Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN

KOTORAN MANUSIA

Zulfia Maharani, ST, MSi


Issue Air dan Sanitasi
Issue Kesehatan Lingkungan
Issue Keamanan
Pangan

Issue Pencemaran
Issue Pencemaran udara, limbah
udara, Tanah dan
dan radiasi & Kedaruratan
Kawasan
Lingkungan

LAJU DOSIS
RADIASI
GAMMA
DAERAH
MAMUJU,
SULAWESI 2
BARAT
Water and Sanitation Program
(WSP) Bank Dunia tahun 2007

121.000 kasus
diare/tahun

• Kerugian 58 Trilyun /tahun


Akibat 50.000 jiwa/ tahun meninggal
karena
atau
Rp. 265.000 /orang / tahun
sanitasi kasus diare
yang buruk

• Tercemarnya air bersih dengan Kerugian


Masalah pada sektor
14 trilyun/tahun atau Rp 63.000/orang
/tahun pariwisata
Air, sanitasi dan dampaknya
• 6 juta ton/tahun kotoran manusia dibuang langsung, akibatnya
badan air tercemar dan biaya pengolahan air bersih makin
mahal (Bank Dunia,2008)
• Setiap tambahan 1 mg/liter BOD di sungai, biaya produksi air
minum naik sebesar Rp. 9,17 per m3 (Bank Dunia, 2008)
• Prevalensi stunting di Indonesia: 37,2% (Riskesdas, 2013);
33,6% (Sirkesnas, 2016)
• Potensi stunting akan berkurang jika intervensi terfokus pada
perubahan perilaku sanitasi dan kebersihan
• Indonesia kehilangan 2,4% atau sekitar USD 6,3 miliar dari GDP
Indonesia karena hygiene dan sanitasi yang buruk serta
kurangnya akses air bersih (Bank Dunia, 2008)
Kondisi di Perkotaan
Kondisi sanitasi dan perilaku higiene di perkotaan tidak lebih baik
dari pedesaan dan lebih rumit karena karakteristik masyarakat
yang lebih beragam dan dinamis
• Pipa saluran air PDAM yang bocor di dalam got
• Meskipun sudah ada WC di rumah, tetapi limbah masih
disalurkan ke got atau sungai
• Keterbatasan ruang untuk membangun tangki septik dan
melakukan penyedotan lumpur tinja secara aman dan terjadwal
• Intervensi di perkotaan lebih rumit karena masyarakat dianggap
lebih dekat dengan sumber daya pendukung
• Masalah keuangan dan kelembagaan lebih rumit dan kritis
Regulasi
UU no 36 /2009 Perpres no. 2/2015 Perpres no 185/2014
tentang RPJMN tentang Percepatan
tentang Kesehatan Penyediaan Air Minum
• Pasal 6 2015-2019 dan Sanitasi
• Setiap orang berhak • Universal Akses 2019 • Pasal 2
mendapatkan lingkungan infrastruktur dasar : • Prinsip penyediaan air minum &
• yang sehat bagi pencapaian • Air minum sanitasi  Non diskriminatif,
derajat kesehatan • Sanitasi Terjangkau , Perlindungan
• Pasal 163 • Listrik lingkungan,
• (1) Pemerintah, pemerintah • Indikator program penyehatan Berkelanjutan,Partisipasi
daerah dan masyarakat menjamin lingkungan : masyarakat, keterpaduan
ketersediaan lingkungan yang sehat • 1. Jumlah desa yang melaksanakan • Pasal 37
dan tidak mempunyai risiko buruk STBM • (2) Untuk meningkatkan peran serta
bagi kesehatan • 2. Presentase sarana air minum yang masyarakat, pemerintah dan
dilakukan pengawasan pemerintah daerah melakukan:
• 3. Persentase Tempat-tempat Umum edukasi, advokasi, sosialisasi,
yang memenuhi syarat kesehatan promosi dan kampanye

PERMENKES NO. 52 TAHUN 2015 TENTANG RENSTRA KEMENKES 2015-2019

PERMENKES NO. 3 TAHUN 2014 TENTANG STBM

SE MENKES NO. 153 TAHUN 2013 TENTANG SBS PER PUSKESMAS


Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan
2015 - 2019

1 2 3
Penguatan pelayanan Penerapan pendekatan Intervensi berbasis
kesehatan primer keberkelanjutan resiko kesehatan
(primary health care) pelayanan mengikuti (health risk) seperti
siklus hidup manusia kelompok rentan,
(continuum of care) daerah bermasalah
kesehatan, DTPK

Pembangunan Kesehatan 2015 – 2019


mengutamakan upaya promotif dan preventif
TEORI H.L. BLUM PENGARUH
(1974) LINGKUNGAN
Faktor
Perilaku TERHADAP
DERAJAT
KESEHATAN

DERAJAT
KESEHATAN
Faktor Faktor Pelayanan
Lingkungan Kesehatan
: (Sanitasi (RS, PKM, Nakes,
dan Air TTD, PMT, ANC,
Bersih) Imunisasi dsb)

Faktor
Genetika
(Keturunan)
Alur Kontaminasi dari Tinja(Diagram F)
Hubungan Sanitasi dengan
Gizi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

Sanitasi Tidak
Layak

• Gizi
Buruk
• Stunting
• Diare pada anak dan
Ibu hamil
• Sistem Pencernaan
Rusak
PHBS • Gizi tidak terserap
dengan baik
ALUR PENYEBAB STUNTING

JAMBA KONTA DIARE


N MINASI
KOTORA
K KOTORAN N,
INFEKSI
HEWAN TANGAN,
USUS
E TANAH ,
PENGELOLA AIR DAN
AN SEPTIC MAKANA PROTOZOA/KECACIN STUNTI
M PENYEDIA TANK N GAN
ANEMIA
NG

I AN AIR
MINUM
S DAN
K SANITASI
YANG SUMBER AIR AIR
MALARIA
I TIDAK BERSIH TERGENANG
N LAYAK
POLA
WAKTU
ASUH
A
AKSES
KETERSEDIAAN PRODUKSI ASUPAN
N AIR BERSIH
AIR
BERSIH
MAKANA MAKANA
N RT N

PENGGUNAA
N AIR
BALITA
Kondisi Otak yang Stunting

Stunting
mempengaruhi: Fisik anak kurang gizi
Fisik
dapat diperbaiki

Mental

Intelektual
stunting

Hambatan perkembangan otak, kecerdasan, Perkembangan otaknya, tidak dapat


kemampuan belajar, dan rendahnya produktifitas
diperbaiki
akibat stunting ini bersifat permanen
(irreversible).
3 KOMPONEN
PENANGGULANGAN
STUNTING -

POLA POLA AIR


ASUH MAKA BERSIH
N SANITASI

Cegah Stunting, Itu


Penting
3
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) -
2030
6.1
Air Minum

6.2 Implementasi
6.6
Sanitasi dan
Ekosistem
Higiene
6.A
Kemitraan
Goal 6 multi sektor

6.5 6.3
Pengelolaan Kualitas 6.B
Sumber Air Partisipasi
Air Lokal/Dae
6.4 rah
Efisisensi
Penggunaan Air

“No one left behind”


Goal 6
SDGs
“Menjamin ketersediaan dan manajemen
air bersih serta sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua”

16
Goal 6
Menjamin ketersediaan dan manajemen
air bersih serta sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua

Goal
Asp e k 6.1
Pada tahun 2030, mencapai
akses universal dan merata

4K !
terhadap air minum yang
aman dan terjangkau bagi
KUANTITAS semua

KUALITAS
KONTINUITAS
KETERJANGKA
UAN
17
Goal 6
Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih
serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
Goal
Goal 6.3
6.2 AKSES KUALITAS
Pada akhir tahun 2030 diharapkan Pada akhir tahun 2030 diharapkan dapat
dapat mencapai akses sanitasi dan meningkatkan kualitas air dengan
hygiene yang memenuhi, merata, mengurangi polusi, menghentikan
untuk semua, dan menghentikan pembuangan limbah, meminimalisasi
buang air besar sembarangan (BABS) produksi limbah berbahaya, mengurangi air
dengan memberikan perhatian limbah yang tidak diolah, meningkatkan
khusus pada wanita (tua dan muda) daur ulang (recycle), dan penggunaan
dan mereka yang memerlukan kembali (reuse) secara substansial.
perhatian khusus.
ON OFF
SITE SITE
Pengelolaan Terjadwal / On-call Basis
Lumpur Tinja

18
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan


dengan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi melalui peningkatan demand & supply

Pilar 1: Pilar 3: Pilar 4: Pilar 5:


Pilar 2:
Stop Buang Air Pengelolaan Air Pengelolaan Pengelolaan
Cuci Tangan
Besar Minum & Sampah RT Limbah Cair RT
Pakai Sabun
Sembarangan Makanan RT dengan aman. dengan aman

Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
SISTEM
PENGELOLA
AN
AIR LIMBAH
RUMAH
TANGGA
BUKU REFERENSI
1. Metcalf and Edy, Inc. (Revised by Tchobanoglous,
et.all). 2009. Wastewater Engineering, Treatment and
Reuse, Fourth Edition, McGraw Hill, Boston
2. Qasim, Syed. R. 1998. Wastewater Treatment Plants:
Planning, Design and Operation, Second Edition. CRC
Press. New York.
3. Nusa Idaman Said. 2017. Teknologi Pengolahan Air
Limbah, Teori dan Aplikasi. BPPT
4. Sugiharto. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah
5. Ronald L.Droste. 1997. Theory and Practice of Water
and Wastewater Treatment. John Wiley &Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai