DASAR TEORI
menggemburkan tanah. Cara ini memberikan hasil yang akurat. Cara lain adalah dengan
mengasumsikan kecepatan rata-rata ripper yang bekerja pada suatu area. Dengan diketahuinya
jarak yang ditempuh pada setiap pass maka waktu berangkat dapat dicari. Total waktu siklus
merupakan penambahan waktu berangkat dengan waktu yang dibutuhkan ripper untuk
mengangkat atau menurunkan cakarnya.
Box Cut , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
V Cut , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan.
Corner Cut , yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalahsatu sudut
Menurut daya ledak yang ditimbulkan, bahan peledak secara umum dibagi menjadi
1. Low Explosive, Ciri-ciri :
Jangkauan ledakan < 1000 m / dtk, dengan ciri-ciri :
Reaksi peledakannya relatif lambat
Tidak seluruh bahan peledak berubah dari fase padat menjadi fase gas, sehingga
"shattering effect".
Contoh : ANFO, Dinamit, TNT (Tri Nitro Toluen), dan Gelatine.
Cara mentransfer bahan ledak ke lubang bor dengan menggunakan MMU (Manufracture
Mobile Unit) yaitu kendaraan yang dilengkapi dengan atangki berisi ANFO dan memiliki
pelindung berupa baja dibagian dalam tangki dan memiliki pipa untuk meyemburkan ANFO
ke dalam lubang bor.
3.2.1 Loader
Loader adalah alat pemuat material hasil galian/gusuran alat lain yang tidak dapat
langsung dimuatkan ke alat angkut, misalnya Bulldozer, Grader, dll. Pada prinsipnya Loader
adalah alat pembantu untuk memuatkan dari stockpile ke kendaraan angkut atau alat-alat lain,
di samping dapat juga berfungsi untuk pekerjaan awal, misalnya clearing ringan, menggusur
bongkaran, menggusur tonggak kayu kecil, menggali fondasi basement, dan lain-lain. Sebagai
pengangkut material dalam jarak pendek juga lebih baik dari pada Bulldozer, karena pada
Bulldozer ada material yang tercecer, sedang pada Loader material tidak ada yang tercecer.
Macam Loader ditinjau dari alat untuk bergeraknya dibedakan dua macam:
1. Loader dengan roda rantai (crawler mounted)
2. Loader dengan roda karet (wheel loader)
L loading, truk di belakang Loader, kemudian lintasan seperti membuat garis tegak
lurus
3.2.2 Excavator
Excavator merupakan alat yang dapat berfungsi sebagai alat gali dan muat suatu material.
Berbeda dengan Loader, Excavator dapat bekerja sebagai penggali material (excavating),
dengan tingkat kekerasan tertentu lalu memuatnya (loading) ke alat angkut. Fungsi lain
Excavator adalah mampu mengangkat beban (lifting) dan menghancurkan material lunak
hingga keras (hammering). Namun, dimensi excavator terbilang lebih kecil dibanding Loader
karena kapasitas Excavator bergantung oleh besarnya kapasitas Bucket.
Macam Excavator ditinjau dari alat untuk bergeraknya dibedakan dua macam:
1. Excavator dengan roda rantai (crawler mounted)
2. Excavator dengan roda karet (wheel excavator)
Excavator yang paling umum digunakan memiliki bucket dengan arah kebelakang
(Back Hoe). Perbedaanya dengan Loader, Back Hoe Excavator memiliki dimensi angkat lebih
tinggi namun kapasitas bucket lebih kecil jika dibandingkan Loader.
Roda penggeraknya adalah roda-roda depan (front wheel drive). Pada umumnya lebih
Roda penggeraknya adalah rida-roda depan dan belakang (four wheel drive), sehingga
daya dorongnya lebih besar. Oleh sebab itu truk jenis ini banyak dipakai padfa jalur-
2. Berdasarkan cara mengosongkan muatan, ada tiga macam cara truk jungkit mengosongkan
muatannya, yaitu :
Pemilihan macam pengosongan truk tergantung dari keadaan tempat kerja, artinya
tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site)
Kerangka (body) bak-nya pada umumnya terbuat dari baja yang tahan abrasi. Pada saat
ini sudah ada kerangka bak yang terbuat dari paduan (alloy) alumunium, sehingga lebih
ringan, tetapi tetap kuat dan tahan abrasi.
3. Berdasarkan ukurannya truk jungkit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
thumb) dapat dikatakan bahwa kapasitas minimum dari truk kira-kira 4-5 kali kapasitas alatgali atau alat muatnya.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat angkut. Produksi
adalah laju material yang dapat dipindahkan per satuan waktu (biasanya per jam). Untuk
memperoleh angka produksi ada 4 parameter yang harus diperhitungkan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Gambar 3.6 Hino Dump Truck FM 260 dan Excavator Hitachi Zaxis 350
3.4. Alat Bantu Infrastruktur (Support Equipment)
Alat bantu (support equipment) merupakan alat yang berguna sebagai penyokong
berjalannya kegiatan penambangan. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam kegiatan
penambangan batubara metode open pit seperti Grader, Compactor, dan Water Truck.
Water truck merupakan truck yang memiliki fungsi sebagai pembersih jalan angkutan
(haul road) dari debu dan material-material yang tercecer saat truck sedang hauling. Cara
kerja water truck adalah dengan cara menembakkan air dari tangki dengan kapasitas tertentu
(umumnya 20-50 kiloLiter) atau dengan selang air.
kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar
pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO (First In First Out), dimana batubara
yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut:
1. Kontrol Temperatur dan Swabakar
2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping
3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara
4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out )
Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga
sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka
panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran
batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile
juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk
menyiapkan produk dari satu tipe material dimana kualitas batubara dan distribusi ukuran
disamakan.
Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara
dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen
stockpile adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording
batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile,
termasuk recording batubara yang tersisa (coal balance).
2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan
aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan
terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan
pemanasan batubara.
3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya
mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas alat dozer (dozing)
di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara.
4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara
control temperatur untuk mengantipasi self heating.
5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan
Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat di stockpile.
6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup
usaha yaitu: Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah
air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal).
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan
Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan
setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti.
8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang
dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan
suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat
dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara
yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum
didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile
harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile.
9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang
cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile.
10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal
ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage air.
Pengaturan penyimpanan (Storage Management) batubara sangat penting karena hal ini
berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di
stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang
berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi
terhadap
pemeliharaan
kuantitas
karena
suatu
pengaturan
penyimpanan
harus
mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area
yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan
berorientasi
pada
pemeliharaan
kualitas
karena
desain
suatu
stockpile
harus
Handling and Processing Plant (CHPP). Pada Pengolahan Batubara atau Coal Blending
bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal
dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi
jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses
pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara
merata menggunakan Crusher.
Pencampuran Batubara atau Coal Mixing merupakan salah satu tipe batubara yang
tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari
dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan hasil coal mixing ini bisa dilakukan di dekat
Pelabuhan atau di tempat penyimpanan batubara sebelum di angkut ke tongkang (loading
barge). Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih
dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai
parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta
cara pengujiannya.
3.6.1. Crusher
Crusher adalah equipment yang berfungsi untuk memecah material seperti batu kapur,
batu silika, clay, coal, dan klinker menjadi ukuran yang dinginkan. Crusher dapat digolongkan
ke dalam berbagai type antara lain :
1. Tipe impact
Impact crusher
Hammer crusher
2. Tipe compression
Roller crusher
Gyratory crusher
Jaw crusher
3.6.1.1. Roll Crusher
3.6.1.1.1. Prinsip Kerja dan Mekanisme Alat
Prinsip kerja dari crusher ini yakni dengan menggunakan dua buah roller yang
dilengkapi dengan gigi gigi dimana satu roller tetap dan roller lainnya bergerak. Jarak kedua
roller dapat diatur untuk mendapatkan derajat reduksi tertentu. Putaran kedua roller ini
berlawanan arah sehingga material yang diumpankan dipecah dengan cara menggilasnya
diantara kedua roller tersebut. Permukaan roll bisa rata, berkerut atau bergigi. Untuk
batubara dimana diperlukan rasio pereduksiannya tinggi dan hasil yang bagus, beberapa
bentuk permukaan biasanya dipilih sekaligus.
Roll crusher biasanya digunakan untuk mereduksi material yang keras. Karakteristik
mesin peremuk tipe ini adalah termasuk berkecepatan rendah dan relatif memiliki rasio
reduksi yang rendah, berkisar 3 : 1 sampai
laju keausan alat ini relatif rendah. Produk dari crusher tipe ini biasanya berbentuk butiran
(gravel) dan sedikit yang berbentuk halus. Kandungan air yang pada material yang melebihi
5% akan menyulitkan operasi crusher, karena akan menyebabkan terjadinya penyumbatan
penyumbatan, terkecuali untuk roller crusher. Menurut operasinya roller crusher dan
gyratory crusher termasuk klasifikasi kontinyu sedangkan jaw crusher termasuk intermittent.
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh
sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan
macam reduksi yang diinginkan.
3.6.1.1.2. Jenis-Jenis Roll Crusher
Roll crusher terdiri dari dua macam yaitu single roll-crusher dan double roll-crusher.
1. Single Roll-Crusher
Single roll-crusher biasanya digunakan untuk penghancuran primer. Mesin ini terdiri
dari satu roll penghancur dan besi landasan yang melengkung. Besi landasan biasanya
berada pada bagian atas untuk melewatkan material yang terperangkap tanpa merusak
mesin. Kebanyakan single roll-crusher dipasang dengan pin penjepit atau bentuk lainnya
untuk melindungi system pengendali. Rasio pereduksian pada crushing primer biasanya
antara 4:1 dan 6:1. sedangakn untuk crushing sekunder antara 200 mm dan 20 mm.
2. Double roll-crusher
Double atau tripel stage single roll merupakan pengembangan dari ukuran pereduksian
bentuk primer dan sekunder unit single. Double roll-crusher yang digunakan untuk crushing
primer dapat mereduksi batubara run of mine di atas 1 m3 menjadi berukuran sekitar 350100 mm, tergantung pada sifat batubara. Mesin ini dapat digunakan sebagai secondary rawcoal crusher, middling crusher atau produk sizing crusher. Secara luas digunakan untuk
menghasilkan stok produk dimana kelebihan serbuk halus harus dihindari. Dari umpan yang
berukuran 350 mm, Double roll-crusher dapat menghancurkan batubara yang berukuran 50
dan 20 mm. kapasitas semua double roll-crusher antara 10 2000 t/unit dengan konsumsi
tenaga 5 100 KW.
Ga
mbar 3.12 Double Roll Crusher
3.6.1.1.2 Kapasitas Roll Crusher
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan
jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak
seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras.
Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Q= x 60 x x D x L x W x
dimana :
Q = Kapasitas Roll Crusher (ton/jam)
= Jumlah putaran (rpm)
D = diameter roll (m)
W = lebar permukaan roll (m)
= berat jenis material (ton/m3)
L = jarak antar roll (m)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
m. Motor Penggerak: Biasanya dipergunakan motor listrik untuk menggerakkan drive pulley.
Tenaga (HP) dari motor harus disesuaikan dengan keperluan, yaitu :
- Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan anatara idler dengan
-
komponen lain.
Menggerakkan muatan secara mendatar.
Mengankut muatan secara tegak (vertical).
Menggerakkan tripper dan perlengkapan lain.
Memberikan percepatan pada belt yang bermuatan bila sewaktu-waktu diperlukan.
dimana :
Q = Kapasitas BLC (ton/jam)
A = Luas penampang melintang muatan di atas berjalan (m2)
K = Nilai koefisien sudut tumpah
v = Kecepatan ban berjalan (m/menit)
S = Nilai koefisien sudut Inklinasi
D = Density material yang diangkut (ton/m3)
d. Memastikan pengangkutan batubara dari port menuju transshipment point berjalan tepat
waktu.
e. Menentukan jumlah tug boat yang akan membawa tongkang menuju mother vessel.
f. Melakukan monitoring dan controlling tug boat dan tongkang saat perjalanan (shipping)
menuju transhipment point.
g. Menjaga kualitas batubara yang akan di kirim, sehingga diperlukan diperlukan tenaga
surveyor untuk menentukan kualitas batubara dan tonase batubara di tongkang sebelum
tongkang dibawa menuju mother vessel dalam kegiatan draught survey.
h. Melakukan pengurusan dokumen-dokumen resmi seperti sertifikat kesepakatan jual-beli,
surat resmi Dinas Perdagangan, dll.