Anda di halaman 1dari 18

25 oktober 2018

LAPORAN BAKTERIOLOGI I
TEKNIK TRANSFER KULTUR BAKTERI

Disusun Oleh :
Neneng Siti Nurngaisah
(1711050062)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang
akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya
menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang
tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air
sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat
(Hadioetomo, 1993).

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang


disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik ditambah sumber
karbon organik seperti gula (Volk, 1993).

Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri cultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu popolasi yang terdiri dari satu
macam mikroorganisme saja.Sebelum mengisolasi, harus diketahui mikroba apa yang akan
diisolasi dan habitatnya menentukan sampel dan media apa yang akan digunakan. Pemilihan
mikroba sebagai sumber enzim mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan yang
diisolasi dari tanaman ataupun hewan. Antara lain adalah sel mikroba relatif lebih mudah
ditumbuhkan, kecepatan pertumbuhan relatif lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah
ditingkatkan bila dikehendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatif rendah,
kondisi selama produksi tidak tergantung oleh adanya pergantian musim dan waktu yang
dibutuhkan dalam proses produksi lebih pendek (Torben,2007).
1.2 TUJUAN
1. Menguasai teknik kerja aseptis dalam memindahkan bakteri dari satu medium ke medium
lainnya.
2. Melakukan sterilisasi jarum inokulasi dan peralatam lainnya dengan api bunsen secara
benar.
3. Melakukan aktivitas tangan yang benar dan aman memegang, membuka dan menutup
tabung reaksi dan peralatan lainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara
(nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya.
Selain itu, medium juga dipergunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat
fisiologis. Untuk menetapkan suatu jenis mikroba sebagai penyebab penyakit harus terlebih
dahulu mendapatkan mikroba dalam keadaan murni untuk diselidiki sifat-sifatnya. Untuk
tujuan tersebut sangat diperlukan suatu medium sebagai tempat tumbuh dan isolasi
mikroorganisme. Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi
zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme (Lud Waluyo,
2008).

Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang
akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya
menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang
tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air
sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat
(Hadioetomo, 1993).

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang


disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik ditambah sumber
karbon organik seperti gula (Volk, 1993).
Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Dengan menginokulasi
medium agar nutrien (nutrient agar) dengan metode cawan gores atau dengan metode cawan
tuang, sel-sel mikroba itu akan terpisah sendiri-sendiri. Jika dua sel pada inokulum asal terlalu
berdekatan letaknya pada medium agar, maka koloni yang terbentuk dari masing-masing sel
dapat bercampur dengan sesamanya, atau paling tidak bersentuhan, jadi massa sel dapat
diamati dala medium agar, bukanlah suatu biakan yang murni (Pelczar, 2007).
Inokulasi atau penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar tetap steril, hal ini
agar menghindari  terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar


memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan
setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan
menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar tuang atau media agar
sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba
individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam
terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh
mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Pelczar
dan Chan, 2007).

Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari koloni campurannya akan lebih
mudah  untuk diamati. Selain itu teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni tunggal
serta pemeliharannya terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat
pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni
pada lempeng pembiakan (plate count) atau juga  dapat dilakukan penghitungan langsung
secara mikroskopis  (Burrows, 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

III.I ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Bunsen, Jarum inokulasi, cawan petri, jarum ose,spidol, korek api.
b. Bahan
Kultur bakteri di medium NB, Kultur bakteri di medium NA cawan, Medium NB,
Medium NA cawan, Kultur bakteri di medium NA miring, Medium NA miring, Medium
NA tegak.

III.II METODE
a. Cara Kerja
1. Semua tabung dan cawan di label yang telah berisi media steril
2. Inokulasi bakteri dari medium NB ke medium NA cair, medium NA tegak, medium NA
cawan dan Medium NB
3. Inokulasi bakteri dari medium NA miring ke medium NA cair, medium NA tegak,
medium NA cawan dan Medium NB
4. Inokulasi bakteri dari medium NA cawan ke medium NA cair, medium NA tegak,
medium NA cawan dan Medium NB
5. Inkubasi semua kultur 25 derajat celcius selama 24 jam sampai 48 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I HASIL

KE
JENIS KEL KEL KEL KEL KEL KEL KEL
NO L GAMBAR
MEDIUM 2 3 4 5 6 7 8
1
1 -Medium cair (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
steril
-Medium cair (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
inokulasi
2 -Medium (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
miring steril
-Medium (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
miring
inokulasi
3 -Medium tegak (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
steril
- Medium tegak (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
inokulasi

4 -Medium cawan (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
steril
-Medium cawan (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Inokulasi

Keterangan :
1. + : inokulasi
2. - : Bening
IV.II PEMBAHASAN

A. TEKNIK KERJA ASEPTIS

Inokulasi atau penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar tetap steril, hal
ini agar menghindari  terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998)

Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar


memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan
setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan
menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar tuang atau media
agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel
mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam
terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh
mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Pelczar dan Chan, 2007).

Teknik aseptik merupakan salah satu keahlian dasar bagi mereka yang ingin menekuni
teknologi pangan. Terutama dalam melakukan analisa mikrobiologi. Salah satu teknik dasar
dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam
memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis
agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial
dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar
tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama
pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril.
Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu,
sendok atau penjepit yang steril (John, 1990).

Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial
dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi. Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus
selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di
alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya
menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan
kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang
dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Rachmawati,2008).

Aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan


yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang
kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat
dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitasasi. Penguasaan teknik aseptik ini
sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi (Oram, 2001).

Ada beberapa aturan umum yang harus diperhatikan dalam teknik aseptis, yaitu:

a. Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara,
misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu
dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang.

b. Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan
digunakan. Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.

c. Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan.
Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk
membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah
selesai bekerja, sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.
d. Semua peralatan yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan yang telah
disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi
masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus
peralatan baik alat steril sekali pakai atau bukan.

e. Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan


tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum,
filler, pipet.) letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan
petri, erlenmeyer.) terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja
disediakan ruang lapang untuk bekerja.

f. Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme
yang menempel.

g. Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan
alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai
meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal.
Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.

h. Pakai sarung tangan lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu
melindungi dari tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan
sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan
tidak berbahaya.

i. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau
sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang
ada di tangan.

B. PEMINDAHAN KULTUR BAKTERI

Pemindahan kultur bakteri biasanya dengan alat kawat inokulasi dan ujung kawat
inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom. Ujung kawat boleh lurus, boleh juga
kolongan yang berdiameter 1- 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang
sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung
kawat itu disentukan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah
sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (sampel bakteri) selesai, mulut tabung
dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum
tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda.

Komponen-komponen yang harus disterilkan yaitu :


a. Alat-alat yang akan digunakan, seperti : cawan petri , pipet volume, ose.
b. Lingkungan, yaitu meja tempat kita bekerja disemprot alkohol.
c. Person yaitu dengan menyemprot tangan dengan alkohol serta dapat juga memakai
masker.
d. Media
Di alam bebas tidak ada mikroba yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lain.
Seringkali mikroba patogen kedapatan secara bersama-sama dengan mikroba
saproba (saprobakteri). Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana
memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah
pencemaran dari luar. Medium untuk membiakkan mikroba haruslah steril sebelum
digunakan. Pencemaran (kontaminasi) dari luar terutama berasal dari udara yang
mengandung banyak mikroorganisme. Teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal
dengan beberapa cara, yaitu :
a. Cara Penggesekan
Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan keterampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna akan
mengahsilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara iniadalah bakteri-bakteri anaerob
tidak dapat tumbuh.
Bakteri yang mempunyai flagel seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama
bila digunkan lempengan agar yang basah. Untuk mencegah hal ini harus digunakan
lempengan yang benar-benar kering. Untuk mendapatkan koloni yang terpisah sewaktu
melakukan goresan harus memperhatikan, antara lain :
- Gunakan ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan agar. Sengkelit
yang panas akan mematikan mikroorganisme, sehingga tidak terjadi pertumbuhan pada
bekas goresan.
- Sewaktu menggores, sengkelit dibiarkan meluncur diatas permukaan lempengan. Agar
yang luka akan menganggu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh
koloni yang terpisah.
- Sengkelit harus dipijarkan setelah menggores suatu daerah, hal ini dengan tujuan
mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata ose dan mencegah pencemaran
pada penggoresan berikutnya.
- Menggunakan tutup cawan petri untuk melinduingi permukaan supaya terhindar dari
pencemaran.
- Membalikkan lempengan agar untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas permukaan
sehingga dapat terjadi penyebaran koloni.
b. Cara spread atau sebar
Pengenceran sampel sama seperti pada cara penuangan. Dengan memipet sebanyak
0,1 ml cairan dari botol pengencer dan biarkan cairan mengalir ke atas permukaan agar.
Cairan sampel disebarkan dengan penyebar yang terbuat dari gelas berbentuk huruf L. Pada
teknik ini sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan ke dalam alkohol dan kemudian
dipanaskan sampai alkohol terbakar habis. Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan
untuk menyebar cairan sampel pada permukaan agar. Penyebaran cairan contoh (sampel )
dilakukan dengan memutar agar lempengan tersebut.
c. Cara Pour plate atau tuang
Isolasi dengan menggunakan medium cair dengan cara penuangan. Prinsip melakukan
penuangan adalah menurunkan jumlah mikroorganisme sehingga suatu saat hanya ditemukan
suatu sel dalam tabung. Metode ini pertama kali dilakukan oleh Robert Koch (1843-
1905).Terkadang masih terjadi kontaminasi pada medium biakan yang kita buat. Hal ini
dikarenakan oleh :
1. Sterilisasi media dan alat kurang sempurna
2. Kontak langsung dengan permukaan atau tangan kita tercemar
3. Terentuhnya media ataupermukaan tabung bagian dalam oleh benda – benda yang
belum disterilkan
4. Melalui udara

B. BAKTERI DAPAT TIDAK TUMBUH DAN TUMBUH


Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok
mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat
dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba :


1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan
kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh pada pH
yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga
kelompok sebagai berikut:
1. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu
0-20o C.
2. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
3. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik
pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum
pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh
manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba
perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber
energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan
adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga
mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip
daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai
berikut:
• Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
• Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
• Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen.
• Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang lebih rendah
daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara. Mikroba perusak pangan sebagian besar
tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang
dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi
bakteri, yaitu :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut.
3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai.
4. Cara menanam mikrobia tersebut.
5. Cara inkubasi mikrobia tersebut.
6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni.
7. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni.
Pada hasil praktikum Teknik transfer kultur bakteri yang telah dilakukan menggunakan
media Nutrient Agar dalam bentuk tegak, miring, cawan dan Nutrient borth sesuai dengan
Teknik aspetis pada buku panduan. Untuk kelompok 1 dari semua media menunjukan bakteri
dapat tumbuh disetiap media tersebut sedangkan pada media cawan pertumbuhan bakterinya
memisah dan jumlahnya koloninya sedikit. Kelompok 2 kultur bakteri pada setiap media
dapat tumbuh dan untuk media cawan pertumbuhannya menyebar tidak beraturan dengan
jumlah yang sangat banyak. Kelompok 3 seluruh medianya bakteri kultur dapat tumbuh dan
untuk cawan pertumbuhanya memisah. Dan pada kelompok 4 serta 5 hasil pertumbuhanya
sama seperti kelompok 3. Sedangkan kelompok 6 dan 7 pertumbuhan bakterinya ada dan
untuk media cawan hasiknya menyebar. Kelompok 8 seluruh medianya ditumbuhi bakteri
namun untuk media cawan pertumbuhannya ada yang menyebar dan memisah.
Ada berbagai penyebab bakteri dapat tumbuh dengan pada media yaitu media yang
digunakan telah disterilisasi dengan baik dan sesuai kebutuhan nutrisi untuk bakteri yang akan
dikultur. dan saat pemindahan bakteri menggunakan jarum inokulasi Teknik aseptisnya benar
sehingga bakteri dapat tumbuh pada media. Dan waktu dan suhu inkubasi yang tepat sehingga
pertumbuhan bakteri dapat terjadi.
Sedangkan bakteri tidak dapat tumbuh ada berbagai faktor media yang tidak sesuai
kebutuhan bakteri misal bakteri anaerob ditumbuhkan pada media yang mengandung oksigen
maka tidak bisa tumbuh. pada kelompok dua ditemukan gelembung pada media cawan ini
disebabkan saat membuat media cawan meratakannya tidak menyebar rata sampai bagian
tengah sehingga pertumbuhan bakterinya hanya pada bagian pinggir dan jumlahnya sedikit.
Saat pemindahan jarum inokulasi masih panas saat dimasukan pada media kultur
menyebabkan bakteri mati tidak dapat tumbuh. suhu inkubasi yang terlalu rendah atau tinggi
juga menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh.
BAB V
KESIMPULAN
1. Inokulasi atau penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari
medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi.
2. Aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang
kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya,
untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitasasi.
3. Pertumbuhan bakteri pada media setelah dikultur dipengaruhi faktor lingkungan dan
Teknik aseptis dalam mengkultur bakteri. Dan memindahkan bakteri ke media dapat
menggunakan berbagai macam metode penyebaran, penuangan dan penggesakan
menggunakan jarum ose atau inokulasi
DAFTAR PUSTAKA

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders
Company, Philadelphia.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi .Malang : Djambatan.

Hadioetomo, 1990.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia.

Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikroiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta :


Penerbit Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.

John F. Anderson, et. al. 1990. Infectious but Nonpathogenic Isolate of Borrelia burgdorferi.
Journal of Clinical Microbiology. Vol. 28 (12). 2693-2699.

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr.2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan
Company. Waterville.

Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Rachmawati, 2008. Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan
Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengabdian. Vol. 1 (2). 23-24.

Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Skou Torben dan Sogaard Jensen Gunnar. 2007. Microbiologi. Forfattern Og.Systime : England.

Anda mungkin juga menyukai