Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGELOLAAN LIMBAH DAN

KELUHAN KESEHATAN PEMULUNG DI TPS TRANSFER DEPO


MASTRIP JEMBER

(Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah Kelas D)


Dosen Pengampu Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes.

Disusun oleh:
KELOMPOK 11
Sindya Septi Ayu P 152110101225
Nevita Ray R 152110101230
Meiditama Ary P 152110101232
Diansa Fitri 152110101251

FAKULTAS KESEHATAN MASYA RAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Observasi Pengelolaan Limbah dan Keluhan Kesehatan Pemulung di Tempat
Pembuangan Sementara Transfer Depo Mastrip.
Penyusunan laporan hasil observasi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.
2. Ibu Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM, M.Kes. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengelolaan Limbah Kelas D Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
3. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas segala
bantuannya dalam bentuk apa pun.
Penulis menyadari bahwa laporan hasil observasi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dari pembaca yang bertujuan untuk
menyempurnakan sangat penulis harapkan. Semoga laporan hasil observasi ini
dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.

Jember, 20 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Istilah-istilah terkait Pengelolaan Limbah ................................................... 3
2.1.1 Pengertian Sampah ............................................................................ 3

2.1.2 Pengertian Tempat penampungan sementara (TPS) ......................... 3

2.1.3 Penghasil Sampah ........................................................................... 3

1.2.4 Pengelolaan Sampah ....................................................................... 3

2.2 Kriteria Tempat Pengumpulan Sampah (TPS) ............................................ 3


2.3 Penggolongan Jenis Sampah .......................................................................... 4
2.4 Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota .................................................... 6
2.5 Upaya Pengelolaan Sampah .......................................................................... 6
2.6 Konsep Minimasi Limbah ............................................................................ 10
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 13
3.2 Jenis Data ...................................................................................................... 13
3.2.1 Data Sekunder .................................................................................... 13

3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 13

3.3.1 Observasi ............................................................................................. 13

3.3.2 Wawancara .......................................................................................... 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15

v
4.1 Hasil Observasi TPS Transfer Depo Mastrip ............................................. 15
4.2 Hasil wawancara. .......................................................................................... 17
4.2.1 Keluhan kesehatan pemulung ........................................................... 17

BAB 5. PENUTUP............................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 18
5.2 Saran .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 20

vi
ABSTRACT

Waste is discharged from a production process both industrial and domestic


(household). Where people live, that's where various types of waste will be
generated. There is garbage, there is black water (black water), and there is waste
water from various other domestic activities (gray water). Urban areas are centers
of non-agricultural activities such as government, social services, health care
centers, and so on. Solid waste or commonly referred to as waste in urban areas
would be very undesirable because it has no economic value. In addition, the
presence of waste can have a negative impact on the environment and human
health. Therefore, it is necessary to process the handling and management of
waste. Observation and data collection activities conducted on 29 April 2017 at
06.00 - 07.00 WIB at Transit Depot (TPS) Depo Mastrip aims to know the
description of general conditions, waste management system implemented, and
health complaints experienced by waste pickers in the TPS Transfer Depo
Mastrip. Temporary Shelter (TPS) Transfer Depo Mastrip is a room measuring 15
m x 7 m x 2 m walled and painted blue. Transportation of waste from TPS
Transfer Depo Mastrip to TPA Pakusari done using garbage truck. TPS Transfer
Depo Mastrip stands with a multi-storey building when viewed from the rear, but
when viewed from the front will look non-storied buildings. In TPS Depo
Transfer Mastrip is equipped with a hole size of 1m x 2m, this hole aims to move
the garbage from the temporary garbage collection to the garbage truck. Garbage
management in this TPS is usually scavengers sorting waste and in TPS Transfer
Depo Mastrip there is only one scavenger. Scavengers who often sort out the
waste at night and so far no health complaints experienced by the scavenger. But
several times scavengers have been punctured sharp objects such as, syringes,
glass, and so forth.

Keywords: TPS Transfer Depo Mastrip, Waste management, Health complaint

vii
ABSTRAK

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water),
dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Kawasan perkotaan merupakan pusat kegiatan non-pertanian seperti
pemerintahan, pelayanan sosial, pusat pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya.
Limbah padat atau yang biasa disebut dengan sampah di kawasan perkotaan tentu
sangat tidak dikehendaki sebab tidak memiliki nilai ekonomis. Selain itu,
keberadaan limbah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses penanganan dan
pengelolaan terhadap limbah. Kegiatan observasi dan pengambilan data yang
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017 pukul 06.00 07.00 WIB di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kondisi umum, sistem pengelolaan limbah yang diterapkan,
dan keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung di TPS Transfer Depo
Mastrip. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip berupa
ruangan berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan bercat biru. pengangkutan
sampah dari TPS Transfer Depo Mastrip ke TPA Pakusari dilakukan
menggunakan Truck sampah. TPS Transfer Depo Mastrip berdiri dengan
bangunan bertingkat apabila dilihat dari belakang, Namun apabila dilihat dari
depan akan tampak bangunan yang tidak bertingkat. Di dalam TPS Transfer Depo
Mastrip dilengkapi dengan lubang berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan
untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan sampah sementara menuju
Truck sampah. Pengelolaan sampah di TPS ini biasanya pemulung memilah
sampah dan di TPS Transfer Depo Mastrip hanya ada satu pemulung. Pemulung
yang kerap memilah sampah pada malam hari dan sampai sejauh ini tidak ada
keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung tersebut. Namun beberapa kali
pemulung pernah tertusuk benda tajam seperti, jarum suntik, kaca, dan lain
sebagainya.

Kata Kunci: TPS Transfer Depo Mastrip, pengelolaan Limbah, keluhan Kesehatan

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim,
di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey
water).
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas
lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai
dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu diketahui
sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah
tersebut.
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, keberadaan limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai
pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih
penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya
cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi
industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi
industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output,
sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri
tersebut sangat kurang, salah satunya di kawasan perkotaan.
Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Setiap aktivitas masyarakat perkotaan pasti akan
menghasilkan sisa atau buangan. Seiring dengan perkembangan kegiatan suatu

1
kawasan perkotaan, bertambah pula beban yang harus diterima kawasan perkotaan
tersebut. Salah satunya adalah beban akibat dari limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat perkotaan secara kolektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengelolaan Sampah di TPS Transfer Depo Mastrip?
2. Bagaimanakah kondisi atau keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung
diTPS Transfer Depo Mastrip?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana Pengelolaan Sampah di TPS Transfer Depo
Mastrip.
2. Untuk mengetahui kondisi atau keluhan kesehatan yang dialami oleh
pemulung diTPS Transfer Depo Mastrip.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Istilah-istilah terkait Pengelolaan Limbah

2.1.1 Pengertian Sampah

Definisi sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.

2.1.2 Pengertian Tempat penampungan sementara (TPS)

TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,


pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

2.1.3 Penghasil Sampah

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan penghasil sampah


adalah setiap orang atau kelompok orang atau badan hukum yang menghasilkan
timbulan sampah.

2.1.4 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 adalah kegiatan


yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah. Pengertian pengelolaan bukan hanya menyangkut aspek
teknis, tetapi mencakup juga aspek non teknis, seperti bagaimana mengorganisir,
bagaimana membiayai dan bagaimana melibatkan masyarakat penghasil limbah
agar ikut berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktivitas penanganan
tersebut.

2.2 Kriteria Tempat Pengumpulan Sampah (TPS)


a. Luas TPS sampai dengan 200 m
b. Sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari 24 jam
c. Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas
d. TPS harus dalam keadaan bersih setelah sampah diangkut ke TPA

3
2.3 Penggolongan Jenis Sampah
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :

1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah


dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan
atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum
adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan
kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan
pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa
makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng
serta sampah lainnya.

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka
ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar,
sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,
sampah ninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah
padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga
banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan
dan lain-lain.
2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh

4
alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik,
dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau


limbah yaitu:
1. limbah cair, Contoh limbah cair yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa,
dll.
2. limbah padat, . Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas, botol air
minum, dll.
3. limbah gas Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon monoksida
(CO), HCl, NO2, SO2 dll.
Sampah berdasarkan Sumbernya:
1. Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai
menjadi tanah.
2. Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
3. Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga, sampah
yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan plastik.
4. Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
5. Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran dan
pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
6. Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari
sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
7. Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia.

5
2.4 Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota
Beberapa masalah pokok dalam pengelolaan sampah perkotaan, diantaranya :
a. Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi logis
dari pertambahan penduduk kota.
b. Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan metode/pola
pengelolaan sampah yang lebih baik.
c. Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah kompleksnya
permasalahan.
d. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah
daerah merupakan masalah umum dalam skala nasional.
e. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas yang
tidak dapat terurai seperti plastik.
f. Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai yang tersedia di daerah untuk
menangani masalah sampah.
g. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak sangat
lambat.
h. Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan
terorganisir secara baik.
i. Konsep pengelolaan persampahan yang kadangkala tidak cocok untuk
diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut
di lapangan.
2.5 Upaya Pengelolaan Sampah
Tujuan pengelolaan persarnpahan yang sangat mendasar yang meliputi :
a. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat
b. Melindungi sumber daya alam (air)
c. Melindungi fasilitas sosial ekonomi
d. Menunjang pembangunan sektor strategis
Sebelum UU No.18 Tahun 2008 dikeluarkan, kebijakan pengelolaan
sampah perkotaan (yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum) di
Indonesia memposisikan bahwa pengelolaan sampah perkotaan merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari 5 komponen sub sistem, yaitu:
a. Peraturan / hukum

6
b. Kelembagaan dan organisasi
c. Teknik operasional
d. Pembiayaan
e. Peran serta masyarakat
Namun bila diperhatikan, konsep ini sebetulnya berlaku tidak hanya untuk
pendekatan pemecahan masalah persampahan, tetapi untuk sektor lain yang
umumnya terkait dengan pelayanan masyarakat. Oleh karenanya kelima
komponen tersebut lebih tepat disebut sebagai aspek-aspek penting yang
mempengaruhi manajemen persampahan.
a. Peraturan/hukum
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan
dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi,
ketertiban masyarakat, dan sebagainya. Peraturan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang
mengatur tentang:
1) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah
2) Rencana induk pengelolaan sampah kota
3) Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
4) Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan
5) Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
6) Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar
daerah, atau kerjasama dengan fihak swasta.
b. Kelembagaan dan organisasi
Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi
disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut
aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah kota, dan
memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan
pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
1) Peraturan pemerintah yang membinanya
2) Pola sistem operasional yang diterapkan

7
3) Kapasitas kerja sistem
4) Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.
Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola sampah kota
secara formal adalah seperti yang diarahkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
sebagai departemen teknis yang membina pengelola persampahan perkotaan di
Indonesia. Bentuk institusi pengelolaan persampahan kota yang dianut di
Indonesia:
1) Seksi Kebersihan di bawah satu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
(PU) terutama apabila masalah kebersihan kota masih bisa ditanggulangi
oleh suatu seksi di bawah dinas tersebut
2) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah suatu dinas, misalnya
Dinas PU terutama apabila dalam struktur organisasi belum ada seksi
khusus di bawah dinas yang mengelola kebersihan, sehingga lebih
memberikan tekanan pada masalah operasional, dan lebih mempunyai
otonomi daripada seksi
3) Dinas Kebersihan akan memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas ini perlu dibentuk karena aktivitas
dan volume pekerjaan yang sudah meningkat
4) Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan, merupakan organisasi pengelola
yang dibentuk bila permasalahan di kota tersebut sudah cukup luas dan
kompleks. Pada prinsipnya perusahaan daerah ini tidak lagi disubsidi oleh
pemerintah daerah (pemda), sehingga efektivitas penarikan retribusi akan
lebih menentukan. Bentuk ini sesuai untuk kota metropolitan.
c. Teknik operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar-dasar
perencanaan untuk kegiatan:
1) Pewadahan sampah
2) Pengumpulan sampah
3) Pemindahan sampah
4) Pengangkutan sampah
5) Pengolahan sampah
6) Pembuangan (sekarang: pemrosesan) akhir sampah.

8
Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan sejak
dari pewadahan sampah sampai dengan pembuangan akhir sampah. Teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri atas kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan
melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Pengelolaan sampah B3 rumah
tangga dikelola secara khusus sesuai aturan yang berlaku. Kegiatan pemilahan
dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Kegiatan
pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber.
d. Pembiayaan/ retribusi
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan sistem
pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan:
1) Biaya investasi
2) Biaya operasi dan pemeliharaan
3) Biaya manajemen
4) Biaya untuk pengembangan
5) Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.
Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar.
Diharapkan bahwa sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan menuju
pada 'pembiayaan sendiri', termasuk disini dengan pembentukan perusahaan
daerah. Sektor pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek, seperti:
1) Proporsi APBN/APBD pengelolaan sampah, antara retribusi dan biaya
pengelolaan sampah
2) Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan serta administrasi
3) Proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat
4) Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat
dalam membiayai program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan retribusi
dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh
pemerintah.
e. Peran serta masyarakat

9
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan
adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai
dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut:
1) Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
yang tertib dan teratur
2) Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat
3) Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan, yaitu di antaranya:
1) Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata
2) Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga
lingkungan
3) Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan
4) Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan
penyuluhan dalam programnya
5) Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai
dengan konsep pengelolaan yang ada.

2.6 Konsep Minimasi Limbah


Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi, dengan
cara reduksi pada sumbernya dan/atau pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle,
dan recovery. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004, minimisasi limbah
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan pelayanan kesehatan. Jadi, minimisasi limbah medis yaitu upaya
untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah
yang berasal dari dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, dengan cara reduksi pada
sumbernya dan/atau pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery.

10
Minimisasi limbah mencakup pencegahan pencemaran dan daur ulang serta
cara lain untuk mengurangi jumlah limbah yang harus diolah atau ditimbun.
Prioritas utama minimisasi limbah adalah reduksi pada sumbernya. Aktivitas yang
dapat mereduksi limbah lebih baik dilakukan daripada aktivitas mendaur ulang
limbah karena lebih mungkin untuk dilakukan dan dapat menghemat biaya.
Sedangkan pemanfaatan limbah melalui daur ulang dan perolehan kembali setelah
upaya reduksi pada sumber dilakukan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
sebelum melakukan meminimisasi limbah harus kita ketahui, seperti informasi
mengenai jenis material yang dapat direduksi ataupun dimanfaatkan kembali,
volume produksi limbah yang dihasilkan, upaya minimisasi limbah yang telah
dilakukan, analisis biaya untuk menentukan kemungkinan perubahan praktek
yang dilakukan, prioritas upaya berdasarkan peraturan yang berlaku, biaya,
volume, dan lainnya, serta identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi
limbah pada sumbernya, penggunaan kembali limbah, maupun daur ulang limbah
(Lee, 1992 dalam Munif, 2017).

Beberapa upaya minimisasi limbah antara lain, dengan reduksi pada sumber,
pemanfaatan limbah, dan pemilahan limbah, sebagai berikut:

1. Reduksi Pada Sumber


Merupakan upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan
tingkat bahaya limbah yang akan menyebar di lingkungan, secara preventif
langsung pada sumber pencemar. Juga merupakan upaya untuk mengurangi
volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang dilakukan
langsung dari sumbernya.
Konsep minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya
menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan
baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi
proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping, segregasi
limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada reduksi ini, antara lain dengan
Melakukan Housekeeping, Pemilahan (Segregasi) Limbah, Pemeliharaan

11
Pencegahan (Preventive Maintenance), Pemilihan Teknologi dan Proses,
Pengelolaan bahan (material inventory, Pengaturan kondisi proses dan operasi
yang baik, Pengoperasian alat sesuai dengan kondisi yang optimum sehingga
dapat, Modifikasi atau subsitusi bahan, Penggunaan teknologi bersih.
2. Pemanfaatan Limbah
Pemanfaatan limbah merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas, dan tingkat bahaya penyebarannya di lingkungan, dengan cara
memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle),
dan perolehan kembali (recovery).
3. Pemilahan Limbah
Merupakan cara paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah
dengan melakukan pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau kontainer
plastik yang digunakan.

12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dan observasi dilaksanakan pada Tempat Pembuangan


Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip di jln Mastrip, Tegalgede, Sumbersari,
Kabupaten Jember. Proses pengambilan data dilaksanakan sebanyak tiga kali,
yang pertama adalah pada tanggal 29 April 2017 pukul 06.00 07.00 WIB. Pada
tanggal ini kelompok kami mendatangi TPS Transfer Depo Mastrip untuk mencari
informasi dan survey lapangan. Pengambilan data kedua dilaksanakan pada
tanggal 06 Mei 2017 pukul 20.00 21.00 WIB dengan tujuan mencari responden
(pemulung). Sedangkan pengambilan data ketiga dilaksanakan pada tanggal 19
mei pukul 06.00 07.00 untuk mengambil dokumentasi dan mencari informasi.
3.2 Jenis Data

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian data kualitatif yang


dilakukan melalui survey lapangan. Bentuk penelitian ini dilakukan dengan
observasi langsung terhadap sistem pengelolaan sampah dan wawancara.
3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait
dengan penelitian. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari hasil wawancara
kepada petugas TPS Transfer Depo Mastrip dan pemulung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penulis langsung
terjun ke lapangan yang dijadikan objek penelitian dan penulis mendapatkan data
langsung dari lapangan dan dapat dikatakan sebagai data asli.

3.3.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh
peneliti kepada responden untuk mengetahui masalah-masalah yang ada
dilapangan.

13
14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Observasi TPS Transfer Depo Mastrip

Tempat Penampungan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip berupa


ruangan berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan bercat biru dengan bagian
atas yang terbuka dengan dilengkapi pintu yang bisa dikunci dan dilengkapi
jadwal pengangkutan sampah yang terletak di jln Mastrip, Tegalgede, Sumbersari,
Kabupaten Jember. Jadwal pengangkutan sampah dilakukan pada jam 05.30 s/d
07.30, 09.00 s/d 10.30, dan 11.00 s/d 11.30. TPS Transfer Depo Mastrip dulunya
dikelola oleh Dinas Pekerja Umum (DPU) dan sekarang pindah tangan ke Dinas
Lingkungan Hidup Kota Jember. TPS Transfer Depo Mastrip memiliki seorang
petugas yang bertanggung jawab mengelola TPS tersebut, namanya adalah bapak
Samsuri.
Jarak terdekat Tranfer Depo Mastrib dengan rumah warga yaitu kurang lebih
500 m. Dimana rumah penduduk berada di belakang TPS dan seberang jalan raya
dari TPS. Di belakang TPS terdapat 1 toku bangunan yang berjarak 500 m dari
TPS, kemudian juga terdapat SMA Muhamadiyah yang berjarak kurang lebih 700
m. Di sisi kiri TPS terdapat warung makan, toko tanaman dan di sebelah kanan
TPS tidak terdapat bangunan. Dilihat dari sisi depan seberang jalan raya terdapat
penjual pisang dan juga penjual bunga. Pada saat kami bertanya tanya kepada
warga di sekitar TPS mengenai keluhan apa yang mereka rasakan, mereka hanya
terganggu oleh bau sampah dari TPS, namun hanya sebentar. Tidak ada vektor
lalat yang mengganggu, karena setelah selelasi melakukan pengangkutan TPS
slalu dalam keadaan bersih dan sampah juga tidak berceceran.
Jarak TPS transfer Depo dari sumber air lumayan jauh, dari pengamatan kami
TPS Transfer Depo Mastrib sudah beralaskan semen dan juga berada di bangunan
yang bertingkat, tidak langsung dibuang di tanah kemungkinan sampah tidak
menyerap ke dalam tanah dan tidak menimbulkan pencemaran tanah.

Cara pengangkutan sampah dari TPS Transfer Depo Mastrip ke TPA


Pakusari dilakukan menggunakan Truck sampah yang bervolume 6 8 m3. TPS
Transfer Depo Mastrip berdiri dengan bangunan bertingkat apabila dilihat dari

15
belakang, Namun apabila dilihat dari depan akan tampak bangunan yang tidak
bertingkat. Di dalam TPS Transfer Depo Mastrip dilengkapi dengan lubang
berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan untuk memindahkan sampah dari
tempat penampungan sampah sementara menuju Truck sampah. Truck sampah
akan diparkir di bawah TPS kemudian Sampah dari TPS akan dijatuhkan
langsung ke dalam truck. Sampah dari TPS Transfer Depo Mastrip diangkut ke
TPA Pakusari menggunakan satu truk dengan tiga kali pengangkutan dalam sehari
pada jam 08.00, jam 09.00 dan jam 10.30. TPS transfer Depo Mastrip slalu dalam
keadaan bersih setelah proses pengangkutan dan dikunci agar tidak ada yang
membuang sampah diluar jadwal pengangkutan.
Sampah sisa makanan dan sampah umum dikumpulkan dalam wadah
tertutup biasanya warga menggunakan kantong plastik berukuran 60 cm x 100 cm
atau 35 cm x 60 cm, kemudian diangkut menggunakan gerobak, sampah umum
dipindahkan ke TPS yang selanjutnya akan diambil oleh petugas dinas kebersihan.
Pembuangan untuk sampah rumah tangga dalam lingkup perumahan Mastrip,
Danau Toba, Jasmin, jalan Jawa, area kampus, jalan Sumatera, jalan PB Sudirman
dan Patrang dilakukan di Transfer Depo Mastrip berupa gerobak warga yang
berjumlah kurang lebih 50 gerobak dan gerobak motor yang berwarna kuning
digunakan untuk mengangkut sampah dari jalan. Pengangkutan sampah tidak
menunggu sampah sampai penuh. Gerobak sampah warga terbuat dari besi yang
berukuran 1 m x 2m, bagian dalam permukaan gerobak rata. Sementara itu,
gerobak motor berwarna kuning berukuran 1,5 m x 1 m. Gerobak motor kuning
terbuat dari besi yang kuat dengan kondisi layak pakai, bagian dalam permukaan
gerobak rata.
Pengangkutan sampah rumah tangga dilakukan secara bersamaan dengan
sampah umum. Petugas yang mengangkut sampah adalah petugas kebersihan dari
Cipta Karya. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan shift kerja.
Namun tidak ada pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala. Pengangkutan
yang sesuai prosedur dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi hari
pukul 05.30 WIB dan pukul 09.00 WIB sedangkan pada siang hari pukul 11.30
WIB.

16
4.2 Hasil wawancara.

4.2.1 Keluhan kesehatan pemulung


Pada hari Sabtu, 6 Mei 2017 pukul 20.00 WIB kelompok kami melakukan
kegiatan wawancara kepada Bapak Mursidi di TPS Transfer Depo Mstrip. Bapak
Mursidi bertempat tinggal di Antirogo jamuan, Kabupaten Jember yang bekerja
sebagai pemulung di TPS Transfer Depo Mastrip. Beliau berusia 50 tahun. Jumlah
anggota keluarga pak Mursidi yaitu 5 orang dengan 3 orang anak. Pak mursidi
menempuh perjalanan sejauh 7 km dengan menggunakan motor tua yang sudah
butut. Sebenarnya sebelum menjadi pemulung pak mursidi pernah menjadi kuli
bangunan, namun berhenti karena tidak ada panggilan pekerjaan sebagai tukang
kuli bangunan lagi, kemudian pak mursidi bekerja sebagai pemulung di TPS
Transfer Depo Mastrip dan sudah bekerja selama 4 tahun.
Bapak mursidi biasanya memulung di TPS Tranfer Depo Mastrip dari jam
19.00 WIB Pagi hari karena menunggu sampah yang datangnya hingga pagi
hari. Pak mursidi saat memulung di TPS Transfer Depo Mastrip tidak pernah
menggunakan APD seperti masker, sepatu boad dan sarung tangan, beliau
memulung dengan menggunakan tangan kosong dan memakai sandal japit biasa.
Saat kelompok kami bertanya apakah bapak pernah terkena benda tajam dan
bagaimana pengobatanya beliau menjawab pernah dan hanya dibiarkan sampai
sembuh sendiri tanpa diberi pengobatan. Penghasilan Bapak Mursidi biasanya
Rp30.000 - Rp50.000 per harinya tergantung dari banyaknya hasil memulung
sampah yang disetorkan ke pengepul sebelah utaranya pelindu yang biasa
dikunjungi oleh Bapak Mursidi. Jenis sampah yang dikumpulkan oleh Bapak
Mursidi yaitu gelas plastik, botol plastik, kertas, dan kaleng minuman. Tapi
terkadang beliau juga menemukan sampah medis seperti obat-obatan.
Selama bekerja sebagai pemulung, Bapak mursidi tidak pernah
mengalami keluhan kesehatan seperti gangguan pernafasan, gangguan pencernaan
dan gangguan persendian beliau menganggap dirinya baik-baik saja. Bapak
mursidi juga tidak pernah memeriksakan kesehatanya karena tidak adanya biaya
dan juga bapak mursidi takut dengan jarum suntik.

17
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tidak ada keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung, tetapi pemulung
beberapa kali pernah tetusuk benda tajam, seperti jarum suntik, kaca, dan lain
sebagainya.
2. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip berupa
ruangan berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan bercat biru dengan
bagian atas yang terbuka dengan dilengkapi pintu yang bisa dikunci dan
dilengkapi jadwal pengangkutan sampah dan terletak di dekatnya SMA
Muhammadiyah Jember. Jadwal pengangkutan sampah dilakukan pada jam
05.30 s/d 07.30, 09.00 s/d 10.30, dan 11.00 s/d 11.30. TPS Transfer Depo
Mastrip dulunya dikelola oleh Dinas Pekerja Umum (DPU) dan sekarang
pindah tangan ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Jember. TPS Transfer Depo
Mastrip memiliki seorang petugas yang bertanggung jawab mengelola TPS
tersebut, namanya adalah bapak Samsuri. Di dalam TPS Transfer Depo
Mastrip dilengkapi dengan lubang berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan
untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan sampah sementara
menuju Truck sampah.

5.2 Saran
Perlu adanya himbauan kepada para pemulung untuk menggunakan alat
pelindung diri seperti masker, sepatu boot, dan sarung tangan sehingga dapat
meminimalisir keluhan kesehatan yang disebabkan oleh dampak negatif dari
sampah saat bekerja sebagai pemulung.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.
Dasar-dasar Sistem Pengelolaan Sampah. [Serial Online]
http://pplpdinciptakaru.jatengprov. go.id/sampah/file/920227051_dasar
pengelolaan_persampahan.pdf (Diakses pada tanggal 14 Mei 2017)

UU No. 18 Tahun 2008

http://www.atobasahona.com/2016/10/pembagian-jenis-jenis-sampah.html
(diakses pada 18 Mei 2017)
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-
sampah.html (diakses pada 18 Mei 2017)
Munif. 2017. Minimisasi Limbah.
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/minimisasi-limbah/ (diakses
pada 17 Mei 2017)
Damanhuri, E. dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung. [Serial Online] kuliah.ftsl.itb.ac.id/tl-3104-pengelolaan-sampah/.
(Diakses pada tanggal 10 Mei 2017).

19
LAMPIRAN

Gb 1. TPS Transfer Depo Mastrip

Gb 2. Kondisi TPS Transfer Depo Mastrip

20
Gb 3. Transfer Depo Mastrip dilihat dari sisi belakang.

Gb 4 : Transfer Depo Mastrip dilihat dari sisi depan

21
Gb 5. Gerobak Sampah yang Digunakan untuk Mengangkut Sampah dari Perumahan
warga

Gb 6. Truk Pengangkut Sampah

22
Gb 7. Sampah yang ada di TPS Transfer Depo Mastrip

Gb 8. Wawancara dengan Bapak Mursidi-Pemulung

23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id

LEMBAR OBSERVASI PENGELOLAAN LIMBAH


TPS Transfer Depo Mastrip
GAMBARAN LOKASI TPS
1. LOKASI TPA jln Mastrip, Tegalgede, Sumbersari,
Kabupaten Jember

2. LUAS TPA Transfer Depo Mastrip berupa ruangan


berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan
bercat biru

3. PERALATAN Karena tidak ada pengelola, maka tidak ada


peralatan khusus yang disediakan untuk TPA
ini, hanya saja terkadang ada pihak yang
mendatangkan alat berat untuk meratakan
sampah.

4. SARANA PRASARANA Di TPS Transfer Depo Mastrip disediakan


kamar mandi dan tempat parkir yang terletak
di bawah bangunan penampungan sampah
sementara.

JUMLAH SAMPAH YANG MASUK Satu dump truk dengan tiga kali
PERHARI pengangkutan (volume setiap dump truck 6 -
33 m3)

24
PENGELOLAAN SAMPAH Jadwal pengelolaan sampah dilakukan pada
pukul 05.30 s/d 07.30, 09.00 s/d 10.30, dan
11.00 s/d 11.30.

25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal BotoKotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id

LEMBAR WAWANCARA DENGAN PEMULUNG


TPS Transfer Depo Mastrip

Tanggal Wawancara : sabtu, 29 April 2017


Waktu Wawancara : 06.00 07.00 WIB
Lokasi Wawancara : TPS Transfer Depo Mastrip, Kecematan Sumbersari,
Kabupaten Jember.
Nama : Bapak Atit
Alamat : Kaliurang.
Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Pengangkut sampah

Panduan Pertanyaan
1. Berapa lama anda bekerja mengangkut sampah?
Kurang lebih 12 tahun
2. Bagaimana kesehatan anda saat ini?
Alhamdulillah selama belasan tahun saya bekerja di sini tidak ada keluhan
kesehatan yang saya rasakan. Karena saya menjaga pola hidup sehat dengan
tidak merokok dan memakai alat pelindung diri seperti masker dan sepatu bot.

26
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal BotoKotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id

LEMBAR WAWANCARA DENGAN PEMULUNG


TPS Transfer Depo Mastrip
Tanggal Wawancara : Sabtu, 06 Mei 2017
Waktu Wawancara : 20.00 WIB
Lokasi Wawancara : TPS Transfer Depo Mastrip
Nama : Bapak Mursidi
Umur : 50 Tahun
Alamat : Antirogo jambuan, Kabupaten Jember

Panduan Pertanyaan
1. Mulai memulung dari jam berapa sampai jam berapa ?
Saya biasa memulung dari jam 19.00 sampai pagi karena menunggu
sampah yang datang sampai pagi. Baru setelah sampahnya tidak ada saya
baru pulang ke rumah.

2. Sudah berapa lama bekerja sebagai pemulung?


Saya bekerja sebagai pemulung sudah 4 tahun, sebelum bekerja sebagai
pemulung saya dulu pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Tapi berhenti
bekerja karena tidak ada panggilan lagi sebagai kuli bangunan.

3. Berapa jauh perjalanan untuk memulung setiap harinya?


Kurang lebih sejauh 7 km

4. Kemana bapak menyetor hasil memulung sampah? Berapa peghasilan bapak


per harinya?
Biasanya saya akan menyetor hasil memulung sampah ke pengepul yang
biasa saya kunjungi di sebelah utara pelindu . Penghasilan saya biasanya Rp.
30.000 sampai Rp. 50.000 per harinya tergantung dari banyaknya hasil
memulung sampah.

27
5. Bapak tinggal di rumah bersama siapa?
Saya tinggal dirumah dengan 3 orang anak dan istri.

6. Apa jenis sampah yang biasanya bapak kumpulkan?


Biasanya saya mencari gelas plastik, botol plastik, kertas dan kaleng
minuman. Pokok yang laku dijual saya ambil.

7. Apakah bapak pernah menemukan sampah medis seperti, obat-obatan atau


suntikan bekas?
Pernah, kadang-kadang saya menemukan obat-obatan.

8. Apakah pernah memulung menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti


masker, sarung tangan, sepatu boad, dll?
Saya tidak pernah menggunakan sarung tangan, masker dan sepatu boad.
Saya memulung menggunakan tangan dan memakai sandal japit biasa.

9. Apakah selama bekerja sebagai pemulung pernah mengalami insiden tertusuk


atau sebagainya? Dan bagaimana penangananya?
Pernah, terkena pecahan beling di kaki saya. Penangananya saya biarkan
sendiri sampai sembuh dan tidak saya beri obat-obatan.

10. Apakah selama bekerja sebagai pemulung bapak pernah mengalami keluhan
kesehatan?
Tidak pernah, alhamdullilah saya sehat-sehat saja selama bekerja sebagai
pemulung. Saya juga tidak pernah merasakan sesak nafas, alergi, gatal dan
linu-linu.

28

Anda mungkin juga menyukai