FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2019
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL
MENGENAI PENYAKIT HEPATITIS B TERHADAP
SIKAP IBU DALAM MENCEGAH TERJADINYA
PENYAKIT HEPATITIS B MELALUI
PENULARAN SECARA VERTIKAL
DI WILAYAH UPT.PUSKESMAS
KUTA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2019
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Ns. IGA Rai Rahayuni, S.Kep., MNS Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS
NIDN. 0806048001 NIDN. 0820018101
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN
IGA Rai Rahayuni, S.Kep., Ns., MNS Made Rismawan, S.Kep., Ns., MNS
NIDN. 0806048001 NIDN. 0820018101
Menyetujui
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali
Rektor
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil mengenai Penyakit Hepatitis B
Terhadap Sikap Ibu dalam Mencegah Terjadinya Penyakit Hepatitis B melalui
Penularan Secara Vertikal di wilayah UPT.Puskesmas Kuta Utara”.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., MNg., Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan proposal ini.
2. dr. Ni Putu Purlimaningsih ,S.Ked,M.Kes selaku Kepala Puskesmas Kuta Utara
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan studi pendahuluan.
3. Ibu Ns. A.A.A Yuliati Darmini, S.Kep.,MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada
penulis.
4. Ibu Ns. IGA Rai Rahayuni, S.Kep.,MNS selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
6. Seluruh keluarga terutama Ibu dan Bapak dan Adik yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya proposal ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini.
v
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………………… i
HALAMAN SAMPUL DALAM …………………………………………... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………… iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN ….. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 8
A. Konsep Pengetahuan ……………………………………….. 8
B. Konsep Sikap ….…………………………………………… 12
C. Konsep Penyakit Hepatitis B dan Proses Penularannya …… 16
D. Penelitian Terkait ………………………………………….. 37
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL …. 38
A. Kerangka Konsep …………………………………………... 38
B. Hipotesis ……………………………………………………. 39
C. Variabel Penelitian …………………………………………. 39
BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………….. 42
A. Desain Penelitian …………………………………………… 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 42
vii
C. Populasi, Sampel, Sampling ………………………………... 43
D. Pengumpulan Data …………………………………………. 46
E. Analisa Data ………………………………………………... 50
F. Etika Penelitian ……………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Hepar …………………………………….................... 20
Gambar 2.2 Perjalanan penyakit Hepatitis B Kronis…………………………. 26
Gambar 2.3 Tatalaksana Hepatitis B ….……………………………………… 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………... 38
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Definisi Operasional ……………………………………………….. 40
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
2
Juni 2019 dari 117 jumlah ibu hamil yang diperiksa terdapat 5 orang ibu
hamil yang reaktif, sedangkan pada bulan Juli 2019 dari 161 jumlah ibu hamil
yang diperiksa terdapat 5 orang ibu hamil yang reaktif (Sistem Informasi
Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Kabupaten Badung, 2019).
Sejalan dengan hal tersebut dilihat dari sisi pendidikan dan kemudahan
pemanfaatan informasi dan teknologi yang berbeda-beda pada setiap wilayah
di Indonesia, pemaparan atau sosialisasi dari tenaga kesehatan mengenai
penyakit Hepatitis B yang masih kurang, serta mengacu pada jumlah
pravalensi penyakit Hepatitis B pada ibu hamil yang berisiko untuk ditularkan
pada bayinya di daerah Kuta Utara, dimana pada wilayah tersebut memiliki
jumlah ibu hamil dengan HbsAg positive pada setiap bulannya. Selain itu
masih belum adanya penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil yang
kurang dalam mencegah penyakit hepatitis B menular dari ibu hamil ke
bayinya di wilayah Puskesmas Kuta Utara. oleh karena itu rencana penelitian
ini akan dilakukan di wilayah UPT. Puskemas Kuta Utara.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pada penyusunan Proposal Penelitian
diatas maka rumusan masalah yang muncul yakni: “Apakah Ada Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil mengenai Penyakit Hepatitis B Terhadap
Sikap Ibu dalam Mencegah Terjadinya Penyakit Hepatitis B melalui Penularan
Secara Vertikal di wilayah UPT.Puskesmas Kuta Utara”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penulis
merumuskan tujuan penulisan pada penyusunan Proposal Penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
mengenai Penyakit Hepatitis B Terhadap Sikap Ibu dalam Mencegah
Terjadinya Penyakit Hepatitis B melalui Penularan Secara Vertikal di
wilayah UPT.Puskesmas Kuta Utara.
2. Tujuan Khusus
Dengan menganalisa dua variabel, maka diharapkan penulis mampu:
a. Untuk mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap
penyakit Hepatitis B di wilayah UPT. Puskesmas Kuta Utara.
5
c. Bagi Institusi.
Dapat digunakan sebagai bahan acuan, gambaran, masukan untuk
kegiatan penelitian selanjutnya, sehingga kekurangan dari peneliti
sebelumnya tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai
6
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau
knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya. Panca indra
manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat
erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan
semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah
tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh
dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010)
8
9
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip,
rencana program dalam situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah
jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan
10
objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
sudah ada sebelumnya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju impian
atau cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan
informasi berupa hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Mantra yang
dikutip oleh Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah menerima informasi.
11
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan
adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak
diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan
memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan
kagiatan yang menyita waktu.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia
dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku individu atau kelompok.
5) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan
pengaruh dari sikap dalam menerima informasi
B. Konsep Sikap
1. Definisi
Sikap (Attitude) adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada
objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar, 2013). Ambivalen individu
terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan
perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap.
2. Karakteristik Sikap
3. Skala Sikap
Menurut Sugiono, 2008 menyatakan bahwa bentuk-bentuk skala
sikap yang perlu diketahui dalam melakukan penelitian, diantaranya
yang sering digunakan adalah :
1. Skala Guttman
Skala Guttman adalah pengukuran dengan tipe ini, akan
mendapatkan jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, pernah-tidak
pernah, positif-negatif dan lain-lain.
2. Skala Likert
Skala Likert dalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tentang suatu
kejadian atau gejala social.dalam menggunakan skala likert, maka
variable yang akan di ukur dijabarkan menjadi indicator-indikator
yang akan diukur. Artinya indicator-indikartor ini dapat dijadikan
titik tolak item instrument yang berupa pertanyaan dan peryataan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif ke sangat negatif,
dari sangat setuju ke sangat tidak setuju, dari selalu ke tidak
pernah, dari sangat baik ke sangat tidak baik.
15
2. Klasifikasi
Menurut Kementrian Kesehatan (KemenKes) Republik Indonesia tahun
2014 membagi Hepatitis B menjadi dua, yakni ;
a. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus
DNA yang penularannya terbagi atas du acara yakni vertical dan
horizontal. Penularan vertical 95% terjadi saat masa perinatal (saat
persalinan) dan 5% intrauterine. Penularan horizontal melalui
tranfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo dan
transplantasi organ.
Tanda dan gejala yang dialami pada tahap ini tidak khas
seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri
abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing
(urine) berwarna seperti warna teh. Pada penyakit ini diagnosis
dapat ditegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HbsAg dan IgM serta anti HBC dalam serum.
Pengobatan yang antiviral tidak diperlukan, pengobatan
umum yang dapat diberikan hanya sesuai dengan simtomatis.
Penyakit ini dpaat dicegah dengan cara :
a. Telah dilakukan penapisan darah sejak tahun 1992 terhadap
Bank Darah melalui PMI.
b. Imunisasi yang sudah masuk dalam program imunisasi
Nasional, yakni : HBo (kurang dari 12 jam setelah lahir),
DPT/HB1 (usia 2 bulan), DPT/HB2 (usia 3 bulan), DPT/HB3
(usia 4 bulan).
c. Menghindari factor risiko yang menyebabkan terjadinya
penularan.
b. Hepatitis B Kronis
4. Patofisiologi
a. Etiologi
Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam
Brunner and Suddarth, 2015), yaitu :
1) Penularan secara Vertikal
Penularan secara vertikal merupakan penularan HBV dari
ibu yang menderita Hepatitis B akut atau pengidap Hepatitis B
24
d) Autoimun
Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun
tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh
sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat
bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis
autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
b. Proses Terjadi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan pada oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri
seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami
hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamsi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan selo parenkim hati. Walaupun
jumlah bilirubin yang belum mengalami konjungasi masuk kedalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli
empedu intra hepatik, maka terjadi kesukaran pengangkuta bilirubin
tersebbut dalam hati.
Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hati konjungasi
akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
26
1) Hepatitis B Akut
Tanda dan gejala yang dialami pada tahap ini tidak khas
seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri
abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing
(urine) berwarna seperti warna teh. Pada penyakit ini diagnosis
dapat ditegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HbsAg dan IgM serta anti HBC dalam serum.
Menurut Juffure, 2010 gejala hepatitis akut terbagi dalam 4
tahap yakni :
a) Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan
timbulnya gejala atau ikterus. Fase inkubasi Hepatitis B
berkisar antara 15-180 hari dengan rata- rata 60-90 hari.
b) Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan
timbulnya gejala ikterus. Awitannya singkat atau insidous
ditandai dengan malaise umum, mialgia, artalgia, mudah
lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Diare atau
konstipasi dapat terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan
menetap di kuadran kanan atas atau epigastrum, kadang
diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolestitis.
c) Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Banyak kasus
pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d) Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan
lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap
29
2) Hepatitis B Kronis
Pendapat yang sama dinyatakan oleh H. Murchils dan Dito
Anurogo (2018) yakni Hepatitis B kronis adalah menetapnya virus
hepatitis B di dalam tubuh lebih dari enam bulan. Sebagian besar
dari mereka mendapat infeksi virus tersebut pada masa perinatal
(sesaat setelah lahir). Kebanyakan pasien hepatitis B tidak
mempunyai keluhan maupun gejala apapun sampai akhirnya
diketahui bahwa penyakit tersebut telah menjadi penyakit hati
kronis yang bersifat menahun.
a) Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga
konsentrasi virus tinggi dalam darah, tetapi tidak terjadi
peradangan hati yang berarti. Virus Hepatitis B berada dalam
fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.
b) Fase Imunoaktif (Clearance)
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat
terjadinya replikasi virus yang berkepanjangan, terjadi proses
nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi ALT.
Fase clearance menandakan pasien sudah mulai kehilangan
toleransi imun terhadap VHB.
c) Fase Residual
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan
menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB.
Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat
menghilangkan sebagian besar partikel virus tanpa ada
kerusakan sel hati yang berarti. Fase residual ditandai
30
d. Komplikasi
Menurut Wening Sari dan Lili Indrawati, 2008 menyatakan
bahwa komplikasi hepatitis yang paling sering adalah sirosis. Dalam
keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan
diganti dengan sel-sel sehat atau baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati
diganti oleh jaringan parut (sikiatrik). Semakin parah kerusakan,
semakin besar jaringan parut yang terbentuk dan semaking berkurang
jumlah sel hati yang sehat. Pengurangan ini akan berdampak pada
penurunan sejumlah fungsi hati sehingga menimbulkan sejumlah
gangguan pada fungsi tubuh secara keseluruhan.
1) Gejala sirosis
Pada penderita sirosis akan menimbulkan gejala-gejala
yang nampak antara lain :
a) Kelelahan
Gejala ini sering nampak dan merupakan satu-
satunya gejala yang dirasakan pada awal menderita
penyakit sirosis.
b) Gangguan makan
Gangguan makan yang terjadi di antaranya nafsu
makan sangat menurun, mual dan muntah. Gejala ini
biasanya diikuti dengan penurunan berat badan.
c) Pembesaran hati
d) Gatal
Gatal-gatal di seluruh kulit tubuh disebabkan
produksi empedu meningkat dan tertimbun di kulit.
e) Bagian tubuh tertentu berwarna kuning seperti
misalnya, kulit, kuku, dan bagian putih bola mata
31
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Putut Bayu, 2012 menyatakan penegakan diagnosis pada
hepatitis kronik dikaitkan dengan penentuan apakah seseorang penderita
sudah memerlukan terapi antiviral atau belum. Apabila pasien diketahui
mengidap HbsAg baik simptomatik maupun asimptomatik, apalagi bila
telah diketahui diidap lebih dari 6 bulan, maka untuk menegakkan
kemungkinan hepatitis kronik sebagai awal pemeriksaan perlu dilakukan
pemeriksaan darah rutin dan fungsi hati, meliputi ALT, AST, albumi,
globulin, cholinesterase.
Ditemukannya trombositopenia dari pemeriksaam darah rutin
pada penderita HBsAg positive akan menuntun diagnosis kita pada
kecurigaan adanya sirosis hati atau tidak, apalagi bila diperkuat dengan
kadar cholinesterase yang rendah dan peningkatan globulin. Kadar ALT
mayoritas diproduksi di hati untuk menilai indicator biokimiawi utama
untuk menilai ada tidaknya inflamasi parenkim hati (hepatitis),
sedangkan AST juga banyak diproduksi di otot jantung, dan skeletal
disamping di hati sehingga tidak menjadi indicator hepatitis, tetapi dalam
hal-hal tertentu mempunyai nilai dalam bentuk rasio AST dengan ALT
untuk membedakan apakah hepatitis akut atau kronik, yang dikenal
sebagai rasio de Ritis.
33
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Putut Bayu, 2012 dan Direktorat Jendral PP & PL
KemenKes RI, 2012 menyatakan bahwa penatalaksanaan medis yang
dapat dilakukan untuk penyakit hepatitis B yakni :
a. Imunisasi
Prinsip pencegahan lebih baik dari pada mengobati berlaku juga
pada penatalaksanaan infeksi virus hepatitis B. pemberian imunisasi
menjadi menjadi pilihan yang penting di daerah endemic seperti
Indonesia. Imunisasi hepatitis B dapat diberikan pada bayi baru lahir
(HBo), saat anak-anak (1-10 tahun), remaja (11-19 tahun), maupun
dewasa (lebih dari 20 tahun). Imunisasi pasif dengan HBIg dapat
diberikan pada bayi baru lahir maksimal 12 jam post partum pada bayi
dengan ibu HBsAg positive. Imunisasi dengan HBIg atau kombinasi
dengan vaksin kasus needle stick injury dilakukan kurang dari 48 jam
pasca paparan sedangkan pada kasus kontak seksual dengan orang
HBsAg positif imunisasi dilakukan kurang dari 14 hari pasca pajanan.
b. Penanganan kasus sesuai standar
Tatalaksana khususnya Hepatitis B memerlukan serangkaian
pemeriksaan untuk memutuskan apakah penderita tersebut perlu
diobati atau tidak (hanya dipantau secara berkala).
35
1) Puskemas
a) Petugas mampu mendiagnosis hepatitis klinis.
b) Puskemas mampu melakukan test serologi Hepatitis
2) Rumah Sakit
a) Petugas mampu mendiagnosa (Hepatitis A, B, C, D ataupun
E).
b) Sarana laboratorium untuk tes serologi Hepatitis A, B, C, D
ataupun E
c. Penanganan penderita, kontak dengan lingkungan sekitar
1) Pengobatan : tidak spesifik, utamanya meningkatkan daya tahan
tubuh (istirahat dan makan makanan yang bergizi), rawat inap
hanya diperlukan bila penderita tidak dapat makan dan minum
serta terjadi dehidrasi berat.
2) Disinfeksi serentak terhadap bekas cairan tubuh dari penderita
3) Isolasi tidak diperlukan
4) Imunisasi pasif pada orang yang terpajan cairan tubuh penderita.
5) Pencatatan dan pelaporan sesuai peraturan yang berlaku.
dilahirkan oleh ibu HBsAg positif dan HBeAg positif segera setelah
dilahirkan penularan infeksi dapat dicegah sebesar 75%. WHO (2012)
menyatakan bahwa vaksin hepatitis B 95% efektif mencegah hepatitis
B. Talaat et al (2010) yang melakukan penelitian pada pasien di
rumah sakit Mesir, 62% dari pasien positif hepatitis B tidak pernah
menerima vaksin hepatitis B.
D. Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Martha, Ali, Frank, George dan Seth
(2016) menyatakan kepedulian dari ibu hamil tentang Hepatitis B dan
pengetahuan yang cukup akan mampu mencegah terinfeksinya penyakit
Hepatitis B. Komponen wajib berbagai test medis yang dibutuhkan setiap
calon wanita yang mengunjungi fasilitas kesehatan untuk layanan antenatal
termasuk test klinis untuk infeksi HVB. Dengan demikian, diharapkan semua
wanita hamil akan diskrining HBV dan juga memiliki beberapa pengetahuan
tentang penyakit HBV terutama rute penularan perinatal (Chan OK, Lao TT,
Suen dan Lueng, 2012). Akan tetapi hal itu dibantah oleh penelitian yang
dilakukan di daerah Nigeria yang mengkaji pengetahuan dari 643 ibu hamil
tentang Hepatitis ditemukan bahwa sejumlah 76% dari ibu hamil tesebut
memiliki pengetahuan yang tidak adekuat mengenai infeksi HBV (Adeyemi,
Enabor, Ugwu, Bello dan Olayemi, 2013).
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Thi T. Hang Pham dkk
(2018) menyatakan bahwa MTCT sebagai transmisi perinatal yang utama di
dunia, maka sangat penting untuk memulai suatu sikap dan strategi dalam
meningkatkan dan mempertahankan ibu untuk aktif dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri serta sikap advokasi untuk kesehatan anak-anak mereka.
Akan tetapi strategi tersebut tidak di dukung oleh adanya bentuk sikap dan
data-data yang menunjang mengenai sikap ibu hamil sebagai advokasi
kesehatan bagi anak-anaknya, sehingga kesalahpahaman terhadap sikap untuk
pencegahan dan perawatan HBV pada ibu hamil masih terjadi. Sikap mereka
dapat mempengaruhi kesediaan ibu untuk melakukan skrining prenatal dan
untuk mengikuti pedoman imunoprofilaksis oleh WHO yang meliputi vaksin
38
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model
pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan freleksi dari
hubungan variable-variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat
berdasarkan literature dan teori yang sudah ada. Tujuan dari kerangka
konsep adalah untuk mensitesa dan mebimbing atau mengarahkan
penelitian, serta panduan untuk menganalisis dan intervensi (Swarjana,
2013).
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tingkat
pengetahuan ibu mengenai penyakit Hepatitis B terhadap sikap ibu dalam
mencegah terjadinya penyakit Hepatitis B melalui penularan secara
vertical di wilayah UPT. Puskesmas Kuta Utara.
38
39
Keterangan Gambar :
Berdasarkan kerangka konsep diatas, tingkat pengetahuan,
pekerjaan, keluarga dan vaksinasi merupakan merupakan salah satu faktor-
faktor yang mempengarui sikap ibu dalam mencegah terjadinya penyakit
Hepatitis B melalui penularan secara vertical (variabel dependent). Dari
keempat hal yang mempengaruhi sikap ibu dalam mencegah penyakit
hepatitis B ini tertular yakni dengan adanya tingkat pengetahuan ibu
mengenai penyakit hepatitis B itu sendiri (variabel independent).
B. HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah
Alternative Hypothesis (Ha) yaitu ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang penyakit hepatitis B terhadap sikap ibu dalam
mencegah terjadinya penyakit Hepatitis B melalui penularan secara
vertical.
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017).
Variabel independent dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
ibu mengenai penyakit hepatitis B. Sedangkan variabel dependent dari
penelitian ini yakni sikap ibu dalam mencegah terjadinya penyakit
Hepatitis B melalui penularan secara vertical.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi terhadap variabel berdasarkan
konsep teori namum bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat
diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun peneliti lain.
Pada umumnya definisi dibuat secara naratif, namun ada juga yang
40
Tabel 3.1 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Hepatitis
B Terhadap Sikap Ibu dalam Mencegah Terjadinya Penyakit Hepatitis
B Melalui Penularan Secara Vertical.
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional adalah
mengkaji hubungan antara variabel peneliti dapat mencari, menjelaskan
suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasakan teori yang ada.
Pendekatan cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan
waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,2013). Peneliti ingin
mendeskripsikan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Penyakit
Hepatitis B Terhadap Sikap Ibu dalam Mencegah Terjadinya Penyakit
Hepatitis B Melalui Penularan Secara Vertical di wilayah UPT.Puskesmas
Kuta Utara. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross-
sectional, yaitu penelitian yang mendesain pengumpulan datanya
dilakukan pada atau titik waktu (at one in time) dimana fenomena yang
diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data (Swarjana, 2014).
42
43
wilayah Puskesmas Kuta Utara, oleh karena itu rencana penelitian ini
akan dilakukan di wilayah UPT. Puskemas Kuta Utara.
2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan November
sampai Desember 2019, dimana waktu penelitian secara keseluruhan
terdapat pada POA terlampir
b. Besar Sample
Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang dihasilkan
dari strategi sampling. Sampling adalah sebuah strategi yang
digunakan untuk memilih elemen atau bagian dari populasi atau
proses untuk memilih elemen populasi untuk diteliti (Swarjana,
2015).
Besar sample dapat ditentikan berdasarkan rumus sampel
(Nursalam, 2013) menyatakan perhitingan yang digunakan adalah
perhitungan dengan menggunakan rumus :
( )
( )
45
Ket:
N = Besar Sampel
N = Perkiraan Besar Populasi
Z = Nilai Standar Normal Untuk q= 0,05(1,96)
P = Perkiraan Proporsi, Jika Tidak Diketahui Dianggap 50%
q = 1-P (100%-P) (100%-50)= 50%(0,5)
d = Tingkat Kesalahan Yang Dipilih (d= 0,05)
3. Sampling
Menurut (Babbie 2006 & Henry dalam Swarjana 2015) sampling
adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan
populasi yang telah diteliti, sehingga kelompok yang diobservasi
dapat digunakan untuk kesimpulan atau membuat inferensi tentang
populasi tersebut. Tujuan dari sampling adalah untuk melakukan
generalisir terhadap keseluruhan populasi penelitian. Sampling desain
adalah metode yang digunakan untuk memilih sampling unit yang
diklasifikasikan menjadi probability sampling dan non probability
sampling (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2015).
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini telah
menggunakan non probability sampling. Sampel pada penelitian ini
adalah menggunakan metode pengambilan consecutive sampling.
Dengan menggunakan teknik ini, maka populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
dijadikan sampel penelitian.
46
D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Banyak metode pengumpulan data yang dikenal dalam dunia
penelitian. Beberapa di antaranya : questionnaire, interview, focus
group, tests, observation, secondary data (Swarjana, 2015). Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah
instrument dengan metode questionnaire atau angket yaitu cara
pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner dengan beberapa
pertanyaan. Responden diberikan informasi mengenai tujuan dari
penelitian yang dilakukan. Responden yang telah memahami
informasi dari peneliti, selanjutnya responden diberikan lembar
persetujuan (informed consent form) untuk ditandatangani sebagai
bentuk kesediaan responden yang terlibat langsung dalam penelitian
ini. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner ialah sebuah form yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang
orang – orang sebagai bagian dari sebuah survey (Swarjana, 2015).
Kuesioner atau angket yang dipakai adalah jenis checklist atau
daftar cek yang bersisi pertanyaan atau pernyataan, kuesioner dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu
hamil mengenai penyakit hepatitis B terhadap sikap ibu mencegah
penularan Hepatitis B dari ibu hamil ke bayinya (Mother To Child
Transmission) di wilayah UPT.Puskesmas Kuta Utara.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini
menggunakan kuisioner yang digunakan baku dari World Health
Organization tahun 2014 mengenai (Protocol for assessing Hepatitis
B infection in antenatal patient, mother to child transmission of
Hepatitis B) kuesioner ini merupaka kuesioner yang telah teruji
validasi dan reabilitasnya berdasarkan penelitian (Hongying Hou dkk,
47
a. Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan dan sikap. Analisa data tingkat
pengetahuan dan sikap. Kuesioner terbagi atas 21 pertanyaan, terbagi
atas 3 bagian yakni : informasi data demografi, pengetahuan mengenai
penyakit hepatitis B, dan sikap tentang pencegahan penyakit hepatitis
B.
b. Analisis bivariat
1) Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel
terikat. Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk
menganalisa tingkat pengetahuan dengan sikap. Pada penelitian ini
hasil pengukuran berupa numerik, sehingga perlu dilakukan uji
normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas data menggunakan uji Kolomogorov Smirnov (besar
sampel >50). Data berdistribusi normal jika ρ-value > 0,05.
Apabila data dikatakan tidak berdistribusi normal maka uji yang
dilakukan adalah uji non parametrik yaitu statistik Spearmans
Ranks. Namun jika data dikatakan berdistribusi normal maka uji
yang dilakukan adalah parametrik yaitu uji Person. Tingkat
signifikan yang peneliti tetapkan adalah Alpa (α) 0,05, yang artinya
Ho ditolak dan Ha diterima apabila ρ hitung lebih kecil dari tingkat
signifikan yang telah ditentukan.
2) Sifat Korelasi
Menurut Sugiyono (2017) sifat korelasi dapat dibedakan menjadi :
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika X mengalami kenaikan
maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel X mengalami penurunan maka variabel
Y juga akan mengalami penurunan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y mengalami penurunan atau
sebaliknya jika variabel X mengalami penurunan maka variabel
Y mengalami kenaikan.
54
F. Etika Penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan kepada responden
bahwa peneliti tidak membocorkan data yang didapat dari responden
dan memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Data disimpan dalam waktu
beberapa bulan dan dimusnahkan
4. Protection From Discomfort (Perlindungan dari tidaknyamanan)
Melindungi responden dari tidaknyamanan, baik fisik maupun
psikologi. Peneliti dalam penelitian ini sudah mendapatkan izin untuk
melakukan penelitian seperti yang dijelaskan pada tahap persiapan
dalam penelitian ini total pertanyaan yang diberikan berjumlah 26
soal, rata-rata responden menjawab dalam waktu kurang lebih 25
menit, maka peneliti melakukan pengumpulan data dalam satu kali
pertemuan untuk masing – masing responden. Sehingga peneliti
menekankan bahwa apabila responden merasa tidak nyaman selama
proses penelitian ini, responden dapat menghentikan partisipasinya
5. Beneficence
Merupakan sebuah prinsip untuk member manfaat pada orang
lain, bukan untuk membahayakan orang lain. Dalam proses penelitian,
sebelum pengisian kuesioner peneliti telah memberikan penjelasan
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdulai, Martha Ali, Baiden, Frank, Adjei, George, Agyei, Seth Owusu (2016).
Loe level of Hepatitis B Knowledge and Awareness Among Pregnant
Women in the Kintampo North Municipality : Implication for Effective
Disease Control. 50(3). Diakses pada tanggal 18 Agustus 2019 dari
http://www.ncbi.nih.gov>pubmed
Besong Frambo, Andreas A, Atashili, Julius, Fon, Peter Nde dan Ndumle, Peter
Martins (2014). Prevalence of HBsAg and Knowledge about Hepatitis
B in Pregnancy in The Buea Health District, Cameroon: A Cross-
Sectional Study. Diakses pada tanggal 06 Agustus 2019 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov
Han, Zhenyan, Yin, Yuxhu, Zhang, Yuan, Erhardt, Stephan, L,Chole, Nelson,
Kenrad E, Bai, Xiaoyi, Hou, Hongying (2017). Knowledge of and
Attitude Towards Hepatitis B and it’s Transmission from Mother To
Child Among Pregnant Women in Guangdong Province China.
Diperoleh pada tanggal 6 Agustus 2019, dari
http://www.ncbi.nih.gov>pubmed
Hang Pham, Thi T, Le, Thuy X, Nguyen, Dong T, Luu, Chau M, Truong, Bac D,
Tran, Phu D, Toy, Mehlika, So, Samuel (2019). Knowledge, Attitudes
and Practices of Hepatitis B Prevention an Immunization of Pregnant
Women and Mothers in Northern Vietnam. Diperoleh tanggal 6 Agustus
2019 dari http://www.ncbi.nih.gov>pubmed
57
Haq, Noman Ul, Hassali, Mohamed Azmi, Shafie, Asrul Akmal, Saleem, Fahad,
Farooqui, Maryam, Haseeb, Abdul dan Aljadhey, Hisham (2013). A
Cross-Sectional Assessment of Knowledge, Attitude and Practice
Among Hepatitis B Patients in Quetta, Pakistan. Diakses pada tanggal
11 November 2019 dari http://www.ncbi.nih.gov>pubmed