Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN

TENTANG

KOMUNIKASI AN KONSULTASI MANAJEMEN RISIKO

KELOMPOK 2

Refany Pradhita Utami (PSKM 6 B)

NIM : 21132019001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2022
A. Pendahuluan

Hasil Manajemen risiko harus dikomunikasi dan diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan sehingga akan memeberikan manfaat dan keuntungan bagi semua.
Manaemen harus memperoleh informasi yang jelas mengenai semua risiko yang ada di
bawah kendalinya.

Demikian pula dengan para pekerja, perlu diberi informasi mengenai semua potensi
bahaya yang ada di tempat kerjanya sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan atau
kegiatannya dengan aman.

Pihak lainpun, seperti pemasok, kontrakotr dan masyarakat sekitar aktivitas


perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang kegiatan perusahaan dan
potensi bahaya yang dapat timbul dan akan membawa pengaruh terhadap
keselematannya.

Dengan mengetahui dan memahami semua risiko yang ada di lingkungannya, maka
semua pihak akan dapat bertindak hati-hati. Upaya pencegahan kecelakaan akan dapat
dilakukan dengan efektif

 Komunikasi dan Konsultasi Manajemen Risiko

Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan sehingga dapat diketahui oleh semua
pihak. komunikasi dan konsultasi serta penetapan konteks.

 Komunikasi dan Konsultasi adalah proses dialog 2 arah diantara stakeholders


yang dilakukan untuk merencanakan, mengkomunikasikan dan mengelola proses
manajemen risiko yang sedang berjalan.
 Penetapan Konteks adalah proses untuk mengidentifikasi parameter dasar dalam
pengelolaan risiko dengan memberikan pemahaman mengenai lingkungan
internal dan eksternal dalam penerapan manajemen risiko.
Lalu pentingnya komunikasi dan konsultasi serta penetapan konteks dalam perencanaan
manajemen risiko yaitu:

 Pentingnya Komunikasi dan Konsultasi

 untuk transparansi dan inklusif dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh
seluruh bagian organisasi dan memperhitungkan kepentingan dari seluruh
stakeholder organisasi.
 diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai pada kegiatan
manajemen risiko dan membuat kegiatan ini menjadi tepat sasaran.
 untuk meyakinkan bahwa penanggungjawab pengimplementasian manajemen
risiko dan pihak lainnya yang berkepentingan memahami dasar pengambilan
keputusan dan mengapa tindakan-tindakan tertentu diperlukan.

 Pentingnya Penetapan Konteks

 untuk memudahkan proses identifikasi dan proses-proses selanjutnya.


 untuk mengidentifikasi parameter dasar tentang risiko yang harus dikelola.
 untuk menyediakan pedoman bagi keputusan dalam kajian manajemen risiko
yang lebih terinci.
 untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi dan lingkungan
mana yang hendak dicapai, stakeholder yang berkepentingan, dan keberagaman
kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan menilai
sifat dan kompleksitas dari risiko.

 Terdapat 4 konteks yang diperlukan dalam penetapan konteks, yaitu:

1. Konteks Internal yang memperhatikan sisi internal dari organisasi yang meliputi
struktur organisasi, kultur organisasi, dan hal-hal lainnya yang dapat
mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi,
2. Konteks eksterrnal yang memperhatikan sisi eksternal organisasi yaitu pesaing,
otoritas, perkembangan teknologi, dan hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi
pencapain sasaran organisasi
3. Konteks manajemen risiko memperhatikan bagaimana manajemen risiko
diberlakukan dan bagaimana hal tersebut akan diterapkan di masa mendatang.
4. Terakhir, dalam pembentukan manajemen risiko organisasi perlu mendefiniskan
parameter yang disepakati bersama untuk digunakan sebagai kriteria risiko.

 Penetapan konteks dapat mengacu pada:

1. Visi dan Misi perusahaan.


2. RJP (Rencana Jangka Panjang)
3. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan)
4. KPI (Key Performance Indikator) direksi s/d KPI Departemen.

Komunikasi yang digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum


komunikasi, buku panduan atau pedoman kerja. Komunikasi harus mudah dipakai oleh
semua pihak sehingga perlu dirancang sesuai dengan sasaran yang diinginkan.

Untuk pekerja tingkat bawah, aspek manajamen risiko harus dikomunikasikan dengan
bahasa praktis dan sederhana sehingga mudah dipahami. Sebagai contoh, dapat dibuat
pedoman pengoperasian mesin atau peralatan yang dilengkapi dengan gambar atau
petunjuk praktis seperti, Safety Alert : Bahaya Penggunaan HP di Kendaraan. Untuk
tingkat yang lebih tinggi dan khusus, komunikasi manajemen risiko dapat dilakukan
dalam bahasa dan lingkup yang lebih rinci dan teknis.

Sebagai contoh, hasil identifikasi dan evaluasi bahaya dengan menggunakan berbagai
teknik dan metoda, harus disampaikan kepada semua pihak secara lengkap.

Dengan demikian mereka akan memahami apa risiko yang ada dalam kegiatan, tingkat
risiko serta dampak yang ditimbulkannya, serta strategi untuk mengendalikannya.

Dengan mengetahui hasil identifikasi bahaya, manajemen dapat menyusun langkah


strategis untuk melakukan perbaikan, peningkatan atau pengembangan fasilitias operasi,
prosedur atau manajemen.

 Partisipasi

Manajemen risiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak dalam


pengembangan dan penerapan. Tanpa partisipasi aktif, manajemen risiko tidak akan dapat
berhasil dengan baik.
Oleh karena itu, dalam proses manajemen risiko semua pihak harus dilibatkan sesuai
dengan porsinya masing-masih dan lingkup kegiatannya.

Misalnya untuk melakukan identifikasi bahaya, perlu dimintakan saran dan masukan dari
para pekerja yang setiap saat terlibat atau mengetahui kondisi tempat kerja. Mereka
paling mengetahi kondisi bahaya yang dapat terjadi dalam kegiatannya.

Bentuk konsultasi atau partisipasi dalam pengembangan manajemen risiko dapat


dilakukan melalui berbagai bentuk antara lain :

B. Membentuk Tim Manajemen Resiko

Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara terencana dan terpadu dengan
melibatkan banyak pihak. Karena itu, manajemen perlu membentuk tim implementasi
yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan
manajemen risiko di lingkungan perusahaan atau organisasi.

Tim ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau menurut disiplin sehingga
diharapkan dapat mewakili semua unsur sehingga tingkat partisipasi akan lebih tinggi.

C. Tim Identifikasi Bahaya

Perusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk menangani aspek tertentu, misalnya
tim identifikasi bahaya.
PERTANYAAN PILGAN :

1. Mengapa konsultasi dan komunikasi itu sangat penting dalam manajemen risiko?
a. Agar dapat menciptakan dukungan yang memadai pada kegiatan
manajemen risiko dan membuat kegiatan ini menjadi tepat sasaran.
b. Agar bisa berkoordinasi satu dengan yang lain
c. Agar kompak dan bersinergis
2. Penetapan konteks manajemen risiko mengacu pada?
a. Visi dan Misi perusahaan.
b. RJP (Rencana jangka Panjang)
c. Semua Benar
3. Komunikasi dan Konsultasi adalah…
a. proses untuk mengidentifikasi parameter dasar dalam pengelolaan risiko
b. proses dialog 2 arah diantara stakeholders yang dilakukan untuk
merencanakan, mengkomunikasikan dan mengelola proses manajemen
risiko yang sedang berjalan.
c. Semua benar

PERTANYAAN ESSAY :

1. Bagaimana untuk membentuk Tim Manajemen Risiko?


Jawab : manajemen perlu membentuk tim implementasi yang diberi tugas dan
tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko di
lingkungan perusahaan atau organisasi. Tim ini dapat dipilih atau disusun
berdasarkan kompetensi atau menurut disiplin sehingga diharapkan dapat
mewakili semua unsur sehingga tingkat partisipasi akan lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai