Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR

ADMINISTRASI DAN

KEBIJAKAN

KESEHATAN

Program Evaluation

Review Technique

(PERT)
PAPER
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan)
Oleh Kelompok 1:
1. ABDIANA KUSUMA A

(132110101129)

2. EMI RUFA IDAH

(152110101018)

3. DESYA EKA HERIYATI

(152110101040)

4. ANGGI MEITASARI

(152110101067)

5. MAUDYNA SASKIA HARTONO P

(152110101084)

6. HARTIKA ESTY PUSPITASARI

(152110101105)

7. UTRUJJA AGHNI ALFARABI

(152110101115)

8. ANANDA PUTRI ENDAH K W

(152110101144)

9. SUSMITA ZULFATUR RAHMAH

(152110101159)

10. INTAN WINDA ROHMATUN I

(152110101176)

11. BELLA NADIA RACHMAN

(152110101209)

12. SINDYA SEPTI AYU P

(152110101225)

13. FARAH PUTERI FATMALA

(152110101249)

Kelas A
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2016
PROGRAM EVALUATION REVIEW TECHNIQUE
(PERT)

1. Sejarah Perkembangan PERT (Program Evaluation Review Technique)


Pada pertengahan tahun 1950-an Angkatan Laut Amerika Serikat sedang
mengembangkan proyek rudal milik mereka sendiri, proyek ini sangat besar
sehingga mereka membutuhkan suatu metode untuk melakukan penelitian
terhadap perencanaan dan pengendalian program yang rumit ini, kemudian
diciptakanlah metode PERT. Kemudian, pada tahun 1958 PERT dikembangkan
oleh perusahaan konsultan Booz-Allen and Hamilton ketika perusahaan ini
diminta oleh Lockheed Aircraft Corporation untuk menyusun model perencanaan
dan pengendalian proyek Polaris Weapon System, yaitu proyek khusus dari US
Navy. PERT, dalam proyek Polaris, berhasil mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
yang melibatkan 250 kontraktor utama, lebih dari 9000 subkontraktor, sejumlah
agen, dan ribuan individu sehingga proyek tersebut bisa diselesaikan enam belas
bulan lebih cepat dari taksiran semula. Sejak saat itu, PERT menyebar dengan
pesat. Kehandalan PERT sebagai alat perencanaan yang efektif tercermin pula
pada keputusan pemerintah Amerika (1962) yang menghendaki penggunaan
PERT pada kontrak-kontrak pembangunan dan proyek-proyek penelitian yang
disponsori oleh pemerintah Amerika (Siswanto, 2007).
2. PERT (Program Evaluation Review Technique)
.1 Pengertian PERT (Program Evaluation Review Technique)
PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah model
Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek
(Siswanto, 2007).
Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) adalah suatu
metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan
produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan
dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan
anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan (Dannyanti, 2010).

Jadi, dari pengertian yang dikemukakan oleh dua orang tersebut di atas,
dapat kita simpulkan bahwa Program Evaluation and Review Technique (PERT)
adalah suatu alat manajemen proyek yang membantu memudahkan pemetaan
penjadwalan kegiatan secara acak dan pengorganisasian bagian pekerjaan
sehingga dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam
proyek tersebut.
.2 Metodologi PERT (Program Evaluation and Review Technique)
Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang
melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari
beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik
tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang
memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah
proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan. Ada dua
pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu:
a. Kegiatan pada titik (activity on node - AON)
Pada AON, titik menunjukkan kegiatan.

Gambar 1. Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AON

b. Kegiatan pada panah (activity on arrow - AOA)


Pada AOA, panah menunjukkan aktivitas.

Gambar 2. Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AOA

AOA terkadang memerlukan tambahan kegiatan yang disebut dengan


dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy adalah kegiatan yang
sebenarnya tidak nyata, sehingga tidak membutuhkan waktu dan sumber daya.
Dummy digambarkan dengan garis putus-putus dan diperlukan bila terdapat lebih
dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Kegunaan dari
dummy yaitu:
a. Untuk menunjukkan urutan pekerjaan yang lebih tepat bila suatu kegiatan
tidak secara langsung tergantung pada suatu kegiatan yang lain.
b. Untuk menghindari jaringan dimulai dan diakhiri oleh lebih dari satu peristiwa
dan menghindari dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan
Contoh Diagram PERT dan Kegiatan dummy;

Pada diagram diatas dapat diamati bahwa setiap arah panah akan
menunjukan suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan
terlebih dahulu (start), kemudian bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2, 3, 4,
setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7 adalah titik finish dimana pekerjaan
terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari sebuah proyek. Selain
menunjukkan suatu urutan pengerjaan diagram PERT juga menunjukan
suatu keterikatan antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan. Keterikatan
itu dapat dilihat dengan contoh pekerjaan 2, 3, 4 hanya dapat dilakukan
jika pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan. Sebuah pekerjaan yang dapat
dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga sebagai pekerjaan
pararel (pararel task atau concurrent task).

Selain itu terdapat juga sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putusputus yang disebut dengan dummy activities. Dari sebuah diagram PERT
dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau
aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (critical path),
penjadwalan dengan aktivitas lain dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

Pada diagram PERT diatas dapat kita amati adanya kegiatan dummy,
dimana kegiatan A dan B harus sudah selesai sebelum kegiatan C dapat
dimulai. Sedangkan kegiatan D dapat dimulai segera setelah kegiatan B
selesai tanpa bergantung dengan selesainya kegiatan A.
.3 Komponen dalam PERT (Program Evaluation Review Technique)
Komponen-komponen dalam PERT adalah;
a. Kegiatan (activity)
Suatu pekerjaan/tugas dimana penyelesaiannya memerlukan rentang waktu,
biaya, serta fasilitas tertentu. Kegiatan ini diberi simbol tanda panah.
b. Peristiwa (event)
Menandai awal dan akhir dari suatu kegiatan. Peristiwa diberi simbol
lingkaran (nodes) dan nomor, dimana nomor dimulai dari nomor yang terkecil
untuk awal peristiwa yang mendahului.
Dalam membuat diagram jaringan PERT, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu;
1) Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus
sudah selesai dikerjakan.
2) Anak panah menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan.

3) Nodes diberi nomor supaya tidak terjadi penomoran ganda.


4) Dua buah peristiwa hanya bisa dihubugkan oleh satu kegiatan (anak
panah).
5) Jaringan hanya dimulai dari suatu kejadian awal yang sebelumnya tidak
ada pekerjaan yang mendahului dan jaringan diakhiri oleh satu kejadian
saja.
c. Waktu Kegiatan (activity time)
Activity time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu
penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam penyelesaian
suatu kegiatan:
1) Waktu optimistik (a)
Waktu kegiatan yang dilaksanakan berjalan baik tidak ada hambatan.
2) Waktu realistik (m)
Waktu kegiatan yang dilaksanakan dalam kondisi normal dengan
hambatan tertentu yang dapat diterima.
3) Waktu pesimistik (b)
Waktu kegiatan dilaksanakan terjadi hambatan lebih dari semestinya.
d. Taksiran Waktu Penyelesaian Kegiatan
Dari ketiga estimasi waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu
kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumus;

Untuk menghitung varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung


dengan rumus;

e. Penjadwalan Proyek
Untuk menjadwalkan proyek, kita harus mengetahui dua waktu paling awal
dan dua waktu paling akhir, yaitu:

1) Earliest Start (ES): early start atau memulai awal adalah waktu paling
awal dimana suatu kegiatan sudah dapat dimulai, dengan asumsi semua
kegiatan sebelumnya sudah selesai dilakukan.
2) Earliest Finish (EF): early finish atau selesai awal adalah waktu paling
awal suatu kegiatan dapat selesai dikerjakan.
3) Latest Start (LS) atau mulai terakhir adalah waktu terakhir suatu kegiatan
dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan
proyek, hal ini menunjukkan waktu toleransi terakhir dimana suatu
kegiatan harus mulai dilakukan.
4) Latest Finish (LF) atau selesai terakhir adalah waktu toleransi terakhir
suatu kegiatan harus dapat selesai sehingga tidak menunda waktu
penyelesaian kegiatan berikutnya dan keseluruhan proyek.
Dalam menentukan jadwal proyek dapat menggunakan proses two-pass
yang terdiri dari forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan
selama forward pass, sedangkan LS dan LF ditentukan selama backward pass.
1) Forward Pass
Forward pass digunakan untuk mengidentifikasi waktu-waktu terdahulu.
Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya
harus diselesaikan. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu
langsung, ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu kegiatan
mempunyai beberapa pendahulu langsung, ES-nya adalah nilai maksimum
dari semua EF pendahulunya, dengan rumusan;
ES = Max (EF semua pendahulu langsung)
Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu
mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan;
EF = ES + waktu kegitan
Meskipun forward pass memungkinkan untuk menentukan waktu
penyelesaian proyek lebih dulu, tetapi tetap tidak dapat mengidentifikasi

jalur kritis sebelum dilakukan penentuan terhadap nilai LS dan LF untuk


semua kegiatan.
2) Backward Pass
Backward Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir yang
masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa
menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah
dihasilkan dari perhitungan forward pass. Untuk setiap kegiatan, pertamatama harus menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Sebelum
suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus
diselesaikan. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya
satu kegiatan, LF-nya sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung
mengikutinya. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih
dari satu kegiatan, maka LF-nya adalah nilai minimum dari seluruh nilai
LS dari kegiatan-kegiatan yang secara langsung mengikutinya, dengan
rumusan;
LF = min (LS dari seluruh kegiatan yang langsung)
Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara
waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya dengan rumusan;
LS = LF - Waktu
f. Jalur Kritis
Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan di dalam sebuah proyek akan
memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek itu. Namun,
karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan
oleh jalur kritis (critical path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian kegiatan
terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu penyelesaian
proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga mengisyaratkan bahwa
perubahan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan pada jalur kritis akan
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Pada jaringan proyek, dapat

ditemukan float/slack yaitu sisa waktu atau waktu mundur aktivitas, sama
dengan LS-ES atau LF-EF. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran
waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja. Slack time akan selalu
muncul pada rangkaian kegiatan yang bukan merupakan jalur kritis, dan tidak
akan pernah muncul pada jalur kritis. Slack time menjadi perhatian
manajemen karena slack time akan menjadi sumber daya yang bisa digunakan
dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan oleh manajemen. Ini
dipakai pada waktu penggunaan jaringan dalam praktek, atau digunakan pada
waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja.
Slack terbagi menjadi dua jenis, yaitu;
1) Total float/slack (S)
Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur
tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
2) Free float/slack (SF)
Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau
saat paling cepat terjadinya event lain pada network.
.4 Langkah-langkah Perencanaan PERT (Program Evaluation Review
Technique)
Dalam melakukan perencanaan dengan PERT dibutuhkan beberapa langkah,
yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone).
Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal
dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik
tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami
dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi.
b. Menetapkan

urutan

pengerjaan

dari

aktivitas-aktivitas

yang

telah

direncanakan.

Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam


menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk
setiap pekerjaan.
c. Membuat suatu diagram jaringan (network diagram).
Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram
dapat dibuat. Diagram akan menunjukan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (pararell). Pada diagram
PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan
titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah.
d. Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.
Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai
misal jam, hari, minggu, bulan, dan tahun.
e. Menetapkan suatu jalur kritis (critical path).
Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas
pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek.
Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa
ditunda waktu pengerjaannya.
f. Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek.
Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan
sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata.
Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi
baru yang berkarakteristik PERT.
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu
karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur
kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat
diminimalisasi. Ciri-ciri jalur kritis adalah:
a.

Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.

b.

Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap
kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.

10

c.

Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari
jalur kritis.
.5 Kelebihan dan Kekurangan PERT
a. Kelebihan pada metode PERT
1) Berguna pada tingkat manajemen proyek.
2) Secara matematis tidak terlalu rumit.
3) Menampilkan

secara

grafis

menggunakan

jaringan

untuk

menunjukkan hubungan antar kegiatan.


4) Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau
halangan.
5) Dapat memantau kemajuan proyek.
6) Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
7) Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan
menunda proyek jika terlambat dikerjakan.
8) Apa kegiatan non-kritis yaitu kegiatan yang boleh dikerjakan
terlambat.
9) Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu.
10) Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai
dengan proyek tersebut.
11) Efisiensi jumlah sumberdaya yang ada dapat menyelesaikan proyek
tepat waktu.
b. Kekurangan pada metode PERT
1) Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
2) Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
3) Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
4) Terlalu fokus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa
hambatan.
.6 Manfaat dan Tujuan PERT

11

a. Manfaat PERT:
1) Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam
suatu proyek.
2) Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan
suatu pekerjaan.
3) Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain
yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
4) Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau
beberapa jalur kegiatan.
5) Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek pernah diketahui
sebelumnya.
b. Tujuan PERT:
1) Mengurangi penundaan pekerjaan
2) Mengurangi gangguan
3) Mengurangi konflik produksi
3. Studi Kasus
Simulasi:
Pemerintah Bondowoso, melalui dinas kesehatan meminta bantuan kepada
mahasiswa Universitas Jember Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mengubah
kebiasaan melakukan MCK di aliran sungai khususnya pada desa Mandiro,
kecamantan Tegalampel, Bondowoso melalui pendidikan dan promosi kesehatan
sebelum dimulainya pelaksanaan

program Jamban Sehat oleh pemerintah.

Program pendidikan dan promosi kesehatan ini diserahkan kepada mahasiswa


Universitas Jember Fakultas Kesehatan Masyarakat yang sudah ditunjuk dengan
waktu yang diberikan untuk pelaksanaan program selama dua minggu.
Dari masalah inilah, kemudian mahasiswa sebagai pemegang program dapat
membuat rancangan program sebagai berikut:
A. Rapat pembentukan panitia
B. Rapat persiapan

12

C. Survey lokasi
D. Perijinan dengan pejabat setempat
E. Analisis masyarakat
F. Pencarian data penduduk
G. Rapat koordinasi dengan pejabat setempat
H. Penentuan waktu dan tempat pendidikan dan promosi kesehatan
I. Pembuatan media pendidikan dan promosi kesehatan
J. Promosi program pendidikan dan promosi kesehatan pada masyarakat
K. Persiapan tempat lokasi pendidikan dan promosi kesehatan
L. Briefing
M. Pelaksanaan program pendidikan dan promosi kesehatan
N. Evaluasi kegiatan
Dengan waktu penyelesaian program selama dua minggu, maka kita dapat
menyusun tabel kegiatan sebagai berikut;

Kegiatan

A
B
C
D
E
F
G

Deskripsi

Kegiatan
Sebelumnya

Rapat pembentukan

Waktu

Waktu

Optimis

Pesimis

(a)

(b)

panitia
Rapat persiapan
Survey lokasi
Perijinan dengan pejabat

A
B

2
1

5
4

setempat
Analisis masyakat
Pencarian data penduduk
Rapat koordinasi dengan

B
B

2
1

6
4

D, E, F

pejabat setempat
Penentuan waktu dan

tempat pendidikan dan

promosi kesehatan
Pembuatan media

E, F

pendidikan dan promosi

13

kesehatan
Promosi program
pendidikan dan promosi

kesehatan pada

I, H

masyarakat
Persiapan tempat lokasi
K

pendidikan dan promosi

kesehatan
Briefing
Melakukan program

pendidikan dan promosi

kesehatan
Evaluasi kegiatan

Selanjutnya, yang harus kita lakukan adalah menghitung expected time dan
varians dengan rumus yang telah dicantumkan di atas;
Waktu

Expected

Varians

Time (t)

(v)

2,00

0,11

3,17

0,25

2,17

0,25

2,00

0,11

3,33

0,44

2,17

0,25

2,00

0,11

2,17

0,25

Realistik
(m)

14

3,17

0,25

3,00

0,11

2,33

0,44

2,00

0,11

2,00

0,11

2,00

0,11

Kemudian, kita dapat membuat diagram jaringan;


A

C
B

E
I
J

15

Daftar Pustaka
Anonim.

http://keuanganlsm.com/apa-itu-pert-program-evaluation-and-review-

technique/. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2016.


Anonim. http://nuyos.wordpress.com/tag/pert-adalah/. Diakses pada tanggal 09
Oktober 2016.
Anonim.http://cpmpert.wordpress.com/2007/06/06/apa-itu-cpm-%E2%80%93pert/. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2016.
Dannyanti, E. (2010). OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN
METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca
Sarjana Undip) . Semarang: Universitas Diponegoro.
Prasetya, Hary & Lukiastuti, Fitri. (2009). Manajemen Operasi. Jakarta:
Medpress.
Saleh, Mubarak. (2010). Construction Project Scheduling and Control-2nd ed.
United States: Pearson Education, hal 264.
Siswanto. (2007). Operations Research. Jakarta: Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai