Anda di halaman 1dari 45

Telaah Jurnal

TANAMAN LOCAL LABU KUNING CUCURBITA MOSCHATA DUCH


(SAMBIKI)
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah tanaman pangan yang diampu oleh Prof.
Dr. Novri Youla Kandowangko M. P )

Oleh :

Tika Rajak (431418056)


Kelas A
Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Telaah Jurnal Hasil Dan Pembahasan

1. Judul: RETENSI KAROTEN DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN LABU


KUNING (CUCURBITA MOSCHATA DURCH)
Peneliti: Novrina Rasinta Ranonto, dkk.
Tahun: 2015
Hasil dan pembahasan
Sesuai nilai absorbansi yang dihasilkan, maka dapat dihitung kadar karoten
pada sampel adonan biskuit, mie, kerupuk, dan tepung labu kuning seperti tertera
pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Hubungan AntaraTepung,


Adonan Olahan Labu Kuning dan Kadar Karoten

Dapat dilihat pada grafik bahwa kandungan karoten pada adonan olahan labu
kuning yaitu kerupuk 0,3806mg/g, biskuit 0,1784mg/g dan mie 0,0038mg/g. Hasil
ini dipengaruhi oleh sumber karoten yang terdapat dalam adonan yaitu tepung.
Penambahan tepung pada produk adonan kerupuk lebih banyak dibandingkan
adonan biskuit dan mie. Hasil ini menandakan bahwa tepung labu kuning yang
dicampurkan kedalam adonan berpengaruh terhadap kadar karoten. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Rosida dan I.I Purwanti (2008) bahwa kadar beta
karoten tepung wortel dengan pengeringan menggunakan oven selama 24 jam
dengan g/100 g.suhu 600C yaitu sebesar 63,67 Hasil tersebut berbeda dengan
hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari selama 14 jam yang menunjukkan bahwa kadar karoten tepung labu
kuning yaitu 43,40 mg/100g lebih besar dari tepung wortel.
Sesuia nilai absorbansi yang dihasilkan, maka dapat dihitung kadar karoten
pada sampel biskuit, mie dan kerupuk, seperti tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara


Produk Olahan Labu Kuningdan Kadar Karoten
Hasil analisis kandungan karoten berturut-turut pada produk olahan labu
kuning yaitu kerupuk 0,3024mg/g, biskuit 0,1272mg/g dan mie 0,0024mg/g.. Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar karoten produk olahan labu
kuning lebih rendah dibandingkan kadar karoten adonan yang mengalami
penurunan akibat oksidasi sehingga menyebabkan terjadinya proses degradasi.

Dalam hasil penelitiannya ini menunjukkan bahwa kerupuk memiliki retensi


lebih tinggi yang disebabkan pengaruh penggorengan menggunakan minyak
bimoli selain penambahan tepung labu kuning yang lebih banyak kedalam adonan.
Menurut Melliana, dkk (2014), bahwa bimoli adalah minyak kelapa sawit dengan
kandungan beta karoten alami sebesar (18,181 µg/100 g) yang dapat membantu
asupan vitamin A sehari-hari. Selain itu menurut Desty(2013) Suhu yang rendah
dengan waktu yang lama dan suhu yang tinggi dengan waktu yang singkat
memberikan pengaruh kerusakan karoten yang hampir sama. Kerupuk mengalami
proses pemanasan yang lebih sebentar pada suhu tinggi 1900C (penggorengan
beberapa detik) dibandingkan biskuit dengan suhu 1900C (pemanggangan 6
menit) dan mie dengan suhu 1000C (Perebusan 20 menit).
2. Judul: Pengaruh Variasi Lama Simpan Dan Frekuensi Ekstraksi Terhadap
Kandungan Gula Ekstrak Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata)

Peneliti: Agnes Murdiati , dkk.


Tahun : 2008
Hasil dan pembahasan
Sifat-sifat Ekstrak Buah Labu Kuning
Ekstrak buah labu kuning yang diperoleh selanjutnya dianalisis sifat-sifat
kimia dan fisikanya meliputi: gula total, gula reduksi, pH, kekeruhan dan warna.
Gula total ekstrak buah labu kuning. Jumlah gula total yang terekstrak
menunjukkan kecenderungan semakin banyak dengan semakin lamanya
penyimpanan. Semakin lama penyimpanan, kematangan buah labu kuning
semakin meningkat, dan seiring dengan meningkatnya kematangan buah, maka
semakin besar pula kandungan gula totalnya. Semakin banyak frekuensi ekstraksi
yang dilakukan, jumlah gula total yang terekstrak juga cenderung mengalami
peningkatan, akan tetapi ekstraksi lebih dari 2 kali sudah tidak menunjukkan
perbedaan jumlah gula total yang terekstrak (α = 0,05).
Gula reduksi ekstrak buah labu kuning. Jumlah gula reduksi yang terekstrak
semakin banyak dengan semakin lama penyimpanan buah labu kuning, akan tetapi
sedangkan frekuensi ekstraksi lebih dari 2 kali tidak diperlukan karena tidak
memberikan peningkatan jumlah gula reduksi terekstrak secara nyata.
pH ekstrak buah labu kuning. Semakin banyak frekuensi ekstraksi dilakukan,
semakin banyak air yang ditambahkan. Air yang digunakan untuk ekstraksi
mempunyai pH 7,0 (lebih besar dari pada pH labu kuning). Jadi semakin banyak
frekuensi ekstraksi dilakukan maka pH ekstrak buah labu kuning semakin tinggi,
akan tetapi peningkatan frekuensi ekstraksi lebih dari 2 kali ternyata tidak
menghasilkan perbedaan pH ekstrak secara nyata.
Kekeruhan ekstrak buah labu kuning. Hasil analisa kekeruhan ekstrak buah
labu kuning disajikan pada Tabel 8, menunjukkan bahwa ekstrak dari buah labu
kuning yaang disimpan selama 8 dan 12 minggu yang di ekstraksi 1-3 kali, lebih
keruh dibanding kombinasi lama simpan dan frekuensi ekstraksi yang lain (α =
0,05).
Warna ekstrak buah labu kuning. Berdasarkan hasil pengamatan dengan
Lovibond Tintometer, ekstrak buah labu kuning mempunyai 3 komponen warna
yaitu merah, kuning dan putih, dengan warna yang dominan adalah kuning. Sari
buah labu kuning hasil ekstraksi 1 kali memiliki intensitas warna yang paling
tinggi, dan intensitas warna ini semakin menurun dengan semakin banyaknya
frekuensi ekstraksi yang dilakukan, karena terjadinya pengenceran oleh
penambahan air tiap kali ekstraksi.
Dari penelitian ini adalah bahwa semakin lama waktu penyimpanan buah labu
kuning dan semakin banyak frekuensi ekstraksi, semakin besar jumlah gula total
dan gula reduksi yang terekstrak, walaupun frekuensi ekstraksi lebih dari 2 kali
tidak memberikan perbedaan yang nyata per satuan berat kering labu kuning.
Ekstrak buah labu kuning terbaik diperoleh dari labu kuning yang telah disimpan
sekurang-kurangnya 8 minggu dan di ekstraksi 2 kali, menghasilkan ekstrak buah
labu kuning dengan jumlah gula terekstrak yang maksimal dan volume relative
sedikit.

3. Judul: IDENTIFIKASI LABU NUSANTARA (Cucurbita moschene Dutchene)


SEBAGAI DIVERSIFIKASI PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT
Peneliti: Reza Prakoso Dwi Julianto, dkk.
Tahun :2017
Hasil dan pembahasan
Karakterisasi terhadap bentuk karakter tanaman dan karakter buah labu
nusantara sangat diperlukan hal ini, dapat digunakan sebagai dasar dalam
perakitan varietas unggul. Kegiatan perakitan varietas unggul diawali dengan
kegiatan eksplorasi, kegiatan tersebut dimaksudkan utuk mengumpulkan berbagai
sumber plasma nutfah sebagai dasar dalam perakitan suatu varietas.
Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan karakter tanaman dan
karakter buah pada tanaman labu lokal lumajang dan labu lokal malang.
Pengamatan karakter tanaman antara lain penampilan tanaman, daya tumbuh,
umur bunga jantan dan bunga betina, rasio bunga jantan dan bunga betina,
ketahanan terhadap penyakit, jumlah daun. Pengamatan karakter buah meliputi
penampilan kulit buah, penampilan daging buah, diameter buah, tebal daging
buah, bobot buah, warna daging buah, dan rasa.
Karakter Tanaman
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui perbedaan karakter tanaman antara labu
lokal lumajang dan labu lokal malang. Penampilan tanaman labu lokal lumajang
menunjukkan adanya jumlah percabangan lebih banyak dibandingkan dengan
lokal malang, ukuran dan jumlah daun pada labu lokal lumajang lebih banyak serta
lebih besar dibandingkan dengan labu lokal malang, serta warna daun pada labu
lokal malang lebih berwarna cerah dibandingkan dengan labu lokal lumajang, hal
tersebut menunjukkan adanya penurunan konsetrasi klorofil pada daun, akibat
adanya penurunan konsetrasi klorofil tersebut dapat berakibat pada terganggunya
proses fotosintesis pada tanaman. Penurunan kadar klorofil pada daun dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain berupa cekaman abiotik seperti
kekeringan, kadar garam tinggi (salinitas), suhu tinggi atau rendah, keasaman
tanah, tercatat menurunkan hasil pertanian dunia hingga lebih dari 50% (Wood,
2005).
Tabel 1. Karakteristik Tanaman

Keterangan : hst : hari setelah tanam Labu lokal lumajang mempunyai rasio
jumlah bunga jantan dan bunga betina yaitu dengan perbandingan 5 : 1 sedangkan
labu lokal malang yaitu sekitar 4 : 2. Hasil penelitian dari kedua varietas yang
digunakan menunjukkan lebih cepat yaitu pada umur 39 hst, sedangkan labu lokal
lumajang yaitu pada umur 40 hst, tetapi pada umur bunga betina menunjukkan
labu lokal lumajang lebih cepat satu hari dibandingkan dengan labu lokal malang
yaitu 44 hst dan 45 hst.
Karakter Buah
Tabel dua (2) menunjukkan karkteristik buah dari dua varietas lokal yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi varietas lokal lumajang dan varietas lokal
malang. Berdasarkan penampilan karakter kulit buah untuk varietas lokal lumajang
mempunyai warna kulit buah yang relatif sama yaitu berwarna coklat, sedangkan
varietas lokal malang relatif masih beragam yaitu berwarna coklat dan berwarna
hijau, hal ini disebabkan umur panen yang relatif sangat berbeda, sehingga
berdampak pada proses pengeringan buah yang berbeda.
Tabel 2. Karakteristik Buah

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai jenis varietas


labu kuning nusantara sebagai materi awal di dalam kegiatan perakitan varietas
unggul, serta untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakter vegetatif dan
karakter agronomis varietas labu kuning nusantara. Penelitiandilaksanakan di Desa
Randuagung, Kabupaten Lumajang dengan ketinggian tempat 112 mdpl dari
permukaan laut (dpl). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih
labu lokal lumajang dan labu lokal malang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Ratio bunga jantan dan bunga betina pada kedua varietas labu kuning lokal
menunjukkan jumlah bunga jantan lebih banyak dari pada jumlah bunga
betina.Kadar betakaroten pada labu kuning lokal lumajang lebih rendah
dibandingkan dengan labu kuning lokal malang hal ini terlihat dari warna labu
kuning yang semakin kuning pudar serta rasa yang kurang manis.Ketahanan
terhadap penyakit kedua varietas labu kuning lokal menunjukkan kriteria
tahan.Umur bunga jantan labu kuning lokal malang lebih cepat dibandingkan labu
kuning lokal lumajang, tetapi umur bunga betina labu kuning lokal lumajang lebih
cepat dibandingkan dengan labu kuning lokal malang.Warna labu kuning lokal
lumajang relatif sama yaitu berwarna coklat, sedangkan varietas labu kuning lokal
malang terdapat perbedaan yaitu berwarna coklat dan berwarna hijau.
4. Judul: KARAKTERISTIK TANAMAN LABU KUNING (Cucurbita moschata)
BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN POLA PITA
ISOZIM PEROKSIDASE
Peneliti: Zufahmi, dkk.
Tahun : 2017
Hasil dan pembahasan
Adanya variasi tanaman labu kuning dan hubungan kekerabatan berdasarkan
penanda morfologi dan polapita isozim peroksidase di Provinsi Aceh. Penelitian
dilakukan secara ekploratif di 6 Kabupaten Propinsi Aceh yang meliputi kabupaten
Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, dan Aceh Timur. Pengamatan
morfologi meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji. Analisis isozim
menggunakan Polyacrylamide Gel Electrophoresis (PAGE) dengan pewarnaan
enzim peroksidase. Data morfologi dan pola pita isozim dianalisis dengan
menggunakan software UPGMA NTSYS untuk memperoleh dendrogram
hubungan kekerabatan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya 9 varian labu kuning dengan bentuk
buah yang bervariasi dimana bentuk bulat panjang memiliki penanda morfologi
daun yang berbeda dibandingkan delapan varian lainnya. Hasil dendrogram
penanda morfologi menunjukkan labu kuning berbentuk bulat panjang terpisah
dari delapan varian lainnya. Analisis pola pita isozim peroksidase menunjukkan
sembilan pita isozim dengan nilai Rf 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,42; 0,5; 0,56; dan 0,58.
Berdasarkan penanda morfologi dan pola pita isozim peroksidase pada koefisien
kemiripan 0,67 dendrogram terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari
varian berbentuk bulat (I) dan bulat lonjong (IV). Kelompok 2 disusun oleh bentuk
bulat ceper (II), pir (III), segiempat (VI), bulat melintang (V), silinder (IX), dan
botol (VIII), sedangkan kelompok 3 ditempati oleh bentuk bulat panjang.

5. Judul: KOMBINASI BILAKUPU (BIJI LABU KUNING DAN KUNYIT


PUTIH) DALAM MENURUNKAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Peneliti: Evita Puspaningdyah, Dheasy Herawati
Tahun : 2020
Hasil dan pembahasan
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui kombinasi BILAKUPU (biji labu
kuning dan kunyit putih) terhadap penurunan hasil kadar kolesterol. kontrol
positif=kontrol terapi sebelum diberi terapididapatkan hasil dengan rata-rata 169,8
mg/dl dan kontrol normal (tidak mengalami peningkatan kolesterol = tidak sakit).
Beda dengan kontrol positif dan Kontrol terapi (mengalami peningkatan kadar
kolesterol). Hal ini dikarenakan pada pemberian pakan tinggi kolesterol berupa
ampela dan hati ayam (jeroan ayam) memiliki kandungan berupa lemak jenuh.Jadi
penurunan yang terjadi pada kontrol positif setelah 7 hari (hari ke-14) pemberian
pakan biasadidapatkan hasil dengan rata-rata 163,4 mg/dl, di manamengalami
sedikit penurunan, dikarenakan penghentian dari pakan tinggi kolesterol yaitu
jeroan ayam.Setelah pemberian terapi pada Kontrol terapi didapatkan hasil dengan
rata-rata 115,8 mg/dl. Hal ini dikarenakan pemberian kombinasi BILAKUPU(biji
labu kuning dan kunyit putih) yang dapat menyebabkan penurunan kadar
kolesterol.
Untuk mengetahui apakah data tersebut terdapat perbedaan kadar kolesterol
antar kelompok perlakuan, data dari hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji
statistik yaitu uji normalitas. Dari uji normalitas yang telah dilakukan
menunjukkan hasil sig: 0,864. Berdasarkan data Shapiro-wilk pada penentuan p >
0,05 didapatkan data berdistribusi normal.
Dengan data yang normal, maka dilanjutkan ke uji parametrik yaitu uji Paired
T-Test yang menunjukkan hasil sig. (2-tailed) 0,000 dan berdasarkan data tersebut
pada penentuan p < 0,05 dinyatakan terdapat perbedaan antara sebelum dan
sesudah pemberian terapi serbuk biji labu kuning dan rebusan kunyit putih secara
bermakna.
Hal ini dikarenakan didalam biji labu kuning memiliki kandungan senyawa
kimia Fitosterol sebesar 10,85 mg/100g. Fitosterol memiliki rantaiterbuka yang
bisa mengikat kolesterol jahat dan membawanya keluar dari pembuluh
darah.Fitosterol memiliki kemampuan untuk berkompetisi dengan kolesterol
dalam penyerapan di dalam usus. Fitosterol akan menghambat penyerapan
kolesterol dengan cara mengikat misel yang merupakan alat transportasi
penyerapan kolesterol di dalam usus. Kompetisi ini mengakibatkan berkurangnya
jumlah kolesterol yang dapat diserap oleh tubuh (Pardede, 2013).
untuk mengetahui pengaruh kombinasi serbuk biji labu kuning (Cucurbita
moschata) dan rebusan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) dalam menurunkan
kadar kolesterol darah pada mencit. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan studi eksperimental yaitu denganmenggunakan 30 ekor mencit yang
dibagi menjadi 3 kelompokyaitu kontrol normal (kandang 1) dengan pemberian
pakan ayam cp 511, kontrol positif (kandang 2) dengan pemberian jeroan ayamdan
kontrol terapi (kandang 3) dengan pemberian BILAKUPU.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol
positif dengan kelompok kontrol terapi yang ditunjukkan dengan uji statistik yaitu
uji Paired T-Test menunjukkan hasil signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang
menunjukkan bahwa kombinasi BILAKUPU dapat menurunkan kadar kolesterol
darah secara bermakna. Kombinasi serbuk biji labu kuning (Cucurbita
moschata)dan rebusan kunyit putih (Curcuma manga Val.) dapat menurunkan
kadar kolesterol darah mencit.
6.Judul: IDENTIFIKASI VARIASI SPESIES LABU (Curcubita sp)
BERDASARKAN MORFOLOGI BATANG,BUNGA,BUAH, BIJI DAN
AKAR DI KECAMATAN LUBUK PAKAM
Peneliti: Ermina Tarigan, dkk
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Hasil karakteristik labu kuning dapat diketahu bahwa warna batang
( semuanya berwarna hijau tua), bentuk batang ( semuanya segitiga). Sifat batang
(semuanya berair), permukaan batang (semuanya kasar), dan arah tumbuh batang (
semuanya menjalar) menunjukkan tidak ada perbedaan yang ditemukan pada 2
kecamatan di Tanah Karo. Adapun panjang batang, diameter batang menunjukkan
terdapat perbedaan antara labu kuning (Cucurbita moschata) dengan labu air
(Cucurbita ficifolia). Diameter batang Cucurbita moschata dengan Cucurbita
ficifolia termasuk melebar karena terdapat didataran tinggi.

Gambar 1 : Morfologi batang tanaman a.labu kuning


b.labu air di Lubuk Pakam
Karakteristik morfologi Akar tanaman Cucurbita moschata dan Cucurbita
ficifolia Cucurbita moschata dan Cucurbita ficifolia memiliki akar tunggang (radix
primaria) susunan akarnya memanjang dan kuat pada satu titik.Akar tunggang
tidak bercabang dan jika ada cabang – cabangya, biasanya percabangannya terdiri
dari akar – akar halus berbentuk serabut. Akar tunggang yang bersifat demikian
seringkali berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpan atau penimbun zat
makanan (cadangan) kemudian mempunyai bentuk yang istimewa

Gambar 2. Morfologi akar tanaman a. Cucurbita moschata

dan b.Cucurbita ficifolia

Cucurbita moschata
Bentuk daun labu kuning menyirih, ujungnya agak runcing, tulang daun
tampak jelas, berbulu halus dan agak lembek hingga bila terkena sinar matahari
agak layu. Labu kuning termasuk berdaun lebar, garis tengahnya dapat mencapai
20 cm dan berwarna hijau. Cucurbita ficifolia
Pada Labu Air pada bagian daunnya terdapat tangkai dan helaian daun
sehingga disebut daun bertangkai.Bangun daun Labu Air termasuk jantung
(cordatus) yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun memperlihatkan
suatu lekukan.Ujung daunnya meruncing (acuminatus) seperti pada ujung yang
runcing tetapi titik pertemuan kedua tapi daunnya jauh lebih tinggi dari perkiraan,
hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Tepi daunnya bergerigi
(serratus) jika sinus dan ngulusnya sama lancipnya. sedangkan susunan tulangnya
menjari.Warna daunnya hijau keputihan, permukaanya berbulu halus (villosus).
Termasuk dalam daun tunggal dengan panjang mencapai 400 mm.
Gambar 3. Morfologi daun tanaman a. Cucurbita moschata dan b.Cucurbita
ficifolia
Cucurbita moschata
Bunga labu kuning berbentuk lonceng dan berwarna kuning. Bunga labu
kuning bersifat uniseksual-monoesius, yakni dalam satu rumpun bunga terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Bakal buah terdapat pada pangkal bunga betina,
sedangkan pada bunga jantan tidak terdapat bakal buah. Penyerbukan bunga labu
kuning dapat terjadi karena angin atau serangga.
Cucurbita ficifolia
Bunga berumah satu (monoecus) di ketiak daun, berwarna kuning kehijauan,
memiliki 5 mahkota, 5 benang sari, dan 3 putik.Buah bulat memanjang dan
berwarna hijau kekuningan, dengan kulit yang bertekstur keras.

Gambar 4. Morfologi bunga tanaman a. Cucurbita moschata dan b.Cucurbita


ficifolia
Cucurbita moschata
Buah labu kuning terdiri dari lapisan kulit luar yang keras dan lapisan daging
buah yang merupakan tempat timbunan makanan. Bentuk labu kuning ada yang
berbentuk nokor (bulat pipih dan beralur), berbentuk oval, berbentuk panjang
berbentuk piala. Biji labu kuning terletak di tengah-tengah daging buah, yakni
pada bagian rongga yang diselimuti oleh lender dan serat. Bentuk bijinya pipih dan
ujungnya meruncing
Cucurbita ficifolia
Buah besar bentuk silinder, labu berbentuk bulat atau dengan penyempitan di
atas tengah, daging buahnya berdaging, padat berbulu, berwarna hijau, berwarna
coklat kekuningan atau pucat apabila telah mati, mengering sepenuhnya pada
pematangan, buah berongga dengan hampir tidak ada di dalam kecuali biji.
Banyak biji, tertanam dalam pulp spons, 7-20 mm, pipih, dengan dua pegunungan
wajah datar, dalam beberapa varian yang agak tidak teratur dan berkerut.

Gambar 5. Morfologi biji dan buah tanaman a. Cucurbita moschata dan


b.Cucurbita ficifolia
Dari hasil mini riset terdapat kesimpulan bahwa karakter morfologi batang,
akar, daun ,bunga,buah dan biji labu kuning dan labu air menunjukkan adanya
variasi dan kesamaan dari keduanya. Variasi yang terdapat di bentuk bunga, daun,
bentuk buah dan biji dan warna buah dan biji dalam tanaman Cucurbita moschata
dan Cucurbita ficifolia. Sedangkan kesamaan terdapat dalam bentuk akar dan
batang.
7. Judul: SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)
DAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) TERHADAP TERIGU
PADA PEMBUATAN CAKE
Peneliti: Pratiwi Loelianda, dkk
Tahun : 2017
Hasil dan pembahasan
Sifat Organoleptik Cake
Warna
Hasil uji friedman menunjukkan bahwa substitusi tepung labu kuning dan
tepung koro pedang berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna cake. Uji
kesukaan warna cake dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai kesukaan warna cake


Nilai kesukaan warna cake tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 4,4
sedangkan nilai kesukaan warna terendah sebesar 2,24 pada P1. Warna cake P0
lebih disukai panelis dikarenakan memiliki warna putih kekuningan dibandingkan
cake P1 yang memiliki warna lebih coklat. Menurut See et al. (2007) menyatakan
warna pada tepung labu kuning yang dominan berwarna kuning-jingga sehingga
mempengaruhi warna produk akhir makanan. Intensitas warna cake yang
dihasilkan dipengaruhi oleh tingkat formulasi tepung labu kuning yang digunakan,
sehingga semakin banyak penggunaan tepung labu kuning maka warna cake akan
semakin coklat.
Rasa
Hasil uji friedman menunjukkan bahwa substitusi tepung labu kuning dan
tepung koro pedang berpengaruh nyata terhadap kesukaan rasa cake. Nilai
kesukaan rasa cake tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 4,44 sedangkan
nilai kesukaan rasa terendah sebesar 3,28 pada P1. Rasa cake P0 lebih disukai
panelis dikarenakan panelis masih terbiasa dengan rasa cake yang terbuat dari
terigu dibandingkan rasa cake P1, hal ini dikarenakan penambahan tepung labu
kuning tertinggi terdapat pada cake dengan formulasi P1.
Aroma
Hasil uji friedman menunjukkan bahwa substitusi tepung labu kuning dan
tepung koro pedang berpengaruh tidak nyata terhadap kesukaan aroma cake. Nilai
kesukaan aroma cake tertinggi terdapat pada perlakuan P0 3,92 sedangkan nilai
kesukaan aroma terendah sebesar 3,32 pada P1. Aroma cake P0 lebih disukai
panelis dikarenakan panelis masih terbiasa dengan aroma cake yang terbuat dari
terigu dibandingkan rasa cake P1, dikarenakan cake P1 memiliki penambahan
tepung labu kuning lebih banyak. Aroma cake yang dihasilkan dipengaruhi oleh
penambahan tepung labu kuning. Hendrasty (2003) menyatakan tepung labu
kuning memiliki karakteristik aroma khas langu, sehingga panelis kurang
menyukai cake yang memiliki penambahan tepung labu kuning lebih banyak.
Tekstur
Hasil uji friedman menunjukkan bahwa substitusi tepung labu kuning dan
tepung koro pedang berpengaruh nyata terhadap kesukaan tekstur cake. Nilai
kesukaan tekstur cake tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 3,92 sedangkan
nilai kesukaan tekstur terendah sebesar 3,12 pada P1. Tekstur cake P0 lebih
disukai panelis dikarenakan tekstur cake P0 lebih lembut daripada P1, dikarenakan
penambahan tepung labu kuning yang lebih banyak. tepung labu kuning memiliki
sifat higroskopis sehingga mudah menyerap air yang membuat tepung sedikit
menggupal. Menurut Imzalfida (2016), semakin halus tepung yang digunakan
akan semakin halus tekstur cake. Semakin rendah jumlah penambahan tepung labu
kuning cake yang dihasilkan akan semakin lembut.
Keseluruhan hasil uji friedman menunjukkan bahwa substitusi tepung labu
kuning dan tepung koro pedang berperngaruh nyata terhadap penilaian
keseluruhan cake. Nilai kesukaan keseluruhan cake tertinggi terdapat pada
perlakuan P0 sebesar 3,92 sedangkan nilai kesukaan keseluruhan terendah sebesar
3,32 pada P1. Secara keseluruhan panelis masih menyukai cake yang berbahan
dasar 100% terigu, dikarenakan panelis masih terbiasa dengan cake pada
umumnya. Nilai kesukaan tertinggi yang mendekati P0 ada pada perlakuan P5.
Berdasarkan hasil uji organoleptik cake yang dapat diterima oleh panelis adalah
cake dengan perlakuan P0 dan P5.
Sifat Fisik Cake Warna (Chroma). Hasil sidik ragam taraf 5% dapat diketahui
bahwa substitusi tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh nyata terhadap
chroma cake yang dihasilkan. Warna (hue) Hasil sidik ragam taraf 5% dapat
diketahui bahwa substitusi tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh nyata
terhadap warna cake yang dihasilkan.
Kenampakan irisan
Kenampakan irisan dilakukan dengan memotret hasil irisan dari cake dan
diamati kenampakan pori-pori cake. Irisan cake yang baik memiliki pori-pori
halus, seragam, merata, dam nampak kecil-kecil. Kenampakan irisan cake dapat
dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil penelitian untuk kenampakan irisan cake
memiliki rongga-rongga yang hampir sama.
Gambar 2. Nilai kenampakan irisan cake

Kenampakan irisan cake terkait dengan bahan dan proses pencampuran.


Perlakuan P0 memiliki kenampakan poripori yang seragam, dibandingkan dengan
perlakuan yang lain. Dilihat dari kenampakannya perlakuan P1 memiliki pori-pori
yang kurang rata dan besar, dikarenakan tepung labu kuning memiliki sifat
higroskopis sehingga mudah menyerap air dan membuat tepung sedikit
menggupal. Semakin banyak penambahan tepung koro pedang cake yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang lebih seragam.

Daya kembang hasil sidik ragam taraf 5% dapat diketahui bahwa substitusi
tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh nyata terhadap daya kembang
cake yang dihasilkan. Nilai daya kembang yang tinggi ada pada perlakuan P0
dengan nilai sebesar 236,98 dan terendah ada pada P1 sebesar 207,81. Daya
kembang cake yang mendekati P0 adalah pada perlakuan P6 sebesar 235,07.
Semakin banyak penggunaan tepung koro pedang cake yang dihasilkan semakin
mengembang, hal ini dikarenakan protein dari koro pedang mempunyai sifat
menyerap dan mengikat air yang tinggi, mempunyai kemampuan sebagai
pengemulsi dan pembentukan busa (Subagio et al., 2003).
Staleness Cake, hasil sidik ragam taraf 5% dapat diketahui bahwa substitusi
tepung labu kuning dan koro pedang berpengaruh tidak nyata terhadap tekstur
cake yang dihasilkan. Selama penyimpanan dari hari ke-0 hingga hari ke-2 nilai
tekstur mengalami penurunan, hal ini menandakan bahwa cake memiliki tekstur
semakin keras. Pengerasan pada tekstur cake sering terjadi selama penyimpanan.
Hal ini dikarenakan adanya peristiwa retrogradasi pati yang menyebabkan
kehilangan sejumlah air pada cake (Verdagustiana, 2008). ∆ perubahan semakin
kecil menunjukkan bahan yang digunakan baik untuk pembuatan produk tersebut.
Dari pengamatan penyimpanan yang telah dilakukan semakin banyak penambahan
koro pedang ∆ perubahan tekstur semakin besar. Hal ini dikarenakan kandungan
amilosa koro pedang lebih tinggi dari pada labu kuning. Semakin besar kandungan
amilosa peristiwa retrogradasi semakin mudah terjadi.
Berdasarkan hasil uji organoleptik dan uji fisik cake, dilakukan uji efektivitas
untuk mendapatkan 2 formulasi terbaik. Berdasarkan hasil uji efektivitas dapat
diketahui formulasi terbaik pada pembuatan cake ada pada perlakuan P4 (50%
terigu : 20% tepung labu kuning : 30% tepung koro pedang) dan P5 (50% terigu :
10% tepung labu kuning : 40% tepung koro pedang).
Formulasi penggunaan tepung labu kuning dan koro pedang terhadap terigu
pada pembuatan cake berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna, rasa, tekstur,
keseluruhan, warna (hue dan chroma), daya kembang, staleness, kadar abu, kadar
lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap aroma, dan kadar air. Formulasi yang terbaik pada pembuatan cake
adalah P5 (50% terigu: 10%tepung labu kuning : 40%tepung koro pedang).
8. Judul: SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)
DAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) TERHADAP TERIGU
PADA PEMBUATAN CAKE
Peneliti: Komang Biandari Devi Permatasari1, dkk
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, dan total karoten dari tepung
labu kuning dan mocaf yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan hasil
analisis kadar air, kadar abu, total karoten dan daya kembang dari chiffon cake
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Nilai rata-rata hasil analisis kadar air, kadar abu dan total karoten dari
tepung labu kuning dan mocaf.

Tabel 2. Nilai rata-rata kadar air, kadar abu, total karoten dan daya kembang
chiffon cake.

Keterangan : Nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada
kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Duncan
0,05.

Hasil sidik ragam kadar Air menunjukkan bahwa perbandingan tepung labu
kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap kadar air
chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan kadar air terendah chiffon cake diperoleh pada
perlakuan P1 yaitu 34,06% sedangkan kadar air tertinggi chiffon cake diperoleh
pada perlakuan P6 yaitu 40,30%.
Peningkatan kadar air chiffon cake disebabkan oleh bertambahnya konsentrasi
tepung labu kuning, semakin banyak penambahan tepung labu kuning semakin
tinggi kadar air chiffon cake. Hal ini disebabkan oleh tepung labu kuning memiliki
kadar air yang lebih besar dibandingkan mocaf. Berdasarkan hasil analisis bahan
baku, kandungan kadar air tepung labu kuning lebih tinggi yaitu sebesar 13,50%
dibandingkan dengan mocaf yaitu sebesar 12,91% (Tabel 1).
Hasil sidik ragam kadar Abu menunjukkan bahwa perbandingan tepung labu
kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap kadar abu
chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan kadar abu chiffon cake terendah diperoleh
pada perlakuan P1 yaitu 0,99%, sedangkan kadar abu tertinggi chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P6 yaitu 1,74%. Penentuan kadar abu bertujuan untuk
mengetahui banyaknya kandungan mineral yang terdapat dalam chiffon cake.
Kadar abu chiffon cake tinggi pada perlakuan P6 seiring dengan tingginya
penambahan tepung labu kuning. Hal ini dikarenakan tepung labu kuning
mengandung mineral lebih tinggi dibandingkan dengan mocaf sehingga jumlahnya
semakin besar seiring dengan penambahan tepung labu kuning.
Total Karoten hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung
labu kuning dengan mocaf berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap total
karoten chiffon cake. Tabel 2 menunjukkan total karoten terendah chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 5,81 µg/g sedangkan total karoten tertinggi
chiffon cake diperoleh pada perlakuan P6 yaitu 50,62 µg/g. Total karoten chiffon
cake bertambah seiring dengan tingginya konsentrasi penambahan tepung labu
kuning. Berdasarkan hasil analisis bahan baku total karoten tepung labu kuning
yaitu 204,29 µg/g lebih besar dari pada total karoten mocaf yaitu 0,00 µg/g (Tabel
1). β-karoten merupakan sumber terbaik dari salah satu vitamin penting yakni
vitamin A yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan mata dan kulit. cake.
Tabel 2 menunjukkan daya kembang terendah chiffon cake diperoleh pada
perlakuan P6 yaitu 409,98% sedangkan daya kembang tertinggi chiffon cake
diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 582,48%.
Perbandingan tepung labu kuning dengan mocaf berpengaruh terhadap kadar
air, kadar abu, daya kembang, total karoten, uji hedonik (keseragaman pori, warna,
aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan) dan uji skoring (keseragaman
pori, warna, aroma, tekstur, rasa) chiffon cake. 2.
Perbandingan 30% labu kuning : 70% mocaf merupakan karakteristik terbaik
chiffon cake dengan kriteria kadar air 36,65%, kadar abu 1,38%, daya kembang
511,65%, total karoten 27,39 µg/g, keseragaman pori seragam dan suka, warna
kuning dan suka, aroma labu kuning sedang dan agak suka, tekstur lembut dan
suka, rasa agak khas labu kuning dan suka serta penerimaan keseluruhan suka.
9. Judul: POTENSI MIE DARI LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA
DURCH) DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH
Peneliti: Muh. Ikhlas Arsul, dkk
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Hasil dari respon glukosa darah dari subjek yang digunakan setelah
mengkonsumsi mie yang dibandingkan dengan mengkonsumsi nasi sebanyak 100
g dapat dilihat pada tabel 2. Data hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan
penurunan glukosa darah selama 5 hari setelah mengkonsumsi mie Formula I, II
dan III dengan kadar glukosa darah berturut-turut sebesar 20 mg/dL, 30 mg/dL,
dan 60mg/dL. Sedangkan pada subjek yang mengkonsumsi nasi, glukosa darah
meningkat sebesar 20 mg/dL. Penurunan glukosa darah tertinggi ditunjukkan pada
mie Formula III. Namun, Formula I menunjukkan pengurangan atau penurunan
yang lebih kecil dibandingkan dengan Formula II. Gambar 1 menunjukkan kurva
respons glukosa darah, dimana terjadi penurunan kadar glukosa darah pada
kelompok pengkonsumsi mie sementara yang mengkonsumsi nasi terjadi
peningkatan glukosa darah.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yoshinari menjelaskan bahwa
ekstrak metanol labu kuning dapat menurunkan kadar glukosa darah berdasarkan
tes toleransi.
Tabel 1. Penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian mie dari labu
kuning
Gambar 2. Mie dari labu kuning
Labu kuning mengandung senyawa betakaroten, flavonoid, vitamin C dan
vitamin E adalah antioksidan yang menghambat aktivitas radikal bebas yang
menyebabkan retensi insulin. Flavonoid berperan dalam menurunkan retensi
insulin dan menungkatkan sensitivitas insulin. Selain itu flavonoid juga memiliki
efek hipoglikemik dengan cara memblok aktivitas enzim alfa amilase dan alfa
glukosidase sehingga produksi glukosa menurun. Prinsip penghambatan ini
menyebabkan penundaan pemecahan karbohidrat dan disakarida, menghambat
absorbsi glukosa, dan menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa serta
fruktosa. Mekanisme ini memiliki kesamaan aksi mekanisme seperti akarbose
yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes melitus.
Pada uji hedonik, responden dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu produk. Selain itu responden juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Adapun skala pengujian hedonik yaitu
sangat suka (5), suka (4), agak suka (3), agak tidak suka (2), dan tidak suka (1).
Tingkat kesukaan inilah yang merupakan parameter suatu produk dapat diterima
oleh masyarakat.
Tabel 1. Hasil uji hedonik mie dari labu kuning

Berdasarkan tabel 1, sebanyak 21 orang suka dengan rasa dan aroma dari mie
dan 18 orang suka dengan warna dan teksturnya. Sebanyak 6 orang sangat suka
dengan rasa dari mie, 8 orang sangat suka dengan warna dan teksturnya, dan 3
orang sangat suka dengan aromanya. Sebanyak 3 orang agak suka dengan rasa
mie, 4 orang agak suka dengan warna dan teksturnya, dan 6 orang agak suka
dengan aromanya. Hasil pengujian hedonik menunjukkan sebanyak 30 responden
menyukai rasa, warna, aroma dan tekstur dari mie dengan nilai rata-rata berturut-
turut adalah 4,1; 3,9; 4,1; dan 4,1.
Mie dengan Formula III (75% tepung labu) menunjukkan penurunan kadar
glukosa darah tertinggi yaitu 60 mg/dL dengan indeks glikemik 69,56.
Berdasarkan uji hedonik meliputi rasa, warna, tekstur dan aroma yang dilakukan
mie dari labu kuning disukai oleh masyarakat.
10. Judul: PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita
Moschata) DAN TEPUNG MOCAF TERHADAP SERAT PANGAN,
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN TOTAL ENERGI PADA FLAKES
“KUMO”
Peneliti: Ardhanareswari Dhiyas, Ninik Rustanti
Tahun : 2016
Hasil dan pembahasan
Hasil
Kandungan Tepung Labu Kuning dan Mocaf Hasil analisis kandungan tepung
labu kuning dan tepung mocaf dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kandungan tepung labu kuning dan mocaf

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kandungan serat pangan dan


aktivitas antioksidan dan total kalori pada tepung labu kuning lebih tinggi
dibandingkan dengan tepung mocaf.

Tabel 2. Hasil analisis kandungan serat pangan pada flakes KUMO

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript berbeda (a, b, c, d)


menunjukkan beda nyata pada kolom yang sama.
Tabel 3. Hasil analisis aktivitas antioksidan pada flakes KUMO

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript berbeda (a, b, c, d)


menunjukkan beda nyata pada kolom yang sama.

Tabel 4. Hasil analisis total kalori pada flakes KUMO


Keterangan: Huruf yang diikuti dengan huruf superscript berbeda (a,ab,b)
menunjukkan beda nyata.

Pembahasan
Serat Pangan Bahan baku dalam pembuatan flakes yaitu menggunakan tepung
labu kuning dan tepung mocaf. Terdapat peningkatan serat pangan seiring dengan
subsitusi labu kuning pada flakes sebesar 6,12% dikarenakan serat pada tepung
labu kuning sebesar 6,07% lebih tinggi dibandingkan dengan serat pada tepung
mocaf sebesar 3,68%. Serat pangan tertinggi ada pada flakes L50M40 sebesar
8,35%. Semakin tinggi konsentrasi labu kuning, maka semakin tinggi pula
kandungan serat pangan dari flakes KUMO.
Pada flakes KUMO L50M40 mengandung serat pangan larut air sebesar
5,66% dan serat pangan tidak larut air sebesar 2,69%. Serat pangan larut air telah
terbukti pada penelitian in vitro atau in vivo, mempunyai kemampuan untuk
mengikat asam empedu. Hal tersebut dapat memacu ekskresi sterol dan dapat
menurunkan kolesterol yang disirkulasi. Serat larut juga dapat menghambat
absorbsi kolesterol di dalam usus halus.9,10 Mengkonsumsi 5-10 gram serat larut
per hari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 5%.11Serat pangan tidak
larut air mempunyai sifat mudah menahan air sehingga menyebabkan feses mudah
dikeluarkan. Hal ini juga disebabkan oleh bertambahnya massa bakteri dalam feses
yang kaya akan serat, sebab serat pangan merupakan substrat yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroflora di dalam kolon.
Kandungan serat pangan dapat berkurang karena adanya proses pengolahan.
Pengolahan panas seperti perebusan dapat menurunkan serat pangan lebih besar
dibandingkan dengan pengukusan. Hal ini disebabkan penetrasi panas ke bahan
lebih merata dan pemasakan dengan panas dapat mempengaruhi kandungan serat
pangan atau mengubah distribusi serat antara fraksi larut air dengan fraksi tidak
larut air.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah hiperlipidemia adalah dengan asupan makanan yang mengandung serat
pangan dan aktivitas antioksidan. Untuk mengetahui kandungan serat pangan,
aktivitas antioksidan dan total kalori pada flakes tepung labu kuning dan tepung
mocaf (KUMO). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor yaitu kadar labu kuning
(0%,15%,30%,dan 50%) dan tepung mocaf sehingga diformulasikan menjadi
L0M90,L15M75,L30M60 dan L50M40. Kadar serat diuji menggunakan metode
multienzim, aktivitas antioksidan diuji menggunakan DPPH, dan total kalori
menggunakan Bomb Calorimeter. Analisis statistik yang digunakan yaitu dengan
One Way Anova. Ada peningkatan bermakna pada serat pangan dan aktivitas
antioksidan flakes yang disubsitusi labu kuning. Serat pangan dan aktivitas
antioksidan tertinggi ada pada jenis L50M40 sebesar 8,35% dan 26,63%. Total
kalori yang dihasilkan dari flakes KUMO berkisar 28,01-32,6 kkal/100 g. jadi,
Flakes terbaik yang direkomendasikan yaitu flakes dengan jenis L50M40.

11. Judul : ANALISIS BETA KAROTEN DARI EKSTRAK JONJOT BUAH LABU
KUNING (CUCURBITA MOSCHATA)
Peneliti: Dokri Gumolung
Tahun : 2017
Hasil dan pembahasan
Kandungan Karotenoid Dan Beta Karoten
Kandungan total karotenoid diukur dengan menggunakan metode Gross (3).
Perbandingan hasil pengujian kandungan total karotenoid pada bagian buah labu
kuning dapat dilihat pada Tabel 1.
Data dalam Tabel 1, menunjukkan bahwa kandungan total karotenoid tertinggi
terdapat pada Ekstrak Jonjot dengan Petroleum Eter yakni 78,2 µg/g, hal ini
disebabkan oleh karena Petroleum Eter merupakan pelarut non polar yang dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang polar yang berada pada
dinding sel seperti terpenoid.
Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dalam sistem
fotosintesis. Kandungan beta karoten diperoleh melalui ekuivalen dari karotenoid.
Kemampuan beta karoten untuk menginaktifkan radikal bebas bukan karena dapat
berubah menjadi Provitamin A, tetapi karena adanya ikatan rangkap yang banyak
pada struktur molekul.
Tabel 1. Perbandingan Kadar Karotenoid dan Beta Karoten Labu Kuning
Dalam berbagai Ekstrak

Beta karoten menangkap radikal peroksil di dalam jaringan pada tekanan


parsial oksigen yang rendah [4]. Reaksi beta karoten dengan radikal bebas akan
diperoleh radikal bebas dari beta karoten yang relatif lebih stabil dan tidak
memiliki energi yang cukup untuk dapat bereaksi dengan molekul lain
membentuk radikal baru [3,5].
Ekstrak Petroleum Eter (EPE) tepung jonjot labu kuning, menghasilkan
beta karoten sebesar 39,1 µg/g. Ekstrak Etanol (EET) tepung jonjot labu kuning,
menghasilkan beta karoten sebesar 7,94 µg/g.
Kandungan beta karoten tertinggi dari dua jenis ekstraksi, terdapat pada
ekstrak dengan Petroleum Eter (EPE) hal ini disebabkan oleh karena Petroleum
Eter merupakan pelarut non polar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
bersifat kurang polar yang berada pada dinding sel seperti terpenoid.
12.Judul : ANALISIS KANDUNGAN TOTAL FENOLIK PADA JONJOT BUAH
LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA)
Peneliti: Dokri Gumolung
Tahun : 2018
Hasil dan pembahasan
Penentuan kandungan total fenolik pada ekstrak buah labu kuning
menggunakan metode Folin-Ciocalteau dan asam galat sebagai larutan standar.
Kurva kalibrasi larutan standar diperoleh persamaan regresi y = 0.0049x + 0.0605
dengan R2 = 0.99946. Nilai R2 yang mendekati 1 membuktikan bahwa persamaan
regresi tersebut adalah linear. Konsentrasi larutan sampel diperoleh dengan
menggunakan kurva kalibrasi dengan cara mengukur absorbans sampel, lalu
kandungan total fenolik ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi linear.
Uraian data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan total fenolik
tertinggi terdapat pada ekstrak dengan Etanol terdapat hasil sebagai berikut EET-
Jonjot 167,85 mg/kg, Ekstrak dengan Petroleum Eter yakni EPE-jonjot 15,20
mg/kg. Data tersebut di atas, menunjukan bahwa kandungan total Fenolik tertinggi
terdapat pada Ekstrak dengan Etanol yakni EET-jonjot 167,85 mg/kg, Hal ini
ditentukan oleh pelarut etanol yang bersifat polar dapat melarutkan senyawa yang
polar.
Senyawa fenolik memiliki sifat biologis yang berhubungan erat dengan
aktifitas antioksidan. Hal ini berarti buah labu kuning yang kaya dengan fitokimia
fenolik berfungsi sebagai antioksidan. Pada umumnya aktifitas antioksidan
terdapat pada semua bagian buah, dan yang tertinggi aktifitas antioksidan dari
bagian buah dengan variasi jenis pelarut ditemukan pada ekstrak jonjot. Beberapa
studi epidemologi menunjukan bahwa konsumsi komponen fenolik alami dalam
bahan makanan bermanfaat besar terhadap kesehatan yakni mengurangi resiko
penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, jantung coroner dan kanker.
Fenolik terdiri atas cincin aromatik yang mengikat satu atau lebih gugus hidroksil.
Komponen fenolik meliputi fenolik sederhana, asam ferulat, asam sinamat,
eugenol, vanilin dan asam galat. Bagi tumbuhan, senyawa fenolik berfungsi
sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekstraksi senyawa fenolik, yaitu metode ekstraksi yang digunakan,
pelarut ekstrak, banyaknya sampel, waktu ekstraksi, dan kondisi penyimpanan
sampel.

Tabel 1. Perbandingan Kadar Total Fenolik Jonjot Labu Kuning Dalam

EPE = Esktrak Petroleum Eter, EET= Ekstrak Etanol

Ekstrak Petroleum Eter (EPE) tepung jonjot labu kuning, menghasilkan


total fenolik sebesar 15,20 mg/kg dan Ekstrak Etanol (EET) tepung jonjot labu
kuning, menghasilkan total fenolik sebesar 167,85 mg/kg. Total fenolik tertinggi
terdapat pada ekstrak dengan Ekstrak Etanol (EET) hal ini disebabkan oleh karena
Etanol merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
bersifat polar yang berada pada dinding sel seperti fenolik.

13.Judul: ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG DAGING BUAH LABU KUNING


(CUCURBITA MOSCHATA)
Peneliti: Dokri Gumolung
Tahun : 2019
Hasil dan pembahasan
Analisis Proksimat Tepung daging labu kuning yang diperoleh, telah
dilakukan pengukuran kandungan gizi, dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1
di bawah ini.
Tabel 1. Analisis Proksimat Daging Labu Kuning

Protein Kadar protein tepung daging dalam buah labu kuning yaitu 4,28%
dibandingkan dengan data yang diungkapkan oleh Kamsiati, dimana kadar protein
tepung labu kuning sebesar 3,74% [7]. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kandungan protein pada daging, buah labu kuning dalam penelitian ini lebih tinggi
kandungannya dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daging dari buah labu kuning
memiliki kadar protein 4.28 %, lemak 0.18 %, serat 0.93 %, karbohidrat 83.18 %,
air 6.75 % dan Abu 4,68 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung
jonjot buah labuh kuning dapat dijadikan sebagai bahan fortifikasi pangan untuk
meningkatkan nilai gizi.
14.Judul: PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG KETAN DENGAN LABU
KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KARAKTERISTIK
KLEPON
Peneliti: I Kadek Dede Pranata, I Made Sugitha, Luh Putu Trisna Darmayanti
Tahun : 2019
Hasil dan pembahasan
Nilai rata-rata hasil penelitian terhadap karakteristik klepon yang meliputi
kadar air, kadar abu, kadar protein kadar lemak kadar karbohidrat dapat dilihat
pada Tabel 2. Nilai rata-rata kadar karbohidrat dan kadar βkaroten dapat dilihat
pada Tabel 3.
Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar air klepon,
didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning
menunjukan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Nilai rata-rata kadar air klepon pada
Tabel 2 berkisar antara 45,38% sampai dengan 52,39%. Hasil analisis kadar air
tertinggi terdapat pada perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning 50%
: 50% yaitu 52,39%, sedangkan kadar air terendah terdapat pada perlakuan tepung
ketan dan labu kuning 80% : 20% yaitu 45,38%.
Tabel 2. Nilai rata-rata hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan
kadar lemak klepon

Tabel 3. Nilai rata-rata kadar karbohidrat dan kadar β-karoten klepon.

Perlakuan perbandingan tepung ketan dengan labu kuning pada pembuatan


klepon berpengaruh nyata terhadap kadar protein, kadar lemak, β-karoten, warna,
aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan. Perbandingan tepung ketan
dengan labu kuning yang menghasilkan klepon dengan karakteristik terbaik yaitu
60% tepung ketan : 40 % labu kuning dengan kriteria sebagai berikut: kadar air
49,82 %, kadar abu 0,40% kadar protein 6,08 % kadar lemak 8,20% kadar
karbohidrat 35,47% kadar β-karoten 0,1608 % dan sifat sensori yaitu : warna
biasa, aroma agak suka, tekstur hedonik agak suka, tekstur skoring biasa, rasa agak
suka, penerimaan keseluruhan, agak suka.
15.Judul: PENGARUH RASIO TEPUNG KETAN DENGAN TEPUNG LABU
KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KARAKTERISTIK
DODOL
Peneliti: I Made Adhi Dharma Parayana , I Ketut Suter , I Putu Suparthana
Tahun : 2019
Hasil dan pembahasan
Rasio tepung ketan dan tepung labu kuning pada pembuatan dodol
berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar β-
karoten, IC50, warna, tekstur, rasa, penerimaan keseluruhan. Rasio tepung ketan
dan tepung labu kuning yang menghasilkan dodol dengan karakteristik terbaik
adalah dengan rasio perlakuan tepung ketan dan tepung labu kuning 40% : 60%,
dengan karakteristik sebagai berikut : kadar air 10,12%, kadar abu 4,99%, kadar
protein 6,43%, kadar lemak 13,56%, kadar βKaroten 0,0340% dan IC50 37,74%.
Warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerimaan keseluruhan diterima dengan kretaria
suka.
16.Judul: PENGARUH PENAMBAHAN LABU KUNING (Cucurbita moschata )
TERHADAP KUALITAS FISIKOKIMIA DODOL
Peneliti: Rivo M. Saroinsong, Lucia Mandey, Lana Lalujan
Hasil dan pembahasan
Pemanfaatan bahan pangan lokal seperti labu kuning dalam menunjang
program pemerintah untuk penganekaragaman pangan, maka labu kuning diduga
cocok untuk ditambahkan dalam proses pembuatan dodol sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari labu kuning maupun dodol. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan formula dodol yang baik dengan memanfaatkan buah
labu kuning sebagai bahan tambahan dalam pembuatan dodol. Untuk mengetahui
sifat fisikokimia serta tingkat kesukaan panelis terhadap dodol labu kuning yang
dihasilkan. Pengujian organoleptik dodol labu kuning didapatkan hasil formulasi
perlakuan D (100% tepung ketan dan 75% bubur labu kuning), merupakan produk
dodol yang paling disukai oleh panelis. Dodol dengan penambahan bubur labu
kuning mengandung kadar air 44,60%, kadar abu 1,3% kadar protein 3,25%,
lemak 7,72%, dan karbohidrat 43,13 . Untuk hasil analisis warna L* adalah 23,86,
sedangkan a* adalah 14,23 dan b* adalah 33,15.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada produk dodol penambahan
bubur labu kuning dengan formulasi 100% tepung ketan dan 75% bubur labu
kuning (Perlakuan D), merupakan produk dodol yang paling disukai oleh panelis
dengan nilai rata-rata uji organoleptik warna dodol 3.88 (suka), aroma 3.92 (suka),
rasa 3,84 (suka), dan tekstur 3,32 (suka). 2. Dodol labu kuning dengan formulasi
penambahan 100% tepung ketan dan 75% bubur labu kuning mengandung kadar
air 44,60%, kadar abu 1,3% kadar protein 3,25%, lemak 7,72%, dan karbohidrat
43,13 . Untuk hasil analisis warna L* adalah 23,86, sedangkan a* adalah 14,23 dan
b* adalah 33,15.

17. Judul: KOMPONEN GIZI, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN


KARAKTERISTIK SENSORI BUBUK FUNGSIONAL LABU
KUNING (Cucurbita moschata) DAN TEMPE
Peneliti: Dini Junita, Budi Setiawan2 , Faisal Anwar , Tjahja Muhandri
Tahun: 2015
Hasil dan pembahasan
Pada penelitian Dini Junita, dkk. (2015) bertujuan untuk mengetahui
kandungan gizi, aktivitas antioksidan, dan karakteristik sensori formula bubuk
fungsional berbahan labu kuning serta tempe. Formula yang digunakan terdiri atas
15% bubuk labu kuning, 35% bubuk biji labu, 50% bubuk tempe. Komponen gizi
ditentukan berdasarkan dengan analisis proksimat dan spektrofotometri, aktivitas
antioksidan metode DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl), serta karakteristik
sensori formula dianalisis dengan bantuan 39 panelis semi terlatih menggunakan
tiga jenis media minuman yaitu air putih, jus jeruk dan susu.
.Kandungan gizi bubuk fungsional Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kadar air
bubuk fungsional adalah 6,84±0,09%. Nilai ini telah memenuhi standar mutu
kadar air minuman bubuk yang ditetapkan dari SNI 01-4324- 1996, yakni kurang
dari 10% (Mawardi et al. 2016). Kadar air pen-ting sebagai indikator daya simpan
produk pa-ngan, semakin tinggi kadar air semakin rendah masa simpan dan
semakin butuh perlakuan khusus dalam penyimpanan. Kandungan protein formula
bubuk fungsional lebih tinggi dari bubuk labu kuning dan biji labu kuning namun
lebih rendah dari nilai protein tepung tempe.
Kandungan protein dipengaruhi oleh komposisi bahan campuran dan proses
pengolahan. Tempe sebagai proporsi terbesar dalam campuran bubuk fungsional
memiliki kandungan protein terbesar dibanding kedua bahan lainnya. Menurut
Viguiliouk (2015) konsumsi sumber protein nabati dapat memperbaiki kontrol
glikemik pada individu dengan diabetes.
Kandungan lemak total pada formula bubuk fungsional lebih tinggi daripada
bubuk labu kuning dan tempe, namun masih lebih kecil dari bubuk biji labu
kuning. Lemak nabati yang berasal dari tempe biji labu kuning dan kacang kedelai
merupakan lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan. Menurut Morrison et al.
(2015) dan Zhao et al. (2015) minyak biji labu kuning dapat memperbaiki
dislipidemia dengan menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida,
menipiskan aterosklerosis dan memberi efek antiinflamasi. Karbohidrat total pada
formula bubuk jauh lebih kecil dibandingkan bubuk labu kuning, namun masih
lebih tinggi dari pada bubuk biji labu dan tempe. Hasil uji gula total sebesar 4,59
% menyatakan bubuk ini memenuhi syarat minuman rendah gula maksimal 5%
(BPOM 2016).
Tabel 1. Kandungan gizi bubuk labu kuning, biji labu kuning, tempe, dan
bubuk fungsional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk fungsional mengandung


6,84±0,09% kadar air, 3,18±0,02% kadar abu, 35,15±0,07% lemak, 30,15±0,35%
protein, 20,85±0,35% karbohidrat, 3,86±0,02% serat kasar, 308,85±0,55 ppm
betakaroten, 515,00 ppb kromium, dan 4,59% total gula. Aktivitas antioksidan
bubuk sebesar 6765.88 ppm. Karakteristik sensori pada media jus jeruk lebih baik
dari media lainnya. Bubuk fungsional ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
dalam manajemen diabetes, namun perlu peningkatan karakter sensori serta telaah
interaksi gizi yang lebih mendalam.
Bubuk fungsional memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap, memenuhi
syarat rendah gula dan mengandung kromium sehingga dapat dimanfaatkan dalam
manajemen diabetes. Terkait bioavailabilitas kromium sebaiknya bubuk fungsional
diminum tidak lebih dari 80 g/kali konsumsi. Aktivitas antioksidan bubuk
fungsional dalam kategori lemah namun lebih baik dari aktivitas antioksidan
bubuk labu dan biji labu tanpa pencampuran. Karakteristik sensori bubuk
fungsional untuk atribut mutu dinilai masih kurang, intensitas warna kurang cerah,
aroma langu, tekstur kasar serta keberadaan after taste pahit menjadi poin penting
untuk perbaikan kedepannya. Penggunaan media jus jeruk mampu memperbaiki
nilai kesukaan terhadap bubuk fungsional, namun perlu di telaah lebih dalam
termasuk kaitannya dengan interaksi zat gizi.

18. Judul: PEMANFAATAN LABU KUNING DALAM PEMBUATAN PERMEN


JELLY DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT
Peneliti: Dedy Insani , Netti Herawati, Evy Rossi
Tahun: 2017
Hasil dan pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Dedy Insani , ddk (2017) bahwa rasio bubur
labu kuning dan bubur rumput laut berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu,
kadar serat kasar, warna, aroma, tekstur, rasa dan tingkat kesukaan panelis
terhadap permen jelly yang dihasilkan. Perlakuan terpilih dari parameter yang
telah diuji adalah perlakuan LKRL4: rasio bubur labu kuning:bubur rumput laut
(42:58) yaitu memiliki kadar air 23,69%, kadar abu 1,77%, kadar gula reduksi
8,67% dan kadar serat kasar 0,88%. Sementara penilaian sensori memiliki
deskriptif warna kuning kecoklatan, agak beraroma labu kuning, tekstur kenyal,
berasa labu kuning dan rumput laut dan permen jelly secara umum dapat diterima
secara keseluruhan suka. Permen jelly yang dihasilkan dari labu kuning dan
rumput laut secara keseluruhan memenuhi standar SNI 3574-2008 kecuali kadar
air melebihi SNI 3574-2008.
19. Judul: PEMANFAATAN LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA DUCH)
SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN COOKIES
Peneliti: MEIRANTY SUDARMAN
Hasil dan pembahasan
Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan labu kuning sebagai bahan dasar
pembuatan cookies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: karakteristik labu
kuning yang baik digunakan dalam pembuatan cookies, proses pembuatan puree
labu kuning, proses pembuatan cookies labu kuning, penerimaan panelis terhadap
cookies labu kuning, dan kandungan gizi cookies labu kuning. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen. Tempat meneliti di Laboratorium Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik labu kuning dilihat dari
warna kulit labu kuning, hidari labu kuning yang berjamur, pilih labu kuning yang
berat dan pilih labu kuning yang terdengar berongga ketika diketuk. Proses
pembuatan puree labu kuning dimulai dari proses pemilihan labu kuning,
pencucian, pengupasan, pengirisan, pengukusan, penghalusan dan penyaringan,
pembuatan cookies labu kuning dilakukan dengan proses penimbangan bahan,
pencampuran, pencetakan dan pemanggangan, pada uji organoleptik hasil cookies
terbaik yaitu formulasi 3 dengan penambahan puree 70% dengan nilai rata-rata
warna 2,33, aroma 5,00, tekstur 5,90, rasa 5,76, over all 5,81 dan uji hedonik 8,14.
Hasil uji kandungan gizi karbohidrat 50.53, protein 5.81, kadar air 2.35, lemak
22.17 dan vitamin A 86.22 .
Penelitian eksperimen ini menghasilkan cookies labu kuning yang mempunyai
aroma, warna, tekstur dan rasa yang khas dari bahan dasar yang digunakan.
Berdasarkan hasil eksperimen pada pembuatan cookies labu kuning yaitu
1. Cara memilih labu kuning yang baik digunakan dalam pembuatan cookies
yaitu:
(a) Hindari memilih labu kuning yang memiliki bintik putih atau menghitam
pada kulitnya karena menunjukkan labu habis jatuh. (b) Hindari memilih
labu berjamur. Labu yang berjamur biasanya ditandai dengan warna
keputihan, atau abu-abu menyerupai kapas. (c) Pastikan ukuran berat labu.
Karena jika terasa berat menunjukkan kandungan air dalam labu cukup
banyak dan labu sudah matang. (d) Mengetuk. Jika terdengar berongga
maka menunjukkan labu sudah matang.
2. Puree labu kuning diperoleh dari proses pengolahan labu kuning segar, cara
pembuatan puree labu kuning yaitu dengan cara pemilihan labu kuning,
pencucianlabu kuning, pengupasan labu kuning, pemotongan labu kuning,
pengukusan labu kuning, penghalusan labu kuning dan penyaringan labu
kuning.
3. Proses pembuatan cookies labu kuning dilakukan dengan cara yang sederhana
yaitu mulai dari pemilihan bahan, penimbangan bahan, pencampuran,
pengadukan, pencetakan dan pemanggangan.
4. Untuk uji penerimaan terhadap panelis yang terdiri dari panelis terlatih dan
agak terlatih dan yang memperoleh nilai tertinggi F3 yaitu 30% tepung terigu
dan 70% puree labu kuning dengan nilai rata-rata 8.14%.
5. Kandungan gizi yang terdapat pada cookies labu kuning yaitu karbohidrat
sebesar 50.53, protein 5.81, kadar air 2.35, lemak 22.17, dan vitamin A 86.22.
20. Judul: PENGARUH UMUR PANEN DAN METODE PENGERINGAN
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG LABU
KUNING (CUCURBITA MOSCHATA L.) VARIETAS KUSUMA DI
BANYUWANGI TAHUN 2016
Peneliti: Anang Budianto, Imamatul Karimah, Mislan
Tahun: 2019
Hasil dan pembahasan
Pada penelitianpenelitiansebelumnya tentang pembuatan tepung labu kuning,
faktor yang mempengaruhi hasil pengeringan antara lain: metode pengeringan,
perendaman bahan, fermentasi, dan pemanasan (blanching). Perlakuan pemanasan
seperti pengukusan sebelum pengeringan berfungsi untuk mencegah reaksi
pencoklatan, melunakkan, dan memperbaiki palatabilitas bahan. Menurut
Muchtadi (2011) penggunaan blanching dapat mempercepat pengeringan karena
membuat permeabilitas sel bahan sensitif terhadap perpindahan air.Proses
penghalusan labu kering bertujuan untuk memperkecil ukuran labu menjadi bubuk
halus dengan ukuran tertentu.
Hendrasty (2003) menjelaskan bahwa tepung labu kuning merupakan butiran
halus lolos ayakan 60 mesh. Hasil dari penelitian dilakukan analisis berupa jumlah
rendemen,daya kembang tepung, dan kadar amilosa. Data pengujian menggunakan
uji ANOVA dan uji Duncan pada taraf 0,05. Pada perlakuan U3P1 menghasilkan
rendemen tertinggi yaitu 6.433 % serta hasil terendah pada perlakuan U2P2
sebesar 3.262 %.Perlakuan U3P1 merupakan kombinasi antara umur labu 90 HST
dengan metode pengeringan sinar matahari dan perlakuan U2P2 merupakan
kombinasi dari umur labu 85 HST dengan pengeringan kabinet. Menurut Pratama
(2010) rata-rata rendemen tepung labu yang dihasilkan setelah proses pengeringan
sebesar 3.53 % lebih rendah dari nilai rendemen yang dihasilkan pada penelitian
ini.
Pada penelitian Budianto, dkk (2019), Tepung labu kuning (Cucurbita
moschata L.) varietas Kusuma dengan perlakuan umur panen labu kuning
berpengaruh terhadap sifat fisikokimia tepung labu yaitu peningkatan rendemen
sebanyak 6.433 %, kadar amilosa18.350%, sedangkan faktor pengeringan
berpengaruh terhadap daya kembang 12.98 ml/g.
Sifatfisikokimiatepunglabukuninghasildari aplikasi perlakuan kombinasi antara
umur panen dan metode pengeringan menghasilkan rendemen tertinggi 6.433 %
(U3P1) dan terendah 3.265 % (U2P2), daya kembang tertinggi 12.98 ml/g (U1P1)
dan terendah 9.70 ml/g (U1P2), serta kadar amilosatertinggi18.350 % (U1P1) dan
terendah 3.679 % (U2P2).
DAFTAR PUSTAKA

Agnes Murdiati. 2008. Pengaruh Variasi Lama Simpan Dan Frekuensi Ekstraksi
Terhadap Kandungan Gula Ekstrak Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata.
AGRITECH, Vol. 28, No. 1
Budianto, Anang., dkk. 2019. Pengaruh Umur Panen Dan Metode Pengeringan
Terhadap Karakteristik Fisikokimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Moschata L.) Varietas Kusuma Di Banyuwangi Tahun 2016. Jurnal Teknologi
Pangan Dan Ilmu Pertanian Vol. 1 No. 02
Dhiyas, Ardhanareswari. Dkk. 2016. Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Moschata Durch) Dan Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L.) Terhadap
Terigu Pada Pembuatan Cake. Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor
4, Tahun 2016 (Jilid 4). doi : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Dini Junita. 2015. Komponen Gizi, Aktivitas Antioksidan Dan Karakteristik Sensori
Bubuk Fungsional Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dan Tempe. J. Gizi
Pangan. ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920. DOI:
10.25182/jgp.2017.12.2.109.116
Evita, Puspaningdyah 2020. Kombinasi Bilakupu (Biji Labu Kuning Dan Kunyit
Putih) Dalam Menurunkan Hiperkolesterolemia . Jurnal SainHealth Vol. 4 No.
1 p-ISSN : 2548-8333 e-ISSN : 2549-2586
Gumolung, Dokri. 2017. Analisis Beta Karoten Dari Ekstrak Jonjot Buah Labu
Kuning (Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.2 No.2: 69-71,
2017 ISSN 2598-1269
Gumolung, Dokri. 2018. Analisis Kandungan Total Fenolik Pada Jonjot Buah Labu
Kuning (Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.3 No.1: 1-4,
2018 ISSN 2598-1269
Gumolung, Dokri. 2019. Analisis Proksimat Tepung Daging Buah Labu Kuning
(Cucurbita Moschata). Fullerene Journ. Of Chem Vol.4 No.1: 8-11, 2019 ISSN
2598-1269
Insani, Dedy. 2017. Pemanfaatan Labu Kuning Dalam Pembuatan Permen Jelly
Dengan Penambahan Rumput Laut. Jom FAPERTA Vol. 4 No. 2

Komang Biandari Devi Permatasari. 2018. Pengaruh Penggunaan Tepung Labu


Kuning (Cucurbita Moschata Durch) Terhadap Karakteristik Chiffon Cake
Berbahan Dasar Modified Cassava Flour (Mocaf ). Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 2
Loelianda, Pratiwi. 2017. Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata
Durch) Dan Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L.) Terhadap Terigu Pada
Pembuatan Cake. Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01
Muh. Ikhlas Arsul, dkk. 2018. Potensi Mie dari Labu Kuning (Cucurbita moschata
Durch) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah. ad-Dawaa’J.Pharm.Sci.
Vol. 2 No. 2
Novrina Rasinta Ranonto. 2015. Retensi Karoten Dalam Berbagai Produk Olahan
Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Jurnal of Natural Science Vol
4(1) :104-110 ISSN: 2338-0950
Reza Prakoso Dwi Julianto. 2017. Identifikasi Labu Nusantara (Cucurbita Moschene
Dutchene) Sebagai Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat . Jurnal Hijau
Cendekia Volume 2 Nomor 1
Rivo M. Saroinsong. 2016. Artikel Pengaruh Penambahan Labu Kuning (Cucurbita
Moschata ) Terhadap Kualitas Fisikokimia Dodol. Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
Tarigan, Ermina. 2018. Identifikasi Variasi Spesies Labu (Curcubita Sp) Berdasarkan
Morfologi Batang,Bunga,Buah, Biji Dan Akar Di Kecamatan Lubuk Pakam
Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya Universitas Negeri
Medan. ISSN 2656-1670
Zufahmi. 2015. Karakteristik Tanaman Labu Kuning (Cucurbita Moschata)
Berdasarkan Penanda Morfologi Dan Pola Pita Isozim Peroksidase Prosiding
Seminar Nasional Biotik. ISBN: 978-602-18962-5-9

Anda mungkin juga menyukai