Di khutbah ini kami mengawali khutbah kami dengan khutbah
Hajah dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam senantiasa menyampaikan setiap akan berkhuthbah, baik pada pernikahan, muhadharah (ceramah) ataupun pertemuan lainnya yang penting, dan sunnah ini pun di lanjutkan oleh sahabat-sahabat lainnya yang mengingatkan 3 ayat penting, agar semua orang2 yg beriman tunduk dan patuh hanya kepada Allah SWT, halal yang dihalalkan oleh Sang Pencipta Allah, haram yang diharamkan oleh Sang Pencipta Allah sehingga kita tinggalkan. Dan juga agar kita beribadah dan menjadikan Alquran dan hadits sebagai rujukan utama dalam kehidupan sehari-hari kita dan menjadikannya sebagai pedoman hidup dunia ini dan akhirnya di akhirat nanti akan dimasukkan surga yang kekal di dalamnya. Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT Allah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 10 Inna Mal Mu’minuna Ikhwa. Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara "Fa'ashlihu bayna akhawaikum." "Maka damaikanlah saudara kalian yang berselisih." "Wattakullah "Dan bertakwalah kepada Allah “la’allakum turhamun." agar kalian mendapatkan rahmat Allah." Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT. Kita semua diciptakan Dalam bentuk yang berbeda beda Namun kita disatukan dengan kalimat "La ilaha illallah" Golongan muhajirin yang mereka pun asalnya berkelompok-kelompok berkabilah- kabilah tapi kemudian menjadi satu nama yaitu muhajirin karena mereka sama sama mempertahankan keimanannya kepada Allah, yang dulu mereka di masa jahiliyah sering berperang antara satu kabilah dengan kabilah yang lain, namun karena iman mempersatukan mereka dengan satu nama yaitu muhajirin mereka berhijrah dari Mekah ke kota madinah. Bersatu karena kalimat "la ilaha illallah". orang orang ansar dulu mereka bersuku suku Mereka Berpecah belah tapi karena Islam datang mereka menjadi satu nama yaitu Ansar karena kalimat "la ilaha illallah" kemudian pada saat muhajirin dan ansar berselisih dan saling memanggil nama yaitu muhajirin dan ansar lalu nabi s.a.w menegur mereka, karena mereka telah dipersatukan dengan kalimat "la ilaha illallah". “Inna Mal Mu’minuna Ikhwa” Sesungguhnya hanya orang- orang yang beriman itu bersaudara. Dengan persaudaraan yang benar. Bagaimana persaudaraan yang benar itu? Yaitu menginginkan kebaikan Kepada saudara kita, seperti kita menginginkan kebaikan untuk diri kita. Nabi SAW bersabda dalam hadits yang diriwiyatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: “Laa yu’minu ahadukum” Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian kata Rasulullah, HATTAA YUHIBBA LI-AKHII-HI MAA YUHIBBU LINAFSIHI sampai ia mencintai untuk saudaranya, lebih dari kecintaan untuk dirinya sendiri. maka siapa yang ingin sempurna imannya, maka dia mencintai untuk saudaranya kebaikan, sebagaimana dia mencintai kebaikan itu untuk dirinya sendiri. Begitulah yang ditunjukkan oleh nabi sallallahu alaihi wasallam tentang kesempurnaan iman, beliau begitu resah, begitu khawatir dan sangat bersemangat. Jangan sampai orang orang di sekeliling beliau, tidak mengenal ajaran islam, maka beliau mengajak orang orang di sekitarnya, beliau mengajak kaum muslimin, untuk bertakwa kepada Allah, karena beliau mencintai kebaikan untuk diri beliau, sebagaimana juga beliau cintai kebaikan itu ada pada diri orang lain, Nabi senantiasa memberikan nasehat, nabi senantiasa memberikan petunjuk agar orang-orang mendapatkan kebaikan dan rahmat Allah, Sebagaimana beliau mendapatkan rahmat Allah. Begitulah iman yang sempurna. Sebagaimana para sahabat mencontohkan, disebutkan dari al-Walīd bin al-Walīd. Saudara kandung adri Khalid Bin Walid, pada saat awal masuk Islam, beliau sangat ingin saudara kandungnya masuk Islam sebagaimana apa yang dia rasakan. Maka dia kirim surat kepada saudara kandungnya, Khalid ibn Walid. Untuk dia masuk Islam, dan mengabarkan bahwa Nabi SAW memerintahkan kepadanya, mengajak kepadanya untuk masuk Islam, dan mengumumkan keislamannya, agar dia mendapatkan kebaikan. Sebagaimana kebaikan yang dirasakan oleh saudaranya al Walid ibn al Walid. Maka Khalid ibn Walid dengan begitu sangat tersentuh, mendapatkan perhatian itu, lalu kemudian dia juga mengumumkan keislamannya, yang tadinya dia memerangi kaum muslimin, menjadi pemimpin pasukan orang kafir menyerang kaum muslimin di perang Uhud, lalu kemudian dia masuk Islam dan menjadi Panglima Perang Umat Islam, dan berhasil memimpin berbagai peperangan dan selalu mendapatkan kemenangan. Begitulah para sahabat menginginkan kebaikan bagi saudaranya. Bagi dirinya. Seperti kebaikan itu juga untuk orang lain. Ibnu Abbas radiyallahu anhu, beliau pernah mengatakan “Tidaklah ada hujan turun, dimanapun pasti saya bergembira” padahal saya tidak punya hewan ternak, saya bukan seorang petani, tidak punya ladang, tapi setiap hujan turun saya bergembira karena saudara saya mendapatkan kebaikan. Itulah mukmin sejati, bergembira saat saudaranya bergembira, bersedih saat saudaranya bersedih, Jika saudaranya ditimpa musibah, dia pun ikut merasakan musibah itu. Saat saudaranya bahagia, dia juga ikut berbahagia. Kata Abdullah Ibnu Abbas: dimana saja saya mendengarkan seorang pemimpin atau seorang hakim yang adil, maka saya pasti mendoakannya, meskipun tidak ada perkara saya yang dibawah urusannya, tapi saya selalu mendoakannya. Begitu juga saya dimanapun mendapatkan ayat firman Allah, dimana saja saya mengetahui firman Allah, saya ingin manusia mengetahui apa yang saya ketahui, maka saya ajarkan firman-firman Allah itu kepada manusia. Begitulah mukmin yang sempurna imannya, bahagia, saat melihat orang bahagia, dia ingin memberikan apa yang dia rasakan kepada orang lain karena cintanya kepada orang tersebut. Itulah persaudaraan yang hakiki. Bukan sebaliknya, bukan kita bergembira pada saat orang bersedih, dan saat orang bahagia kita menjadi sedih. Menurut kata para ulama itu adalah naqisul iman, imannya berkurang, imannya rusak, imannya tidak sempurna, karena orang senang bahagia, justru dia sedih orang sedih dia bahagia, ini orang yang memiliki penyakit, maka jadilah mu'min yang benar, mu'min yang sempurna imannya kita bahagia saat orang orang beriman Bahagia, kita ingin menyebarkan kebaikan, seperti yang kita rasakan, kita alhamdulillah sudah bisa melaksanakan solat berjamaah lima waktu di masjid, apakah sudah muncul dalam hati kita, kita ingin juga saudara saudara kita, tetangga tetangga kita, juga ikut melaksanakan solat berjamaah di masjid, kita sudah merasakan nikmatnya membaca Qur'an, apakah dalam hati kita, juga sudah ada keinginan untuk orang lain juga bisa membaca Qur'an, sebagaimana kita bisa membaca Qur'an. Apakah kita sudah ada keinginan untuk membuat orang lain itu beramal sholeh, sebagaimana kita juga sudah beramal sholeh, maka penting untuk kesempurnaan iman seorang mukmin, yaitu menyukai untuk saudaranya apa yang ia sukai untuk dirinya. barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli dzanbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu. KHUTBAH KEDUA Mukmin yang sempurna imannya, hatinya bersih dan tidak mengganggu orang lain dengan gangguan lidah dan tangannya, kata nabi saw “Almuslimu Man Salimal Muslimuuna Min Lisaanihi Wayadihi” orang muslim yang benar itu adalah orang yang selamat dari muslim lain dari lidah dan tangannya, bukan hanya itu, bukan hanya selamat dari lidah dan tangannya, tapi lebih dari itu, dia juga menginnginkan kebaikan dari orang lain sebagaimana kebaikan yang ia peroleh. itulah mukmin yang benar, mukmin yang sempurna, maka pada saat sholat, kita diajarkan oleh Allah SWT, memiliki hati yang bersih dan lidah yang senantiasa mendoakan saudara2nya, pada saat kita membaca Assalamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatulahi wabarakatuh, saat tahiyat kita mengatakan apa setelah itu? assalamu alayna wa ala ibadillahis shalihin. dan keselematan untuk kami dan untuk semua hamba2 yang sholeh. Maka setiap kita sholat, setiap kita tahiyat, maka setiap itu pula kita mendoakan semua orang beriman dan orang-orang yang sholeh, ini adalah kebersihan hati. Maka, tidak pantas ketika setelah sholat, kita saling mencaci maki atau mencari-cari kesalahan atau berusaha menjerumuskan orang lain pada suatu keburukan, atau tidak riidho dengan nikmat yang dimiliki oleh saudaranya dan berusaha untuk melepas nikmat darinya, maka hati seperti ini belum mendapatkan cahaya sholat, karena setiap kita sholat selalu kita mendoakan semua hamba yang sholeh, apatah lagi saat kita menutup sholat, kita mengucapkan salam Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, maka semua yang di depan, semua sebelah kanan maupun di kiri kita, kita doakan mendapatkan keselamatan, dan semua mendapatkan kasih sayang kita dan kita minta kepada Allah untuk menyayangi mereka, maka itulah mukmin yang benar, hatinya bersih saling mendoakan satu sama lain. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Hasyr ayat 10: Rabbanaghfirlana wali ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman wala taj'al fi qulubina ghillalil ladzina amanu rabbana innaka raufurrahim. setiap kita baca doa ini, maka kita mendoakan semua orang beriman yang telah mendahului kita, dan kita minta kepada Allah jangan sampai dalam hati kami ada ghil ada perasaan dengki, ada perasaan tidak senang, dengan ummat-ummat Islam sebelumnya, maka begitulah ummat Islam bersaudara yang datang belakangan mendoakan yang terdahulu, dan yang ada dalam kehidupan bersama-sama dengan kita, kita doakan dalam sholat-sholat kita, dan bersungguh-sungguhlah untuk mengajak mereka kepada kebaikan sebagaimana kebaikan itu telah kita sukai yang ada pada diri kita, itu juga kita harapkan kebaikan yang sama yang terjadi pada saudara kita, kita bisa merasakan nikmat ibadah sholat masjid berjamaah, kita juga ingin saudara-saudara muslim yang lain merasakan nikmat yang sama untuk sholat masjid berjamaah, sama-sama ingin merasakan nikmatnya ibadah. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang gemar menyebar kebaikan, sebagaimana kita menyukai kebaikan itu untuk kita. innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā. "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamidun majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim fil aalamina innaka hamidun majid.” Allahmmaghfir lilmuslimiina wal muslimaat, wal mu miniina wal mu minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat, innaka samii un qoriibun mujiibud da waat wa qoodiyal haajat. rabbanā ẓalamnā anfusanā wa illam tagfir lanā wa tarḥamnā lanakūnanna minal-khāsirīn "Allahumma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa'ahu. Wa arinal baathila baathilan warzuqnaj tina bahu. Rabbanagfirlana waliwali dina warhamhum kama rabbauna sighoro Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar. Subhana robbika robbil 'izzati 'amma yasifun wa salamun 'alal mursalin wal hamdulillahi rabbil 'alamin