LAPORAN
PENELITIAN INTERNAL
Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Ekstrak Daun Suji (Pleomele
angustifolia N.E.Br.) Terhadap Karakteristik Fisikokimia Mie Kering Suji Dari Tepung
Komposit
TIM PENELITI:
Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST. MSc.
Dr. A. Rika Pratiwi. MSi
Semarang,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Ketua Peneliti,
(Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP. MSc.) (Dr. V. Kristina Ananingsih, ST. MSc)
NPP. 058.1.2001.244 NPP. 058.1.2000.239
Menyetujui,
Kepala LPPM Unika Soegijapranata,
Mi kering merupakan salah satu jenis bahan pangan yang disukai di Indonesia, biasanya mi
kering dibuat dari tepung terigu. Tingginya jumlah konsumsi mi dapat meningkatkan impor
gandum sebagai bahan baku pembuatan terigu. Pemecahan dari masalah tersebut adalah dapat
digunakan tepung komposit yang terbuat dari bahan pangan lokal yaitu campuran tepung beras
putih, tepung maizena, dan tepung mocaf sebagai sumber karbohidrat. Untuk peningkatan gizi
pada mi kering dan juga meningkatkan minat dan ketertarikan konsumen terhadap mi kering
maka dapat digunakan pewarna alami dari daun suji (Pleomele angustifolia) yang mengandung
klorofil sebagai antioksidan. Permasalahan dari penggunaan daun suji adalah klorofil sebagai
sumber warna hijau dan antioksidan sangat sensitif terhadap panas sedangkan pada proses
pembuatan mi kering terjadi proses pengeringan dengan oven. Penggunaan ekstrak daun suji
pada penelitian ini adalah 0%, 50%, dan 100%. Sedangkan suhu pengeringan mi yang
digunakan adalah 50º, 60º, dan 70ºC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perbedaan suhu pengeringan dan perbedaan konsentrasi pewarna alami ekstrak daun
suji yang digunakan terhadap perubahan karakteristik fisikokimia selama proses pembuatan
mi. Pengujian yang dilakukan meliputi karaktersistik fisik (cooking loss, tensile strength,
warna), dan karakteristik kimia (kadar air, pH, total klorofil). Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa perbedaan suhu pengeringan dan konsentrasi ekstrak suji berpengaruh
terhadap warna, cooking loss, tensile strength, total klorofil, pH dan kadar air. Mi kering suji
100% yang dikeringkan pada suhu 50ºC memiliki kadar air tertinggi 9,40%; total klorofil 3,33;
cooking loss terendah yaitu 4,31%; dan tensile strength tertinggi yaitu 0,54 N/mm2; warna mi
hijau gelap.
Kata kunci : mie kering, tepung komposit, suhu pengeringan, konsentrasi ekstrak
daun suji
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mi kering merupakan salah satu bahan pangan olahan yang banyak digunakan di Indonesia.
Produk olahan pangan berupa mi kering merupakan salah satu jenis produk mi yang mampu
bersaing dipasar. Mi kering merupakan mi yang diolah dengan prinsip pencampuran,
pengukusan, pencetakan, dan proses yang terpenting adalah pengeringan mi hingga kadar
airnya mencapai 8 – 10% (Mulyadi et al., 2014). Pengeringan mi dapat dilakukan
menggunakan oven pada suhu ±50ºC sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama
dibanding dengan jenis mi lainnya namun hal tersebut juga tergantung pada kadar airnya
(Widyaningtyas & Susanto, 2015).
Pada proses pengolahan mi kering ini terdapat proses pemanasan, yaitu proses pengeringan.
Diduga suhu pengeringan pada pembuatan mi berpengaruh terhadap kualitas mi yang
dihasilkan. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka kadar air mi akan lebih rendah dan dapat
menghindari resiko kontaminasi bakteri atau jamur sehingga umur simpan produk lebih lama
(Rohmat et al., 2014). Namun apabila suhu pengeringan terlalu tinggi maka struktur ikatan pati
dengan komponen warna dan klorofil pada daun suji akan menjadi rusak. Selain itu diduga pula
dengan perbedaan konsentrasi ekstrak daun suji yang ditambahkan dapat mempengaruhi sifat
fisik dan kimia mi kering yang dihasilkan. Penambahan ekstrak daun suji yang meningkat dapat
menghasilkan intensitas warna yang lebih baik pada mi, dan memiliki efek yang baik baik bagi
kesehatan (Jokopriyambodo & Rohman, 2014). Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui
konsentrasi ekstrak daun suji dan suhu pengeringan yang optimal untuk memperoleh
karakteristik fisikokimia mi kering yang terbaik.
1.2.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu pengeringan dan
perbedaan konsentrasi pewarna alami ekstrak suji terhadap karakteristik fisikokimia mi kering.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Mi Kering
Mi adalah jenis makanan yang popular di berbagai daerah di Asia. Mi umunya terbuat dari
tepung gandum, air, garam dan atau garam alkali seperti sodium karbonat. Secara umum,
tahapan-tahapan dalam pembuatan mie kering antara lain pencampuran dan pengadukan,
pembuatan lembaran, pemotongan, pengukusan, pengeringan dan pendinginan (Nugrahawati,
2011). Mie kering ini memiliki umur simpan yang panjang sekitar 6-12 bulan dan mampu
mempertahankan intensitas warna yang baik ketika disimpan. Mie kering yang disukai
konsumen adalah yang mempunyai ciri – ciri jalinan antar mie bagus dan tidak lengket satu
sama lainnya dan rasa (kekenyalannya) tidak terlalu kenyal atau sedikit lunak namun tidak
lembek.
Mie kering diolah dengan metode pengeringan dengan cara dijemur atau menggunakan oven
pada suhu ± 50ºC dan mempunyai daya simpan yang lebih lama tergantung dari kadar airnya
(Widyaningtyas & Susanto, 2015). Kelembaban ruang pengeringan (70-75%) yang selalu
terjaga selama ± 5 jam dapat menghasilkan kadar air mie kering sekitar 8-10% (Mulyadi et al.,
2014). Ciri – ciri mie kering yang memiliki kualitas yang baik adalah penampakan cerah,
permukaan lembut, tidak ditumbuhi mikroba dan tidak hancur dan pecah selama pemasakan
(Engelen et al., 2015). Berdasarkan warna mi, ada 2 jenis mi yaitu mi putih yang diberi
tambahan garam, dan juga mi kuning yang diberi tambahan garam alkali. Mi yang dibuat
dengan penambahan garam alkaki biasanya memiliki karakteristik berwarna kuning, memiliki
pH berkisar 9 – 11, teksturnya lebih elastis, dan kuat (James et al., 1996). Syarat mutu mie
kering dapat dilihat pada Tabel 1.
2.2. Pengeringan Mi
Pengeringan dapat diartikan sebagai cara pengawetan. Panas akan dihantarkan pada air dalam
bahan pangan yang hendak dikeringkan dan air akan menguap dan dipindahkan keluar dari
pengeringan (Nuraeni, 2018). Faktor-faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah
suhu, kelembaban udara, kadar air bahan awal, dan kadar air yang dikehendaki. Perubahan
suhu didalam pengeringan tergantung pada sifat bahan dan kandungan airnya, suhu pada media
pemanas, waktu pengeringan, serta suhu akhir yang diperoleh dalam pengeringan zat padat
(Rohmat et al., 2014). Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air yaitu dengan
menurunkan kelembaban (RH) udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan,
sehingga tekanan uap air bahan akan lebih besar daripada tekanan uap air dari bahan ke udara
(Nuraeni, 2018).
Mie kering diolah dengan metode mengeringkan mie mentah dengan cara dijemur atau dalam
oven pada suhu ± 50ºC dan mempunyai daya simpan yang lebih lama tergantung dari kadar
airnya (Widyaningtyas & Susanto, 2015). Pengeringan mie kering dapat menghasilkan kualitas
yang baik yaitu penampakan cerah, permukaan lembut, tidak ditumbuhi mikroba dan tidak
hancur dan pecah selama pemasakan (Sugiyono et al., 2011). Pengeringan merupakan tahap
terakhir yang dilakukan agar membentuk lapisan tipis protein yang dapat meningkatkan
kestabilan permukaan mie selama dilakukannya perebusan (Liandani & Zubaidah, 2015).
Tepung beras memiliki kandungan protein yang sedikit namun tidak mengandung gluten
sehingga sering digunakan untuk membuat produk yang gluten-free dan aman untuk penderita
penyakit celiac (Kim, 2013). Tepung mocaf (Modified Cassava Flour) merupakan produk
turunan dari tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan cara fermentasi bakteri asam
laktat. Tepung mocaf memiliki kandungan pati dan serat pangan yang tinggi, sehingga baik
untuk kesehatan. Penggunaan tepung mocaf memiliki keuntungan apabila digunakan dalam
pembuatan mie yaitu dapat meningkatkan viskositas (daya lekat), kemampuan gelasi, daya
rehidrasi dan solubility (kemampuan melarut) sehingga mie memiliki tekstur yang lebih baik
(Indrianti et al., 2013).
Klorofil menunjukkan serapan maksimum di daerah biru pada panjang gelombang 400 –
450nm dan daerah merah pada panjang gelombang 650 – 700 nm dari spectrum tampak. Warna
hijau dari pigmen klorofil disebabkan karena klorofil tidak efektif menyerap cahaya gelombang
hijau sehingga warna komplementer yang dihasilkan merupakan pantulan cahaya (Hartiwi &
Trihandaru, 2009). Pigmen warna hijau klorofil ini bersifat sangat mudah terdegradasi dan
berubah menjadi berwarna hijau muda sampai hijau kecoklatan. Degradasi klorofil dapat
terjadi karena adanya peningkatan suhu, transpirasi, dan reaksi oksidasi non - enzimatis karena
keberadaan oksigen dilingkungan (Hendriyani & Setiari, 2009).
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa
Pangan dan Ilmu Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata Semarang.
3.2.Materi
3.2.1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung beras komersial, tepung
mocaf, tepung maizena, daun suji, gliseril monostearat (GMS), soda abu, air.
3.2.2. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, ekstruder dingin,
oven. Sedangkan alat untuk analisa adalah texture analyzer, chromameter, spektrofotometer,
erlenmeyer, cawan porselin, blender, pH meter, labu ukur, erlenmeyer.
3.3.Metode
3.3.1. Pembuatan Ekstrak Daun Suji
Pada pembuatan ekstrak daun suji diperlukan daun suji yang masih segar dan berwarna hijau
tua. Pertama, daun suji dipisahkan dari batangnya kemudian dicuci menggunakan air hingga
bersih dari kotoran. Dipotong bagian pangkal daun suji yang keras, kemudian daun suji
dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu potongan daun suji dihaluskan menggunakan
blender. Daun suji yang sudah hancur kemudian diperas dan disaring untuk memperoleh
ekstrak daun suji. Ekstrak daun suji yang diperoleh kemudian diukur menggunakan gelas ukur
untuk diencerkan dengan aquades sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak daun suji 50% (75
ml ekstrak suji + 75 ml aquades) dan 100% (150 ml ektrak suji). Setelah diencerkan, ekstrak
daun suji dapat langsung dicampurkan ke dalam adonan mi.
3.4. Diagram Alir Pembuatan Mi
Kadar air pada mi kering suji dipengaruhi oleh suhu pengeringan mi dan konsentrasi
ekstrak suji yang ditambahkan. Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka kadar
air mi kering suji akan semakin rendah, hal tersebut dikarenakan pada proses pengeringan
terjadi penguapan sebagian air pada mi yang dipaparkan energi panas dari oven (Rohmat et al.,
2014). Penambahan ekstrak daun suji juga berpengaruh terhadap kadar air mi kering suji,
dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak suji yang ditambahkan maka kadar air mi kering
akan semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan pada ekstrak suji 100% memiliki kandungan
klorofil yang semakin banyak, di dalam klorofil terdapat rangkaian fitol yang apabila bertemu
dengan air dengan bantuan enzim klorofilase membentuk fitol yang memiliki daya afinitas
yang kuat dengan komponen lain pada mi kering (Milenković et al., 2012).
Total klorofil pada mi kering suji yang diberi penambahan ekstrak suji 50% dan 100%
diperoleh total klorofil yang semakin meningkat dengan semakin banyaknya ekstrak suji yang
ditambahkan, namun total klorofil akan semakin menurun apabila suhu pengeringan mi suji
semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan pada proses ekstrasi klorofil dari daun suji
dengan cara menghaluskan daun suji dan diperas sehingga sehingga makin sedikit pengenceran
ekstrak suji yang maka warna hijau pada ekstrak akan semakin pekat. Pembacaan total klorofil
dengan metode spektrofotometri menggunakan pelarut aceton 80% dan dibaca pada panjang
gelombang 645nm dan 663nm dimana pada panjang gelombang tersebut klorofil dapat
menyerap cahaya dan dipantulkan menjadi warna hijau yang dihitung sebagai total klorofil
(Kurniawan et al., 2010).
0.060
Tensile Strength (N/mm²)
0.055
0.040
50 60 70
Suhu Pengeringan Mi Suji (ºC)
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak suji yang ditambahkan maka tensile strength mie kering
suji akan semakin meningkat, sedangkan apabila suhu pengeringan yang digunakan semakin
tinggi nilai tensile strength akan semakin rendah. Penambahan ekstrak suji pada mi kering suji
dapat meningkatkan nilai tensile strength pada mi kering suji rebus, karena pada klorofil
berbentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga protein inilah yang nantinya akan
menguatkan ikatan kompleks pati dan meningkatkan elastisitas mi (Sunjaya et al, 2012).
Tensile strength juga dipengaruhi oleh suhu pengeringan mi berpengaruh terhadap penurunan
tensile strength, karena semakin tinggi suhu yang digunakan maka akan menyebabkan granula
pati pada mi akan mengalami rehidrasi yang lebih cepat dan menyebabkan ikatan kompleks
pati pecah sehingga mi akan mudah putus (Gradjito et al., 2013).
50
60
70
5. KESIMPULAN
Penambahan konsentrasi ekstrak suji pada mi kering suji berpengaruh terhadap karakteristik
fisikokimia, yaitu peningkatan total klorofil, tensile strength, cooking loss, pH, kadar air, nilai
L*, a*, dan b*. Perbedaan suhu pengeringan mi kering suji berpengaruh terhadap karakteristik
fisikokimia mi kering, yaitu penurunan kadar air, total klorofil, tensile strength, nilai a* dan
b*, peningkatan cooking loss dan nilai L*. Produk mi kering suji dengan penambahan
konsentrasi ekstrak suji 100% dan dikeringkan pada suhu 50ºC memiliki karakteristik kimia
yang paling baik dengan kadar air 9,40%; dan total klorofil tertinggi sebesar 3,33 mg/L. Produk
mi kering suji dengan penambahan konsentrasi ekstrak suji 100% dan dikeringkan pada suhu
50ºC memiliki karakteristik fisik yaitu warna hijau paling baik dengan nilai a* sebesar -15,39;
nilai b*18,47; nilai L* 50,84. Produk mi kering suji dengan penambahan konsentrasi ekstrak
suji 100% dan dikeringkan pada suhu 50ºC memiliki karakteristik fisik yang paling baik
dengan cooking loss terendah 4,31% dan tensile strength tertinggi 0,054 N/mm2.
6. DAFTAR PUSTAKA
Arfandi, A., Ratnawulan, & Darvina, Y. (2013). Proses Pembentukan Feofitin Daun Suji
Sebagai Bahan Aktif Photosensitizer Akibat Pemberian Variasi Suhu. Jurnal Fakultas
Fisika FMIPA. Universitas Negeri Padang, 1(April), 68–76. Retrieved from
ejournal.unp.ac.id/students/index.php/fis/article/view/512
Aryanti, N., Nafiunisa, A., & Willis, F. M. (2016). Ekstraksi dan Karakterisasi Klorofil dari
Daun Suji ( Pleomele Angustifolia ) sebagai Pewarna Pangan Alami. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 5(4), 129–135.
Billina, A., Waluyo, S., & Suhandy, D. (2014). Kajian Sifat Fisik Mie Basah dengan
Penambahan Rumput Laut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung., 4(2), 109–116. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/142435-ID-study-of-the-physical-properties-
of-wet.pdf.
Chen, Z. (2003). Physicochemical properties of sweet potato starches and their application in
noodle products. Netherlands: Wageningen University. Retrieved from
https://edepot.wur.nl/121460
Gradjito, M., Djuwardi, A., & Harmayani, E. (2013). Pangan Nusantara: Karakteristik dan
Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Halwan, C. A., & Nisa, F. C. (2015). Pembuatan Mie Kering Gembili Dan Bekatul ( Kajian
Proporsi Terigu : Gembili Dan Penambahan Bekatul ). Jurnla Pangan Dan Agroindustri.
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang., 3(4), 1548–1559.
Retrieved from https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/279/288
Kurniawan, M., Izzati, M., & Nurchayati, Y. (2010). Kandungan Klorofil , Karotenoid , dan
Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi Dan Fisiologi.
Laboratorium Biologi Struktur Dan Fungsi Tumbuhan, Universitas Diponegoro.
Semarang., XVIII(1). Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janafis/article/view/2614
Putri, W. D. R., Zubaidah, E., & Sholahudin, N. (2012). Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji,
Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Jurnal Teknologi Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian, Unibraw., 4(1), 13–24. Retrieved from
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/147/516
Rohmat, N., Ibrahim, R., & Riyadi, P. H. (2014). Pengaruh Perbedaan Suhu Dan Lama
Penyimpanan Rumput Laut Sargassum polycystum Terhadap Stabilitas Ekstrak Kasar
Pigmen Klorofil. Jurnal Pengolahan Dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(No.1), 118–
126. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpbhp/article/view/4828%0A
Sunjaya, H., Prasetyo, S., & Yanuar, Y. (2012). Pengaruh Rasio Massa Daun Suji/ Pelarut,
Temperature dan Jenis Pelarut Pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji Secara Batch Dengan
Pengontakan Dispersi. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
Universitas Katolik Prahayangan, 2(9). Retrieved from
journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/download/155/140
Zhang, J., Han, C., & Liu, Z. (2009). Absorption spectrum estimating rice chlorophyll
concentration : Preliminary investigations. Journal of Plant Breeding and Crop Science.
Institute of Eco-Environment and Agriculture Information., 1(5), 223–229. Retrieved
from http://www.academicjournals.org/jpbcs ©