Anda di halaman 1dari 6

KIAT KIAT MENGOKOHKAN AKIDAH ISLAMIYAH PADA DIRI SEORANG HAMBA DENGAN MEMPELAJARI

4 KAIDAH POKOK

NAMA PEMATERI : INCE ANSAR ARIFIN S,ST Pel

DURASI PEMBHASAN : 1 JAM 30 MENIT

PROGRAM : TARUNA DAN TARUNI PIP MAKASSAR

Setelah para peserta menyimak atau membaca pembahasan materi dibawah ini maka para peserta
khususnya bagi (taruna / taruni) diharapkan akan :

1. Mampu menjeaskan biografi pengarang kitab al qawadu al arba’ah


2. Menjelaskan pendahuluan pertama kitab al qawaid al arba’ah
3. Menjelaskan pendahuluan kedua kitab al qawaid al arba’ah
4. Menjelaskan Kesimpulan pendahuluan kitab Al qowaid al arba’ah

1. Biografi Penulis Redaksi Al qawaid al arba’ah

Syaikh Muhammad bin abdul wahhab rahimuhullah berasal dari keluarga yang dikenal sebagai
keluarga para Ulama. Dan pada abad ke XI Hijriyah, Ulama paling terkenal yang ada di Najed
adalah kakek langsung beliau, yaitu sulaiman bin Ali yang menjabat sebagai qodhi ( Hakim
Agama) di Raudhah Sudair. Setelah berhenti, beliau pindah ke ‘Uyainah dan menjabat sebagai
Qadhy pula serta menjadi syaikh (guru ilmu-ilmu syar’i) bagi sejumlah penuntut ilmu di antara
penuntut ilmu syar’I itu adalah dua orang puteranya yang bernama Abdul-Wahhab (ayah syaikh
Muhammad bin abdul-Wahhab)dan Ibrahim (paman beliau). Kelak ‘Abdul-Wahhab pun menjadi
seorang yang kemudian menduduki jabatan Qadhi di ‘Uyaina, sungguhpun tidak sebesar tingkat
keilmuan ayahnya.

Singkat kata, syaikh muhammabd bin ‘Abdul-Wahhab rahihullah dilahirkan ditengah keluargga
ulama yang bila ditinjau dari sisi kedudukan, berasal dari keluarga terpandang, dan bila ditinjau
dari sisi ekonomi juga bukan dari keluarga miskin, karena orang tua maupun kakeknya adalah
Qodhi. Beliau dilahirkan di uyainah pada tahun 1115 H, atau kurang lebih tahun 1703 M.

Masa kecil Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhab rahimahullah lebih banyak diperguakan
untuk mempelajari Al-Qur’an tidak banyak dipergunakan untuk bermain main bersama teman
sebayanya, sehingga beliau telah hafal al – qur’an sebelum umurnya mencapai 10 tahun. Beliau
memiliki ketajaman pemahaman yang luar biasa, cerdas, cepat menghafal dan fasih pengucapan
kata-katanya.
Sebelum beliau rahimahullah melakukan perjalanan jauh keberbagai negeri untuk menuntut
ilmu, hal yang pertama kali beliau lakukan adalah menyibukkan diri dengan sungguh sungguh
menggali ilmu agama dari ayanya sendiri. Maka dasar dasar ilmu yang kuat sudah beliau miliki
semenjak umur beliau berkisar antara sepuluh tahun di ‘Uyainah.

2. Pendahuluan pertama kitab Al qawaid al arba’ah ( 4 kaidah )


Beliau mengawali kitabnya dengan basmalah (Bismillahi rrahmani rrahim) dengan menyebut
nama Allah yang perahmat dan lagi maha penyayang. Kemudian dilanjutkan dari Isi redaksi beliau
“saya memohon kepada Allah yang maha mulia robbul arsy yang agung semoga Allah
menolongmu di dunia dan akhirat, dan menjadikanmu berberkah dimanapun engkau berada,
dan menjadikanmu termasuk orang jika dia diberi dia bersyukur, dan jika dia diji dia bersabar,
dan jika dia berdosa dia memohon ampun, maka ketiga hal tersebut adalah ciri kebahagiaan.

Penjelasan isi redaksi beliau yang dikemukakan oleh salah satu ulama yang bernama syaikh
sholeh al fauzan hafizahullahu ta’ala telah menegaskan di dalam syarahnya di dalam kitab
silsilah rrosail bahwa ‘ 4 kaidah yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin abdil wahab adalah
risalah yang sangat ringkas, akan tetapi diikutkan bersama dengan kitab 3 landasan pokok karena
butuhnya terhadap 4 kaidah penting agar penunttu ilmu bisa menjadikan hal tesebut sebagai
pegangan yang kuat.

Sebelum menjelaskan lebih jauh pada redaksi beliau, maka berkata syaikh sholeh al fauzan
bahwa qowaid adalah bentul plural dari qoidah, dan qoidah adalah asal yang banyak masalah
masalah bercarabng darinya atau cabang cabang yang sangat banyak. Dan ruang lingkup 4
kaidah yang syaikh sebutkan itu adalah untuk mengenal tauhid dan mengenal kesyirikan.

Kemudian perkataan syaikh bin baz dalam syarah beliau pada kitab Al qowaid Al Arba’ah di
dalam redaksi pendahuluan dengan bunyi saya memohon kepada Allah yang maha mulia sampai
dimanapun engkau berada, bahwa pengarang mencoba menggabungkan di dalam
pendahuluaannya ini – antara faidah dan doa kepada penuntut ilmu, ini merupakan nasihat, yang
mena beliau mendoakan penunutut ilmu dan memberi faidah untuknya. Dan tidak ada keraguan
bahwa penuntut ilmu jika doa ini betul betul diterima oleh Allah maka pasti dia akan menjadi
orang yang bahagia.

Kemudian lanjutan redaksi beliau yang berbunyi semoga Allah subhanahu wata’ala
menjadikanmu termasuk orang yang jika diberi dia bersyukur, dan jika dia diuji dia bersabar,
dan jika dia berdosa dia beristigfar sampai ciri ciri kebahagiaan. Berkata syaikh bin baz dalam
syarah beliau bahwa jika seorang mu’min itu bersemangat atas kebiasaan yang terpuji ini maka
sempurna kebahagiaannya, misalnya dia bersyukur Allah atas apa yang Allah berikan kepadanya
dengan melakukan perintah dan menjauh larangan, dan jika dia berdosa dia memohon ampun,
dan bertobat kepada Allah, ini adalah kondisi yang yang beriman oleh karena itu Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam bersabda : sungguh menakjukan perkara orang yang beriman
sesungguhnya urusannya seluruhnya padanya kebaikan , dan tidaklah hal tersebut terjadi pada
seorangpun kecuali orang yang beriman jika tertimpah padanya berupa kebaikan diapun
bersyukur maka kesyukurannya itu menjadikan kebaikan untuknya, dan jika tertimpa kejelekan
maka dia bersabar, maka kesabarannya itu menjadikan kebaikan untuknya.

Ini merupakan kewajiban atas orang yang beriman agar dia bersyukur kepada Allah tatkala
lapang, dan mendapatkan ni’mat, berupa kesehatan dan al afiyah , dan ni’mat harta dan
semisalnya, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman : dalam surat saba’ ayat 13 :
beramallah keluarga daud dalam keadaan bersykur, maksudnya : dia menaati perintah perintah
Allah , menjahi dari larangan larangan Allah, dan menggunakan ni’mat Allah di dalam ketaatan
kepadanya, dan tatakala dia mendaptkan musibah berupa sakit atau kematian anak, atau yang
terdekatnya atau semisal dengannya, maka dia bersabar dan dan mengharapkan pahala, dan
hendaknya dia tidak boleh berkeluh kesah, tidak boleh berandai andai, dia tidak memukul pipinya
atau menyia nyiakan dirinya, dan dia tidak menyeru dengan seruh orang jahiliah, dan hendaknya
dia tidak berbicara dengan pembicaraan yang kotor , ; bahkan hendaknya dia bersabar, dan
menanggung hal tersebut,, dan tatkala dia berdosa, maka dia bergegas untuk bertaubat dan
beristigfar.

3. Pendahuluan kedua kitab al qawaid al arba’ah ( 4 kaidah )


Kemudian pengarang redaksi syaikh Muhammad bin abdul wahab melanjutkan redaksinya
bahwa “ketauhilah semoga Allah memberimu ar rusyd agar taat kepada Allah sesungguhnya al
hanifiyah itu adalah millah Ibrahim (agama nabi Ibrahim) yaitu engkau beribadah kepada Allah
semata dengan cara mengikhlaskan padanya agama (ibadah), sebagaimana Allah subhanahu
wata’ala berfirman di dalam surah adzariyat ayat 56 ‘tidaklah kami menciptakan jin dan
manusia kecuali agar Mereka beribada kepadaku’.

Menurut syaikh sholeh al fauzan dalam mensyarah redaksi yang berbunyi ‘ketahuliah semoga
Allah memberimu ar – rusyd maksudnya adalah ini merupakan doa dari syaikh rahimahullah, dan
demikianlah sepantasnya kepada pengajar, instruktur, ustadz itu senantiasi mendoakn muridnya.
Dan redaksi berikutnya bahwasanya al hanifiyah adalah agama nabi Ibrahim hal ini sejalan
dengan pertintah Allah azzz jalla wa’ala kepada nabi kita untuk mengikut agamanya nabi
Ibrahim. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat an – nahl ‘ kemudian kami telah
wahyukan kepada engkau (ya Muhammad) untuk mengikuti agamanya nabi Ibrahim yang
hanif, dan nabi Ibrahim bukan termasuk orang orang yang berbuat kesyirikan. Surah an-nahl
ayat

Kemudian pengarang melanjutkan redaksinya bahwa jika engkau telah mengenal Allah telah
menciptakanmu untuk beribadah kepadanya, maka ketauhilah bahwasanya ibadah tersebut
tidak dinamakan sebuah ibadah kecuali bersama tauhid, sebagaimana bahwasanya sholat itu
tidak dinamakan sholat kecuali bersama dengan toharoh, jika kesyirikan masuk di dalam ibadah
maka ibadah tersebut akan rusak, seperti hadats jika dia masuk kedalam toharoh,
Jika engkau telah mengenal bahwa keyirikan jika telah bercampur di dalam ibadah maka
kesyirikan itu akan merusak ibadah, dan akan menghancurkan amalan, dan yang melakukan
tersebut akan kekal di dalam neraka, oleh karena itulH sungguh hal yang paling penting atasmu
adalah mengenal hal tersebut semoga Allah melepaskan engkau dari perkara yang berbahaya
ini, yaitu kesyirikan kepada Allah yang Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam surah
an-nisa ayat 112 ‘sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat kesyirikan
dengannya, dan Allah hanya mengampunyi dosa selainnya kepada siapa yang Allah kehendaki ‘

Ucapan syaikh sholeh al fauzan hafizahullahu ta’ala dalam mensyarah (menjelaskan redaksi pengarang )
jika engkau telah mengenal bahwa kesyirikan – Allah subhahu wata’ala berfirfan dalam surah an-nisa
sebagai beriku:
Ucapan syaikh bin baz dalam mensyarah (menjelaskan redaksi pengarang ) jika engkau telah
mengenal bahwa kesyirikan sampai akhir kalimat - Allah subhahu wata’ala berfirman dalam
surah an-nisa sebagai berikut :
4. Kesimpulan dalam pendahuluan
1. Hendaknya para azatids, instruktur, dosen, guru atau dia adalah tenaga pendidik mereka
senantiasa mendoakan para muridnya dengan doa yang memberikan maslahat/kebaikan
dengan dua tempat yaitu dunia dan akhiranya, karena ini adalah suatu akhlak dan adab yang
baik oleh seorang tenaga pendidik dan yang seyogyanya harus dijaga, karena doa guru kepada
muridnya diharapkan pengabulannya oleh Allah dan sangat membantu pemahaman dan
pengamalan ilmu bagi mahasiswanya dan siswanya yang sedang melakukan proses pendidikan,
di dalam asrama ataupun diluar asrama. Karena kalau Allah mengabulkan hal tersebut cukuplan
itu hal yang bisa meringankan dari beban para pengajar untuk bisa memberikan yang terbaik
kepada muridnya
2. Kitab qowaid al arba’ah ini adalah kitab yang menerangkan akar kesyirikan yang hendaknya
manusia harus mengetahuinya agar dia tidak terjatuh kedalam jurang dosa yang sangat besar
ini, dan agar dia mampu konsisten dalam mengesakan Allah dalam seluruh ibadah.
3. Ibadah adalah nama yang universal seluruh apa yang Allah subhanahu wata’ala cintai dan ridhoi
baik dalam bentuk ucapan perbuatan yang Nampak ataupun tersembunyi, ibadah tidak boleh
sama sekali tercampur di dalamnya kesyirikan kapan masuk kesyirikan maka rusak ibadah
tersebut dan ingat dari ganjaran orang yang beribadah kepada selain Allah
4. Kesyirikan adalah beribadah/menyamakan kepada selain Allah dengan Allah padahal itu
merupakan kekhususan Allah , missal berdoa, takut, harap, tawakkal, dan yang semisal
dengannya
5. Hendaknya kita harus senantiasa memiliki 3 senjata penting didalam seluruh kondisi kehidupan
kita , yaitu jika mendapat ni’mat maka bergegas kita gunakan ni’mat tersebut untuk melakukan
kebaikan sebagaimana jika kita melakukan kejelekan maka akan berdampak buruk bagi kita di
dunia dan diakhirat, kemudia jika dia uji maka dia bersabar, dan ini jenis ibadah yang sangat
tinggi merupakan puncak amalan yang sangat besasr, tidaklah ini kecuali disebutkan dalam
surah al ashar di ayat yang terakhir, kemudia jika berdosa dia bertoba dan berisitigfar dan
bertobat dan jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, kesemuanya ini

Anda mungkin juga menyukai