Disusun oleh:
KELOMPOK 11
Sindya Septi Ayu P 152110101225
Nevita Ray R 152110101230
Meiditama Ary P 152110101232
Diansa Fitri 152110101251
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Observasi Pengelolaan Limbah dan Keluhan Kesehatan Pemulung di Tempat
Pembuangan Sementara Transfer Depo Mastrip.
Penyusunan laporan hasil observasi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.
2. Ibu Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM, M.Kes. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengelolaan Limbah Kelas D Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
3. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas segala
bantuannya dalam bentuk apa pun.
Penulis menyadari bahwa laporan hasil observasi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dari pembaca yang bertujuan untuk
menyempurnakan sangat penulis harapkan. Semoga laporan hasil observasi ini
dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
v
4.1 Hasil Observasi TPS Transfer Depo Mastrip ............................................. 15
4.2 Hasil wawancara. .......................................................................................... 17
4.2.1 Keluhan kesehatan pemulung ........................................................... 17
BAB 5. PENUTUP............................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 18
5.2 Saran .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 20
vi
ABSTRACT
vii
ABSTRAK
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water),
dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Kawasan perkotaan merupakan pusat kegiatan non-pertanian seperti
pemerintahan, pelayanan sosial, pusat pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya.
Limbah padat atau yang biasa disebut dengan sampah di kawasan perkotaan tentu
sangat tidak dikehendaki sebab tidak memiliki nilai ekonomis. Selain itu,
keberadaan limbah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses penanganan dan
pengelolaan terhadap limbah. Kegiatan observasi dan pengambilan data yang
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017 pukul 06.00 07.00 WIB di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kondisi umum, sistem pengelolaan limbah yang diterapkan,
dan keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung di TPS Transfer Depo
Mastrip. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip berupa
ruangan berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan bercat biru. pengangkutan
sampah dari TPS Transfer Depo Mastrip ke TPA Pakusari dilakukan
menggunakan Truck sampah. TPS Transfer Depo Mastrip berdiri dengan
bangunan bertingkat apabila dilihat dari belakang, Namun apabila dilihat dari
depan akan tampak bangunan yang tidak bertingkat. Di dalam TPS Transfer Depo
Mastrip dilengkapi dengan lubang berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan
untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan sampah sementara menuju
Truck sampah. Pengelolaan sampah di TPS ini biasanya pemulung memilah
sampah dan di TPS Transfer Depo Mastrip hanya ada satu pemulung. Pemulung
yang kerap memilah sampah pada malam hari dan sampai sejauh ini tidak ada
keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung tersebut. Namun beberapa kali
pemulung pernah tertusuk benda tajam seperti, jarum suntik, kaca, dan lain
sebagainya.
Kata Kunci: TPS Transfer Depo Mastrip, pengelolaan Limbah, keluhan Kesehatan
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1
kawasan perkotaan, bertambah pula beban yang harus diterima kawasan perkotaan
tersebut. Salah satunya adalah beban akibat dari limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat perkotaan secara kolektif.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Penggolongan Jenis Sampah
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka
ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar,
sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,
sampah ninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah
padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga
banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan
dan lain-lain.
2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh
4
alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik,
dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).
5
2.4 Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota
Beberapa masalah pokok dalam pengelolaan sampah perkotaan, diantaranya :
a. Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi logis
dari pertambahan penduduk kota.
b. Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan metode/pola
pengelolaan sampah yang lebih baik.
c. Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah kompleksnya
permasalahan.
d. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah
daerah merupakan masalah umum dalam skala nasional.
e. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas yang
tidak dapat terurai seperti plastik.
f. Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai yang tersedia di daerah untuk
menangani masalah sampah.
g. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak sangat
lambat.
h. Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan
terorganisir secara baik.
i. Konsep pengelolaan persampahan yang kadangkala tidak cocok untuk
diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut
di lapangan.
2.5 Upaya Pengelolaan Sampah
Tujuan pengelolaan persarnpahan yang sangat mendasar yang meliputi :
a. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat
b. Melindungi sumber daya alam (air)
c. Melindungi fasilitas sosial ekonomi
d. Menunjang pembangunan sektor strategis
Sebelum UU No.18 Tahun 2008 dikeluarkan, kebijakan pengelolaan
sampah perkotaan (yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum) di
Indonesia memposisikan bahwa pengelolaan sampah perkotaan merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari 5 komponen sub sistem, yaitu:
a. Peraturan / hukum
6
b. Kelembagaan dan organisasi
c. Teknik operasional
d. Pembiayaan
e. Peran serta masyarakat
Namun bila diperhatikan, konsep ini sebetulnya berlaku tidak hanya untuk
pendekatan pemecahan masalah persampahan, tetapi untuk sektor lain yang
umumnya terkait dengan pelayanan masyarakat. Oleh karenanya kelima
komponen tersebut lebih tepat disebut sebagai aspek-aspek penting yang
mempengaruhi manajemen persampahan.
a. Peraturan/hukum
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan
dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi,
ketertiban masyarakat, dan sebagainya. Peraturan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang
mengatur tentang:
1) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah
2) Rencana induk pengelolaan sampah kota
3) Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
4) Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan
5) Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
6) Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar
daerah, atau kerjasama dengan fihak swasta.
b. Kelembagaan dan organisasi
Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi
disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut
aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah kota, dan
memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan
pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
1) Peraturan pemerintah yang membinanya
2) Pola sistem operasional yang diterapkan
7
3) Kapasitas kerja sistem
4) Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.
Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola sampah kota
secara formal adalah seperti yang diarahkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
sebagai departemen teknis yang membina pengelola persampahan perkotaan di
Indonesia. Bentuk institusi pengelolaan persampahan kota yang dianut di
Indonesia:
1) Seksi Kebersihan di bawah satu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
(PU) terutama apabila masalah kebersihan kota masih bisa ditanggulangi
oleh suatu seksi di bawah dinas tersebut
2) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah suatu dinas, misalnya
Dinas PU terutama apabila dalam struktur organisasi belum ada seksi
khusus di bawah dinas yang mengelola kebersihan, sehingga lebih
memberikan tekanan pada masalah operasional, dan lebih mempunyai
otonomi daripada seksi
3) Dinas Kebersihan akan memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas ini perlu dibentuk karena aktivitas
dan volume pekerjaan yang sudah meningkat
4) Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan, merupakan organisasi pengelola
yang dibentuk bila permasalahan di kota tersebut sudah cukup luas dan
kompleks. Pada prinsipnya perusahaan daerah ini tidak lagi disubsidi oleh
pemerintah daerah (pemda), sehingga efektivitas penarikan retribusi akan
lebih menentukan. Bentuk ini sesuai untuk kota metropolitan.
c. Teknik operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar-dasar
perencanaan untuk kegiatan:
1) Pewadahan sampah
2) Pengumpulan sampah
3) Pemindahan sampah
4) Pengangkutan sampah
5) Pengolahan sampah
6) Pembuangan (sekarang: pemrosesan) akhir sampah.
8
Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan sejak
dari pewadahan sampah sampai dengan pembuangan akhir sampah. Teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri atas kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan
melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Pengelolaan sampah B3 rumah
tangga dikelola secara khusus sesuai aturan yang berlaku. Kegiatan pemilahan
dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Kegiatan
pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber.
d. Pembiayaan/ retribusi
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan sistem
pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan:
1) Biaya investasi
2) Biaya operasi dan pemeliharaan
3) Biaya manajemen
4) Biaya untuk pengembangan
5) Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.
Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar.
Diharapkan bahwa sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan menuju
pada 'pembiayaan sendiri', termasuk disini dengan pembentukan perusahaan
daerah. Sektor pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek, seperti:
1) Proporsi APBN/APBD pengelolaan sampah, antara retribusi dan biaya
pengelolaan sampah
2) Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan serta administrasi
3) Proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat
4) Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat
dalam membiayai program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan retribusi
dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh
pemerintah.
e. Peran serta masyarakat
9
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan
adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai
dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut:
1) Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
yang tertib dan teratur
2) Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat
3) Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan, yaitu di antaranya:
1) Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata
2) Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga
lingkungan
3) Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan
4) Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan
penyuluhan dalam programnya
5) Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai
dengan konsep pengelolaan yang ada.
10
Minimisasi limbah mencakup pencegahan pencemaran dan daur ulang serta
cara lain untuk mengurangi jumlah limbah yang harus diolah atau ditimbun.
Prioritas utama minimisasi limbah adalah reduksi pada sumbernya. Aktivitas yang
dapat mereduksi limbah lebih baik dilakukan daripada aktivitas mendaur ulang
limbah karena lebih mungkin untuk dilakukan dan dapat menghemat biaya.
Sedangkan pemanfaatan limbah melalui daur ulang dan perolehan kembali setelah
upaya reduksi pada sumber dilakukan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
sebelum melakukan meminimisasi limbah harus kita ketahui, seperti informasi
mengenai jenis material yang dapat direduksi ataupun dimanfaatkan kembali,
volume produksi limbah yang dihasilkan, upaya minimisasi limbah yang telah
dilakukan, analisis biaya untuk menentukan kemungkinan perubahan praktek
yang dilakukan, prioritas upaya berdasarkan peraturan yang berlaku, biaya,
volume, dan lainnya, serta identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi
limbah pada sumbernya, penggunaan kembali limbah, maupun daur ulang limbah
(Lee, 1992 dalam Munif, 2017).
Beberapa upaya minimisasi limbah antara lain, dengan reduksi pada sumber,
pemanfaatan limbah, dan pemilahan limbah, sebagai berikut:
11
Pencegahan (Preventive Maintenance), Pemilihan Teknologi dan Proses,
Pengelolaan bahan (material inventory, Pengaturan kondisi proses dan operasi
yang baik, Pengoperasian alat sesuai dengan kondisi yang optimum sehingga
dapat, Modifikasi atau subsitusi bahan, Penggunaan teknologi bersih.
2. Pemanfaatan Limbah
Pemanfaatan limbah merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas, dan tingkat bahaya penyebarannya di lingkungan, dengan cara
memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle),
dan perolehan kembali (recovery).
3. Pemilahan Limbah
Merupakan cara paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah
dengan melakukan pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau kontainer
plastik yang digunakan.
12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait
dengan penelitian. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari hasil wawancara
kepada petugas TPS Transfer Depo Mastrip dan pemulung.
3.3.1 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penulis langsung
terjun ke lapangan yang dijadikan objek penelitian dan penulis mendapatkan data
langsung dari lapangan dan dapat dikatakan sebagai data asli.
3.3.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh
peneliti kepada responden untuk mengetahui masalah-masalah yang ada
dilapangan.
13
14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
15
belakang, Namun apabila dilihat dari depan akan tampak bangunan yang tidak
bertingkat. Di dalam TPS Transfer Depo Mastrip dilengkapi dengan lubang
berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan untuk memindahkan sampah dari
tempat penampungan sampah sementara menuju Truck sampah. Truck sampah
akan diparkir di bawah TPS kemudian Sampah dari TPS akan dijatuhkan
langsung ke dalam truck. Sampah dari TPS Transfer Depo Mastrip diangkut ke
TPA Pakusari menggunakan satu truk dengan tiga kali pengangkutan dalam sehari
pada jam 08.00, jam 09.00 dan jam 10.30. TPS transfer Depo Mastrip slalu dalam
keadaan bersih setelah proses pengangkutan dan dikunci agar tidak ada yang
membuang sampah diluar jadwal pengangkutan.
Sampah sisa makanan dan sampah umum dikumpulkan dalam wadah
tertutup biasanya warga menggunakan kantong plastik berukuran 60 cm x 100 cm
atau 35 cm x 60 cm, kemudian diangkut menggunakan gerobak, sampah umum
dipindahkan ke TPS yang selanjutnya akan diambil oleh petugas dinas kebersihan.
Pembuangan untuk sampah rumah tangga dalam lingkup perumahan Mastrip,
Danau Toba, Jasmin, jalan Jawa, area kampus, jalan Sumatera, jalan PB Sudirman
dan Patrang dilakukan di Transfer Depo Mastrip berupa gerobak warga yang
berjumlah kurang lebih 50 gerobak dan gerobak motor yang berwarna kuning
digunakan untuk mengangkut sampah dari jalan. Pengangkutan sampah tidak
menunggu sampah sampai penuh. Gerobak sampah warga terbuat dari besi yang
berukuran 1 m x 2m, bagian dalam permukaan gerobak rata. Sementara itu,
gerobak motor berwarna kuning berukuran 1,5 m x 1 m. Gerobak motor kuning
terbuat dari besi yang kuat dengan kondisi layak pakai, bagian dalam permukaan
gerobak rata.
Pengangkutan sampah rumah tangga dilakukan secara bersamaan dengan
sampah umum. Petugas yang mengangkut sampah adalah petugas kebersihan dari
Cipta Karya. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan shift kerja.
Namun tidak ada pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala. Pengangkutan
yang sesuai prosedur dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi hari
pukul 05.30 WIB dan pukul 09.00 WIB sedangkan pada siang hari pukul 11.30
WIB.
16
4.2 Hasil wawancara.
17
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tidak ada keluhan kesehatan yang dialami oleh pemulung, tetapi pemulung
beberapa kali pernah tetusuk benda tajam, seperti jarum suntik, kaca, dan lain
sebagainya.
2. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Transfer Depo Mastrip berupa
ruangan berukuran 15 m x 7 m x 2 m berdinding dan bercat biru dengan
bagian atas yang terbuka dengan dilengkapi pintu yang bisa dikunci dan
dilengkapi jadwal pengangkutan sampah dan terletak di dekatnya SMA
Muhammadiyah Jember. Jadwal pengangkutan sampah dilakukan pada jam
05.30 s/d 07.30, 09.00 s/d 10.30, dan 11.00 s/d 11.30. TPS Transfer Depo
Mastrip dulunya dikelola oleh Dinas Pekerja Umum (DPU) dan sekarang
pindah tangan ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Jember. TPS Transfer Depo
Mastrip memiliki seorang petugas yang bertanggung jawab mengelola TPS
tersebut, namanya adalah bapak Samsuri. Di dalam TPS Transfer Depo
Mastrip dilengkapi dengan lubang berukuran 1m x 2m, lubang ini bertujuan
untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan sampah sementara
menuju Truck sampah.
5.2 Saran
Perlu adanya himbauan kepada para pemulung untuk menggunakan alat
pelindung diri seperti masker, sepatu boot, dan sarung tangan sehingga dapat
meminimalisir keluhan kesehatan yang disebabkan oleh dampak negatif dari
sampah saat bekerja sebagai pemulung.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.atobasahona.com/2016/10/pembagian-jenis-jenis-sampah.html
(diakses pada 18 Mei 2017)
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-
sampah.html (diakses pada 18 Mei 2017)
Munif. 2017. Minimisasi Limbah.
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/minimisasi-limbah/ (diakses
pada 17 Mei 2017)
Damanhuri, E. dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung. [Serial Online] kuliah.ftsl.itb.ac.id/tl-3104-pengelolaan-sampah/.
(Diakses pada tanggal 10 Mei 2017).
19
LAMPIRAN
20
Gb 3. Transfer Depo Mastrip dilihat dari sisi belakang.
21
Gb 5. Gerobak Sampah yang Digunakan untuk Mengangkut Sampah dari Perumahan
warga
22
Gb 7. Sampah yang ada di TPS Transfer Depo Mastrip
23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id
JUMLAH SAMPAH YANG MASUK Satu dump truk dengan tiga kali
PERHARI pengangkutan (volume setiap dump truck 6 -
33 m3)
24
PENGELOLAAN SAMPAH Jadwal pengelolaan sampah dilakukan pada
pukul 05.30 s/d 07.30, 09.00 s/d 10.30, dan
11.00 s/d 11.30.
25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal BotoKotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id
Panduan Pertanyaan
1. Berapa lama anda bekerja mengangkut sampah?
Kurang lebih 12 tahun
2. Bagaimana kesehatan anda saat ini?
Alhamdulillah selama belasan tahun saya bekerja di sini tidak ada keluhan
kesehatan yang saya rasakan. Karena saya menjaga pola hidup sehat dengan
tidak merokok dan memakai alat pelindung diri seperti masker dan sepatu bot.
26
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal BotoKotak Pos 159 Jember 68121
Telp. (0331) 337878, 331743 Faksimile : (0331) 322995
Laman : www.fkm.unej.ac.id
Panduan Pertanyaan
1. Mulai memulung dari jam berapa sampai jam berapa ?
Saya biasa memulung dari jam 19.00 sampai pagi karena menunggu
sampah yang datang sampai pagi. Baru setelah sampahnya tidak ada saya
baru pulang ke rumah.
27
5. Bapak tinggal di rumah bersama siapa?
Saya tinggal dirumah dengan 3 orang anak dan istri.
10. Apakah selama bekerja sebagai pemulung bapak pernah mengalami keluhan
kesehatan?
Tidak pernah, alhamdullilah saya sehat-sehat saja selama bekerja sebagai
pemulung. Saya juga tidak pernah merasakan sesak nafas, alergi, gatal dan
linu-linu.
28