Anda di halaman 1dari 132

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah


SWT, atas rahmat-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan
buku ini..
Pembuatan buku ini merupakan salah satu tugas
untuk menyelesaikan mata kuliah Fisika Dasar II pada
jurusan pendidikna fisika.
Dalam penulisan buku ini, penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan penulisan buku ini, dalam penulisan buku
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan buku ini
Akhirnya penulis berharap semoga Allah
memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Aaaamiin Yaa Robbal Alamiin.
Gowa-Samata, Juli 2017

Penulis

1
D A F T A R I S I

Kata Pengantar .. .....................................................

Daftar Isi ............ .....................................................

BAB I TERMODINAMIKA

1. Pengertian Termodinamika .......................... 4


2. Proses ...... .....................................................
3. Variabel Intensif Dan Ekstensif ....................
4. Hukum Termodinamika ................................

BAB II TEORI KINETIK GAS

1. Gas Ideal ...


2. Definisi Gas Ideal
3. Persamaan Keadaan Gas Van Der Waals.
4. Turunan Parsial Dalam Termodinamika

BAB III HUKUM COLOUMB

BAB IV MEDAN LISTRIK

1. Medan Listrik
2. Medan Listrik E
3. Fluks Medan Listrik.
4. Kuat Medan Listirik.

BAB V HUKUM GAUSS

1. Garis Gaya Listrik....


2. Fluks Listrik
3. Perhitungan Medan Listrik...
2
BAB VI POTENSIAL LISTRIK

1. Potensial Listrik...
2. Permukaan potensial serbasama ..
3. Tenaga Potensial Elektrostatik.
4. Potensial Listik dan Beda Potensial.
5. Garis-garis Ekipotensial..

BAB VII ARUS LISTRIK

1. Pengertian Arus Listrik...


2. Hukum Ohm...

BAB VIII MEDAN MAGNET

1. Gaya antar kutub..............


2. Kegiatan I .
3. Sudut inklinasi
4. Domain magnet
5. Tidak ada Muatan Magnetik..
6. Gaya Lorentz.

3
BAB I

TERMODINAMIKA

I. Pengertian Termodinamika
Termodinamika berasal darii bahasa
yunani, themes(panas) dan
dyname(perubahan) yang berhubungan
dengan energi, panas dan kalor.
Termodinamika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara usaha dan
kalor, serta sifat-sifat hubungannya yang
mendukung.
Dalam membahas termodinamika,
kita akan seringkali mengacu ke suatu
system tertentu. System adalah benda atau
sekumpulan benda apa saja yang akan kita
teliti. Benda-benda lainnya di alam semesta
ini akan kita sebut sebagai lingkungan-nya.
Ada beberapa macam sistem. Sistem tertutup
adalah system di mana tidak ada massa yang
masuk maupun keluar (tetapi energi dapat
4
dipertukarkan dengan lingkungan). Pada
sistem terbuka, massa bisa masuk atau
keluar (demikian pula dengan energi).
Banyak sistem (yang dianggap ideal) yang
kita pelajari di fisika yang merupakan sistem
tertutup. Tetapi banyak sistem, termasuk
tumbuhan dan hewan, merupakan sistem
terbuka karena mereka bertukar materi
(makanan, oksigen, hasil pembuagan)
dengan lingkungan.
lingkungan

semesta

sistem

Lingkungan adalah semua sistem yang lain


yang dapat saling bertukar dengan sistem.
Sistem adalah zat yang dibatasi dinding
tertutup.

Pembagian sistem :
5
1) Sistem terisolasi : tidak terjadi pertukaran
panas,zat, atau kerja dengan ingkungan.
Sistem terisolasi dilingkupi oleh dinding
adiabat (dinding panas).Contohnya : air
dalam termos pada waktu tertentu dan gas
daklam tabung.
2) Sistem tertutup : tidak terjadi pertukaran
massa dan zat tetapi bisa terjadi pertukaran
energi. Contoh green house. Sistem tertutup
dilingkupi oleh dinding diaterm (konduktor
panas).
3) Zat bisa menembus dinding batas dan dapat
saling bertukar bebas. Contohnya : rumh
pada umumnya. Sistem terbuka dilingkupi
olrh dinding diaterm dan adiabat.
Kesetimbangan termodinamik
Pada umumnya suatau benda berada dalam
keadaan sebarang(arbitary state).
Keadaan kesetimbangan termal adalah
adalah keadaan dimana sushu pada semua
titik dalam sistem yang sama.

6
Keadaan kesetimbngan mekanik adlah
keadaan dimana tekanan pada semua titik
dalam sistem sama.
Keadaan kesetimbangan sama.

Suatu sistem dikatakan mengalami


kesetimbangan termodinamik bila sistem
tersebut berada pada kesetimbangan termal,
mekanik dan kimia.

Dua benda berada dalam kesetimbangan


panas jika tidak terjadi pertukaran kalor
antara benda tersebut saat keduanya
dibutuhkan.

II. Proses
Proses berarti perubahan sistem dari suatu
keadaan ke keadaan lain.
Proses terbagi menjadi dua yaitu:
a. Proses kausistatik adalah proses yang
merupakan rentetan keadaan yang seimbang
dan tak terhingga (menyimpang sedikit
demi sedikita/reversibel terbalik). Suatu
7
proses reversible adalah proses yang dapat
kembali ke keadaan semula melalui
sejumlah keadaan yang masing-masingnya
berada dalam kondisi kesetimbangan termal
b. Proses nonkausistatik ( irreversibel/tak
terbalik). proses irreversible adalah proses
yang tidak dapat kembali ke keadaan
semula melalui sejumlah keadaan yang
masing-ada dalamkesetimbangan termal.

Kebanyakan proses yang terjadi di alam


adalah proses irreversible. Tetapi proses
reversible dapat didekati dengan sejumlah
proses agak reversible bila perubahan keadaan
sistem dilakukan perlahan-lahan.
Dalam semua jenis proses, perubahan
besaran keadaan hanya bergantung pada
keadaan akhir dan awal, tidak bergantung pada
proses. Untuk suatu proses siklis (proses yang
kembali ke keadaan semula), perubahan
besaran keadaan adalah nol.

8
III. Variabel intensif dan ekstesif
1) Variabel intensif adalah variabel
ynag tidak tergantung pada massa
sistem. Contohnya tekanan, suhu
dan temperatur.
2) Variabel ekstensiv adalah variabel
yang tergantung pada massa sistem.

Formula :


Volume jenis= =

Volume jenis molar =

Tekanan

Tekanan adalah besar gaya yang diberikan


setiap satuan luas. Satuan internasionla
tekanan (SI) yaitu N/m2 atau pascal. Satuan
lain dari tekanan adalah bar, atm, tor(tori elly),
elbar.

Untuk

9
1 bar = 105 Pa =106 dyne/cm2

1 elbar = 10-1 Pa = 1 dyne/cm2

1 atm = 1,01325 x 105 Pa ~ 1 bar

1 tor = 1/760 atm = 133,3 Pa

Tekanan di dasar laut lebih besar


dibanding di pegunungan, karena suhu di alut
lebih besar dibandingkan di pegunungan.

Hukum Termodinamika

1. Hukum Termodinamika ke Nol


Hukum Termodinamika ke nol terkait dengan
konsep suhu. Hukum ini diperoleh dari
pengamatan. Pernyataan hukum tersebut adalah
sebagai berikut:\Bila benda A dan benda B
berada dalam keadaan kesetimbangan termal,
kemudian bila benda B dan benda C berada
dalam keadaan kesetimbangan termal, maka
benda A dan benda C akan berada dalam
keadaan kesetimbangan termal pula". Kondisi
ini memungkinkan pengklasi_kasian benda-
10
benda yang berada dalam kesetimbangan
termal, serta memungkinkan mendefinisikan
suatu besaran sebagai derajat/ukuran keadaan
kesetimbangan termal. Dari hukum
Termodinamika ke nol ini, didefinisikan konsep
suhu, yaitu benda-benda yang berada dalam
kesetimbangan termal akan memiliki suhu yang
sama. Bila suhu dua benda tidak sama, maka
dua benda tersebut tidak akan berada dalam
keadaan kesetimbangan termal, dan bila
disetuhkan akan terjadi perpindahan panas dari
benda yangsuhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah. Dua benda mempunyai
kesamaan suhu dengan benda ketiga maka
kedua benda itu satu dengan yang lain juga
mempunyai kesamaan suhu.
2. Hukum I termodinamika (Kekekalan Energi
dalam Sistem)

Energi tidak bisa diciptakan maupun


dimusnahkan. Manusia hanya bisa mengubah
bentuk energi dari bentuk energi satu ke energi
11
lainnya. Dalam termodinamika, jika sesuatu
diberikan kalor, maka kalor tersebut akan
berguna untuk usaha luar dan mengubah energi
dalam.

Bunyi Hukum I Termodinamika

untuk setiap proses apabila kalor Q


diberikan kepada sistem dan sistem melakukan
usaha W, maka akan terjadi perubahan energi
dalam U = Q W.

Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah


sistem, sedangkan W dan Q tidak. W dan Q
bukan fungsi Variabel keadaan, tetapi termasuk
dalam proses termodinamika yang bisa
merubah keadaan. U merupakan fungsi variabel
keadaan (P,V,T,n).

W bertanda positif bila sistem melakukan usaha


terhadap lingkungan dan negatif jika menerima
usaha lingkungan.

12
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor
dari lingkungan dan negatif jika melepas kalor
pada lingkungan.

Perubahan energi dari sebuah sistem


hanya tergantung pada transfer panas ke dalam
sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem
dan tidak bergantung pada proses yang terjadi.
Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah
perubahan dan batasan-batasan lain.

Rumus Hukum Termodinamika I

Secara matematis hukum I termodinamika


dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q = U+W

Dengan ketentuan, jika:

Q(+) sistem menerima kalor

OR sistem melepas kalor

W(+) sistem melakukan usaha

W(-) sistem dikenai usaha


13
U(+) terjadi penambahan energi
dalam

U(-) terjadi penurunan energi dalam

U = Q W

Keterangan :

U = perubahan energi dalam


(joule)

Q = kalor (joule)

W = usaha (joule)

Hukum Termodinamika Pertama Diterapkan


pada Beberapa Sistem Sederhana

1. Isotermal
Pertama kita lihat proses yang dianggap ideal
yang dilakukan pada temperature konstan.
Proses seperti ini disebut proses isotermal (dari
bahasa Yunani yang berarti temperatur yang
sama. Jika sistem merupakan gas ideal maka
14
PV=nRT , sehingga untuk temperatur konstan
PV = konstan. Setiap titik pada kurva, seperti
titik A, menyatakan keadaan sistem pada suatu
saat yang diketahui-yaitu, tekanan P dan
volume V. Pada temperatur yang lebih rendah,
proses isotermal lainnya akan digambarkan oleh
kurva (hasil kali PV=nRT=konstan akan lebih
kecil jika T lebih kecil). Kurva-kurva yang
ditunjukkan disebut isotherm

Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan
gas yang terjadi pada tekanan konstan. Pada
proses ini usaha yang dikerjakan gas dapat
dihitung dari

15
2. Proses Isokorik
Proses isokorik adalah proses perubahan keadaan
gas yang terjadi pada volume konstan. Pada
proses ini,
karena volume tidak berubah, maka tidak ada
usaha yang dikerjakan gas,
W= 0. Sedangkan panas yangdiberikan pada gas

pada kondisi ini adalah sehingga


perubahan energi dalamnya adalah

16
3. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan
keadaan gas tanpa adanya transfer panas,
Q
= 0. Sehingga pada
proses ini

untuk perubahan yang sangat kecil,


persamaan di atas menjadi

17
Contoh

1. Sebanyak 0,2 mol gas ideal berada dalam


wadah yang volumnya 10 L dan tekanannya 1
atm. (a) Berapakah suhu gas tersebut? (b)
Berapakah volum gas jika suhunya dijadikan
setengahnya dan tekanannya dilipatduakan?

Jawab

Diberikan dalam soal n = 0,2 mol, V = 10 L= 10


10-3 m3 = 0,01 m3, dan P = 1 atm = 105 Pa.

(a) Dengan menggunakan persamaan (12.6)


maka suhu adalah
T= PV/nR = 105 0.01/0,2 8,315

(b) Jika suhu diturunkan menjadi setengah T =


0.5 601 = 300,5 K, dan tekanan digandakan
P = 2 105 Pa, maka volum gas menjadi
V= nRT/P = 0,2 8,315 300,5/ 2105 =
0,0025 m3 = 2,5 L.

18
Contoh 12.2 Tentukan volum 1,0 mol gas
ideal pada STP (standard of temperature and
pressure).

Jawab

STP adalah keadaan dengan suhu dan tekanan


yang ditetapkan sebagai standar. Yang ditetapkan
sebagai suhu standar adalah T = 273 K dan yang
105 Pa.ditetapkan sebagai tekanan standar
adalah P = 1,00 atm = 1,013 Jadi, volum 1,0 mol
gas ideal pada STP adalah

V = nRT/P=1,08,315273/1,013105 22,4
10-3 m3 = 22,4 L

3. Hukum Termodinamika Kedua

Bunyi Hukum II Termodinamika

Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas


para ilmuwan merumuskan prinsip baru, yaitu
Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan :
kalor mengalir secara alami dari benda yang
19
panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke
benda panas

Hukum kedua termodinamika dapat dinyatakan


dalam beberapa cara yang berbeda.
1. Kevin-Planck: Tidak ada mesin panas yang
bekerja dalam siklus yang mengambil panas dari
suatu

wadah dan mengubah seluruhnya menjadi usaha


2. Clausius: Tidak ada mesin pendingin yang
bekerja mengambil panas dari wadah dingin dan
memindahkannya ke wadah panas tanpa
memerlukan adanya usaha.

20
Karena pernyataan hukum termodinamika kedua
ini maka tidak ada mesin panas yang memiliki
esiensi 100 %. Akan tetapi ada mesin panas
yang memiliki esiensi tertinggi, yaitu mesin
Carnot.

21
BAB II
TEORI KINETIK GAS

A. GAS IDEAL

Misalkan sebuah massa nM dari suatu gas


dibatasi di dalam sebuah wadah yang
volumenya. V:m adalah berat molekular
(gram/mol) dan n adalah banyaknya mol.
Massa jenis p dari gas tersebut adalah nM/V
dan jelaslah bahwa kita dapat mereduksi p baik
dengan memindahkan sebagian gas dari wadah
(dengan mereduksi n) atau dengan menaruh gas
tersebut didalam sebuah wadah yang lebih
besar (dengan memperbesar V). Kita
mendapatkan dari eksperimen bahwa pada
kerapatan yang cukup rendah , maka semua
gas, bagaimanapun kondisi kimianya ,
cenderung memperlihatkan sebuah hubungan
sebuah hubungan sederhana yang tertentu
diantara variabel-variabel termodinamika p, V
dan T. hal ini menyarangkan konsep mengenai
suatu gas ideal (ideal gas), yakni gas yang akan
mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah
sama kondisi. Didalam bagian ini kita

22
memberikan sebuah definisi makroskopik atau
definisi termodinamika dari suatu gas ideal.
Didalam bagian23-3 kita akan mendefinisikan
suatu gas ideal secara mikroskopik, dari segi
pandangan teori kinetik, dan kita akan melihat
apa yang dapat kita pelajari dengan
membandingkan kedua pendekatan ini.

Diberikan sebuah massa nM dari suatu gas


di dalam kesetimbangan termal maka kita dapat
mengukur tekanan tekanannya p, temperaturnya
T, dan volumennya V. Untuk nilai-nilai
kerapatan yang cukup rendah maka eksperimen
untuk memperlihatkan bahwa (1) untuk sebuah
gas yang diberikan yang dipegang pada suatu
temperatur konstan, maka tekanan adalah
berbanding terbalik dengan volume (hukum
boyle) dan (2) untuk sebuah massa gas yang
diberikan yang dipegang pada suatu tekanan
konstan, maka volume adalah berbanding
langsung dengan temperatur (hukum charles
dan gay lussac). Kita dapat mengihktiarkan
kedua hasil eksperimental ini dengan hubungan

= sebuah konstanta(untuk sebuah massa gas

yang tetap).

23
Volume yang di tempati oleh suatu gas
pada tekana dan temperatur yang diberikan
adalah sebanding dangan massanya. Jadi
konstanta di dalam persamaan23-1 haruslah
juga sebanding dengan massa gas. Didalam
bagian 22-2. Kita telah melihat
penyerderhanaan yang sangat besar yang terjadi
didalam pengkajian kalor jenis benda-benda
padat jika kita dapat membandingkan contoh-
contoh bahan benda padat yang mengandung
jumlah molekul yang sama didalam gram. Kita
telah melakukan hal ini dengan menggunakan
menggunaka mol sebagai satuan massa.
Marilah kita melakukan hal tersebut juga di
sini.

Maka kita menuliskan konstanta didalam


persamaan23-1 sebagai nR, dengan n adalah
banyaknya mol gas dan R adalah sebuah
konstanta yang harus ditentukan dengan
eksperimen untuk setiap gas. Pengharapan kita
bahwa kesederhanaan akan muncul jika kita
membandingkan gas-gas dengan menggunakan
basic molar memang dapat dibenarkan karena
eksperimen memperlihatkan bahwa, pada
kerapatan yang cukup rendah, R mempunyai
nilai yang sama untuk semua gas, yakni

R = 8,314 J/mol.k = 1,986 kal/mol.k


24
R dinamakan konstanta gas universal (universal
gas contant). Maka menuliskan persamaan 23-1
sebagai

pV = nRT

dan kita mendefinisikan suatu gas ideal sebagai


gas yang menuruti hubungan ini dibawah
semua kondisi. Tidak ada gas yang betul-betul
merupakan gas ideal, tetapi gas ideal tersebut
tetap merupakan sebuah konsep sederhana dan
berguna yang dihubungkan dengan keadaan
yang sebenarnya oleh kenyataan bahwa sifat
semua gas real akan mendekati abstraksi sifat
gas ideal jika kerapatan gas adalah cukup
rendah. Persamaan 23-2 dinamakan persamaan
keadaan (equation of estate) dari suatu gas
ideal.

Jika kita dapat mengisi tabung sebuah


termometer gas bervolume konstan (yang ideal)
dengan suatu gas ideal, maka kita melihat dari
persamaan 23-2 bahwa kita dapat
mendefinisikan temperatur dengan
menyatakannya di dalam pembacaan-
pembacaan tekanan, yakni

T = 273,16 K (gas ideal).

25
Disini Ptr adalah gas pada titik tripel, pada
mana temperatur Ttr menurut definisi adalah
273,16 K. Didalam praktek kita harus mengisi
termometer kita dengan suatu gas real dan
mengukur temperatur dengan
mengektropolasikan ke kerapatan nol dengan
menggunakan kerapatan nol dengan
menggunakan persamaan21-4.

T=273,16 K (gas deal

Sekitarnya kita mempunyai suatu gas ideal


yang tersedia (yang memang kita tidak
mempunyainya), maka ekstrapolasi tidak akan
perlu.

CONTOH

1. Sebuah silinder berisi oksigen pada suatu


temperatur sebesar 20c dan suatu tekanan
sebesar 15 atm didalam suatu volume sebesar
100 liter. Sebuah pengisap direndahkan
kedalam silinder tersebut yang mengurangi
volume yang ditempati oleh gas menjadi 80
liter dan menaikkan temperatur gas menjadi
25c. Dengan mengangap oksigen berperilaku
sebagai suatu gas ideal dibawah kondisi-kondisi
ini, maka berapakah tekanan gas tersebut?

26
Dari persamaan 23-1 karena massa gas tetap
tidak berubah, maka kita dapat menuliskan

Kondisi-kondisi mula-mula adalah

Pi=15 atm
Ti=293K, Vi=100 liter

Kondisi-kondisi akhir adalah

Pf= ?, Tf = 298
K, Vf = 80 liter


Maka, Pf= ( ) ( ) =

298
(80 80298

) (15 1 100
293
) = 19 .

B. DEFINISI GAS IDEAL

Dari segi pandangan mikroskopik maka kita


mendefinisikan suatu gas ideal dangan
anggapan-anggapan yang berikut ; yang akan
merupakan tugas kita adalah memakainkan
hukum-hukum mekanika klasik secara statstik
kepada atom-atom gas dan memperlihatkan
bahwa definisi mikroskopik kita adalah sesuai

27
(konsisten) dengan definisi makroskopik dari
bagian yang terdahulu.

1. Suatu gas terdiri dari partikel-partikel,


yang dinamakan molekul-molekul.
Bergantung pada gas tersebut, maka setiap
molekul akan terdiri dari sebuah atom atau
sekelompok atom. Jika gas tersebut adalah
sebuah elemen atau persenyawaan dan
berada didalam suatu keadaan stabil, maka
kita akan meninjau semua molekulnya
sebagai molekul-molekul yang identik.
2. Molekul-molekul bergerak secara
serampangan dan menuruti hukum-hukum
gerak newton. Molekul-molekul bergerak
didalam di dalam semua arah dan dengan
berbagai laju. Didalam menghitung sifat-
sifat gerakan, maka kita mengangap bahwa
mekanika newton dapat dipakai pada
tingkat mikroskopik. Seperti untuk semua
anggapan kita, maka anggapan yang satu ini
akan dapat bertahan atau gagal bergantung
pada apakah hasil-hasil eksperimental yang
diramalkan oleh anggapan ini benar atau
tidak.
3. Jumlah seluruh molekul adalah besar. Arah
dan laju gerakan dari setiap molekul dapat
berubah secara tiba-tiba karena tumbukan
28
dengan dinding atau dengan molekul lain.
Setiap molekul khas akan menuruti sebuah
jalan berliku-liku karena tumbukan-
tumbukan ini. Akan tetapi, banyaknya
molekul maka kita menganggap bahwa
jumlah besar tumbukan yang dihasilkan
akan mempertahankan distribusi kecepatan
molekular secara keseluruhan dan
keserampangan gerakan.
4. Volume molekul-molekul adalah pecahan
kecil yang dapat yang dapat diabaikan dari
volume yang ditempati oleh gas tersebut.
Walaupun jumlah molekul adalah sangat
banyak, namun molekul-molekul tersebut
adalha sangat kecil sekali. Kita mengetahui
bahwa volume yang ditempati oleh suatu
gas dapat diubah melalui suatu jangkauan
nilai yang besar dengan kesukaran yang
kecil, dan bila suatu gas mengembung maka
volume yang ditempati oleh cairan tersebut
dapat beribu-ribu kali lebih kecil dari pada
volume yang ditempati oleh gas. Maka
anggapan yang kita buat adalahmasuk akal.
Kelak kita akan menyelidiki ukuran yang
sebenarnya dari molekul dan kita akan
melihat apakah kita akan melihat apakah
kita perlu mengubah anggapan ini.

29
Contoh

1. Dengan menggangap bahwa laju bunyi di


dalam suatu gas adalh sama seperti laju akar
purat kuadrat dari molekul-molekul , maka
perlihatkanlah bagaimana laju bunyi untuk
suatu gas ideal akan bergantung pada
temperatur . (Sesungguhnya anggaoan ini
hanyalah benar secara kasar.)

Keropatan suatu gas adalah

nM

V
Didalam mana M adalah berat molekular
(gram/mol) dan n adalah banyaknya mol.
Dengan menggabungkan persamaan ini dengan
hukum gas ideal

pV=nRT

dari persamaan diatas kita mendapatkan

3p 3RT
Vrms = =
M

Sehingga laju bunyi Vt pada temperatur Tt


dihubungkan kepada laju bunyi v2 di dalam gas
yang sama pada temperatur T2 oleh
30
v1 T1
=
v2 T2

Misalnya jika laju bunyi pada 273 K adalah 332


m/detik di dalam udara, maka lajunya di dalam
udara pada temperatur pada 300 K akan
menjadi

300
332m/detik = 348m/detik.
273

C. PERSAMAAN KEADAAN GAS VAN DER


WAALS
Didalam bab tertentu kita telah
membicarakan suatu sifat gas ideal. Pada skala
mikroskpik maka hubungan fundamentalnya
adalah persamaan keadaan
pV = nRT
Dari persamaan ini dan dari prinsip-prinsip
termodinamika maka kita dapat
memperlihatkan bahwa tenaga dakhir U dari
suatu gas hanya bergantung pada temperatur.
Gas-gas riel menuruti hubuangan hubungan
dengan baik sekali pada kecepatan-kecepatan
rendah , tetapi sifatnya menjadi sangat nyata
berbeda jika kerapatan semakin besar. Kita
tidak dapat mengabaikan penyimpangan-

31
penyimpangan dari sifat gas ideal ini di dalam
karya ilmiah yang teliti. Misalnya, untuk
menghasilkan skala termodinamika Kelvin di
dalam laboratorium maka kita harus
mengetahui bagaimana membuat koreksi yang
pelu kepada skala sebuah termometer gas
bervolume konstan . karena itu maka kita harus
mengetahui sifat gas-gas riel secara agak teliti.
Malah yang lebih penting lagi, barangkalii,
adalah kenyataan bahwa sifat-sifat gas-gas riel
akan memberikan informasi kepada kita
mengenai gaya-gaya antar molekul dan struktur
molekul.
Teori kinetik meyediakan diskripsi
mikroskopik dari sifat suatu gas idel. Kita
sudah menyarankan bagaimna anggapan-
anggapan teri kinetik dapat menjadi tak berlaku
jika dipakaiakna kepada satu gas riel. Di bawah
beberapa kondisi maka kita mungkin tidak
dibenarkan di dalam mengabaikan kenyataan
bahwa molekul menempati sebagian dari
volume yang tersedia kepada gas dan bahwa
jangkaun gaya-gaya molekul adalah lebih besar
dari pada ukuran molekul tersebut. Pada
kerapatan tinggi kita tidak dapat mengabaikan
efek-efek ini.
J.D van der Waals (1837-1923)
menduduksi sebuah persamaan keadaan yang
32
diubah yang memperhitungkan faktor-faktor ini
secara sederhana. Marilah kita membayangkan
molekul sebagai bola keras yang diameternya d.
Diameter dari sebuah bola seperti itu akan
bersesuaian dengan jarak di antara titik titik
pusat molekul pada mana gaya-gaya tumbukan
yang kuat akan memainkan peranan. Selama
geraknya maka titik pusat sebuah molekul tidak
dapat mendekat di dlam jarak d/2 dari sebuah
dinding atau sejarak d dari titik pusat molekul
yang lain. Maka volume sesungguhnya yang
tersedia kepada sebuh molekul adalh lebih kecil
daripada volume bejana yang beiri molekul
tersebut. Tepatnya berapa banyak lebih kecil
akan bergantung opada berapa banyak molekul
yang ada di dalam bejana tersebut. Marilah kita
menyatakan volume per mol , V/n dengan v.
Maka vilume bebas per mol akan lebih kecil
daripada ini dengan kovolumeb. Maka kita
akan mengubah persamaan keadaan dari
hubungan idel pv=RT menjadi
( ) =
Untuk membolehkan kovolume ini. Karena
volume yang direduksi tersebut, maka
banyaknya tumbukan pada dinding akan
bertambah besar, yang denga demikian akan
memperbesar tekanan , hubungan ini untuk
pertama kalinya diturunkan oleh Celcius.
33
Kita juga dapat membolehkan efek
gaya-gaya tarik di antar molekul-molekul
secara sederhana. Bayangkanlah sebuah bidang
yang lewat melalui suatu gas dan tinjaulah,
pada suatu saat , gaya-gaya antar molekul yang
beraksi melalui bidang tersebut. Setiap
molekul, katakanlah yang disebelah kiri , akan
menarik dan ditraik oleh suatu jumlah kecil n
dari molekul-molekul yang di seblah kanan.
Sedangkan bandingkanlah situasi ini dengan
situasi lain yang serupa di dalam segala hal
kecuali bahwa banyaknya molekul per satuan
volume adalah dua kali lipat. Di sini setiap
molekul khas di sebelah kiri secara rata-rata
akan berinteraksi dengan 2n dari molekul-
molekul yang di sebelah kanan; karena
jangkauan gaya molekul adalah sama, dan
sekarang banyaknya molekul yang jatuh di
dalm jangkauan ini adalah dua kali lipat. Juga
karena banyaknya molekul di sebelah kiri
adalah dua kali banyaknya sebelumnya yang
menarik dengan cara ini, maka teranglah bahwa
banyaknya sebelumnya yang menarik pasangan
yang tarik menarik melalui bidang tersebut
telah bertambah menjadi empat kali lipat.
Maka, efek gaya-gaya ini berubah sebagai
kuadrat dari banyaknya partikel per satuan
volume atau berubah secara terbalik sebagai
34
kuadrat dari volume per mol, yakni sebagai
(1/v)2. Karena ikatan-ikatan gaya antar molekul
ini, maka untuk suatu tekanan luar yang
diberikan , gas tersebut seharusnya menempati
volume yang lebih kecil daripada volume yang
akan ditempatinya sebagai suatu gas ideal, di
dalam mana tidak ada gaya tarik menarik
seperti itu. Atau , secara ekivalen , maka gas
tersebut beraksi seakan-akan gas tersebut
dipengaruhi oleh suatu tekanan yang lebih dari
tekanan luar yang dipakaikan. Tekanan yang
berlebih ini adalh sebanding dengan (1/v)2 ,
atau sama dengan a/v2 di mana a adalah sebuah
konstanta. Maka, kita mendapatkan persamaan
keadaan van der Waals dari suatu gas,


( + 2 ) ( )=RT

Nilai-nilai a dan b akan ditentukan dari


eksperimen, dan di dalam hal ini maka
persamaan tersebut adalh empiris. Kita harus
menyadari bahwa koreksi-koreksi jepada
persamaan gas ideal ini adalh koreksi yang
paling sederhana macamnya, dan bahwa
persamaan van der Waals di dalam setiap kasus
khas adalah bukti nyata bahwa anggapan-

35
anggapan yang kita buat terlalu
disederhanakan.


Untuk 1 mol ( + ) ( ) =
2

2
Untuk n mol ( + ) ( ) =
2

Prosesnya :
2
( + ) ( ) = untuk 1 mol
2
gas


= ( + 2
) ( ) =
( )

2
( + ) ( ) =
2

Bidang P V T gas nyata

Gas Nyata memiliki sifat

Molekul- molekul saling tarik


menarik dan mempunyai volume
Dapat menjadi cair dan padat
Hukum-hukum Boyle dan Gay
Lussac hanya diikuti oleh gas nyata
secara pendekatan , yaitu pada
36
tekanan rendah jauh dan keadaan
cahaya

Perbedaan sifat gas semurna dengan gas


nyata terlihat jelas pada diarga P VT atau
proses isothermal

Proses isothermal
a. Gas sempurna b. Gas
Nyata

D. TURUNAN PARSIAL DALAM


TERMODINAMIKA
Ekspansi ( pengembangan )
1
= ( )

Kompressibilitas (ditekan)
1
= ( )

f=(P,V,T)=0
f=(x,y,z)=0

37
x = f(y,z)
y = f(x,z)
z = f(x,y)

1) y = ax
y = a

= =

2) y = ax + b
dy = a dx + b dz

= ( ) + ( )
Misal
x = f (y,z)

( ) + ( ) (1)

y = f (x,z)

= ( ) + ( )

z = f (x,y)

= ( ) + ( ) (2)

38
Subtitusi (2) (1)


= ( ) (( ) + ( ) ) + ( )


= ( ) ( ) + ( ) ( ) + ( )


( ) ( ) = ( ) ( ) + ( )


1 ( ) ( ) = (( ) ( ) + ( ) )

Jika dz 0 dan dy = 0


1 ( )( ) = 0

1
1 ( )( ) = ( ) =

( )


= ( )= ( )

Jika dy 0 dan dz = 0


( )( ) + ( ) = 0


( )( ) = ( )

39
1
( )( ) =

( )


( )( )( ) = 1


( )( )( ) = 1

x=P

y=V

z=T


( )( )( ) = 1

Soal

Carilah dan pada gas ideal dan persamaan


gas van der waals untuk gas ideal

Jawab :

1) PV = RT V =
1
= ( )


( ) =

40
1 1
= .
=
=
diperoleh dari V


=
=
=

1

=
1
=

1
2) = ( ) Dimana V =


( )=
2
1
= ( 2 )

= 2
1
=

Persamaan Gas Van Der Waals



( + ) ( ) =
2

Ekspansi
1
= ( )


( ) ( ) ( ) = 1

1
( ) =
( )( )

41

( )

=
( )


( + 2
) ( ) = ( + 2
) ( ) = ()


=
() 2


( ) = () Turunan terhadap
r

2
( ) = ()2 + 3

2
( ) = (()2 3
)

3 2()2
( ) = ( ()2 . 3
)

Maka

( )

( ) =
( )



()
( ) = 3 2()2
( )
()2 . 3

42

( ) =
()2 . 3
()2 . 3 2 ()2

. 3 ()
( ) = 3 2 ()2

1
= ( )

1 . 3 ()
= .
3 2 ()2
. 2 ()
=
3 2 ()2

Soal

1. Tentukan koefisien kompressibilitas pada


persamaan gas van der wals

a. Dari persamaan koefisian ekspansi pada gas


van der wals , tentukan A jika B = 0
b. Dari persamaan koefsian kompressibbilitas
pada gas van der waals

Jawab :

1) ( + ) ( ) =
2

43

P = () 2


( ) ( ) ( ) = 1

1
( ) =
( )( )


( )

=
( )


( ) = . ?


( ) =
() 2

( ) = ()


( ) =
() 2

= RT ( )1 2

( ) = RT ( )2 + 2 3

2
( ) = (()2 )
3

3 2()2
( )=( )
()2 . 3

44
Maka

( )

( ) =
( )



()
( ) = 3 2()2
( )
()2 . 3

()2 . 3
( ) =
. 3 2 ()2
()

()2 . 3
( ) =
() 3 2()2

3 ()
= 3 2()2

1
= ( )

1 . 3 ()
= .
3 2 ()2

. 2 ()
= ( )
3 2 ()2

Jika b = 0

. 2 (0)
= ( )
3 2 (0)2

. 2 ()
= ( )
3 2 ()2
45
3
= ( )
3 2 2


= ( )
2

1
b. = ( )


( + ) ( ) =
2


(+ 2 )()

T=


( ) ( ) ( ) = 1


( )

( ) =
( )


(+ 2 )()

( ) =


+ 2

=

()
( ) =


+ 2

( ) =

2
2 + 3

( ) =

46
()
( )

( ) = . 2
2 + 3
( )

()
( )=( ) 2
( 2 + 3 )

)
= 2
( 2 + 3 )

Jika b = 0
1 ()
= 2
( 2 + 3 )

1
=
( 2 )

1
= 2
( )
2

2
= ( 2 )

2. Dari persamaan koefisien ekspansi dan



kompressibilitas, Tunjukkan bahwa ( ) =

Jawab :

( ) =

47

( ) ( ) ( ) = 1

1
( ) =
( )( )


( )

=
( )

1 1
= ( ) =
( )


V = ( ) = ( )


( )

( ) =
( )

()
= (V)


( ) =

3. dari persamaan kompressibilitas, tunjukkkan


bahwa
1
= ln Vo

1
= ( )
V

1
= ( )
V

48
1
( ) = ( )
V

( )
= V

( )
= +
V

1 ( )
= ( ( + ))
V

( )
= ( ( + ))
V V

1 1
= . (( )) +

1
= ln Vo

49
BAB III

HUKUM COULOMB

Kita telah melihat bahwa sebuah muatan


listrik memberikan gaya pada muatan listrik
yang lain. Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi besar gaya ini? Untuk
menjawab pertanyaan ini fisikawan Perancis
Charles Coulomb (1736-1806) menyelidiki
gaya listrik pada tahun 1780-an dengan
menggunakan pengimbang torsi yang sangat
mirip dengan yang digunakan Cavendish dalam
studinya mengenai gaya gravitasi.

Walaupun peralatan yang khusus untuk


mengukur muatan listrim tidak ada pada masa
Coulomb, ia bisa menyiapkan bola-bola kecil
dengan besar muatan yang berbeda dimana
rasio muatan diketahui. Ia mengajukan
argumen bahwa jika sebuah bola penghantar
bermuatan yang identik, muatan bola pertama
akan terbagi rata pada keduanya karena adanya
simetri. Walaupun ia mendapatkan kesulitan
dengan muatan induksi, Coulomb dapat
mengajukan argumen bahwa gaya yang
diberikan satu benda kecil bermuatan pada
benda kecil bermuatan yang kedua berbanding

50
lurus dengan muatan pada masing-masing
benda tersebut.

Artinya, jika muatan pada salah satu


benda digandakan, gaya digandakan; dan jika
muatan muatan pada kedua benda digandakan,
gaya akan naik menjadi empat kali lipat nilai
awalnya. Hal ini berlaku jika jarak antar kedua
muatan tersebut tetap sama. Jika jarak antar
keduanya bertambah, gaya berkurang terhadap
kuadrat jarak tersebut. Artinya, jika jarak
digandakan, gaya berkurang menjadi
seperempat nilai awalnya.

Gaya Coulomb
Jika kedua muatan merupakan muatan
sejenis maka gaya yang bekerja bersifat tolak-
menolak. Jika kedua muatan mempunyai tanda
yang berlawanan, gaya yang bekerja bersifat
tarik-menarik. ika kedua muatan merupakan
muatan sejenis maka gaya yang bekerja bersifat
tolak-menolak. Jika kedua muatan mempunyai
tanda yang berlawanan, gaya yang bekerja
bersifat tarik-menarik.

51
Gaya coulomb menyatakan bahwa
muatan listrik yang sejenis tolak-menolak,
sedangkan muatan listrik tak sejenis tarik-
menarik seperti terlihat pada gambar diatas.
Perhatikan gambar diatas yang
menggambarkan dua buah benda bermuatan
listrik q1danq2terpisah pada jarak r. Apabila
kedua benda bermuatan listrik yang sejenis,
52
kedua benda tersebut akan saling tolak-menolak
dengan gaya sebesar F dan jika muatan listrik
pada benda berlainan jenis, akan tarik-menarik
dengan gaya sebesar F.

Hasil-hasil percobaan Coulomb yang pertama


dapat dinyatakan oleh:
1
= 2
(3.1)

Dengan demikian, Coulomb menyimpulkan,


gaya yang diberikan satu benda kecil
bermuatan pada bermuatan pada muatan
kedua sebanding dengan hasil kali besar
muatan benda pertama,Q1, dengan besar
muatan benda kedua, Q2, Dan berbanding
terbalik terhadap kuadrat jarak r diantaranya.
Sebagai persamaan, kita dapat menuliskan
hukum Coulomb sebagai berikut
1 2
F= (3.2)
2

dimana k adalah konstanta. Masing-masing


partikel mengerahkan gaya sebesar ini terhadap
partikel lainnya; dua gaya itu membentuk
pasangan gaya huku-ketiga. Jika partikel-
partikel saling menolak, gaya pada masing-
53
masing partikel terarah menjauhi partikel
lainnya. Jika partikel-partikel saling menarik,
gaya pada masing-masing partikel terarah
menuju partikel lainnya.

Persamaan(3.2)disebut hukum coulomb,


menurut nama Charles Augustin Coulomb,
yang eksperimenya pada tahun 1785
membukukan teori ini. Menariknya, bentuk
persamaan(3.2) sama dengan bentuk persamaan
Newton untuk gaya gravitasi di antara dua
partikel dengan massa m1 dan m2 yang terpisah
oleh jarak r:
1 2
= 2
(3.3)

Dimana G adalah konstanta gravitasi.

Konstanta k dalam persamaan 3.2, yang analogi


denga konstanta gravitasi G pada persamaan
3.3, dinyatakan sebagai konstanta elekrostatik.
Kedua persamaan di atas mendeskripsikan
hukum kuadrat terbalik yang melibatkan
properti dari partikel-partikel yang berinteraksi
di satu sisi ada massa, di sisi lain ada muatan.
Berikut perbedaan kedua hukum tersebut: gaya
gravitasi selalu merupakan gaya tarik menarik,
sedangkan gaya elektrostatik belum tentu
54
merupakan gaya tarik menarik. Gaya
elektrostatik bisa jadi berupa gaya tolak
menolak, tergantung pada tanda yang dimiliki
kedua muatan.

Hukum coulomb telah bertahan dari segala


ujian dan eksperimen yang dilakukan
terhadapnya; tidak ada pengecualian terhadap
hukum ini. Hukum ini bahkan berlaku di dalam
atom: secara akurat hukum ini mendeskripsikan
gaya antara inti(nukleus) yang bermuatan
positif dengan elektron yang bermuatan negatif,
walau mekanika Newton yang klasik tidak
berlaku di wilayah tersebut dan perannya
digantikan oleh fisika kuantum. Hukum yang
sederhana ini juga memperhitungkan secara
akuratgaya-gaya yang mengikat atom bersatu
membentuk molekul, dan gaya-gaya yang
mengikat atomdan molekul bersatu membentuk
zat padat dan zat cair.

Unit SI dari muatan adalah Coulomb. Untuk


keperluan praktis terkait akurasi pengukuran,
unit Coulomb diturunkan dari unit SI ampere
untuk arus listrik i. Arus adalah laju dq/dt
dimana muatan bergerak melalui sebuah titik
atau sebuah wilayah. Dalam bab selanjutnya
kita akan membahas arus listrik secara lebih

55
mendalam. Sampai saat itu, kita akan
menggunakan relasi berikut:

= (arus listrik) (3.4)

Dimana i adalah arus(dalam ampere) dan dq


(dalam coulomb) adalah jumlah dari muatan
yang bergerak melalui sebuah titik atau
melampaui suatu wilayah dalam waktu dt
(dalam detik). Dengan menata ulang persamaan
3.4 kita akan mendapatkan

1 = (1 )(1) (3.5)

Hukum Coulomb dapat dinyatakan dalam


bentuk yang lebih sederhana dengan
menggunakan perntaan matematik. Andaikan
Q1 dan Q2 merupakan dua muatan titik yang
terpisah sejauh r yang merupakan besar vektor r
yang mengarah dari Q1 ke Q2. Gaya F yang
dilakukan Q1 dan Q2 adalah:

1 2
F= (untuk vektor) (3.6)
2

56
di mana adalah konstanta pembanding, pada
satuan SI memiliki nilai

= 8,988 x 109 N.m2/C2 = 9,0 x


109 N.m2/C2

Konstanta sering ditulis dalam konstanta


yang lain,0 , yang disebut permitivitas ruang
hampa. Konstanta ini dihubungkan dengan
=1/40 . Dengan demikian hukum
Coulomb dapat dituliskan

1 1 2
= (dalam ruang vakum)(3.7)
40 2

di mana

1
0 = = 8,85 x 10-12 C2/ N.m2.
4

Bisa dilihat bahwa persamaan 1 dan 2 berlaku


untuk semua benda yang ukurannya jauh lebih
kecil dari jarak antaranya. Secara ideal,
persamaan ini berlaku tepat untuk muatan titik
(ukuran ruangnya bisa diabaikan jika tidak
terlalu jelas mengenai nilai r mana yang
dipakai,terutama karena muatan mungkin tidak
terdistribusi secara merata pada benda tersebut.

57
Hukum Coulomb mendeskripsikan gaya antara
dua muatan ketika berada dalam keadaan diam.
Gaya-gaya tambahan berperan ketika muatan
sedang bergerak. Ketika menghitung dengan
hukum coulomb, kita biasanya mengabaikan
tanda muatan-muatan dan menentukan arah
berdasarkan pada apakah gaya tersebut tarik
menarik atau tolak menolak.

Jika media sekelilingnya tidak dalam keadaan


vakum,gaya-gaya yang disebabkan oleh
muatan-muatan yang diinduksi di dalam bahan
mengurangi gaya antara muatan-mauatan titik.
Jika bahan tersebut memiliki konstanta
dielektrik K, maka 0 dalam hukum coulomb
harus digantikan oleh K0 =, dimana adalah
permivitas bahan. Maka:

1 1 2 1 2
= = (3.8)
40 2 2

Untuk keadaan vakum, K = 1; untuk udara , K =


1,0006.

Hukum Coulomb juga berlaku untuk bola-bola


dan kulit-kulit bola penghantar yang bermuatan
dan bola-bola muatan yang homogen. Hal ini
berlaku selama ukurannya cukup kecil,jika
dibandingkan dengan jaraknya,sehingga

58
distribusi muatan pada masing-masing tidak
asimetris ketika dua atau lebih muatan
berinteraksi. Dalam hal ini, r,yaitu jarak antara
titik-titik pusat bola, harus jauh lebih besar
daripada jumlah jari-jari kedua bola.

Kesamaan lainnya antara gaya gravitasi dan


gaya elektrostatik adalah bahwa keduanya
mematuhi prinsip superposisi. Jika kita
memiliki n partikel bermuatan, partikel-partikel
tersebut berinteraksi berpasang-pasangan secara
independen, dan gaya pada salah satu dari
partikel tersebut, misalnya pada partikel 1,
merupakan total dari penjumlahan vektor


1, = 12 + 13 + 14 + 15 + + 1,
(3.9)

di mana, sebagai contoh , F14 adalah gaya yang


bekerja pada partikel 1 yang ditimbulkan oleh
partikel 4. Formula yang identik berlaku untuk
gaya gravitasi.

Akhirnya, teorema cangkang (shell) yang kita


temukan sangat berguna dalam studi kita
mengenai gravitasi memiliki analoginya juga
dalam studi elektrostatik.

59
Contoh soal:

1. Tentukanlah besar gaya listrik pada elektron


di atom hidrogen yang diberikan oleh suatu
proton (Q2= +e) yang merupakn intinya.
Anggap elektron mengorbit proton pada
jarak rata-rata r = 0,53 x 10-10 m.
Penyelesaian kita gunakan persamaan 1
dengan r = 0,53 x 10-10 m, dan Q1 = Q2 =
1,6 x 10-19 C (dengan mengabaikan tanda
muatan-muatan):


(9,0 109 . 2 / 2 )(1,6 1019 ) (1,6 1019 )
=
(0.53 1010 )2

= 8,2 x 10-8 N

Arah gaya pada elektron adalah menuju


proton , karena muatan-muatan tersebut
memiliki tanda yang berlawanan sehingga
gaya bersifat tarik-menarik.

2. Dua buah elektron dipisahkan jarak sekitar


5,3 10-11 m. Carilah besar gaya listrik
pada kedua muatan tersebut?
Penyelesaian:

60
Diketahui dua buah elektron memiliki
muatan yang sama dengan jarak q1 dan q2
dengan r = 5,3 10-11 m.
Dengan persamaan umum gaya listrik yaitu:

(9,0 109 . 2 / 2 )(1,6 1019 ) (1,6 1019 )


=
(5,3 1011 )2

=0,82 x 10-8 N

BAB IV

61
MEDAN LISTRIK

A. Medan Listrik
Medan adalah daerah yang masih dipengaruhi
oleh muatan listrik. Dengan tiap-tiap titik
didalam ruang didekat bumi maka kita dapat
mengasosiasikan sebuah vektor medan gravitasi
g. Jika m adalah massa benda dan F adalah
gaya gravitasi yang bekerja pada benda
tersebut, maka g diberikan oleh
g = F/m 4.1
ini adalah sebuah contoh medan vektor. Untuk
titik-titik di dekat permukaan bumi maka
medan tersebut sering kali diambil uniform;
yakni, g adalah sama untuk semua titik.
B. Medan Listrik E
Untuk mendefinisikan medan listrik secara
operasional, kita menempatkan sebuah muatan
uji yang kecil q0 (untuk memudahkan maka kita
menggangap q0 positif) pada titik di dalam
ruang yang diselidiki, dan kita mengukur gaya
listrik F (Jika ada) yang bekerja pada benda ini.
Medan listrik E pada titik tersebut didefinisikan
sebagai:

E= 4.2
0
Disini E adalah sebuah vektor karena F adalah
sebuah vektor, dan q0 adalah sebuah skalar.

62
Arah E adalah arah F, yakni, yang menyatakan
di dalam arah mana sebuah muatan positip yang
diam yang ditempatkan pad titik tersebut akan
cenderung bergerak.
Defini medan gravitasi E sangat mirip dengan
definisi medan listrik, kecuali bahwa massa
benda uji dan bukan muatannya adalah sifat
yang dipergunakan untuk mendefinisikan
gravitasi tersebut. Walaupun satua-satuan g
biasanya dituliskan sebagai m/s2, namun
satuan-satuan tersebut dapat juga dituliskan
sebagai N/kg. Satuan-satuan E adalah N/C. Jadi
kedua-dua g dan E dinyatakan sebagai sebuah
gaya dibagi oleh sebuah sifat (massa atau
muatan) benda uji tesebut.
Di dalam memakaikan persamaan 4.2 harus
menggunakan sebuah muatan uji yang sekecil
mungkin. Sebuah muatan uji yang besar dapat
mengganggu muatan-muatan primer yang
bertanggungjawab menghasilkan medan
tersebut,yang berarti akan mengubah kuantitas
yang kita coba mengukurnya. Tepatnya,
persamaan 4.2 harus diganti oleh

= lim 4.3
00 0
Persamaan ini mengharuskan kita untuk
menggunakan muatan uji q0 yang semakin
bertambah kecil, dengan menghitung

63
perbandingan F/ q0 pada setiap langkah. Maka
medan listrik E tersebut adalah batas (limit)
perbandingan ini jika ukuran muatan uji
tersebut mendekati nol.
Secara ideal, E didefinisikan sebagai limit F/q
dan q diambil lebih kecil dan lebih kecil lagi,
sehingga mendekati nol. Dengan demikian E
diukur dalam satuan Newton pe Coulomb
(N/C).
0
E = /0 (muatan yang diuji)
2


E = (untuk satu muatan) 4.3
2

Atau dalam 0 :

1
E= 4.4
40 2

Untuk E total:

= 1 + 2 + 3 + +

= 4.5

Hubungan untuk medan listrik yang disebabkan


oleh satu muatan titik ini juga(sebagai
tambahan untuk persamaan awal) disebut
64
sebagi hukum Coulomb. Perhatikan bahwa E
tidak bergantung pada muatan q yang
menghasilkan medan tersebut, dan bukan pada
nilai muatan tes q.

Adapun besar atau nilai skalar medan listrik


(| | = ) biasanya disebut kuat medan listrik,
yang bersatuan newton/coulomb atau(N/C).
berarah meninggalkan muatan Q bila Q
bermuatan positif, dan sebaliknya berarah
menuju Q bila Q bermuatan negatif. Medan
listrik di titik muatan qi yang di sekitarnya
terdapat (N-1) buah titik muatan memenuhi
1
=
=1; 2 4.6
40

C. Fluks Medan Listrik


Fluks medan listrik ( ) memberi gambaran
tentang banyaknya garis gaya listrik yang
menembusi luasan secara normal. Jik medan
listrik itu ( ) menembusi elemen luasan(d)
adalah , maka fluks medan listrik di maksud
memenuhi persamaan:
= = . 4.7.a

Atau

= cos 4.7.b
65
Dari persamaan (4.7.b) berarti nilai
maksimun ketika sejajar . Berikut ini diuraikan
beberapa contoh cara menentukan fluks medan listrik.

a. Fluks medan listrik pada jarak r dari sebuah


titik muatan yang bermuatan +q, dihitung
= . =

4 2 4.8
4 2
0
Sehingga

= 4.9
0
b. Fluks medan listrik di pelat yang berada di
dalam ruang bermedan listrik.

D. Kuat Medan Listrik untuk Muatan Terdistribusi


(rapat muatan)
Rapat muatan merupakan banyaknya muatan
setiap satuan benda yang di tinjau. Persamaan
umum:

= 2

E = 2 4.10

a. Untuk muatan yang dipengaruhi oleh


panjang

=

= . 4.11

66
b. Untuk muatan yang dipengaruhi oleh luas
permukaan

=

= . 4.12
c. Untuk muatan yang dipengaruhi oleh
volume

=

= . 4.13

Contoh soal

1. Hitung besar dan arah medan listrik pada


titik P yang terletak 30 cm disebelah kanan
muatan titik q = -3,0 x 10-6 C.
Penyelesaian Besar medan listrik yang
disebabkan oleh satu muatan titik
dinyatakan ole persamaan:
(9,0 109 .2 / 2 )(3,0 106 )
E = =
2 (0,30 )2

= 3,0 x 105 N/C.

2. Dua buah elektron dipisahkan jarak sekitar


5,3 10-11 m. Carilah besar gaya listrik
pada kedua muatan tersebut?
Penyelesaian:

67
Diketahui dua buah elektron memiliki
muatan yang sama dengan jarak q1 dan q2
dengan r = 5,3 10-11 m.
Dengan persamaan umum gaya listrik yaitu:

(9,0 109 . 2 / 2 )(1,6 1019 ) (1,6 1019 )


=
(5,3 1011 )2

=0,82 x 10-8 N

3. Muatan q pada bidang x,0,y dengan


koordinat x1,y1. Tentukan kuat medan listrik
di titik p yang koordinatnya xp,yp.
Penyelesaian:
Karena hanya berada pada titik x,0,y
maka:
1 = ( 1 ) + ( 1 )

2 2
|1 |=( 1 ) + ( 1 )
2 2 1/2
={( 1 ) + ( 1 ) }


1 ( 1 )+( 1 )

12 = =
|1 | 2 2
( 1 ) +( 1 )


E =
2

68
( 1 )+( 1 )
E= 2 2 1/2
2
2 2
({( 1 ) +( 1 ) } ) ( 1 ) +( 1 )

.( 1 ) +( 1 )
= 2 2 3/2
{( 1 ) +( 1 ) }

BAB V

HUKUM GAUS

69
Hukum Gaus berisi tentang hubungan
penting dalam hal kelistrikan, dikembangkan
oleh seorang matematikawan terkenal Karl
Fredrich Gauss (1777-1855). Hukum ini
menghubungkan medan listrik dan muatan
listrik, dan merupakan hukum Coulomb yang
lebih umum dan disempurnakan.

Bunyi : besarnya fluks atau garis gaya listrik


yang keluar dari suatu permukaan
tertutup adalah:

A. GARIS GAYA LISTRIK


Garis gaya listrik digunakan untuk
menggambarkan medan listrik.
Arah medan listrik menyinggung garis
gaya dan,
Garis gaya yang rapat maka medan
listriknya kuat

Sifat garis gaya listrik adalah:

1. Keluar dari muatan positif


70
2. Masuk ke muatan negatif
3. Continue
4. Dua garis gaya tidak pernah saling
berpotongan
B. FLUKS LISTRIK

Fluks listrik adalah banyaknya garis gaya


listrik yang menembus suatu permukaan. Untuk
permukaan dA yang tegak lurus dengan arah
medan, jumlah garis yang menembus
permukaan adalah:

d=E.dA

Total garis gaya yang menembus permukaan A


adalah:

Fluks untuk sembarang permukaan

= = .

Untuk sembarang permukaan dA dengan arah


tidak tegak lurus medan

d=E dA cos

71
Fluks total untuk permukaan S adalah

Hukum Gauss melibatkan konsep fluks


listrik, yang menunjukkan medan listrik yang
melewati suatu bidang. Fluks listrik
didefenisikan sebagai:

= cos

dimana adalah sudut antara arah medan


listrik dan faris yang tegak lurus badang. Fluks
dapat juga ditulis:

=EA=EA

dimana E=Ecos adalah komponen E yang


tegak lurus dengan bidang, dan demikian juga,
A=A cos adalah proyeksi bidang A yang
tegak lurus dengan medan E.

Fluks listrik memiliki interpretatif


intuitif yang sederhana berupa garis-garis
medan. Kita lihat bahwa garis-garis medan
selalu digambarkan sedemikian sehingga
72
jumlah (N) garis yang melewati suatu luasan
bidang yang tegak lurus terhadap medan (A)
sebanding dengan nilai medan (E). Oleh karena
itu:

N =

Jadi fluks yang melewati suatu bidang


sebanding dengan jumlah garis-garis yang
melewati garis-garis bidang tersebut.

Hukum Gauss melibatkan fluks total


yang melewati permukaan tertutup. Untuk
setiap permukaan, kita dapat membagi
permukaan menjadi sejumlah bidang-bidang
kecil, , , ,dst. Kita membagi seperti
itu agar cukup kecil sehingga bisa dianggap
datar dan dengan demikian medan listrik dapat
dianggap konstan dalam setiap . Fluks total
yang melewati seluruh permukaan adalah
jumlah dari setiap fluks yang melewati bidang-
bidang kecil tersebut.

=E cos + E cos + ...

= cos =

73
Medan listrik di sebarang tempat pada
permukaan tegak lurus terhadap permukaan
tersebut dan memiliki besar

E=

Fluks total yang melewati permukaan bola ini


adalah:

= dA=E

Dimana kita telah mengeluarkan dari


integral ini karena nilainya selalu konstant
dimanapun pada permukaan tersebut. Integral
dA terhadap permukaan ini ternyata adalah luas
total permukaan tersebut, yang besarnya adalah
4. dengan menggunakan ini serta memakai

menggantikan , kitab akan



memperoleh

= 4=4

Jadi fluks total yang melewati permukaan


berbetuk bola dengan muatan titik di pusatnya
tidak bergantung pada jari-jari bolanya dan
besarnya adalah 4 kali besar muatan titiknya.
Ini bersesuaian dengan pengamatan kita
sebelumnya dimana jumlah total untuk garis-
74
garis yang keluar dari permukaannya
berbanding lurus dengan muatan total di dalam
muatan tersebut. Jumlah garis-garis ini sama
untuk semua permukkaan yang mengelilingi
muatan tersebt, apapun bentuk permukaanya.
Karena jumlah garis-garis ini beserta fluksnya
berbanding lurus satu sama lain, akan
didapatkan kemudian bahwa berlaku untuk
fluks yang melewati permukaan yang
melingkupi muatan titik Q. Jadi, fliks total yang
melewati bagian permukaan yang mengelilingi
muatan titik Q ini memiliki besar 4.

Kita dapat memperluas hasil ini untuk sitem-


sistem yang memiliki muatan titik lebih dari
satu yaitu 1 dan 2 , dan terdapat satu titik
muatan lagi, 3 yang terletak di luar permukaan
bola tersebut. Karena medan listrik dimana pun
pada permukaan tersebut adalah jumlah vektor
dari medan-medan listrik yang dihasilkan oleh
masing-masing muatannya, maka fluks totalnya
adalah, = . , yang melewati
permukaan tersebut semata-mata adalah jumlah
dari fluks akibat muatan-muatan tunggalnya.
Fluks akibat muatan 3 yang terletak diluar
permukaan adalah nol karena setiap garis
medan dari 3 yang memasuki permukaan
tersebut dari suatu titik akan segera
75
meninggalkan permukaan dari beberapa titik
lain. Jumlah garis total yang meninggalkan
permukaan akibat 1 ini adalah 41 dan
yang meninggalkan permukaan akibat 2
adalah 42 . Fluks total yang melewati
permukaan tersebut dengan demikian menjadi
4( 1 + 2 ), yang nilainya bisa positif,
negatif atau nol tergantung dari tanda dan besar
dari kedua muatan tersebut.

Fluks total yang melewati setiap bagian


permukaan ini besarnya adalah 4 kali
muatan total didalam permukaan itu.

= . = 4

Inilah yang disebut dengan hukum Gauss.


Keabsahannya bergantung pada kenyataan
bahwa medan listrik akibat suatu muatan titik
tunggal berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak dari muatan itu. Medan listrik inilah yang
memungkinkan kita untuk memperoleh jumlah
garis medan listrik yang pasti dari suatu muatan
dan membuat densitas garisnya sebanding
dengan kekuatan medannya.

Biasanya kita menulis konstanta Coulomb k


dalam bentuk konstanta lain 0 , yang disebut
permitivitas ruang bebas:
76
1
=
40

Dengan menggunakan notasi ini, hukum


Coulomb dituliskan sebagai:

1 1 2
12 = 4 2 12
0 12

Dan hukum Gauss ditulis sebagai


1
= . = ,
0

Nilai 0 dalam SI adalah:


1 1
0 =4=4(8,99109

=8,85 1012

Hukum Gauss valid untuk semua permukaan


dan semua distribusi muatan. Untuk beberapa
jenis distribusi muatan khusus yang memiliki
derajat simetri yang tinggi, kita dapat
menggunakannya untuk menghiung medan
listrik seperti yang akan kami jelaskan berikut.
Kemampuan hukm Gauss ini bersifat teoritis.
Untuk medan listrik yang dihasilkan dari
mmedan yang statis atau muatan yang bergerak
perlahan, hukum Gauss dan hukum Coulomb
77
tidak memiliki perbedaan. Bagaimanapun,
hukum Gauss lebih umum dipakai dalam
kenyataannnya bahwa hukm ini juga berlaku
untuk medan listrik yang dihasilkan dari
muatan yang bergerak sangat cepat dan muatan
yang dipercepat.

C. Perhitungan Medan Listrik ( E ) Dengan


Hukum Gauss
1. Mrdan Listrik di dekat Muatan Titik
Pertama-tama kita gunakan Hukm
Gauss untuk mencari medan listrik
sejarak r dari muatan titik q. Misalkan
muatan titik ini terletak di titik asal.
Berdasarkan simetri, E pasti radial, dan
besarnya dapat begantung semata-mata
pada jarak dari muatannya. Untuk
permukaan Gauss kita ini, kita pilih
permukaan bola berjari-jari r yang
berpusat pada muatan tersebut.
komponen normal E, =E.n= ,
nilainya sama disembarang tempat pada
permukaan. Fluks total yang melewati
permukaan ini akibatnya menjadi
= . . = . =E
Tetapi =4 2 ,luas total
permukaann berbentuk bola tersebut
karena muatan total didalam permukaan
78
tersebut tidak lain adalah muatan titik
q,hukum Gauss menghasilkan
= E dA
1
E=4 2
0
2
dA=4
= E 4 2
1
=4 4 2
0 2

=
0

= (HUKUM GAUSS)
0
Untuk muatan titik letak tinjau

E dA =
0
2
E 4 =
0

E=4 2


E=

2. Medan listrik Pada Permukaan
Berbentuk Silindris

=
0

=
0

(1 +2 )=
0


2AE=
0
Dimana:
79

=
=
Sehingga:

E=2 =2
0 0

E=2
0
3. Medan Listrik Pada Bola Pejal
Bermuatan

Kita ingin mencari medan listrrik di


dalam dan di luar kulit bola bermuatan
seragam berjari-jari R dengan muatan
total Q, berdasarkan simetri E harus
radial dan besarnya bergantung semata-
mata pada jarak r dari pusat bola
tersebut. karena E tagak lurus terhadap
ini dan besarnya selalu konstan.

Untuk r >
r<
r>

=
0

E dA=
0
2
E 4 =
0

E=

80
Jadi,medan listrik di luar
suatu kulit bola bermuatan seragam
adalah sama seperti seolah-olah
semua muatan tersebut berada di
pusat kulit.
r<

=
0

E dA=
0
Dimana:

=


E 4 2 = 0

E=

BAB VI

POTENSIAL LISTRIK

81
Bab ini berisi materi tentang potensial
listrik (biasa disebut juga potensial
elektrostatis) di sekitar titik muatan
listrik,tenaga potensial pada pasangan muatan
dan termasuk pula untuk banyak muatan,serta
potensial materi dan medan listrik yang
kireahkan oleh dipol listrik.

W = .

dW = .

Dimana

W =

W =

W = (1)

W =

= (2)

82

=

W = .

W = .

Potensial untuk 1 muatan

= (1)

1
= (2)
40 2

Subtitusi persamaan (2) ke (1)

1
=
40 2

83

1
= 2
40

1
= [ ]
40

1 1
= [ ]
40

1 q
V= =
40

= (3)

dv
= , ,

+ +

V V V
=
x y z

E = V


( + + )
x y z

84
I. POTENSIAL LISTRIK DI SEKITAR
MAUTAN LISTRIK

Gaya konservastif adalah gaya fungsi posisi


( ()) bila melakukan usaha (),maka
tidak bergantung pada bentuk lintasan ()
yang dilaluinya tetapi hanya bergantung pada
posisi awal dan akhir saja.

. = . + . + .

Besarnya usaha untuk memindahkan muatan q


dari titik a ke b (gambar 2.1) adalah.

1
= . = { }.
40 2
=

Pada usaha tersebut,pergeseran () dapat


diuraikan pada komponen radial ( ) dan
tangensial () sehingga = + .
Pergeseran arah radial () ditulis negatif atau
karena lebih kecil dari sehingga yang
terjadi pengurangan (= ).Berhubungan
sejajar dengan sehingga . = ,
sedangkan d tegak lurus terhadap sehingga
. = 0.Berhubungan dengan Hukum

85
Coulomb diderita q berarah radial sehingga
= ,selanjutnya diperoleh

1 1
= ( ) (2.1)
40

Persamaan (2.1) memberi makna bahwa besar


usaha untuk memindahkan muatan dari jarak
tak terhingga (= ) ke = ,adalah


= = (2.2)
40

Didefinisikan besaran baru yaitu potensial


listrik,,bisa dilambangkan V,sebagai usaha
(yang diperlukan untuk memindahkan muatan
dari jarak tak terhingga ke titik r) persatuan
muatan yang dipindahkan.Mengacu pada
definisi itu maka potensial listrik r dapat ditulis:


V(r) =


= . . (2.3)
40

Besaran ini bersatuan joule/coulomb(=J/C),atau


Volt yang disingkat V.

II. PERMUKAAN BERPOTENSIAL


SERBASAMA

86
Permukaan berpotensial serbasama
(equipotensial surface, disingkat ES)
merupakan permukaan yang memiliki
potenesial senilai di semua titik pada
permukaan itu.Sebuah titik atau bola bermuatan
memiliki ES berupa bola konsentris,sedangkan
pada pelat bermuatan listrik yang tersebar
seragam maka ES-nya berupa bidang-bidang
sejajar .

Disebabakan Es berpotensial senilai sehingga


beda potensial antara titik A dengan titik B di
ES yang sama adalah = =
0.Akibatnya, di tempat itu = . =
cos = 0.Pada hal medan listrik dan
pergeserannya tidaklah nol, sehingga
penyebab = 0 adalah cos = 0.Itu artinya

sudut antara terhadap adalah () .
2
Diperoleh kesimpulan bahwa di ES selalu
berarah terhadap , atau
menembus ES secara normal.

Berhubung di ES, = 0 sehingga usaha


() untuk memindahkan q adalah =
atau . = = 0. Berarti di ES,tidak
diperlukan usaha untuk memindahkan muatan
dari A ke B.
87
Mengingat kaitan: = = 0,berarti pula
bahwa tenaga potensial elektrostatis di A
senilai dengan di B.Kesimpulannya,Es
mempunyai 4 sifat berikut ini.

1. Beda potensial antar titik di Es adalah


nol.
2. Medan listrik menembusi Es secara
normal.
3. Tidak diperlukan usaha untuk
memindahkan muatan dari satu posisi
ke yang lain,asal masih di ES yang
sama.
4. Tenaga potensial elektristatis di setiap
titik di Es adalah senilai.
III. TENAGA POTENSIAL ELEKTROSTATIS
OLEH SEJUMLAH MUATAN

Tenaga Potensial elektrostatis (U) oleh 2 buah


titik muatan yang masing-masing bermuatan
1 dan 2 serta kedua muatan itu berjarak
r,dinyatakan:
1 2
= . (2.5)
40

Untuk buah titik muatan listrik ,tenaga


potensial elektrostatis system itu menjadi.

88

1 1 2
= (
40 12
2 3 1 3
+ ) . (2.6)
23 13

Persamaan (2.6) dapat ditulis pula dalam


bentuk:

1 1 2 3
= ( + )
2 40 12 13
2 1 1 3
+ ( + )
2 40 12 23
3 1 1
+ (
2 40 13
2
+ ) . . (2.7)
23

Demikian pula factor pada suku ke-2,ke-3


berturut-turut adalah Potensial elektrostatis oleh
muatan 2 (= 2 ) dan 3 (= 3 ) sehingga
tenaga potensial keseluruhan:


1
= ( + 2 2
2 1 1
+ 3 3 ) . . (2.8)

89
Persamaan (2.6) memberi informasi bahwa
tenaga potensial oleh system N buah titik
muatan adalah:

1
= (2.9)
80
,=1

Atau



1
= (2.9)
2
,=1

IV. POTENSIAL LISTRIK DAN BEDA


POTENSIAL.

Kita definisikan medan listrik sebagai gaya per


satuan muatan.Dengan cara yang sama,akan
berguna jika didefinisikan potensial listrik (atau
potensial jika memang membicarakan
listrik)sebagai energy potensial per satuan
muatan.Potensial listrik dinyatakan dengan
symbol V.Jika titik muatan Q memiliki energy
potensial listrik pada titik a,potensial listrik
pada titik anak adalah

90

= .

Hanya perbedaan energy potensiallah yang bisa


diukur secara fisik.Berarti hanya selisih pada
potensial ,atau beda potensial,antara dua titik a
dan b yang dapat diukur.Karena selisih energy
potensial, , sama dengan negatif dari
kerja, ,yang dilakukan oleh gaya listrik
untuk memindahkan muatan dari titik b ke titik
a,kita mendapatkan beda potensial sebesar.

= .

Satuan potensial listrik dan beda vpotensial


adalah joule/coulomb dan diberikan nama
khusus ,volt,untuk menghormati Alessandro
Volta (1745-1827);Perhatikan dari definisi kita
bahwa pelat positif berada pada potensial yang
lebih tinggi dari pelat negatif,berarti benda
yang bermuatan positif bergerak secara alami
dari potensial tinggi ke potensial
rendah.Muatan negatif melakukan yang
sebaliknya.Beda potensial,karena diukur dalam
Volt,disebut juga Voltase,atau tegangan.

Karena potensial listrik didefinisikan sebagai


energy potensial per satuan muatan,maka

91
perubahan energy potensial muatan q ketika
berpindah di antara dua titik a dan b adalah

= = .

V. GARIS-GARIS EKIPOTENSIAL

Potensial listrik dapat ditunjukkan secara


diagram dengan menggambarkan garis-garis
ekipotensial,atau,permukaan ekipotensial dalam
tiga dimensi.permukaan ekipotensial adalah
permukaan di mana semua titik berada pada
potensial yang sama.Dengan kata lain,beda
potensial antara dua titik yang mana pun pada
permukaan tersebut akan nol,dan tidak ada
kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan
sebuah muatan dari satu titik ke yang
lainnya.permukaan ekipotensial harus tegak
lurus terhadap medan listrik pada semua
titik.Jika tidak demikian yaitu,jika ada
komponen E yang sejajar terhadap permukaan
akan dibutuhkan kerja untuk memindahkan
muatan sepanjang permukaan terhadap
komponen Eini;dan hal ini akan berlawanan
dengan ketentuan bahwa permukaan tersebut
ekipotensial.Pada penggambaran dua dimensi
biasa,kami tunjukkan garis-garis
ekipotensial,yang merupakan perpotongan
antara permukaan ekipotensial dengan bidang
92
gambar.Beberapa garis ekipotensial
digambarkan (garis vertical terputus dan sejajar
dengan kedua pelat terputus-putus ) untuk
medan listrik (garis berarah horizontal dan
menghubungkan kedua pelat)antara dua pelat
sejajar pada beda potensial setiap garis
ekipotensial digambarkan.

Pada suatu medan listrik tidak akan medan


listrik di dalam konduktor pada kasus
statis,karena jika tidak,elektron-elektron bebas
akan merasakan gaya dan akan bergerak.Dan
memang,sebuah konduktor harus berada pada
potensial yang sama pada kasus statis, dan
permukaan konduktor dengan demikian
merupakan permukaan ekipotensial.(jika
bukan,elektron-elektron bebas pada permukaan
akan bergerak,karena jika ada beda potensial
antara dua titik,dapat dilakukan kerja pada
partikel bernuatan untuk menggerakannya).Hal
ini konsisiten sepenuhnya dengan hasil
kita,yang dibahas sebelumnya,bahwa medan
listrik pada permukaan konduktor harus tegak
lurus terhadap permukaan.

93
POTENSIAL LISTRIK YANG
DISEBABKAN OLEH MUATAN TITIK.

Potensial listrik pada jarak r dari suatu muatan


titik q dapat diturunkan dari persamaan medan
listriknya,dengan menggunakan
kalkulus.Potensial dalam hal ini biasanya
dianggap nol pada takhingga ();pada tempat

ini juga medan listrik (E= 2 ) adalah
nol.Hasilnya adalah

V=
r


= 4
0 r

Disini kita dapat menganggap V sebagai


potensial listrik mutlak,di mana V = 0 pad r =
,atau kita dapat menganggap V sebagai beda
potensial antara r dan tak hingga.Potensial di
dekat positif besar,dan menurun menuju nol
pada jarak yang sangat jauh.Untuk muatan
negatif,potensialnya negatif dan naik menuju
nol pada jarak yang sangat jauh.

Contoh

1. Potensial di atas dua muatan.Hitung


potensial listrik pada titik-titik A dan B
pada dua muatan yang digambarkan.
94
Peyelesaian.

Potensial pada titik A merupakan jumlah


potensial yang disebabkan oleh muatan + dan -
,dan kita menggunakan persamaan

= 2 + 1

2
(9,0 X 109 . 2 )(5,0 10
5
)
=
0,30
2
(9,0 X 109 . 2 )(5,0 105 )
+
0,60

= 1,50 X 106 0,75 106

= 7,5 X 105 .

Pada titik B:

= 2 + 1

2
(9,0 X 109 . 2 )(5,0 10
5
)
=
0,40
2
(9,0 X 109 . 2 )(5,0 105 )
+
0,40

= 0 .

95
Harus jelas bahwa potensial akan bernilai nol
disemua tempat pada bidang yang berjarak
yang sama darin kedua muatan.Dengan
demikian bidang ini merupakan permukaan
ekipotensial dengan V =0.

Penjumlahan sederhana seperti ini dapat


dilakukan dengan mudah untuk titik muatan
berapapun.

96
BAB VII

ARUS LISTRIK

A. Pengertian Arus Listrik

Arus (current) adalah sebarang gerak


muatan dari suatu daerah ke daerah lainnya.
Dalam sub bab ini kita akan membicarakan arus
dalam material konduksi. Sebagian besar
pemakaian teknologi muatan yang bergerak
melibatkan arus semacam ini.

Dalam situasi elektrostatis medan listrik itu


adalah nol dimanapun di dalam konduktor, dan
tidak ada arus. Akan tetapi, ini tidak berari
bahwa semua muaatan didalam konduktor itu
diam. Dalam logam biasa seperti tembaga atau
aluminium, sejumlah electron bebas bergerak di
dalam material konduksi itu. Elektron-elektron
bebas ini bergerak secara acaak dalam semua
arah, agak menyerupai molekul-molekul sebuah
gas tetapi dengan laju yang jauh lebih besar,
yang ordernya sebesar 106 m/s. namun

97
demikian elektron itu tidak melepaaskan diri
dari material konduksi, karena elektron itu
ditarik ke ion positif material itu. Gerak
elektron itu acak, sehingga tidak ada aliran
muatan netto dalam sebarang arah sehingga
tidak ada arus.

Arus listrik pada kawat didefinisikan


sebagai jumlah total muatan yang melewatinya
persatuan waktu pada suatu titik. Dengan
demikian, arus rata-rata I di definisikan sebagai


I=

Dimana adalah jumlah muatan yang


melewati konduktor pada suatu lokasi selama
jangka waktu . arus listrik diukur dalam
coulomb per detik. Satuan ini diberi nama
khusus, Ampere (disingkat amp atau A), dari
nama fisikawan prancis Andre Ampere (1775-
1836). Berarti, 1 A= 1C/det. Satuan-satuan
kecil yang sering kali digunakan seperti

98
miliampere (1 mA=10 A) dan mikroampere
(1A = 10 A). .

Sekarang kita tinjau apa yang terjadi jika


sebuah medan listrik tunak yang konstan

ditimbulkan di dalam sebuah konduktor.
Sebuah partikel bermuatan didalam material
konduksi itu akan dipengaruhi oleh sebuah
gaya tunak = q
. Seandainya partikel
bermuatan itu bergerak dalam ruang hampa,
gaya tunak ini akan menyebabkan sebuah
percepatan tunak dalam arah , dan setelah
suatu waktu, partikel bermuatan itu akan
bergerak dalam arah tersebut dengan laju
tinggi. Tetapi sebuah partikel yang bermuatan
yang bergerak dalam sebuah konduktor
mengalami tumbukan berkali-kali dengan ion-
ion masif, yang hampir stasioner dari material
itu. Dalam setiap tumbukan seperti itu arah
gerak partikel tersebut mengalami perubahan
acak. Efek netto dari medan listrik adalah
sebagai tambahan terhadap gerak acak partikel
99
bermuatan dalam konduktor, ada juga gerak
atau penyimpangan (drift) netto yang sangat
lambat dari partikel yang bermuatan bergerak
itu sebagai sebuah kelompok dalam arah gaya
listrik = q
. Gerak ini disebut sebagai
percepatan penyimpang (drift velocity) dari
partikel itu. Sebagaai akibatnya, ada sebuah
arus netto dalam konduktor itu.

Penyimpangan yang bergerak melalui


sebuah konduktor dapat ditafsirkan sebagai
melakukan
kerja dan energi. Medan listrik
kerja pada muatan yang bergerak itu. Energi
kinetik yang dihasilkan dipindahkan ke material
konduktor itu melalui tumbukan dengan ion,
yang bergetar terhadap posisi
kesetimbangannya dalam struktur kristal
konduktor itu. Perpindahan energi ini
menambah energi getaran rata-rata dari ion
sehingga akan menambah suhu material
tersebut. Jadi, banyak dari kerja yang dilakukan
oleh medan listrik itu digunakan untuk
100
memanaskan konduktor, bukan untuk membuat
muatan yang bergerak itu malah bergerak
semakin cepat. Pemanasan ini kadang-kadang
berguna, seperti dalam sebuah pemanggang roti
listrik, tetapi daalm banyak situasi hanya
merupakan hasil sampingan aliran arus yang
tak dapat dihindarkan.

Kita dapat menyatakan arus dalam


kecepatan penyimpang dari muatan yang
bergerak. Misalnya terdapat n partikel
bermuatan per satuan volume. Kita menamakan
n sebagai konsentrasi partikel, satuan SI-nya
adalah m-3. Anggaplah bahwa semua partikel
itu bergerak dengan kecepatan menyimpang
yang sama besar. Dalam selang waktu setiap dt,
setiap partikel bergerak sejarak vddt. Partikel-
partikel yang mengalir ke luar dari ujung
kanan silinder yang dinaungi dengan panjang
vddt selama dt adalah partikel-partikel yang
berada di dalam silinder ini pada permulaan
selang waktu dt. Volume silinder itu adalah Avd
101
dt,dan banyaknya partikel di dalamnya adalah
nAvddt. Jika setiap partikel mempunyai muatan
q, muatan dQ yang mengalir keluar dari ujung
silinder itu selama waktu dt adalah

dQ = q(nAvddt) = nqvdAdt,

dan arus itu adalah


I= = nqvd A

Arus per satuan luas penampang dinamakan


kerapatan arus (current density)


I = = nqvd

Satuankerapatanarusadalaah ampere per meter


kuadrat (A/m2).

Jika muatan yang bergerak itu negative bukan


positif, kecepatan penyimpang itu berlawanan
dengan
. Tetapi arus itu masih berada dalam
di setiap titik dalam
arah yang sama seperti

102
konduktor itu. Maka arus I dan kerapatan arus J
tidak pada tanda muatan itu, sehingga dalam
pernyataan-pernyataan yang di atas itu untuk I
dan Jkita menggantikan q dengan nilai
mutlaknya ||:


I= = n||A(pernyataanumumuntukarus )


J= = n||vd(pernyataanumumuntukkerapatanarus)

Arus dalam sebuah konduktor adalah hasil


perkalian dari konsentrasi partikel yang
bermuatan yang bergerak, besarnya muatan
setiap partikel seperti itu, besarnya kecepatan
penyimpang, dan luas penampang konduktor
itu.

Kita mungkin mempunyai sebuah arus


yang tunak (yakni arus yang konstan terhadap
waktu) jika material konduksi itu membentuk
sebuah simpal tertutup, yang dinamakan sebuah
rangkaian lengkap (complete circuit). Dalam
situasi seperti ini, muatan total dalam tiap-tiap
103
segmen konduktor itu adalah konstan. Maka
laju aliran muatan ke luar di satu ujung sebuah
segmen pada sebarang saat sama dengan laju
aliran muatan yang masuk di ujung lain segmen
itu, dan arus itu sama di semua penampang
rangkaian tersebut. Kita akan memanfaatkan
pengamatan ini ketika kita menganalisis
rangkaian listrik kelak.

Dalam bab ini rangkaian sederhana,


seperti senter dan bor listrik, arah arus itu selalu
sama, ini dinamakan arus searah (direct
current). Tetapi peralatan rumah tangga seperti
pemanggang roti, lemari es, dan televisi
menggunakan arus bolak-balik (alternatif
current), yang di dalamnya arah arus itu terus
menerus berubah.

Contoh
Muatan listrik sebanyak 240 C mengalir pada
suatu penghantar selama 2 menit. Berapakah
kuat arus listrik yang mengalir pada penghantar
itu?

104
Jawab:

Diketahui :

q= 240 C

t= 2 menit= 120 s

ditanya : I =?

I=

240
I = 120

=2A

B. Hukum Ohm
Georg Simon ohm (1787-1854)
menentukan dengan eksperimen bahwa arus
pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya:
IV

Sebagai contoh, jika kita menghubungkan


kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan dua kali
lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai
3 V.

105
Besaran aliran arus pada kawat tidak
hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga
pada hambatan yang diberikan kawat terhadap
aliran elektron. Dinding-dinding pipa, atau
tepian sungai dan batu-batuan di tengahnya,
memberikan hambatan terhadap aliran arus.
Dengan cara yang sama elektron-elektron
diperlambat karena adanya interaksi dengan
atom-atom kawat. Makin tinggi hambatan ini,
makin kecil arus untuk suatu tegangan V. Kita
kemudian mendefinisikan hambatan sehingga
arus berbanding terbalik dengan hambatan.
Ketika kita gabungkan hal ini dan
kesebandingan diatas, kita dapatkan

I=

Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu


alat lainnya, V adalah beda potensial yang
melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang
mengalir padanya. Hubungan ini sering
dituliskan

V=IR,

Dan dikenal sebagai hukum ohm. Banyak


fisikawan yang akan mengatakan bahwa ini
bukan merupakan hukum, tetapi lebih berupa
definisi hambatan. Jika kita ingin menyebut
106
sesuatu sebagai hukum ohm, hal tersebut akan
berupa pernyataan bahwa arus yang melalui
,konduktor logam sebanding dengan tegangan
yang diberikan, I. sehingga, R konstan,
tidak bergantung pada V, untuk konduktor
logam. Tetapi hubungan ini tidak berlaku
umum untuk bahan dan alat lain seperti dioada,
tabung hampa udara, transistor, dan sebagainya.
Dengan demikian hukum ohm bukan
merupakan hukum dasar, tetapi lebih berupa
deskripsi mengenai kelas bahan (konduktor
logam) tertentu. Kebiasaan menyebut hukum
ohm demikan melekat sehingga kita tidak akan
mempermasalahkan penggunaannya, selama
kita tetap ingat batasannya bahan atau alat yang
tidak mengikuti hukum ohm dikatakan
nonohnik. Definisi hambatan :

R = V/I

Satuan untuk hambatan disebut ohm dan


disingkat ( huruf besar yunani untuk omega).
Karena R=V/I.

Contoh soal:

Sebuah bola lampu senter kecil menarik 300


mA dari baterai 1,5 V. Tentukan :

a. Berapa hambatan bola lam[pu tersebut ?


107
b. Jika tegangan turun sampai 1,2 V,
bagaimana arus akan berubah ?

PENYELESAIN

Diketahui : I= 300 mA=0,30 A

V= 1,5 V

Ditanya : a. R=.....?

R =

1,5
R = 0.30

= 5,0

b. jika hambatan tetap konstan, arus


bernilai sekitar

I =

1,2
= 5,0

= 0.24 A

Kawat penghubung memiliki hambatan


yang sangat kecil dibandingkan dengan
hambatan filamen atau kumparan kawat.
Kebanyakan rangkaian terutama pada alat-alat

108
elektronik, resistor digunakan untuk
mengendalikan besar arus. Resistor mempunyai
hambatan mulai kurang dari satu ohm sampai
jutaan ohm. Dua jenis utama resistor adalah
resistor gulungan kawat, yang terdiri dari
kumparan kawat halus, dan resistor komposisi
, yang biasanya terbuat dari karbon
semikonduktor.

c. Hambat jenis

Kerapatan arus dalam sebuah


konduktor bergantung pada medan listrik dan
pada sifat-sifat material itu. Umumnya,
ketergantungan ini dapat agak rumit.Tetapi
untuk beberapa material, khususnya logam,
pada sebuah suhu yang diberikan.

hambatan R pada sebuah kawat


berbanding terbalik dengan luas penampang
lintang A, dan berbanding lurus dengan L dan
dengan sebuah properti bahan yang disebut
hambat jenis. Dengan rumus :

R = atau =

dimana , konstanta pembanding disebut


hambat jenis (resistivitas) dan bergantung pada
bahan yang digunakan. Nilai tipikal , yang
109
satuannya adalah .m dengan ohm meter ,
satuan resistivitas dengan ohm meter,
instrumen yang mengukur resistansi yang
memuat daftar resistansi dari beberapa material

kita dapat menuliskan dalam bentuk


vektor sebagai

Kebalikan resistivotas adalah


konduktivitas (conductivity). Satuannya
adalah (.m)-1. Konduktor listrik yang baik
mempunyai konduktifitas yang lebih besar
daripada isolator. Konduktivitas adalah analogi
listrik langsung dari konduktivitas termal.
Dalam sebuah logam, elektron bebas yang
mengangkut muatan dalam konduksi listrik
juga menyediakan mekanisme utama untuk
konduksi kalor, maka seharusnya kita
mengharapkan sebuah kolerasi diantara
konduktivitas listrik dan konduktivitas terrmal.
Karena perbedaan yang sangat besar di antara
resistivitas konduktor listrik dan isolator listrik,

110
maka akan mudah membatasi arus listrik ke
lintasan atau rangkaian yang didefinisikan
dengan jelas. Perubahan konduktivitas termal
adalah jauh lebih kecil,hanya sebesar faktor
kurang lebih 103, dan biasanya tidak mungkin
untuk membatasi arus kalor ke jangkauan
tersebut.

Semikonduktor mempunyai resistivitas


pertengahan (intermediet) diantara resistivitas
logam dan resistivitas isolator. Material
semikonduktor ini penting karena
resistivitasnya dipengaruhi oleh suhu dan oleh
sejumlah kecil ketakmurnian.

Kita sering berbicara tentang


konduktivitas dari suatu material ini adalah
kebalikan dari resistivitasnya, sehingga

=

Satuan SI untuk konduktivitas adalah


kebalikan ohm-meter. (. m). Nama satuan
mho per meter kadang-kadang digunakan
(mho adalah ohm yang ditulis terbalik) .
111
Definisi memungkinkan jika untuk
menuliskan dalam bentuk alternatifnya.

Contoh soal

Misalkan anda ingin menghubungkan stereo


anda ke speaker jarak jauh (remote) . tentukan:

a. jika panjang setiap kawat harus 20 m, berapa


diameter kawat tembaga yang harus anda
gunakan agar hambatannya lebih kecil dari 0,01
per kawat ?

b. jika arus kesetiap speaker adalah 4,0 A.


Berapa penurunan tegangan melalui setiap
kawat ?

PENYELESAIAN

Diketahui :

` = 1,68 x10. m

L= 20 meter

R = 0,01

Ditanya: A=?

a. A =

112
(1,68108 .m) (20 m)
= 0,01 .

= 3,4x10 m

Luas penampang lintang A dari kawat


yang berupa lingkaran berhubungan dengan
diameter d dengan = 2 /4. Diameter paling
tidak harus

4
d = = 2,1 X 10 m = 2,1 mm

b. dari hukum ohm

V = IR

= (4,0 A) (0,01 )

= 0,40 V.

Daya listrik

Energi listrik diubah menjadi energi


panas atau cahaya pada alat-alat seperti
kompor, pemanas listrik dan lain sebagainya
karena arus biasanya agak besar, dan ada
banyak tumbukan antara elektron yang
bergerak dan atom pada kawat. Pada setiap
tumbukan sebagian energi elektron ditransfer
ke atom ditumbuknya. Sebagian akibatnya,
113
energi kinetik atom bertambah dan dengan
demikian temperatur elemen kawat bertambah.
Energi panas yang bertambah ini ( energi
dalam) dapat ditransfer sebagai kalor dengan
konduksi dan konveksi ke udara pada pemanas
atau ke makanan pada wajan, dengan radiasi ke
roti pada pemanggang, atau diradisikan sebagai
cahaya.

Untuk mencari daya yang diubah oleh


peralatan listrik mengingatkan bahwa energi
yang diubah bila muatan Q bergerak melintasi
beda potensial sebesar V adalah QV. Maka
daya P, yang merupakan kecepatan perubahan
energi, adalah

P = daya = =


Muatan yang mengalir per detik, ,
merupakan arus listrik, I. Dengan demikian kita
dapatkan

P = IV

Hubungan umum ini menghasilkan daya yang


diubah oleh suatu perangkat, dimana I adalah
arus yang melewatinya dan V adalah beda
potensial yang melintasinya. Rumus ini juga
menyatakan daya yang diberikan oleh sebuah
114
sumber seperti baterai. Satuan SI daya listrik
untuk semua jenis daya lainnya yaitu watt ( 1
W = 1 J/det).

Kecepatan perubahan energi pada


hambatan R dapat dituliskan dengan
menguunakan hukum ohm ( V = IR), dalam dua
cara:

P = IV
(18-6a)

= I(IR)

= IR
(18-6b)

= ()V


=

(18-6c)

Persamaan 18-6b dan c ini hanya berlaku untuk


resistor, sementara persamaan (18-6a), P = IV,
berlaku untuk alat apa saja.

Contoh soal :

Sebuah pemanas listrik menarik 15,0 A pada


jalur 120 V. Berapa daya yang digunakannya

115
dan berapa biaya per bulan ( 30 hari) jika
pemanas tersebut beroperasi 3,0 jam setiap hari
dan perusahaan listrik menghargai 10,5 sen per
kWh ? ( untuk mudahnya, anggap arus yang
mengalir tetap pada satu arah)

PENYELESAIAN

Diketahui :

I = 15,0 A

V = 120 V

Ditanya : P = ?

P = IV

= (15,0 A) (120 V)

= 1.800 W

Atau 1,80 kW. Untuk


mengoperasikannya selama (3,0 jam/hari) (30
hari) = 90 jam akan memakan biaya (1,80 kW)
(90 jam) ($0,105) = $17.

BAB VII
MEDAN MAGNET
116
Pada awalnya magnet dikenal sebagai logam
yang mampu menarik kebanyakan logam-logam
lainnya. Kemudian diketahui bahwa pada setiap
magnet ada dua kutub, kutub utara dan kutub selatan.
Diketahui pula bahwa terdapat gaya tarik-menarik
antara kutub yang berbeda dan gaya tolak menolak
antara kutub yang sama. Besar gaya tarik menarik atau
tolak menolak berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara kutub magnet, mirip seperti pada gaya
listrik. Tetapi berbeda halnya dengan listrik, tidak
pernah ditemukan adanya kutub magnet yang tunggal,
kutub magnet selalu ditemukan berpasangan. Tidak
pernah (belum pernah) ditemukan adanya monopol
magnet.

8.1 Medan Magnet


Sama seperti pada gaya listrik, dide_nisikan
adanya medan magnet , yang arahnya di suatu tempat
diberikan oleh arah yang ditunjuk oleh jarum kompas
di tempat tersebut. Satuan SI dari medan magnet
adalah tesla (T). Selain satuan tesla, juga terdapat
satuan gauss, dengan 1 tesla = 104 gauss. Partikel
bermuatan listrik yang bergerak di dalam medan
magnet akan mengalami gaya magnet yang besarnya
diberikan oleh

dengan adalah kecepatan partikel bermuatan listrik


. Bila terdapat medan listrik , maka total gaya yang

117
bekerja pada partikel bermuatan yang bergerak
dengan kecepatan adalah

+
=

persamaan ini dikenal sebagai persamaan gaya


Lorentz. Untuk suatu kawat lurus berarus listrik
dengan panjang dan luas penampang kawat ,
besarnya gaya magnet diberikan oleh total gaya magnet
pada semua muatan di kawat tersebut (yang bergerak
dengan kecepatan

)
= (

dengan n adalah rapat partikel bermuatan dalam


kawat. Karena arus = maka

dengan arah adalah arah arus dalam kawat. Bila


kawat yang dialiri arus tidak lurus, maka total gaya
pada kawat dari titik ke diberikan oleh

=

dengan adalah elemen kawat yang arahnya diberikan


oleh arah arus di elemen tersebut.
8.2 Torka Pada Loop Arus
118
Sebuah loop arus yang berada dalam medan magnet
homogen tidak akan mengalami gaya total, karena
gaya pada setiap bagian loopnya akan saling
meniadakan. Tetapi orientasi loop tersebut dalam
medan magnet homogen dapat memunculkan adanya
torka total yang tidak nol terhadap suatu titik. Untuk
itu tinjau suatu loop berbentuk persegi panjang yang
berada di dalam medan magnet homogen. Perhatikan
gambar berikut ini
Total gaya pada keempat sisinya adalah nol (saling
meniadakan), tetapi gaya pada sisi 1 dan 3 tidak

119
Gambar 8.1: Gambar torka pada loop dalam medan
magnet

segaris sehingga membentuk torka (yang nilainya pada


kasus ini tidak bergantung pada lokasi titik acuannya).
Besar torka terhadap titik adalah

= 1 + 2 = F1 sin + F3 sin
2 2

120
dengan adalah luas loop. Atau secara vektorial dapat
dituliskan

=

Gambar 8.2: Gambar tampak samping torka pada loop


dalam medan magnet

dengan adalah vektor luas loop yang arahnya normal


terhadap permukaan. Perumusan di atas ini berlaku
umum untuk sembarang loop dengan luas .
Didenisikan momen dipole magnet = , maka torka
pada suatu loop dapat dituliskan sebagai
=
121
Energi potensial sebuah momen dipole magnet yang
berada dalam medan magnet diberikan oleh

= .
8.3 Sumber Medan Magnet

Medan maget muncul di sekitar partikel bermuatan


yang bergerak dengan kecpatan tertentu. Dari hasil
pengamatan disimpulkan bahwa medan magnet yang
dihasilkan suatu elemen arus beraliran arus pada
titik P (lihat gambar) diberikan oleh

Gambar 8.3 :sumber Medan Magnet



= 0
4 2
7
Dengan 0 = 4 10 / .m/A, adalah
permeabilitas ruang hampa. Persamaan ini terkenal
sebagai hukum Biot-Savart. Untuk mendapatkan total
medan magnet pada titik P, maka sumbangan dari

122
seluruh bagian elemen arus harus dijumlahkan,
sehingga

= 0

4 2

8.4 Hukum Ampere

Tinjau suatu kawat lurus berarus yang tak hingga


panjang. Dari hukum Biot-Savart, diketahui bahwa
medan magnet di sekitar kawat ini akan berbentuk
melingkar, dengan besar medan magnetnya sama untuk
jarak tegak lurus yang sama ke kawat arus. Bila besar
medan magnet sepanjang suatu lintasan yang sejajar
dengan medan dijumlahkan untuk suatu lintasan
tertutup, diperoleh

. = 0 = 0
2

dengan Iin adalah arus yang ada di dalam lintasan


tertutup. Perumusan ini tidak bergantung pada bentuk
lintasannya, selama lintasannya adalah lintasan
tertutup. Persamaan di atas dikenal sebagai hukum
Ampere. Hukum Ampere, seperti halnya hukum Gauss,
dapat digunakan untuk mencari medan magnet, asalkan
sumber arusnya memenuhi simetri tertentu yang
memudahkan pengintegralan pada persamaan di atas.

8.4.1 Medan Magnet di sekitar Kawat Tak Hingga


Panjang
Sebagai contoh aplikasi hukum Ampere, akan dicari
medan magnet di sekitar kawat lurus berarus tak
hingga panjang. Dari simetri dan dari hukum Biot-
123
Savart, dapat diduga besar medan magnet pada lintasan
lingkaran dengan jarak tegaklurus r ke kawat yang
sama, akan sama. Sehingga
. = 2 = 0

Atau

0
=

2

8.4.2 Medan Magnet di dalam Solenoida

Sebagai contoh lain aplikasi hukum Ampere, akan


dicari medan magnet di dalam gulungan kawat yang
sangat rapat (solenoida), dengan jumlah lilitan n per
satuan panjang. Tinjau gambar di bawah ini. Dalam
gambar dibuat lintasan (bergaris putus-putus)
berbentuk persegi empat yang sebagian berada di luar
dan sebagain berada di dalam solenoida. Dengan
asumsi bahwa gulunan kawatnya sangat rapat, maka
secara ideal, di bagian luar solenoida medan magnet
sumbangan gulungan kawat akan saling meniadakan.
Sedangkan di bagian dalam, medan magnetnya akan
saling memperkuat dan dianggap hampir konstan
sejajar dengan sumbu solenoida. Karena itu sumbangan
bagian lintasan 3 pada integral hukum Ampere adalah
nol, sedangkan pada lintasan 2 dan 4, karena
lintasannya tegaklurus terhadap arah medan
sumbangannya juga nol. Bersisa sumbangan dari
lintasan 1, sehingga
. = = 0

124
sehingga
= 0
8.5 Hukum Faraday

Hukum Faraday ditemukan dari hasil pengamatan.


Yaitu ketika pada sebuah loop (konduktor) diubah
besar uks medan magnet yang melaluinya. Ternyata
ketika uks medan magnet yang dilingkupi oleh sebuah
loop berubah, timbul arus listrik pada loop tersebut
yang besarnya sebanding dengan perubahan uks medan
magnet. Fenomena ini dikenal sebagai hukum Faraday
dan dirumuskan dalam bentuk gaya gerak listrik (GGL
= tegangan yang dihasilkan)

125

=

dengan adalah uks medan magnet yang menenmbus
suatu loop, yang didefenisikan sebagai berikut
.
=

Tanda negatif pada perumusan hukum Faraday


menunjukkan arah dari GGL yang sedemikian rupa
sehingga arus yang ditimbulkannya akan menimbulkan
medan magnet yang melawan perubahah uks yang
terjadi (Hukum Lenz).

Prinsip pada hukum Faraday ini dapat dipakai


untuk mengkonversi energi gerak menjadai GGL, pada
generator. Tinjau suatu lilitan loop yang berada dalam
suatu medan magnet konstan Lilitan tersebut
memiliki tampang lintang . Besar uks yang
menembus lilitan loop tadi adalah
= cos = cos

Dengan = /, dan loop diputar pada kecepatan


sudut !. Besar GGL yang dihasilkan


= = sin

8.6 Gaya Lorentz


Magnet tidak hanya melakukan gaya pada
magnet lain, tetapi juga dapat melakukan gaya paada
arus listrik. Jika kawat yang dialiri arus listrik
126
ditempatkan dalam medan magnet, maka kawat
tersebut mendapat gaya dari magnet. Besar dan arah
gaya yang dialami kawat yang dialiri arus listrik dalam
medan magnet di berikan oleh Hukum Lorentz.
=
Dengan : gaya yang dialami kawat berarus listrik,I :
: vector panjang kawat yang
besar arus listrik, dan
dikenai medan magnet(m). Besar vector sama
dengan bagian panjang kawat yang dikenai medan
magnet saja sedangkan arahnya sama dengan arah arus
dalam kawat.
: vector medan magnet (T)

Gambar 8.6 Medan magnet melakukan gaya pada


kawat yang dialiri arus listrik

Besarnya gaya lorentz yang dialami kawat berarus


listrik dapat dituliskan
= sin
dan vector
Dengan adalah sudut antara vektor .
Untuk menetukan gaya lorentz , kita gunakan aturan
sekrup putar kanan. Caranya sebagai berikut.
i) Tempatkan vektor panjang kawat dan
vector medan magnet sehingga ttitk
pangkalnya berimpit

127
ii) Putar sekrup putar kanan dari arah vector
panjang kawat ke arah vector medan
magnet
iii) Arah maju sekrup sama dengan arah gaya
lorentz pada kawat.

8.7Defenisi SatuTesla
Jika arah arus dan arah medan magnet saling
tegak lurus ( = 90 , sin = 1)
Maka gaya lorentz pada kawat memenuhi
=
Jika kawat dialiri satu ampere dan panjang kawat yang
dikenai medan magnet adalah satu meter, maka
besarnya medan magnet sama dengan satu tesla jika
gaya yang bekerja pada kawat adalah satu Newton.

Contoh soal :
Kawat yang panjangnya 10 m ditempatkan dalam
medan magnet yang kuat medannya 0.01 T . bagian
kawat yang dikenai medan magnet hanya sepanjang 10
cm, arah arus kawat terhadap medan magnet

membentuk sudut 30 . Berapa besar gaya yang bekerja
pada kawat?
Jawab

I = 100 mA = 0,01 A B = 0,01 T


o
= 30
L = 10 cm = 0.1 m(hanya mengambil panjang bagian
kawat yang dikenai medan magnet)

128
maka
= sin

= 0,1 x 0,1 0,01 T sin 30


= 0,1 0,1 0,01 1/2 5
=5 5 105 N

8.8Gaya Lorentz Pada Muatan yang Bergerak


kalian sudah tahu bahwa muatan yang bergerak
menghasilkan arus listrik bukan? Dengan demikian,
muatan yang bergerak dalam medan magnet juga
mengalami gaya Lorentz. Kita dapat menurunkan
persamaangaya lorentz untuk muatan yang bergerak
dari persamaan gaya Lorentz untuk arus pada kawat.
Telah kita bahas, gaya lorentz pada kawat yang dialiri
arus adalah
=

Tetapi arus sama dengan muatan yang mengalir per


satuan waktu, atau

=

Dengan adalah selang waktu dan adalah muatan
yang mengalir dalam selang waktu tersebut.
Selanjtnya kita dapat menulis gaya lorentz paada
kawat berarus listrik sebagai berikut



=(
) = ( )

129


Tetapi , adalah pa njang per satuan waktu. Untuk

perpindahan muatan dan
muatan yang bergerak,


adalah lama waktu perpindahan. Jadi tidak lain dari



kecepatan muatan , atau =

Akhirnya dengan subtitusi persamaan (4.7) ke dalam
(4.6) diperoleh gaya lorentz pada muatan yang
bergerak memenuhi

=
Besarnya gaya lorentz menjadi

= sin


Dengan adaalah sudut antara vector dan vector

130
Gambar 8.8 Lintasan muatan listrik yang bergerak
dalam medan magnet mengalami pembelokan akibat
Gaya Lorentz. Muatan yang bermuatan positif dan
nrgatif membelok ke arah yang berlawanan.

Contoh Soal
Sebuah partikel yang mempunyai massa 200 miligram
dan membawa muatan 2 108 Coulomb ditembakkan
tegak lurus dan horisontal pada medan magnet serba
sama yang horisontal dengan kecepatan 5 104 m/s.
Jika partikel itu tidak mengalami perubahan arah,
tentukan kuat medan magnet
Jawab
Diberikan
-4
m = 200 miligram = 2 10 kg
4
v = 5 10 m/s
= 2 108 C
= 10 m/s2

Disini ada dua gaya yang bekerja . pertama adalah


gaya gravitasi ke bawah. Kedua adalah gaya lorentz.
Agar lintasan partikel tidak berubah maka besar gaya
lorentz sama dengan besar gaya gravitasi.
Besar gaya gravitasi = m.g

Karena lintasan partikel tegak lurus medan magnet,


maka besar gaya lorentz = sin 90 =
Karena kudua gaya sama maka =

131
132

Anda mungkin juga menyukai