Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Telaah Jurnal Hasil Dan Pembahasan
Dapat dilihat pada grafik bahwa kandungan karoten pada adonan olahan labu
kuning yaitu kerupuk 0,3806mg/g, biskuit 0,1784mg/g dan mie 0,0038mg/g. Hasil
ini dipengaruhi oleh sumber karoten yang terdapat dalam adonan yaitu tepung.
Penambahan tepung pada produk adonan kerupuk lebih banyak dibandingkan
adonan biskuit dan mie. Hasil ini menandakan bahwa tepung labu kuning yang
dicampurkan kedalam adonan berpengaruh terhadap kadar karoten. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Rosida dan I.I Purwanti (2008) bahwa kadar beta
karoten tepung wortel dengan pengeringan menggunakan oven selama 24 jam
dengan g/100 g.suhu 600C yaitu sebesar 63,67 Hasil tersebut berbeda dengan
hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari selama 14 jam yang menunjukkan bahwa kadar karoten tepung labu
kuning yaitu 43,40 mg/100g lebih besar dari tepung wortel.
Sesuia nilai absorbansi yang dihasilkan, maka dapat dihitung kadar karoten
pada sampel biskuit, mie dan kerupuk, seperti tertera pada Gambar 2.
Keterangan : hst : hari setelah tanam Labu lokal lumajang mempunyai rasio
jumlah bunga jantan dan bunga betina yaitu dengan perbandingan 5 : 1 sedangkan
labu lokal malang yaitu sekitar 4 : 2. Hasil penelitian dari kedua varietas yang
digunakan menunjukkan lebih cepat yaitu pada umur 39 hst, sedangkan labu lokal
lumajang yaitu pada umur 40 hst, tetapi pada umur bunga betina menunjukkan
labu lokal lumajang lebih cepat satu hari dibandingkan dengan labu lokal malang
yaitu 44 hst dan 45 hst.
Karakter Buah
Tabel dua (2) menunjukkan karkteristik buah dari dua varietas lokal yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi varietas lokal lumajang dan varietas lokal
malang. Berdasarkan penampilan karakter kulit buah untuk varietas lokal lumajang
mempunyai warna kulit buah yang relatif sama yaitu berwarna coklat, sedangkan
varietas lokal malang relatif masih beragam yaitu berwarna coklat dan berwarna
hijau, hal ini disebabkan umur panen yang relatif sangat berbeda, sehingga
berdampak pada proses pengeringan buah yang berbeda.
Tabel 2. Karakteristik Buah
Cucurbita moschata
Bentuk daun labu kuning menyirih, ujungnya agak runcing, tulang daun
tampak jelas, berbulu halus dan agak lembek hingga bila terkena sinar matahari
agak layu. Labu kuning termasuk berdaun lebar, garis tengahnya dapat mencapai
20 cm dan berwarna hijau. Cucurbita ficifolia
Pada Labu Air pada bagian daunnya terdapat tangkai dan helaian daun
sehingga disebut daun bertangkai.Bangun daun Labu Air termasuk jantung
(cordatus) yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun memperlihatkan
suatu lekukan.Ujung daunnya meruncing (acuminatus) seperti pada ujung yang
runcing tetapi titik pertemuan kedua tapi daunnya jauh lebih tinggi dari perkiraan,
hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Tepi daunnya bergerigi
(serratus) jika sinus dan ngulusnya sama lancipnya. sedangkan susunan tulangnya
menjari.Warna daunnya hijau keputihan, permukaanya berbulu halus (villosus).
Termasuk dalam daun tunggal dengan panjang mencapai 400 mm.
Gambar 3. Morfologi daun tanaman a. Cucurbita moschata dan b.Cucurbita
ficifolia
Cucurbita moschata
Bunga labu kuning berbentuk lonceng dan berwarna kuning. Bunga labu
kuning bersifat uniseksual-monoesius, yakni dalam satu rumpun bunga terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Bakal buah terdapat pada pangkal bunga betina,
sedangkan pada bunga jantan tidak terdapat bakal buah. Penyerbukan bunga labu
kuning dapat terjadi karena angin atau serangga.
Cucurbita ficifolia
Bunga berumah satu (monoecus) di ketiak daun, berwarna kuning kehijauan,
memiliki 5 mahkota, 5 benang sari, dan 3 putik.Buah bulat memanjang dan
berwarna hijau kekuningan, dengan kulit yang bertekstur keras.
Daya kembang hasil sidik ragam taraf 5% dapat diketahui bahwa substitusi
tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh nyata terhadap daya kembang
cake yang dihasilkan. Nilai daya kembang yang tinggi ada pada perlakuan P0
dengan nilai sebesar 236,98 dan terendah ada pada P1 sebesar 207,81. Daya
kembang cake yang mendekati P0 adalah pada perlakuan P6 sebesar 235,07.
Semakin banyak penggunaan tepung koro pedang cake yang dihasilkan semakin
mengembang, hal ini dikarenakan protein dari koro pedang mempunyai sifat
menyerap dan mengikat air yang tinggi, mempunyai kemampuan sebagai
pengemulsi dan pembentukan busa (Subagio et al., 2003).
Staleness Cake, hasil sidik ragam taraf 5% dapat diketahui bahwa substitusi
tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh tidak nyata terhadap tekstur
cake yang dihasilkan. Selama penyimpanan dari hari ke-0 hingga hari ke-2 nilai
tekstur mengalami penurunan, hal ini menandakan bahwa cake memiliki tekstur
semakin keras. Pengerasan pada tekstur cake sering terjadi selama penyimpanan.
Hal ini dikarenakan adanya peristiwa retrogradasi pati yang menyebabkan
kehilangan sejumlah air pada cake (Verdagustiana, 2008). ∆ perubahan semakin
kecil menunjukkan bahan yang digunakan baik untuk pembuatan produk tersebut.
Dari pengamatan penyimpanan yang telah dilakukan semakin banyak penambahan
koro pedang ∆ perubahan tekstur semakin besar. Hal ini dikarenakan kandungan
amilosa koro pedang lebih tinggi dari pada labu kuning. Semakin besar kandungan
amilosa peristiwa retrogradasi semakin mudah terjadi.
Berdasarkan hasil uji organoleptik dan uji fisik cake, dilakukan uji efektivitas
untuk mendapatkan 2 formulasi terbaik. Berdasarkan hasil uji efektivitas dapat
diketahui formulasi terbaik pada pembuatan cake ada pada perlakuan P4 (50%
terigu : 20% tepung labu kuning : 30% tepung koro pedang) dan P5 (50% terigu :
10% tepung labu kuning : 40% tepung koro pedang).
Formulasi penggunaan tepung labu kuning dan koro pedang terhadap terigu
pada pembuatan cake berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna, rasa, tekstur,
keseluruhan, warna (hue dan chroma), daya kembang, staleness, kadar abu, kadar
lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap aroma, dan kadar air. Formulasi yang terbaik pada pembuatan cake
adalah P5 (50% terigu: 10%tepung labu kuning : 40%tepung koro pedang).
8. Judul: SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)
DAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) TERHADAP TERIGU
PADA PEMBUATAN CAKE
Peneliti: Komang Biandari Devi Permatasari1, dkk
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, dan total karoten dari tepung
labu kuning dan mocaf yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan hasil
analisis kadar air, kadar abu, total karoten dan daya kembang dari chiffon cake
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Nilai rata-rata hasil analisis kadar air, kadar abu dan total karoten dari
tepung labu kuning dan mocaf.
Tabel 2. Nilai rata-rata kadar air, kadar abu, total karoten dan daya kembang
chiffon cake.
Keterangan : Nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada
kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan
0,05.
Hasil sidik ragam kadar Air menunjukkan bahwa perbandingan tepung labu
kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap kadar air
chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan kadar air terendah chiffon cake diperoleh pada
perlakuan P1 yaitu 34,06% sedangkan kadar air tertinggi chiffon cake diperoleh
pada perlakuan P6 yaitu 40,30%.
Peningkatan kadar air chiffon cake disebabkan oleh bertambahnya konsentrasi
tepung labu kuning, semakin banyak penambahan tepung labu kuning semakin
tinggi kadar air chiffon cake. Hal ini disebabkan oleh tepung labu kuning memiliki
kadar air yang lebih besar dibandingkan mocaf. Berdasarkan hasil analisis bahan
baku, kandungan kadar air tepung labu kuning lebih tinggi yaitu sebesar 13,50%
dibandingkan dengan mocaf yaitu sebesar 12,91% (Tabel 1).
Hasil sidik ragam kadar Abu menunjukkan bahwa perbandingan tepung labu
kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap kadar abu
chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan kadar abu chiffon cake terendah diperoleh
pada perlakuan P1 yaitu 0,99%, sedangkan kadar abu tertinggi chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P6 yaitu 1,74%. Penentuan kadar abu bertujuan untuk
mengetahui banyaknya kandungan mineral yang terdapat dalam chiffon cake.
Kadar abu chiffon cake tinggi pada perlakuan P6 seiring dengan tingginya
penambahan tepung labu kuning. Hal ini dikarenakan tepung labu kuning
mengandung mineral lebih tinggi dibandingkan dengan mocaf sehingga jumlahnya
semakin besar seiring dengan penambahan tepung labu kuning.
Total Karoten hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung
labu kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap total
karoten chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan total karoten terendah chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 5,81 µg/g sedangkan total karoten tertinggi
chiffon cake diperoleh pada perlakuan P6 yaitu 50,62 µg/g. Total karoten chiffon
cake bertambah seiring dengan tingginya konsentrasi penambahan tepung labu
kuning. Berdasarkan hasil analisis bahan baku total karoten tepung labu kuning
yaitu 204,29 µg/g lebih besar dari pada total karoten mocaf yaitu 0,00 µg/g (Tabel
1). β-karoten merupakan sumber terbaik dari salah satu vitamin penting yakni
vitamin A yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan mata dan kulit. cake.
Tabel 2 menunjukkan daya kembang terendah chiffon cake diperoleh pada
perlakuan P6 yaitu 409,98% sedangkan daya kembang tertinggi chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 582,48%.
Perbandingan tepung labu kuning dengan mocaf berpengaruh terhadap kadar
air, kadar abu, daya kembang, total karoten, uji hedonik (keseragaman pori, warna,
aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan) dan uji skoring (keseragaman
pori, warna, aroma, tekstur, rasa) chiffon cake. 2.
Perbandingan 30% labu kuning : 70% mocaf merupakan karakteristik terbaik
chiffon cake dengan kriteria kadar air 36,65%, kadar abu 1,38%, daya kembang
511,65%, total karoten 27,39 µg/g, keseragaman pori seragam dan suka, warna
kuning dan suka, aroma labu kuning sedang dan agak suka, tekstur lembut dan
suka, rasa agak khas labu kuning dan suka serta penerimaan keseluruhan suka.
9. Judul: POTENSI MIE DARI LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA
DURCH) DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH
Peneliti: Muh. Ikhlas Arsul, dkk
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Hasil dari respon glukosa darah dari subjek yang digunakan setelah
mengkonsumsi mie yang dibandingkan dengan mengkonsumsi nasi sebanyak 100
g dapat dilihat pada tabel 2. Data hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan
penurunan glukosa darah selama 5 hari setelah mengkonsumsi mie Formula I, II
dan III dengan kadar glukosa darah berturut-turut sebesar 20 mg/dL, 30 mg/dL,
dan 60mg/dL. Sedangkan pada subjek yang mengkonsumsi nasi, glukosa darah
meningkat sebesar 20 mg/dL. Penurunan glukosa darah tertinggi ditunjukkan pada
mie Formula III. Namun, Formula I menunjukkan pengurangan atau penurunan
yang lebih kecil dibandingkan dengan Formula II. Gambar 1 menunjukkan kurva
respons glukosa darah, dimana terjadi penurunan kadar glukosa darah pada
kelompok pengkonsumsi mie sementara yang mengkonsumsi nasi terjadi
peningkatan glukosa darah.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yoshinari menjelaskan bahwa
ekstrak metanol labu kuning dapat menurunkan kadar glukosa darah berdasarkan
tes toleransi.
Tabel 1. Penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian mie dari labu
kuning
Gambar 2. Mie dari labu kuning
Labu kuning mengandung senyawa betakaroten, flavonoid, vitamin C dan
vitamin E adalah antioksidan yang menghambat aktivitas radikal bebas yang
menyebabkan retensi insulin. Flavonoid berperan dalam menurunkan retensi
insulin dan menungkatkan sensitivitas insulin. Selain itu flavonoid juga memiliki
efek hipoglikemik dengan cara memblok aktivitas enzim alfa amilase dan alfa
glukosidase sehingga produksi glukosa menurun. Prinsip penghambatan ini
menyebabkan penundaan pemecahan karbohidrat dan disakarida, menghambat
absorbsi glukosa, dan menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa serta
fruktosa. Mekanisme ini memiliki kesamaan aksi mekanisme seperti akarbose
yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes melitus.
Pada uji hedonik, responden dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu produk. Selain itu responden juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Adapun skala pengujian hedonik yaitu
sangat suka (5), suka (4), agak suka (3), agak tidak suka (2), dan tidak suka (1).
Tingkat kesukaan inilah yang merupakan parameter suatu produk dapat diterima
oleh masyarakat.
Tabel 1. Hasil uji hedonik mie dari labu kuning
Berdasarkan tabel 1, sebanyak 21 orang suka dengan rasa dan aroma dari mie
dan 18 orang suka dengan warna dan teksturnya. Sebanyak 6 orang sangat suka
dengan rasa dari mie, 8 orang sangat suka dengan warna dan teksturnya, dan 3
orang sangat suka dengan aromanya. Sebanyak 3 orang agak suka dengan rasa
mie, 4 orang agak suka dengan warna dan teksturnya, dan 6 orang agak suka
dengan aromanya. Hasil pengujian hedonik menunjukkan sebanyak 30 responden
menyukai rasa, warna, aroma dan tekstur dari mie dengan nilai rata-rata berturut-
turut adalah 4,1; 3,9; 4,1; dan 4,1.
Mie dengan Formula III (75% tepung labu) menunjukkan penurunan kadar
glukosa darah tertinggi yaitu 60 mg/dL dengan indeks glikemik 69,56.
Berdasarkan uji hedonik meliputi rasa, warna, tekstur dan aroma yang dilakukan
mie dari labu kuning disukai oleh masyarakat.
10. Judul: PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita
Moschata) DAN TEPUNG MOCAF TERHADAP SERAT PANGAN,
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN TOTAL ENERGI PADA FLAKES
“KUMO”
Peneliti: Ardhanareswari Dhiyas, Ninik Rustanti
Tahun : 2016
Hasil dan pembahasan
Hasil
Kandungan Tepung Labu Kuning dan Mocaf Hasil analisis kandungan tepung
labu kuning dan tepung mocaf dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kandungan tepung labu kuning dan mocaf
Pembahasan
Serat Pangan Bahan baku dalam pembuatan flakes yaitu menggunakan tepung
labu kuning dan tepung mocaf. Terdapat peningkatan serat pangan seiring dengan
subsitusi labu kuning pada flakes sebesar 6,12% dikarenakan serat pada tepung
labu kuning sebesar 6,07% lebih tinggi dibandingkan dengan serat pada tepung
mocaf sebesar 3,68%. Serat pangan tertinggi ada pada flakes L50M40 sebesar
8,35%. Semakin tinggi konsentrasi labu kuning, maka semakin tinggi pula
kandungan serat pangan dari flakes KUMO.
Pada flakes KUMO L50M40 mengandung serat pangan larut air sebesar
5,66% dan serat pangan tidak larut air sebesar 2,69%. Serat pangan larut air telah
terbukti pada penelitian in vitro atau in vivo, mempunyai kemampuan untuk
mengikat asam empedu. Hal tersebut dapat memacu ekskresi sterol dan dapat
menurunkan kolesterol yang disirkulasi. Serat larut juga dapat menghambat
absorbsi kolesterol di dalam usus halus.9,10 Mengkonsumsi 5-10 gram serat larut
per hari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 5%.11Serat pangan tidak
larut air mempunyai sifat mudah menahan air sehingga menyebabkan feses mudah
dikeluarkan. Hal ini juga disebabkan oleh bertambahnya massa bakteri dalam feses
yang kaya akan serat, sebab serat pangan merupakan substrat yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroflora di dalam kolon.
Kandungan serat pangan dapat berkurang karena adanya proses pengolahan.
Pengolahan panas seperti perebusan dapat menurunkan serat pangan lebih besar
dibandingkan dengan pengukusan. Hal ini disebabkan penetrasi panas ke bahan
lebih merata dan pemasakan dengan panas dapat mempengaruhi kandungan serat
pangan atau mengubah distribusi serat antara fraksi larut air dengan fraksi tidak
larut air.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah hiperlipidemia adalah dengan asupan makanan yang mengandung serat
pangan dan aktivitas antioksidan. Untuk mengetahui kandungan serat pangan,
aktivitas antioksidan dan total kalori pada flakes tepung labu kuning dan tepung
mocaf (KUMO). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor yaitu kadar labu kuning
(0%,15%,30%,dan 50%) dan tepung mocaf sehingga diformulasikan menjadi
L0M90,L15M75,L30M60 dan L50M40. Kadar serat diuji menggunakan metode
multienzim, aktivitas antioksidan diuji menggunakan DPPH, dan total kalori
menggunakan Bomb Calorimeter. Analisis statistik yang digunakan yaitu dengan
One Way Anova. Ada peningkatan bermakna pada serat pangan dan aktivitas
antioksidan flakes yang disubsitusi labu kuning. Serat pangan dan aktivitas
antioksidan tertinggi ada pada jenis L50M40 sebesar 8,35% dan 26,63%. Total
kalori yang dihasilkan dari flakes KUMO berkisar 28,01-32,6 kkal/100 g. jadi,
Flakes terbaik yang direkomendasikan yaitu flakes dengan jenis L50M40.
11. Judul : ANALISIS BETA KAROTEN DARI EKSTRAK JONJOT BUAH LABU
KUNING (CUCURBITA MOSCHATA)
Peneliti: Dokri Gumolung
Tahun : 2017
Hasil dan pembahasan
Kandungan Karotenoid Dan Beta Karoten
Kandungan total karotenoid diukur dengan menggunakan metode Gross (3).
Perbandingan hasil pengujian kandungan total karotenoid pada bagian buah labu
kuning dapat dilihat pada Tabel 1.
Data dalam Tabel 1, menunjukkan bahwa kandungan total karotenoid tertinggi
terdapat pada Ekstrak Jonjot dengan Petroleum Eter yakni 78,2 µg/g, hal ini
disebabkan oleh karena Petroleum Eter merupakan pelarut non polar yang dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang polar yang berada pada
dinding sel seperti terpenoid.
Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dalam sistem
fotosintesis. Kandungan beta karoten diperoleh melalui ekuivalen dari karotenoid.
Kemampuan beta karoten untuk menginaktifkan radikal bebas bukan karena dapat
berubah menjadi Provitamin A, tetapi karena adanya ikatan rangkap yang banyak
pada struktur molekul.
Tabel 1. Perbandingan Kadar Karotenoid dan Beta Karoten Labu Kuning
Dalam berbagai Ekstrak
Protein Kadar protein tepung daging dalam buah labu kuning yaitu 4,28%
dibandingkan dengan data yang diungkapkan oleh Kamsiati, dimana kadar protein
tepung labu kuning sebesar 3,74% [7]. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kandungan protein pada daging, buah labu kuning dalam penelitian ini lebih tinggi
kandungannya dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daging dari buah labu kuning
memiliki kadar protein 4.28 %, lemak 0.18 %, serat 0.93 %, karbohidrat 83.18 %,
air 6.75 % dan Abu 4,68 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung
jonjot buah labuh kuning dapat dijadikan sebagai bahan fortifikasi pangan untuk
meningkatkan nilai gizi.
14.Judul: PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG KETAN DENGAN LABU
KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KARAKTERISTIK
KLEPON
Peneliti: I Kadek Dede Pranata, I Made Sugitha, Luh Putu Trisna Darmayanti
Tahun : 2019
Hasil dan pembahasan
Nilai rata-rata hasil penelitian terhadap karakteristik klepon yang meliputi
kadar air, kadar abu, kadar protein kadar lemak kadar karbohidrat dapat dilihat
pada Tabel 2. Nilai rata-rata kadar karbohidrat dan kadar βkaroten dapat dilihat
pada Tabel 3.
Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar air klepon,
didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning
menunjukan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Nilai rata-rata kadar air klepon pada
Tabel 2 berkisar antara 45,38% sampai dengan 52,39%. Hasil analisis kadar air
tertinggi terdapat pada perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning 50%
: 50% yaitu 52,39%, sedangkan kadar air terendah terdapat pada perlakuan tepung
ketan dan labu kuning 80% : 20% yaitu 45,38%.
Tabel 2. Nilai rata-rata hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan
kadar lemak klepon
Agnes Murdiati. 2008. Pengaruh Variasi Lama Simpan Dan Frekuensi Ekstraksi
Terhadap Kandungan Gula Ekstrak Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata.
AGRITECH, Vol. 28, No. 1
Budianto, Anang., dkk. 2019. Pengaruh Umur Panen Dan Metode Pengeringan
Terhadap Karakteristik Fisikokimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Moschata L.) Varietas Kusuma Di Banyuwangi Tahun 2016. Jurnal Teknologi
Pangan Dan Ilmu Pertanian Vol. 1 No. 02
Dhiyas, Ardhanareswari. Dkk. 2016. Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Moschata Durch) Dan Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L.) Terhadap
Terigu Pada Pembuatan Cake. Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor
4, Tahun 2016 (Jilid 4). doi : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Dini Junita. 2015. Komponen Gizi, Aktivitas Antioksidan Dan Karakteristik Sensori
Bubuk Fungsional Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dan Tempe. J. Gizi
Pangan. ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920. DOI:
10.25182/jgp.2017.12.2.109.116
Evita, Puspaningdyah 2020. Kombinasi Bilakupu (Biji Labu Kuning Dan Kunyit
Putih) Dalam Menurunkan Hiperkolesterolemia . Jurnal SainHealth Vol. 4 No.
1 p-ISSN : 2548-8333 e-ISSN : 2549-2586
Gumolung, Dokri. 2017. Analisis Beta Karoten Dari Ekstrak Jonjot Buah Labu
Kuning (Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.2 No.2: 69-71,
2017 ISSN 2598-1269
Gumolung, Dokri. 2018. Analisis Kandungan Total Fenolik Pada Jonjot Buah Labu
Kuning (Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.3 No.1: 1-4,
2018 ISSN 2598-1269
Gumolung, Dokri. 2019. Analisis Proksimat Tepung Daging Buah Labu Kuning
(Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.4 No.1: 8-11, 2019 ISSN
2598-1269
Insani, Dedy. 2017. Pemanfaatan Labu Kuning Dalam Pembuatan Permen Jelly
Dengan Penambahan Rumput Laut. Jom FAPERTA Vol. 4 No. 2