawas
eksternal lainnya. Danareksa menindaklanjuti pengaduan nasabah dan segera melakukan
tindakan yang diperlukan untuk menjaga kepuasan nasabah.

•Kemandirian/ Independensi

Danareksa dalam melakukan kegiatannya dan dalam mengambil keputusan dilakukan secara
profesional yang bebas dari pengaruh/ tekanan dari pihak manapun. Masing-masing organ
Danareksa harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh
kepentingan tertentu dan menghindari benturan kepentingan. Agar terdapat check and balance
dalam pelaksanaan operasional Danareksa maka porsi Pihak Independen yang ditunjuk untuk
menduduki jabatan pada tingkat Dewan Komisaris sekurang-kurangnya adalah 20% (dua puluh
persen) dari jumlah Dewan Komisaris. Komisaris Independen memiliki kompetensi di bidang
auditing, keuangan dan akuntansi serta memahami kegiatan Bisnis Danareksa.

Direksi, Dewan Komisaris dan seluruh Kepala Divisi memastikan tidak terjadi benturan
kepentingan dalam pengambilan keputusan dalam setiap transaksi Danareksa.

•Kewajaran Dan Kesetaraan

Danareksa menerapkan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak Pemangku
Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Danareksa memberikan kesempatan kepada Pemangku Kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi Danareksa untuk meningkatkan kontribusi dan
kualitas layanannya serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi. Danareksa memberikan perlakuan yang wajar kepada Pemangku Kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada Danareksa. Danareksa
memberikan perlakuan yang setara kepada pegawai untuk berkarir dan melaksanakan tugasnya
secara profesional tanpa diskriminasi berdasarkan jender, agama, suku atau kekurangan fisik.
Segala bentuk transaksi, pembelian, atau keputusan penting lainnya, wajib dilakukan dengan
memperhatikan asas kewajaran.

Anda mungkin juga menyukai