Anda di halaman 1dari 24

1

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 1

Oleh Kelompok 11 1. 2. 3. I Wayan Sentana Putra Gusti Ayu Kusumaningrum Ni Made Aristya Dewi (1013011041) (1113011084) (1113011100)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 1 Oleh: 1. I Wayan Sentana Putra 2. Gusti Ayu Kusumaningrum 3. Ni Made Aristya Dewi Abstrak
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Adanya kurikulum yang berkualitas tidak selalu menjamin terbentuknya manusia yang berkualitas. Untuk menjamin pelaksanaan kurikulum dengan baik maka diperlukan adanya manajemen kurikulum. Guru yang merupakan tenaga pendidik dan pengajar diharapkan mengetahui mengenai pengertian manajemen kurikulum dan tahapan pelaksanaan kurikulum untuk diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran terkait tentang standar isi dan silabus pembelajaran.

1013011041 1113011084 1113011100

I. PENDAHULUAN Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Apalagi peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 menyebutkan bahwa salah satu substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan

daerah. Dengan demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Adanya kurikulum yang berkualitas tidak selalu menjamin terbentuknya manusia yang berkualitas. Untuk menjamin pelaksanaan kurikulum dengan baik maka diperlukan adanya manajemen. Manajemen dalam bidang pendidikan sangat signifikan dalam menentukan kualitas sebuah lembaga pendidikan, terutama manajemen kurikulum. Guru yang merupakan tenaga pendidik dan pengajar diharapkan mengetahui mengenai manajemen kurikulum untuk diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran terkait tentang standar isi dan silabus pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai, Manajemen Implementasi Kurikulum 1. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai manajemen kurikulum, standar isi dan silabus.

II. PEMBAHASAN 2.1 Manajemen Kurikulum 2.2.1 Pengertian Manajemen Kurikulum Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Sama halnya dengan pendapat B. Suryosubroto bahwa manajemen kurikulum adalah kegiatan yang dititikberatkan kepada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka

mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara sekolah dengan masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,

mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah. 2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah, kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum

nasional (kompetensi inti) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan. 2.2.3 Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut. a. Produktivitas Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum. b. Demokratisasi Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum. c. Kooperatif Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat. d. Efektivitas dan efisiensi Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan

efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat. e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum. Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan

kebijaksanaan pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum 2013, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi manajemen kurikulum diantaranya sebagai berikut. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum. Pemberdayaan kurikulum maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal. Kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegitan intrakurikuler, tetapi perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik. Kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhanan peserta didik maupun lingkungan sekitar. Meningkatkan efektifitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar. Proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat

dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajarperlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat. 2.2.4 Komponen-Komponen Kurikulum Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen kurikulum dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
TUJUAN

EVALUASI METODE Bagan 1. Komponen-komponen kurikulum

ISI

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum pun akan terganggu pula. a. Komponen Tujuan Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang Pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajran dan tujuan proses pembelajan.

Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu : Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) Tujuan Institusional (TI) Tujuan Kurikuler (TK) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu,baik pendidikan yang diselenggara oleh lembaga pendidikan formal,informal, maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari system nilai Pancasila dirumuskan dalam Pasal 3, UU No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan Instutisional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga tertentu. Tujuan Instutisional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan oleh setiap jenjang pendidikan seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.

Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya jjuga merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan dan diarahkan untuk mencapai tujuan instusional. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi Matematika di SD, tujuan pembelajaran IPS di SMP dan lain sebagainya. Dalam kurikulum yang berpotensi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler menggambarkan standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan Pembelajaran (TP) merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam sekali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi di lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk prilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau tiga bidang, yaitu bidang kognitif, afektif dan psikomotor. b. Komponen Isi/Materi Pembelajaran Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau perilaku), dan psikomotorik (keterampilan atau skill) yang terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan dari semua aspek tersebut.

c. Komponen Metode Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metode yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok bahasan. Dalam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu metode agar proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran yang direncanakan. Dengan demikian rencana yang sudah disusun dapat diterapkan secara optimal. d. Komponen Evaluasi Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. 2.2.5 Segi Manajemen dalam Pelaksanaan Kurikulum Manajemen kurikulum dan pembelajaran diarahkan agar proses

pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum agar proses pembelajaran memiliki makna yang mendalam pada diri siswa dan guru. Kepala sekolah bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta melakukan supervisi dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah bekerja keras dan bertanggung jawab dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian tehadap perbaikan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

10

Untuk ketercapaian program kurikulum dan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah bersama guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, semester dan bulanan. Sedangkan program mingguan dan satuan pelajaran, wajib dipahami dan didalami guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu sebagai berikut. 1. Tahap perencanaan. Pada tahap ini perlu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran (RP). Guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode yang tepat yang akan digunakan, media dan alat yang mendukung proses pembelajaran, buku sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan. Dalam tahap perencanaan ini pula perlu dipahami hal-hal sebagai berikut. a. menjabarkan GBPP menjadi Analis Mata Pelajaran (AMP); b. memiliki kalender akademik; c. menyusun program tahunan (Prota); d. menyusun program semester; e. program satuan pembelajaran (PSP); dan f. rencana pengajaran (RP). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pedoman guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu kepala sekolah perlu memberikan perhatian, pembinaan dan bantuan serta memeriksa pekerjaan guru tersebut.kepala sekolah melakukan pemeriksaan secara cermat untuk memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu diperbaiki atau ditambahkan. Dengan demikian akan memberikan pengaruh dan dampak bagi guru untuk melakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran dengan baik. Penyusunan perencanaan pembelajaran akan lebih komprehensif apabila dilakukan bersama beberapa orang guru bidang studi sejenis dalam MGMP.

11

MGMP perlu mendapat perhatian dari pmpinan sekolah agar berjalan sesuai denga tujuan dibentuknya lembaga ini. 2. Tahap pengorganisasian dan Koordinasi Pada tahap perencanaan, seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran disiapkan secara matang dan menyeluruh agar pada tahap pengorganisasian dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pada tahap pengorganisasian dan koordinasi ini merupakan tahap yang perlu diperhatikan secara bersungguh-sungguh oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk untuk memudahkan pembagian tugas sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kepala sekolah berkewajiban untuk mengelola dan mengatur penyusunan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan kewajiban guru, serta program kegiatan sekolah. Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut. Kalender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan yang akan berlangsung di sekolah selama satu tahun ke depan. Penyusunan kalender akademik memberikan arah yang jelas mengenai berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah selama satu tahun ke depan. Kalender akademik yang disusun berdasarkan kebutuhan dan hasil pemikiran bersama antara kepala sekolah dan guru akan memberikan kejelasan dalam merealisasikan program kegiatan sekolah. Kalender akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada seluruh guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Dengan mengetahui kalender akademik diharapkan akan terjadi sinergi dalam mewujudkan program kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah. Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban mengajar guru 5 hari/minggu. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan hasil musyawarah bersama, antara kepala sekolah dan guru. Dengan demikian guru akan bertanggung jawab dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan dalam MGMP. Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan, keadilan dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas dan

12

kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan minat guru tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada beban tugas minimal dan keahliannya. Dengan demikian pada setiap guru diharapkan akan tumbuh motivasi untuk berprestasi, kebersamaan dalam merealisasikan program sekolah, sinerjikantara pimpinan, guru, staf TU, dan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu sekolah. Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata untuk meningkatkan,mengembangkan dan memajukan sekolah. Program

kegiatan sekolah disusun berdasarkan visi, misi dan tujuan yang akan diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah bersama-sama dengan seluruh komponen sekolah. Program kegiatan sekolah meliputi program internal dan eksternal yang akan diadakan sekolah. Program yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan profesionalisme guru dan staf TU, program penataan kurikulum, program pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan keuangan sekolah, program pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat. 3. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Perencanaan, pengorganisasian dan koordinasi yang telah disusun akan dibuktikan keberhasilannya dalam tahap pelaksanaan ini. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif apabila guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru dan kepala sekolah secara bersama-sama untuk membuka diri terhadap masukan dan kritikan yang membangun. Sebagai guru harus siap untuk diberi masukan oleh kepala sekolah berdasarkan hasil supervise yang dilakukan oleh kepala sekolah. Begitu pun kepala sekolah harus memiliki jadwal jelas dan rinci untuk melakukan supervise terhadap terhadap kinerja guru. Hasil supervise kepala sekolah menjadi fakta dan data yang benar untuk memberikan informasi kepada guru berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya

13

selama di sekolah. Apabila kepala sekolah memiliki fakta dan data yang berkaitan dengan kinerja guru maka guru akan menerima dengan terbuka masukan yang disampaikan oleh kepala sekolah. Sebaliknya apabila kepala sekolah tidak melakukan supervisi (tidak berdasarkan fakta dan data), masukan yang diberikan oleh kepala sekolah tidak valid dan berpengaruh negatif terhadap kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru akan terbuka dalam memberikan masukan atau kesulitan yang dihadapi dengan tujuan untuk kemajuan dan peningkatan mutu pembelajaran. 4. Tahap Evaluasi dan Pengendalian Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting silakukan secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru perlu menetapkan jenis evaluasi apa yang digunakan dan hasil evaluasi diharapkan akan memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Di samping itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat menjadi masukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dari sekian banyak siswa tentunya ada di anatara mereka yang menemui kesulitan dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan pemantapan atau perhatian khusus agar tidak ketinggalan dan dapat menyesuaikan diri dengan siswa lain. Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa perlu dicarikan solusinya, misalkan dengan remedial, pemantapan, belajar dengan teman sejawat yang lebih pandai, atau membentuk kelompok belajar yang dibimbing oleh guru. Dengan demikian evaluasi juga dapat menjadi umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Agar evaluasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan perlu diperhatikan dari mulai persiapan awal, menyiapkan bahan-bahan evaluasi yang dibutuhkan, menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun bentuk tes, menyusun butir-butir soal, memvalidasi, menyiapkan jawabannya, membuat jadwal pemeriksaan serta

14

penyerahan hasil evaluasi dengan tepat waktu. Penyusunan soal sebaiknya melibatkan beberapa guru bidang studi sejenis atau bersama MGMP. Kepala sekolah berperan dalam pengendalian sistem evaluasi agar evaluasi dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah bekerja sama dengan guru untuk melakukan evaluasi belajar siswa yang sesungguhnya. Sehingga prestasi yang diraih oleh siswa merupakan hasil kerja keras siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan objektif dapat mengukur kemampuan siswa akan berdampak pada peningkatan mutu yang berkelanjutan. 2.2 Implementasi Manajemen Kurikulum Pengertian implementasi kurikulum secara umum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan manajemen kurikulum (dalam arti rencana tertulis) ke dalam bentuk kegiatan nyata di kelas, yaitu melakukan proses transmisi dan transformasi segenap pengalaman belajar kepada peserta didik. Di samping itu, hal penting yang perlu diperhatikan bahwa di dalam implementasi kurikulum terkandung makna inovasi, yaitu mengenalkan dan/atau mewujudkan hal-hal baru dari silabus atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan memodifikasinya ke dalam situasi nyata di kelas. Tugas guru dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) (Mulyase, 2009:178). 2.2.1 Standar Isi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi mencakup kriteria ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi. Yang dimaksud dengan lingkup materi adalah batasan kedalaman

15

muatan yang dijabarkan ke dalam kurikulum untuk setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Ruang lingkup materi berlaku untuk satuan pendidikan dan dirumuskan berdasarkan kriteria: a. muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundangundangan; b. konsep keilmuan; dan c. karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Tingkat kompetensi berlaku untuk peserta didik pada setiap tingkat kelas dan dirumuskan berdasarkan kriteria: a. tingkat perkembangan Peserta Didik; b. kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan c. penguasaan kompetensi yang berjenjang. Standar isi dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. 2.2.2 Silabus a. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian hasil belajar, alokasi waktu dan sumber belajar (E.Mulyasa, KTSP.190). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 Tahun 2013 Pasal 77F ayat (1) menyatakan silabus merupakan rencana pembelajaran pada mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

16

Jika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), satuan pendidikan dan guru diberikan kewenangan menyusun silabus maka pada Kurikulum 2013 beban tersebut ditanggung oleh pemerintah. Jadi, dalam Kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh Pemerintah, baik untuk kurikulum nasional maupun untuk kurikulum wilayah, sehingga guru hanya perlu mengembangkan rencana pembelajaran. Dengan disipakannya silabus oleh pemerintah, diharapkan beban guru dalam menyusun silabus dapat berkurang sehingga efektivitas pembelajaran dapat meningkat. (Mulyasa, Kurikulum 2013. 181). b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus Dalam pengembangan silabus perlu dipertimbangkan beberapa prinsip, prinsip-prinsip tersebut anatara lain: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis. 4. Konsisten

17

Dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memper-hatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). c. Pengembangan Silabus Silabus Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh Kompetensi Dasar untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. Dalam pengembangannya, silabus didasarkan pada KD yang telah direview dan dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pengembangan silabus dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai kualitas hasil belajar untuk seluruh Indonesia. Dalam silabus ditetapkan bahwa yang dijadikan sebagai patokan minimal adalah indikator yang dikembangkan dari KD. Kompetensi dasar inilah yang kemudian diramu dalam Materi Pokok dari proses pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan

mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas

18

tahun sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan belajar peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar sepanjang hayat. d. Komponen Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Adapun komponen silabus dalam Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses antara lain: 1. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran dikhususkan pada jenjang SMP / MTS / SMPLB / Paket B dan SMA / MA / SMALB / SMK / MAK / Paket C Kejuruan. 2. Identitas sekolah Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas. 3. Kompetensi inti Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajran. 4. Kompetensi dasar Kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran inilah yang disebut dengan kompetensi dasar. 5. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/ atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 6. Tema Dalam kurikulum 2013, penggunaan tema hanya untuk beberapa jenjang satuan pendidikan, yaitu SD/MI/SDLB/Paket A. 7. Materi pokok

19

Dalam materi pokok memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi. 8. Proses pembelajaran Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 9. Penilaian Dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan, perlu dilakukan penilaian yang merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. 10. Alokasi waktu Alokasi waktu harus disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. 11. Sumber belajar Sumber belajar yang digunakan dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Berikut contoh format silabus kurikulum 2013. SILABUS SATUAN PENDIDIKAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Kompetensi Inti K1 K2 K3 K4 : : : : : : : Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Kompetensi Materi Pokok Dasar

20

e. Contoh silabus sesuai dengan kurikulum 2013 (terlampir) Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masingmasing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran. 2.3 Masalah Guru dalam Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kurikulum Akhir-akhir ini, dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Hal itu terjadi lantaran di beberapa sekolah ditemukan buku dan LKS yang memuat materi ajar yang kurang tepat untuk diberikan kepada peserta didik. Sebagai contoh, ditemukannya gambar artis Miyabi di LKS Bahasa Inggris SMP di Mojokerto. Juga beberapa waktu lalu, cerita Bang Maman dan istri simpanan yang ditemukan pada LKS siswa SD di Jakarta. Di Magetan ditemukan kekeliruan struktur pemerintahan desa di LKS Pendidikan Kewarganegaraan SD. Di tempat lain juga ditemukan LKS yang mengandung muatan politik lainnya. Contohcontoh tersebut menunjukkan kekurangjelian guru dalam memilih bahan ajar dan materi ajar yang tepat untuk siswa. Masalah tersebut muncul ketika sekolah masih menggunakan kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang memberi keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk melakukan pengembangan. Berkaitan dengan isi kurikulum, pusat hanya memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (yang merupakan standar minimal) yang harus dikuasai siswa pada setiap mata pelajaran. Ini berarti guru harus mengembangkan sendiri Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, untuk materi pelajaran, sumber belajar, serta bahan ajar guru diberi keleluasaan untuk berkreasi. Namun demikian, dalam kenyataan sehari-hari, memilih materi, sumber belajar, dan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi seringkali kurang mendapat perhatian guru. Hal ini terbukti masih

21

banyak guru yang menempuh cara praktis dengan mempercayakan materi dari buku ajar yang sudah jadi (dari penerbit). Demikian pula dengan LKS. Padahal, tidak semua buku ajar dan LKS yang sudah jadi tersebut cocok dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Yang lebih memprihatinkan, guru sendiri belum mengkaji secara mendalam isi buku ajar yang dipilih tersebut sehingga terjadilah kasus-kasus di atas. Solusi yang diberikan adalah guru hendaknya bisa memilih dan memilah bahan ajar sesuai kebutuhan pelajaran dan bahasa dipergunakan juga sebaiknya diperhatikan, memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru agar memiliki kemampuan mengembangkan Indikator agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Sedangakan pada kurikulum 2013 yang baru diterapkan ada beberapa masalah krusial yang dihadapi guru, yaitu sarana dan prasarana termasuk buku dan karakter peserta didik untuk beradaptasi dengan cara pembelajaran yang baru. Selain itu banyak guru merasa belum siap dan paham dalam melakukan proses pembelajaran dengan kurikulum 2013. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan terus tingkat profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan dan tentunya juga meningkatkan kualitas sarana dan prasana pendidikan khususnya buku dan terus mendorong dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. III. PENUTUP 3.1 Simpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Manajemen kurikulum memiliki lima prinsip dalam pelaksaannya yaitu produktivitas, demokratisasi, kooperatif, efektivitas dan efisiensi, dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan. Manajemen kurikulum memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, meningkatkan keadilan (equality)

22

dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum. Adapun komponen dari manajemen kurikulum adalah evaluasi, tujuan, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan isi kurikulum. Dengan adanya kurikulum, maka muncullah standar isi dan silabus sebagai implikasi kurikulum. Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Silabus mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. 3.2 Saran Adapun saran yang ingin disampaikan melalui makalah ini adalah sebagai calon pendidik hendaknya memperhatikan dan memahami bagaimana

memanajemen kurikulum yang baik, memperhatikan setiap komponen dalam penyusunannya agar tercapai tujuan pendidikan nasioal yang ingin di capai.

DAFTAR RUJUKAN Kemdikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013.(Online), diakses

(http://ahmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/.../draf-kurikulum, 08 September 2013) Tim Dosen UPI. 2011. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

23

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sanggraeni, Dya. 2011. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum.(Online),

(http://dnoeng.wordpress.com/2011/05/31/manajemen-pelaksanaankurikulum/, diakses 13 September 20130 Wahab, Abd dan Widyaiswara. Konsep Dasar Silabus dan RPP. Wahyuni, Sri Intan. 2009. Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pembeljaran PAI di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai