NIRMA ANISA
19011041
Prevalensi kegemukan (IMT ≥25 sampai <27) dan obesitas (IMT ≥ 27) di kalangan
orang dewasa meningkat tajam dan obesitas sekarang menjadi tantangan masalah gizi
terbesar di masa depan yang dihadapi oleh Indonesia. Dalam lima tahun, antara tahun 2013
dan 2018, prevalensi obesitas telah meningkat enam persen dan lebih tinggi dari target
RPJMN 2015-2019.
Pada kelompok anak di bawah usia lima tahun, prevalensi kelebihan berat badan (berat
badan per tinggi badan >2 score) menunjukan tidak ada peningkatan. Sekitar 7% anak balita
diperkirakan mengalami kegemukan pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan, 2018.
Faktor yang mempengaruhi obesitas
Faktor Genetik Bila salah satu orang tuanya obesitas, maka peluang anak-anak menjadi
obesitas sel kedua orang tuanya menderita obesitas maka kemungkinan faktor keturunan
menjadi 70-80%. sekitar 50%. Dan bila Faktor Lingkungan
• Pola makan Jumlah asupan energi yang berlebihan menyebabkan kelebihan berat badan
dan obesitas. Jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak. gula, serta
kurang serat) menyebabkan ketidakseimbangan energi
• Pola Aktivitas Fisik Pola aktivitas fisik sedentary (kurang gerak) menyebabkan energi yang
dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas.
Faktor Obat-obatan dan Hormonal
Kesulitan mengunyah pada lansia ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya perawatan mulut yang dak adekuat pada lansia, penurunan kemampuan
indera perasa pada lansia, faktor penyakit dan jenis makanan yang disediakan pan.
Kondisi rongga mulut yang kurang bersih dapat menyebabkan lansia malas untuk
makan, selain itu ditambah dengan adanya penurunan kemampuan indera perasa pada
lansia menyebabkan lansia merasa bahwa makanan yang dimakan dak memiliki rasa
yang cukup enak sehingga lansia dak nafsu untuk makan.
2. Penurunan nafsu makan
Penurunan nafsu makan ini dapat mengurangi asupan makanan sehingga berpengaruh
terhadap status gizi lansia jika tidak segera diatasi.
2. Penyakit infeksi
Penyebab langsung timbulnya kurang pada anak balita adalah makanan yang tidak
seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin terjadi pada balita. Kedua penyebab
tersebut saling berpengaruh.
3. Ketersediaan pangan
Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu
memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penurunan konsumsi
makanan yang beragam, seimbang dan aman di tingkat rumah tangga. Pada
akhirnya akan berdampak pada peningkatan beratnya masalah kurang gizi
masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.
4. Kesehatan Lingkungan
Tingginya masalah gizi dan penyakit terkait gizi saat ini berkaitan dengan faktor
sosial dan budaya, antara lain kesadaran individu dan keluarga untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
http://repository.unimus.ac.id
3. Anemia pada remaja putri
Remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan
kekurangan zatbesi. Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding
remaja laki-laki. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas,
konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Secara khusus
anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka
adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga
memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir
rendah.
Faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja putri
1. Kebiasaan makan
Merupakan suatu hal yang berhubungan dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan
dan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan apa yang
biasanya dimakan dan berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola
pangan yang timbul dari dalam dan luarnya. Dengan menerapkan kebiasaan sarapan pagi
maka remaja akan mempunyai energi yang cukup untuk beraktivitas pada siang harinya dan
dapat memelihara ketahan fisik dan daya tahuan tubuh pada saat beraktivitas serta mampu
meningkatkan produktivitas.
2. Frekuensi makan yang baik
Apabila frekuensi makan tiap harinya tiga kali sehari, makan utama dua kali makanan
selingan satu kali atau kurang.