Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SYOK


KELOMPOK 2
Deva Lestiarma S Muhammad Edo Karefo
Dwi Oktiviani Patri Cia Yeremia
Hilda Pratiwi Raudatul Jannah
Huriyah Isty Renika Simamora
Laras Sati T. Hidayu Marizal
Identifikasi Masalah
1. Instalasi Gawat Darurat atau IGD adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberi penanganan
awal bagi pasien yang sakit dan cidera yang membutuhkan perawatan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Tipe A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan sub-spesialis secara luas, rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah
sakit rujukan tertinggi.
3. Anamnesa/anamnesis adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik
langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ).
4. Bedside Monitor (BSM) adalah suatu alat yang digunakan untuk memantau vital sign pasien yang
berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperature, dan bentuk pulsa jantung secara terus
menerus.
5. Pernapasan dangkal atau dispnea adalah kondisi kesehatan ketika seseorang mengalami kesulitan
bernapas yang terjadi karena tidak terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru sehingga
menyebabkan pernapasan seseorang menjadi lebih cepat, pendek, dan dangkal.
Identifikasi Masalah
6. Informed consent adalah persetujuan /penolakan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang
telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan.
7. Rontgen thorax yaitu suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat bagian dalam dada dengan
menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik\
8. Acute Lung Oedema merupakan medical emergency yang paling sering dan sangat mengancam
jiwa. ALO/Edema paru akut terjadi karena adanya penumpukan cairan di alveolar dan
mengakibatkan alveoli kolaps sehingga terjadi gangguan pertukaran gas dan proses difusi tidak
berjalan dengan normal.
9. Manajemen airway adalah proses medis untuk memastikan adanya jalur terbuka antara paru-paru
pasien dengan dunia luar, serta mengurangi terjadinya resiko aspirasi.
10. Medikasi merupakan obatan farmakologis yang dipakai untuk mendiagnosa, merawat, mengobati
atau mencegah penyakit.
Analisa Masalah
1. Kondisi patologis/penyakit apa yg dapat mendasari keluhan nyeri dada?
Jawab :
Nyeri dada adalah kondisi ketika dada terasa seperti tertusuk atau tertekan, bisa terjadi di dada sebelah
kanan, sebelah kiri, atau dada tengah. Nyeri dada tidak boleh diabaikan, karena bisa jadi merupakan
gejala dari serangan jantung. Penyebab nyeri dada sangat bervariasi. Namun, kondisi ini akan sangat
berbahaya bila disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Serangan jantung, akibat
tersumbatnya seluruh aliran darah ke jantung. Penyakit jantung koroner, yaitu terdapat penyumbatan
pembuluh darah yang menuju ke jantung. Kardiomiopati, yaitu penyakit akibat otot jantung yang lemah.
Miokarditis atau radang pada otot jantung. Perikarditis atau radang pada membran yang melapisi
jantung. Diseksi aorta, yaitu robeknya lapisan dalam pembuluh nadi terbesar. Selain penyakit jantung,
nyeri dada juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, di antaranya: penyakit paru-paru, seperti penyumbatan
pembuluh darah di paru-paru, radang pada selaput yang membungkus paru-paru (pleuritis), tekanan yang
tinggi pada pembuluh darah di paru-paru (hipertensi pulmonal), atau paru-paru yang kempis (kolaps).
Analisa Masalah
2. Kondisi/data apa yang menyatakan pasien gawat/darurat sehingga dibawa ke IGD?
Jawab :
Kemungkinan alasan anak laki-laki pasien membawa ke IGD tentunya disebabkan penurunan kondisi
pasien dari nyeri dada 3 hari yang lalu sedangkan perawat berpendapat karena adanya gangguan airway,
breathing dan circulation seperti respiration rate diatas normal, sianosis, dan penumpukan cairan di paru.
3. Apa tindakan pertama yang dapat dilakukan di rumah dengan kondisi pasien sesuai yang ada di
skenario ?
Jawab :
Tindakan keluarga untuk kondisi pasien tersebut adalah: (1) Posisikan pasien senyaman mungkin
misalnya dengan posisi semifowler untuk mengurangi keluhan nyeri dada pasien; (2) Lakukan
pengukuran TTV pasien yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk memantau kondisi pasien.
4. Apa jenis oksigen yang tepat diberikan kepada kondisi pasien yang mengalami RR: 34x/menit dan
pernapasan dangkal?
Jawab :
Dapat menggunakan RM atau NRM sebagai masker oksigennya.
Mind Mapping
LEARNING
OBJECTIVE
a. Definisi Syok
b. Etiologi Syok
c. Klasifikasi Syok
d. Patofisiologi Syok
e. Tahap-tahap Syok
f. Derajat Syok
g. Manifestasi Klinis Syok
h. Tata Laksana
i. Komplikasi Syok
j. Pemeriksaan Penunjang Syok
k. Asuhan Keperawatan Syok
Definisi Syok
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak adekuatnya
transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh gangguan hemodinamik.
(Hardisman, 2013)
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya pengurangan yang sangat
besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur- unsur gizi
lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mula- mula
reversible dan kemudian bila keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible (Fitria,
2010)

Etiologi Syok
Syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :
a) Syok Hipovolemik
Diinduksi oleh penurunan volume darah yang terjadi secara langsung karena perdarahan
hebat atau tidak langsung karena hilangnya cairanyang berasal dari plasma (misalnya diare
berat, pengeluaran urine berlebihan atau keringat berlebihan)
b) Syok Kardiogenik
Disebabkan oleh kegagalan jantung yang melemah untuk memompa darah secara adekuat.
c) Syok Distributif
Disebabkan oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan oleh adanya zat-zat vasodilator.
d) Syok Obstruktif
Syok yang diakibatkan adanya gangguan pada distribusi volume sirkulasi baik pada
perubahan resistensi pembuluh darah ataupun akibat permeabilitasnya

Klasifikasi Syok berdasarkan gambaran hemodinamik

Klasifikasi Syok Type of shock Pathophysiology Hempdynamic Changes


Pulmonary Cardiac Systemic
Artery Output vaskuler
Occlusion resistance
pressure
Cardiogenic Pump failure High Low High
Distributive Vasodilation Low High Low
Hypovolemic Loss of volume Low Low High
Obstructive Obstruction Variable Low High
Sumber : IKA FK UKI (2017)
Patofisiologi
Secara patofisiologi syok merupakan gangguan hemodinamik yang
menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan.
Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan
vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik,
penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung.
Diantara berbagai penyebab syok tersebut, penurunan hebat volume
plasma intravaskuler merupakan faktor penyebab utama.
Pada tahap awal dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala klinis
dapat belum terlihat karena adanya mekanisme kompensasi sisitim
kardiovaskuler dan saraf otonom. Baru pada kehilangan darah mulai
15% gejala dan tanda klinis mulai terlihat berupa peningkatan frekuensi
nafas, jantung atau nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah,
penurunan tekanan nadi, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler yang
lambat dan produksi urin berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik
lebih lambat terjadi akibat adanya mekanisme kompensasi.
Patofisiologi
Penurunan hebat volume plasma intravaskuler merupakan faktor
utama yang menyebabkan terjadinya syok. Dengan terjadinya
penurunan hebat volume intravaskuler apakah akibat perdarahan atau
dehidrasi akibat sebab lain maka darah yang balik ke jantung (venous
return) juga berkurang dengan hebat, sehingga curah jantung pun
menurun. Pada akhirnya ambilan oksigen di paru juga menurun dan
asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi) juga tidak dapat dipenuhi.
Begitu juga halnya bila terjadi gangguan primer di jantung, bila otot-
otot jantung melemah yang menyebabkan kontraktilitasnya tidak
sempurna, sehingga tidak dapat memompa darah dengan baik dan
curah jantungpun menurun. Pada kondisi ini meskipun volume sirkulasi
cukup tetapi tidak ada tekanan yang optimal untuk memompakan darah
yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen jaringan, akibatnya perfusi
juga tidak terpenuhi.
Tahap-tahap Syok

Stadium Stadium Stadium


Kompensasi Dekompensasi Irreversible
Derajat Syok
Manifestasi Klinis
a. Syok Hipovolemik
Manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi, pucat, berkeringat dingin, sianosis, kencing berkurang,
oligouria, ganggua kesadaran, sesak nafas.
b. Syok Septik/ Syok Bakteremik
1) Fase Hiperdinamik/ Syok panas (warm shock):
Gejala dini:
a) Hiperventilasi
b) Tekanan vena sentral meninggi
c) Alkalosis
d) Oligouria
2) Fase Hipodinamik:
e) Tekanan vena sentral menurun
f) Hipotensi
g) Curah jantung berkurang
h) Vasokonstriksi perifer
i) Daerah akral dingin
Manifestasi Klinis
c. Syok Neurogenik
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar,
barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa
agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik
a) Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
b) Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
c) Dingin

Tatalaksana Syok
1. Syok hipovolemik
a. Pasang satu atau lebih jalur infus intravena
b. Infus dengan tetesan cepat larutan kristaloid atau kombinasi
kristaloid dengan koloid
c. Bila syok karna perdarahan, ambil sampel darah dan tutup sumber
perdarahan
d. Pasang kateter urine
e. Beri lasik bila produksi urine <1/2 ml/kg/jam
f. Dopamin 2-5 mg/kg/menit untuk pengukuran TD sentral
Tatalaksana Syok
2. Syok kardiogenik
a. Pastikan jalan napas tetap adekuat, bila tidak sadar lakukan intubasi
b. Beri oksigen 8-15 liter/menit
c. Beri morfin jika nyeri hebat akibat infark akut
d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa
e. Pasang cvp bila mungkin
f. Sulfas atropin bila frekuensi jantung < 50 kali/menit
g. Dopamin 2-5 mikrogram/kg
h. Dobutamin 2,5-10 mikrogram
i. Norepinefrin 2-20 mikrogram
j. Diuretik atau furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan
Tatalaksana Syok
3. Syok septik
a. Bawa ke ruang perawatan intensif. Beri cairan dlaam jumlah banyak
b. Beri dopamin/norepinefrin
c. Jika gagal paru pasang ventilator mekanik
d. Antibiotik intravena
4. Syok anafilaktik
a. Baringkan pasien pada alas yang keras, posisi kaki lebih tinggi dari kepala Penilaian A, B, C
b. Beri adrenalin 0,3-0,5 mg larutan 1:1000 untuk dewasa, 0,01/mk/kg untuk anak anak melalui IM
c. Jika terjadi spasme bronkus tambah aminofilin 5-6 mg/kgBB IV 0,4-0,9 mg/kgBB (dosis awal)
d. Kortikosteroid : hidrokortison 100 mg atau deksametason 5-10mg IV
e. Bila tekanan darah tetap rendah pasang jalur IV untuk terapi cairan
5. Syok neurogenik
a. Setelah amankan jalan napas dan resusitasi cairan, beri epinefrin
b. Terapi definitif.
Komplikasi Syok

Kerusakan organ Gangrane (mati nya Kematian


01 permanen seperti 03 jaringan tubuh)
05
organ ginjal, hati dan
jantung

02 Kerusakan pada otak 04 Serangan jantung


Pemeriksaan Penunjang
a. Syok hipovelemik
Menurut Nurarif dan kusuma, 2015, pemeriksaan penunjang dengan syok hipovelemik adalah
1. Kultur darah
2. BUN dan kreatinin
3. Pemeriksaan curah jantung
4. Laktat serum
5. EKG
6. Tes Fungsi Ginjal
b. Syok kardiogenik
Menurut Apriani 2015, pemeriksaan penunjang untuk syok kardiogenik adalah
1. EKG
2. Rontgen dada
3. Katerisasi jantung
4. Enzim jantung
5. Hitung darah lengkap
6. Ekokardiografi
Pemeriksaan Penunjang
c. Syok sepsis
Menurut Purwanto (2019) pemeriksaan penunjang untuk syok sepsis adalah pemeriksaan laboratorium
untuk melihat indikator sepsis dan infeksi dalam mengidentifikasi mikroorganisme penyebab sepsis.
d. Syok anafilaksis
Menurut Wijaya (2018), pemeriksaan penunjang untuk syok sepsis adalah pemeriksaan laboratorium
untuk melihat
1. Jumlah leukosit
2. Serum IgE total
3. IgE spesifik
4. Serum tryptase
5. Tes kulit
e. Syok neurogenik
Menurut Aspriani (2015) pemeriksaan penunjang syok terdiri dari:
1. Pencitraan dengan CT scan
2. Pengukuran tekanan vena sentral
3. EKG
4. Ekokardiografi
5. Pemeriksaan darah
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. X
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Usia : 65 tahun
4) Alasan masuk : Klien mengeluh nyeri dada sejak 3 hari yang lalu dan memberat 6 jam sebelum masuk
rumah sakit dan pusing.
b. Pengkajian primer
1) Airway
Tidak ditemukan adanya sumbatan di jalan napas dan tidak terdengar suara napas tambahan.
2) Breathing
Klien Nampak bernapas cepat namun dangkal dengan frekuensi napas 34 x/menit.
3) Circulation
Denyut nadi klien lemah dengan frekuensi 124 x/menit dan tekanan darah rendah yaitu 60/40 mmHg.
Selain itu juga terjadi perubahan warna kulit seperti kebiruan pada bibir dan kuku tangan serta kulit yang pucat
dan lembab.
Asuhan Keperawatan
4) Disability
Klien tampak mengalami penurunan kesadaran beberapa saat tiba di rumah sakit.
5) Exposure
Tidak ditemukan data adanya jejas

c. Pengkajian Sekunder
1) Terapi/medikasi
-Pemberian bantuan oksigen
-Terapi cairan RL IV 2 jalur
-Pemasangan katether urin (urin output : 50 ml)
2) Pemeriksaan diagnostic
Rontgen thorax : Acute Lung Oedema (ALO)
Asuhan Keperawatan
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
Analisa Data DS : Penurunan Hambatan pertukaran
Klien mengeluh pusing kontraktilitas jantung gas

DO : Oedema paru akut
 RR : 34 x/menit dan 
dangkal (dyspnea) Defisit oksigen
 Denyut nadi : 124
x/menit (takikardia)
 Warna kulit
abnormal (kebiruan
di bibir dan kuku
serta kulit pucat)

DO : Penurunan Penurunan curah


 Denyut nadi : 124 kontraktilitas jantung jantung
x/menit (takikardia) 
 Tekanan darah : Disfungsi ventrikel
60/40 mmHg
(hipotensi)
 Kulit lembab
 Abnormalitas warna
kulit
 Rontgen thorak :
ALO (edema paru
akut)
Asuhan Keperawatan
b. Diagnosa keperawatan yang muncul dan prioritasnya
1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan oedema paru akut dibuktikan dengan keluhan
pusing; dyspnea; takikardia; warna kulit abnormal.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung dibuktikan
dengan takikardia; edema paru; hipotensi; kulit lembab.

c. Intervensi
1) Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan oedema paru akut dibuktikan dengan keluhan
pusing; dyspnea; takikardia; warna kulit abnormal (00030).
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah hambatan pertukaran gas
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Irama pernapasan normal
2. Perfusi jaringan meningkat
3. Hasil X-ray dada ditingkat ke tidak ada deviasi dari normal
4. Tekanan darah ditingkatkan ke normal
Asuhan Keperawatan
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
a) Manajemen asam basa (1910)
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2, dan HCO3 dalam rangka mempertimbangkan jenis
ketidakseimbangan (mis : repiratorik/metabolik) dan kompensasi mekanisme fisiologis yang
terjadi
- Monitor gas darah arteri, level serum serta urin elektrolit, jika diperlukan.
- Monitor pola pernapasan
- Berikan terapi oksigen dengan tepat

b) Manajemen jalan napas


a) Buka jalan napas dengan teknik chin lift/jaw trust, sebagaimana mestinya.
b) Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA)/oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana
mestinya.
c) Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun/tidak ada dan adanya suara
tambahan.
d) Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
Asuhan Keperawatan
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung dibuktikan dengan takikardia;
edema paru; hipotensi; kulit lembab .
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah hambatan pertukaran gas teratasi dengan
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah normal
2) Tidak ada disrytmia
3) Edema paru ringan
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Manajemen cairan (4120)
1) Monitor tanda-tanda vital pasien.
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor status hemodinamik, termasuk CVP, MAP, PAP dan PCWP, jika ada
4) Monitor indikasi kelebihan/retensi (mis : crackles, elevasi CVP/tekanan kapiler paru-paru yang terganjal,
edema, distensi vena leher, dan asites).
Asuhan Keperawatan
b. Manajemen syok : Jantung
1) Monitor tanda dan gejala penurunan curah jantung.
2) Auskultasi suara napas terhadap bunyi crackles atau suara tambahan lainnya.
3) Monitor adanya ketidakadekuatan perfusi arteri coroner (perubahan ST dalam EKG, peningkatan
enzim jantung, angina), sesuai kebutuhan.
4) Monitor dan evaluasi indicator hipoksia jaringan (saturasi darah campuran vena, saturasi oksigen
vena sentral, nilai serum laktat, kapnometri sublingual).
5) Tingkatkan preload optimal sementara menurunkan afterload (mis : berikan nitrat sementara
mempertahankan tekanan oklusi arteri pulmonal dalam rentang yang dianjurkan) sesuai kebutuhan.
6) Tingkatkan perfusi jaringan yang adekuat (dengan resusitasi cairan dan/atau vasopressor untuk
mempertahankan rata-rata arteri (MAP)  60 mmHg), sesuai kebutuhan.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai