Anda di halaman 1dari 20

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Pembongkaran Tanah (Land Clearing)


Pada kegiatan pembongkaran tanah penutup, dapat dilakukan dengan metode
penggarukan (ripping) dengan alat garuk (ripper) dan metode peledakan (blasting).

3.1.1 Alat Garuk (Ripper)


Ripper merupakan traktor dengan fungsi utama sebagai alat bajak. Pada kegiatan
penambangan, Ripper berfungsi sebagai pembongkar material penutup (Top Soil) yang
nantinya akan ditranspor menuju disposal area. Disposal Area adalah tempat penimpunan
material lapisan tanah penutup yang bertujuan untuk menjaga sifat asli dari tanah tersebut
untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi. Ripper digunakan pada material batuan yang
sifatnya lunak hingga keras. Jika material batuan yang ingin di bongkar sifatnya sangat keras,
maka menggunakan metode peledakan (blasting).
Ripper memiliki batang baja berujung lancip (blade) yang dipasang di bagian belakang
bulldozer (traktor) untuk memecahkan (membajak) lapisan batuan atau material yang keras.
Jumlah cakar ripper antara satu sarnpai lima buah. Bentuk dari blade ada 2 macam, lurus dan
lengkung. Blade lurus dipakai untuk material yang padat dan batuan berlapis. Sedangkan
shank yang lengkung dipakai untuk batuan yang retak.
Gerakan pada ripper ada dua tipe yaitu tipe lengkung (arc) dan paralel. Tipe arc
merupakan gerakan yang sederhana, namun kadang roda belakang traktor terangkat sehingga
kemampuan tahan kurang. Pada tipe paralel gigi masuk dari arah atas sehingga menambah
traksi alat. Tipe ini baik digunakan pada material keras.
Perhitungan produktivitas ripper sangat sulit untuk diperkirakan. Salah satu faktornya
adalah pekerjaan dengan penggunaan ripper bukanlah pekerjaan yang dilakukan terusmenerus. Biasanya pekerjaan ini dilakukan bersama-sama dengan pemuatan material,
sehingga kadang kala di lapangan kita dapat melihat bahwa sebuah traktor dipasangkan blade
dan ripper pada waktu bersamaan.
Perhitungan produktivitas ripper dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama
adalah dengan mengukur potongan topografi di lapangan dan waktu yang dibutuhkan untuk

menggemburkan tanah. Cara ini memberikan hasil yang akurat. Cara lain adalah dengan
mengasumsikan kecepatan rata-rata ripper yang bekerja pada suatu area. Dengan diketahuinya
jarak yang ditempuh pada setiap pass maka waktu berangkat dapat dicari. Total waktu siklus
merupakan penambahan waktu berangkat dengan waktu yang dibutuhkan ripper untuk
mengangkat atau menurunkan cakarnya.

3.1.2. Peledakan (Blasting)


Peledakan merupakan kegiatan yang bertujuan melepas lapisan batuan penutup yang
sangat keras. Terdapat 3 tujuan utama dalam peledakan :
1. Membuat rekahan pada sasaran batuan yang ingin diledakkan
2. Memecah atau membongkar batuan
3. Melepas dan memindah batuan menuju free space (ruang bebas hambatan)
Dalam peledakan, diperlukan bahan peledak sebagai pemicu ledak. Pengertian bahan
peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, gas
atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal
akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat yang hasil reaksinya sebagian
atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia
lebih stabil. Bahan peledak memiliki 3 campuran bahan yaitu:
1. Zat kimia yang mudah bereaksi yang fungsinya sebagai explosive base, yaitu :

N.G (Nitroglyserine) C3H5 (NO3)3


TNT(Tri Nitro Toluence) C6H2CH3 (NO2)3
Nitrocellulose / gun cotton (C6H7 (NO3)3 O2) x
Nitrostearach (C6H7 (NO3)3 O2) x
Dinitroluence C7N2O4H6
Ethylene glycoldinitrate C2H4(NO3)2
Fulminate (campuran HNO3 + alkohol), biasanya dicampur dengan metal

Pb/Hg/Cu/Ag sebagai detenator (pemulai ledakan).


2. Oksidator yang fungsinya memberikan O2, yaitu : KClO3, NaClO3, NaNO3, NH4NO3,
dan KNO3.
3. Zat penyerap / tambahan terdiri dari serbuk kayu, serbuk gandum, serbuk batubara,
serbuk belerang, chalk (CaCO3), oksida seng dan Kieselguhr / silika (SiO2).
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang lubang ledak dalam
satu baris dengan lubang ledak pada garis berikutnyaataupun antar lubang ledak satu dengan
lainnya.

Pola peledakan ditentukanberdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan


material yang diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan batuan , pola peledakandiklasifikasikan
sebagai berikut:

Box Cut , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan

membentuk kotak.
V Cut , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan.
Corner Cut , yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalahsatu sudut

dari bidang bebasnya.


Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut:
Pola peledakkan serentak, adalah suatu pola peledakan yang terjadi secara serentak

untuk semua lubang ledak.


Pola peledakkan beruntun, adalah suatu pola yang menerapkan peledakan dengan
waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.

Menurut daya ledak yang ditimbulkan, bahan peledak secara umum dibagi menjadi
1. Low Explosive, Ciri-ciri :
Jangkauan ledakan < 1000 m / dtk, dengan ciri-ciri :
Reaksi peledakannya relatif lambat
Tidak seluruh bahan peledak berubah dari fase padat menjadi fase gas, sehingga

menimbulkan tekanan dan temperatur yang tinggi.


Menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat (deflagration) dan tidak
(sodium nitrat dan sulfur), black powder ada 2 (dua) jenis yaitu Black Blasting

Powder yang berbentuk butiran dan Pellet Powder.


2. High Explosive, Ciri-ciri :
Jangkauan ledakan > 1500 meter / detik
Reaksi peledakan cepat
Seluruh bahan peledak berubah dari fase padat menjadi fase gas.
Menghasilkan getaran gelombang yang tinggi yang diikuti oleh reaksi kimia yang
menyediakan energi untuk kelanjutan propagasi secara stabil yang menimbulkan

"shattering effect".
Contoh : ANFO, Dinamit, TNT (Tri Nitro Toluen), dan Gelatine.

Cara mentransfer bahan ledak ke lubang bor dengan menggunakan MMU (Manufracture
Mobile Unit) yaitu kendaraan yang dilengkapi dengan atangki berisi ANFO dan memiliki
pelindung berupa baja dibagian dalam tangki dan memiliki pipa untuk meyemburkan ANFO
ke dalam lubang bor.

Gambar 3.2 Mixing Mobile Unit

3.2. Alat Muat (Loader)

3.2.1 Loader
Loader adalah alat pemuat material hasil galian/gusuran alat lain yang tidak dapat
langsung dimuatkan ke alat angkut, misalnya Bulldozer, Grader, dll. Pada prinsipnya Loader
adalah alat pembantu untuk memuatkan dari stockpile ke kendaraan angkut atau alat-alat lain,
di samping dapat juga berfungsi untuk pekerjaan awal, misalnya clearing ringan, menggusur
bongkaran, menggusur tonggak kayu kecil, menggali fondasi basement, dan lain-lain. Sebagai
pengangkut material dalam jarak pendek juga lebih baik dari pada Bulldozer, karena pada
Bulldozer ada material yang tercecer, sedang pada Loader material tidak ada yang tercecer.
Macam Loader ditinjau dari alat untuk bergeraknya dibedakan dua macam:
1. Loader dengan roda rantai (crawler mounted)
2. Loader dengan roda karet (wheel loader)

Gambar 3.3 Crawler Loader Cat D85 SS


Loader bekerja dengan gerakan dasar pada bucket dan cara membawa muatan untuk
dimuatkan ke alat angkut atau alat yang lain. Gerakan bucket yang penting ialah menurunkan
bucket diatas permukaan tanah, mendorong ke depan (memuat /menggusur), mengangkat
bucket, membawa dan membuang muatan. Apabila material harus dimuatkan ke alat angkut,
misalnya truk, ada beberapa cara pemuatan ialah :

V loading, ialah cara pemuatan dengan lintasan seperti bentuk huruf V

L loading, truk di belakang Loader, kemudian lintasan seperti membuat garis tegak
lurus

3.2.2 Excavator
Excavator merupakan alat yang dapat berfungsi sebagai alat gali dan muat suatu material.
Berbeda dengan Loader, Excavator dapat bekerja sebagai penggali material (excavating),
dengan tingkat kekerasan tertentu lalu memuatnya (loading) ke alat angkut. Fungsi lain
Excavator adalah mampu mengangkat beban (lifting) dan menghancurkan material lunak
hingga keras (hammering). Namun, dimensi excavator terbilang lebih kecil dibanding Loader
karena kapasitas Excavator bergantung oleh besarnya kapasitas Bucket.
Macam Excavator ditinjau dari alat untuk bergeraknya dibedakan dua macam:
1. Excavator dengan roda rantai (crawler mounted)
2. Excavator dengan roda karet (wheel excavator)
Excavator yang paling umum digunakan memiliki bucket dengan arah kebelakang
(Back Hoe). Perbedaanya dengan Loader, Back Hoe Excavator memiliki dimensi angkat lebih
tinggi namun kapasitas bucket lebih kecil jika dibandingkan Loader.

Gambar 3.4 Excavator Liebher R-984 C


3.3. Alat Angkut (Hauler)
3.3.1. Dump Truck (Off Highway Truck)
Alat angkut yang paling umum digunakan di tambang terbuka adalah dump truck.
Dump Truck dirancang khusus untuk kondisi jalan tambang (bukan aspal). Alat angkut ini
dipakai untuk mengangkut : tanah, endapan bijih, batuan, dan material lunak hingga keras
lainnya.
Kecepatannya dan produksinya tinggi serta bersifat fleksibel, artinya dapat dipakai
untuk mengangkut bermacam-macam material yang mempunyai bentuk dan jumlah yang
beraneka ragam pula dan tidak terlalu tergantung pada jalur jalan.

Dump Truck dapat digolong-golongkan berdasarkan beberapa cara, antara lain :


1. Berdasarkan macam roda penggeraknya (wheel drive):

Roda penggeraknya adalah roda-roda depan (front wheel drive). Pada umumnya lebih

lambat dan cepat aus ban-ban depannya.


Roda penggeraknya adalah roda-roda belakang (rear wheel drive or standard). Tipe
truk yang paling banyak dipergunakan pada saat ini, karena keausan ban-ban
depannya lebih rendah.

Roda penggeraknya adalah rida-roda depan dan belakang (four wheel drive), sehingga
daya dorongnya lebih besar. Oleh sebab itu truk jenis ini banyak dipakai padfa jalur-

jalur jalan yang becek dan lembek.


Roda penggeraknya adalah semua roda-roda belakang (double rear wheel drive). Pada
umumnya roda penggerak jenis ini dipakai untuk truk-truk yang berkapasitas besar
dan dipakai untuk jalur jalan yang daya dukungnya rendah.

2. Berdasarkan cara mengosongkan muatan, ada tiga macam cara truk jungkit mengosongkan
muatannya, yaitu :

End dump or rear dump, atau mengosongkan muatan ke belakang.


Side-dump, atau mengosongkan muatan ke samping.
Bottom-dump, atau mengosongkan muatan ke arah bawah

Pemilihan macam pengosongan truk tergantung dari keadaan tempat kerja, artinya
tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site)
Kerangka (body) bak-nya pada umumnya terbuat dari baja yang tahan abrasi. Pada saat
ini sudah ada kerangka bak yang terbuat dari paduan (alloy) alumunium, sehingga lebih
ringan, tetapi tetap kuat dan tahan abrasi.
3. Berdasarkan ukurannya truk jungkit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

Ukuran kecil, yaitu truk-truk yang mempunyai kapasitas sampai 25 ton.


Ukuran sedang, yaitu yang mempunyai kapasitas antara 25-100 ton.
Ukuran besar, yaitu yang memiliki kapasitas di atas 100 ton.
Cara pemilihan ukuran truk memang agak sukar, tetapi sebagai pegangan (rule of

thumb) dapat dikatakan bahwa kapasitas minimum dari truk kira-kira 4-5 kali kapasitas alatgali atau alat muatnya.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat angkut. Produksi
adalah laju material yang dapat dipindahkan per satuan waktu (biasanya per jam). Untuk
memperoleh angka produksi ada 4 parameter yang harus diperhitungkan, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Waktu edar (cycle time)


Efisiensi kerja
Kondisi jalan angkut
Material.

Umumnya pemindahan material dihitung berdasarkan volume (m 3), sedangkan pada


material batubara biasanya dinyatakan dalam bentuk tonase.

Gambar 3.5 Dump Truck Cat 775D

3.3.2. Truck HINO


Termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena alat ini dapat mengangkut
material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau
yang relatif kecil. Truck HINO akan mengangkut material batubara dari pit menuju stockpile
dengan jarak yang relatif jauh, dikarenakan memiliki dimensi yang kecil dan lebih cocok di
jalan angkutan (haul road) serta memiliki kecepatan lebih baik dibanding Off Highway Truck.

Gambar 3.6 Hino Dump Truck FM 260 dan Excavator Hitachi Zaxis 350
3.4. Alat Bantu Infrastruktur (Support Equipment)

Alat bantu (support equipment) merupakan alat yang berguna sebagai penyokong
berjalannya kegiatan penambangan. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam kegiatan
penambangan batubara metode open pit seperti Grader, Compactor, dan Water Truck.

3.4.1. Alat Perata Jalan (Grader)


Grader / Motor Grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai perata
bentuk permukaan tanah, biasanya digunakan di jalan angkutan (haul road) untuk membuat
kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Grader memiliki blade yang dapat diatur tingkat
kemiringannya sebagai pengatur besar sudut permukaan jalan yang di tentukan.

Gambar 3.7 Grader Cat 14 M

3.4.2. Alat Pemadat (Compactor)


Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan
pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan
jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Alat Pemadat ada berbagai jenis,
diantaranya; Three Wheel Roller, Tandem roller, Pneumatic Tired Roller, dan Sheep Foot
Roller. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun pada intinya sama yaitu
sebagai alat pemadat.

3.4.3. Truk Air (Water Truck)

Water truck merupakan truck yang memiliki fungsi sebagai pembersih jalan angkutan
(haul road) dari debu dan material-material yang tercecer saat truck sedang hauling. Cara
kerja water truck adalah dengan cara menembakkan air dari tangki dengan kapasitas tertentu
(umumnya 20-50 kiloLiter) atau dengan selang air.

Gambar 3.9 Water Truck

3.5. Penyimpanan Batubara (Coal Stockpiling)


Dalam pengertian stockpiling atau tempat penyimpanan batubara, kita perlu mengetahui
dahulu Manajemen Stockpile (Stockpile Management). Stockpile Management merupakan
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan rencana, dan efisien berarti bahwa tugas yang telah ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan.
Dalam kaitanya dengan fungsi dari ROM (Run Off Mine) stockpile batubara sebagai
tempat penimbunan sementara maka diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat.
Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan
batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan
pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah
terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan,
upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya
genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan batubara dapat
dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak
terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan

kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar
pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO (First In First Out), dimana batubara
yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai berikut:
1. Kontrol Temperatur dan Swabakar
2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping
3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara
4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out )
Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Juga
sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka
panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran
batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas stockpile
juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi yang bertujuan untuk
menyiapkan produk dari satu tipe material dimana kualitas batubara dan distribusi ukuran
disamakan.
Manajemen Stockpile menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara
dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen
stockpile adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi recording
batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile,
termasuk recording batubara yang tersisa (coal balance).
2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan
aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan
terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan
pemanasan batubara.
3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya
mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas alat dozer (dozing)
di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara.
4. Pemantauan kuantitas batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara
control temperatur untuk mengantipasi self heating.
5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan
Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat di stockpile.

6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup
usaha yaitu: Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah
air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal).
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan
Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan
setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti.
8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang
dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan
suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat
dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara
yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum
didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile
harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile.
9. Sebaiknya tidak membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang
cekung, hal ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile.
10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal
ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage air.
Pengaturan penyimpanan (Storage Management) batubara sangat penting karena hal ini
berkaitan dengan masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di
stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile yang
berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi
terhadap

pemeliharaan

kuantitas

karena

suatu

pengaturan

penyimpanan

harus

mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat semaksimum mungkin pada area
yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan lingkungan, sedangkan
berorientasi

pada

pemeliharaan

kualitas

karena

desain

suatu

stockpile

harus

mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk


pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas
produk dan lain-lain.

3.6. Pencampuran dan Pengolahan Batubara (Coal Mixing and Blending)


Dalam proses homogenisasi batubara, terdapat dua tipe pekerjaan yaitu blending dan
mixing. Kedua pekerjaan ini akan dikerjakan dalam proses yang dikenal sebagai Coal

Handling and Processing Plant (CHPP). Pada Pengolahan Batubara atau Coal Blending
bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal
dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi
jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses
pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara
merata menggunakan Crusher.
Pencampuran Batubara atau Coal Mixing merupakan salah satu tipe batubara yang
tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari
dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan hasil coal mixing ini bisa dilakukan di dekat
Pelabuhan atau di tempat penyimpanan batubara sebelum di angkut ke tongkang (loading
barge). Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih
dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai
parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta
cara pengujiannya.
3.6.1. Crusher
Crusher adalah equipment yang berfungsi untuk memecah material seperti batu kapur,
batu silika, clay, coal, dan klinker menjadi ukuran yang dinginkan. Crusher dapat digolongkan
ke dalam berbagai type antara lain :
1. Tipe impact
Impact crusher
Hammer crusher
2. Tipe compression
Roller crusher
Gyratory crusher
Jaw crusher
3.6.1.1. Roll Crusher
3.6.1.1.1. Prinsip Kerja dan Mekanisme Alat
Prinsip kerja dari crusher ini yakni dengan menggunakan dua buah roller yang
dilengkapi dengan gigi gigi dimana satu roller tetap dan roller lainnya bergerak. Jarak kedua
roller dapat diatur untuk mendapatkan derajat reduksi tertentu. Putaran kedua roller ini
berlawanan arah sehingga material yang diumpankan dipecah dengan cara menggilasnya
diantara kedua roller tersebut. Permukaan roll bisa rata, berkerut atau bergigi. Untuk
batubara dimana diperlukan rasio pereduksiannya tinggi dan hasil yang bagus, beberapa
bentuk permukaan biasanya dipilih sekaligus.

Roll crusher biasanya digunakan untuk mereduksi material yang keras. Karakteristik
mesin peremuk tipe ini adalah termasuk berkecepatan rendah dan relatif memiliki rasio
reduksi yang rendah, berkisar 3 : 1 sampai

8 : 1. karena memiliki kecepatan rendah, maka

laju keausan alat ini relatif rendah. Produk dari crusher tipe ini biasanya berbentuk butiran
(gravel) dan sedikit yang berbentuk halus. Kandungan air yang pada material yang melebihi
5% akan menyulitkan operasi crusher, karena akan menyebabkan terjadinya penyumbatan
penyumbatan, terkecuali untuk roller crusher. Menurut operasinya roller crusher dan
gyratory crusher termasuk klasifikasi kontinyu sedangkan jaw crusher termasuk intermittent.
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh
sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan
macam reduksi yang diinginkan.
3.6.1.1.2. Jenis-Jenis Roll Crusher
Roll crusher terdiri dari dua macam yaitu single roll-crusher dan double roll-crusher.
1. Single Roll-Crusher
Single roll-crusher biasanya digunakan untuk penghancuran primer. Mesin ini terdiri
dari satu roll penghancur dan besi landasan yang melengkung. Besi landasan biasanya
berada pada bagian atas untuk melewatkan material yang terperangkap tanpa merusak
mesin. Kebanyakan single roll-crusher dipasang dengan pin penjepit atau bentuk lainnya
untuk melindungi system pengendali. Rasio pereduksian pada crushing primer biasanya
antara 4:1 dan 6:1. sedangakn untuk crushing sekunder antara 200 mm dan 20 mm.
2. Double roll-crusher
Double atau tripel stage single roll merupakan pengembangan dari ukuran pereduksian
bentuk primer dan sekunder unit single. Double roll-crusher yang digunakan untuk crushing
primer dapat mereduksi batubara run of mine di atas 1 m3 menjadi berukuran sekitar 350100 mm, tergantung pada sifat batubara. Mesin ini dapat digunakan sebagai secondary rawcoal crusher, middling crusher atau produk sizing crusher. Secara luas digunakan untuk

menghasilkan stok produk dimana kelebihan serbuk halus harus dihindari. Dari umpan yang
berukuran 350 mm, Double roll-crusher dapat menghancurkan batubara yang berukuran 50
dan 20 mm. kapasitas semua double roll-crusher antara 10 2000 t/unit dengan konsumsi
tenaga 5 100 KW.

Ga
mbar 3.12 Double Roll Crusher
3.6.1.1.2 Kapasitas Roll Crusher
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan
jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak
seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras.
Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Q= x 60 x x D x L x W x
dimana :
Q = Kapasitas Roll Crusher (ton/jam)
= Jumlah putaran (rpm)
D = diameter roll (m)
W = lebar permukaan roll (m)
= berat jenis material (ton/m3)
L = jarak antar roll (m)

3.7. Belt Loading Conveyor (BLC)


3.7.1. Definisi dan Kegunaan BLC
Belt Conveyor adalah peralatan yang cukup sederhana yang digunakan untuk
mengangkut unit material dengan kapasitas besar. Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan
terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan pada belt conveyor ini dapat
dibuat dari berbagai jenis bahan. Misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun logam yang
tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk mengangkut bahan -bahan
yang panas, sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas.

Gambar 3.13 Belt Loading Conveyor


Fungsi belt conveyor adalah untuk mengangkut berupa unti atau curah dengan kapasitas
yang cukup besar, dan sesuai dengan namanya maka media yang digunakan berupa ban.
Konstruksi dari belt conveyor adalah :
1. Konstruksi arah pangangkutan horizontal
2. Konstruksi arah pengangkutan diagonal atau miring
3. Konstruksi arah pengangkutan horizontal dan diagonal
Karakteristik dan performance dari belt conveyor yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring


Kapasitas tinggi
Serba guna
Dapat beroperasi secara kontinyu
Kapasitas dapat diatur
Kecepatannya sampai dengan 600 ft/menit
Dapat naik/turun
Perawatan mudah

3.7.1. Bagian-Bagian Belt Conveyor


a. Belt : Fungsinya adalah untuk membawa material yang diangkut.
b. Idler : Gunanya untuk menahan atau menyangga belt. Menurut letak dan fungsinya maka
idler dibagi menjadi :
- Idler atas yang digunakan untuk menahan belt yang bermuatan.
- Idler penahan yaitu idler yang ditempatkan ditempat pemuatan.
- Idler penengah yaitu yang dipakai untuk menjajaki agar belt tidak bergeser dari jalur
yang seharusnya.
- Idler bawah Idler balik yaitu yang berguna untuk menahan belt kosong.
c. Centering Device : Untuk mencegah agar belt tidak meleset dari rollernya.
d. Unit Penggerak (drive units) : Pada Belt conveyor tenaga gerak dipindahkan ke belt oleh
adanya gesekan antara belt dengan pulley penggerak (drive pully), karena belt melekat
disekeliling pully yang diputar oleh motor.
e. Pemberat (take-ups or counter weight) : Yaitu komponen untuk mengatur tegangan belt dan
untuk mencegah terjadinya selip antara belt dengan pully penggerak, karena bertambah
panjangnya belt.
f. Bending the belt: Alat yang dipergunakan untuk melengkungkan belt; adalah:
- Pully terakhir atau pertengahan
- Susunan Roller-roller
- Beban dan adanya sifat kelenturan belt.
g. Pengumpan (feeder) : Adalah alat untuk pemuatan material keatas belt dengan kecepatan
teratur.
h. Trippers : Adalah alat untuk menumpahkan muatan disuatu tempat tertentu.
i. Pembersih Belt (belt-cleaner): Yaitu alat yang dipasang di bagian ujung bawah belt agar
material tidak melekat pada belt balik.
j. Skirts: Adalah semacam sekat yang dipasang dikiri kanan belt pada tempat pemuatan
(loading point) yang gterbuat dari logam atau kayun dan dapat dipasang tegak atau miring
yang gunanya untuk mencegah terjadinya ceceran.
k. Holdback: Adalah suatu alat untuk mencegah agar Belt conveyor yang membawa muatan
keatas tidak berputar kembali kebawah jika tenaga gerak tiba-tiba rusak atau dihentikan.
l.
Kerangka (frame): Adalah konstruksi baja yang menyangga seluruh susunanbelt
conveyor dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga jalannya belt yang berada
diatasnya tidak terganggu.

m. Motor Penggerak: Biasanya dipergunakan motor listrik untuk menggerakkan drive pulley.
Tenaga (HP) dari motor harus disesuaikan dengan keperluan, yaitu :
- Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan anatara idler dengan
-

komponen lain.
Menggerakkan muatan secara mendatar.
Mengankut muatan secara tegak (vertical).
Menggerakkan tripper dan perlengkapan lain.
Memberikan percepatan pada belt yang bermuatan bila sewaktu-waktu diperlukan.

3.6.2. Kapasitas Belt Loading Conveyor


Produktivitas BLC dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Q = 60 x A x v x S x D , dengan nilai A = K (0,9 0,05)2

dimana :
Q = Kapasitas BLC (ton/jam)
A = Luas penampang melintang muatan di atas berjalan (m2)
K = Nilai koefisien sudut tumpah
v = Kecepatan ban berjalan (m/menit)
S = Nilai koefisien sudut Inklinasi
D = Density material yang diangkut (ton/m3)

3.8. Barging dan Transhipment


Barging adalah prosess pemindahan batubara dari stockpile menuju tongkang (barge)
menggunakan barge loader conveyor atau dapat menggunakan dump truck. Sedangkan
Transhipment adalah proses pemindahan batubara dari tongkang menuju mother vessel.
Dalam kegiatan barging dan transhipment , beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah:
a. Menentukan schedule atau jadwal barging secara tepat, dengan mempertimbangkan aspekaspek seperti:
- Menentukan jadwal produksi batubara yang akan diproses di Coal Handling and
Processing Plant (CHPP).
- Ketersediaan batubara di stock ROM atau stockpile setelah proses crushing.
- Mempertimbangkan Stripping Ratio yang ditetapkan oleh perusahaan.
b. Melakukan monitoring dan controlling produksi, supaya barging tepat waktu dan tepat guna.
c. Ketepatan waktu dalam melakukan proses barging saat tongkang tiba di pelabuhan (port)
sehingga perusahaan tidak terkena denda karena overtime (demorage).

d. Memastikan pengangkutan batubara dari port menuju transshipment point berjalan tepat
waktu.
e. Menentukan jumlah tug boat yang akan membawa tongkang menuju mother vessel.
f. Melakukan monitoring dan controlling tug boat dan tongkang saat perjalanan (shipping)
menuju transhipment point.
g. Menjaga kualitas batubara yang akan di kirim, sehingga diperlukan diperlukan tenaga
surveyor untuk menentukan kualitas batubara dan tonase batubara di tongkang sebelum
tongkang dibawa menuju mother vessel dalam kegiatan draught survey.
h. Melakukan pengurusan dokumen-dokumen resmi seperti sertifikat kesepakatan jual-beli,
surat resmi Dinas Perdagangan, dll.

Gambar 3.14 Belt Loading Conveyor dan Tongkang


Dalam melakukan shipping, ada istilah shipping instruction yang harus disetujui dan
dilaksanakan oleh kedua pihak (penjual-pembeli) sebelum suatu perusahaan batubara
melakukan pemuatan atau loading batubara ke tongkang pembeli :
1. Jumlah Tug Boat yang digunakan.
2. Kuantiti atau jumlah tonase batubara yang harus dimuat dalam tongkang.
3. Port Discharge, yaitu lokasi pelabuhan tempat batubara akan di bongkar dari
tongkang.
4. Independent Surveyor yang telah disetujui oleh kedua pihak.
Setelah shipping instruction disetujui, maka perusahaan batubara sebagai penjual dapat
melakukan kegiatan loading batubara ke tongkang pembeli. Alur loading batubara menuju
tongkang :
1. Tongkang sampai di port.

2. Inisial draught survey oleh independent surveyor.


3. Pemberian info blending untuk mendapat mutu batubara yang diinginkan pembeli.
4. Loading batubara ke tongkang dengan conveyor atau dump truck.

Anda mungkin juga menyukai