Anda di halaman 1dari 36

DIPA BLU UNILA

(DOSEN JUNIOR)

USULAN PENELITIAN

ISOLASI BAKTERI PENGHASIL ENZIM KITINOLITIK DAN


PROTEOLITIK DARI TERASI UDANG (Mysis relicta)

Mahrus Ali, S.Pi., M.P. NIDN 0020058302


Dyah Koesoemawardhani, S.Pi., M.P. NIDN 0011027205

UNIVERSITAS LAMPUNG
Bandar Lampung 2015
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Kitinolitik dan


Proteolitik dari Terasi Udang (Mysis relicta)

2. Bidang Penelitian : Pertanian

3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Mahrus Ali, S.Pi., MP.
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIDN : 0020058302
d. Disiplin Ilmu : Bioteknologi Perikanan
e. Pangkat/ Golongan : Penata Muda Tk I/ III b
f. Jabatan : Asisten Ahli
g. Fakultas/ Jurusan : Pertanian/ Budidaya Perairan
h. Alamat : Jl. Soematri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung
i. Alamat Rumah : Jl. Sakura No. 14, Bataranila, Bandar Lampung
j. Telp./ E-mail : 087885708406/ pakmahrusali@gmail.com

4. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Dyah Koesoemawardhani, S.Pi., M.P.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN : 0027107002
d. Disiplin Ilmu : Pasca Panen

5. Lokasi Penelitian : Laboratorium Pasca Panen Pertanian Unila

6. Jumlah Biaya Diusulkan : Rp. 10. 000.000, 00

Bandar Lampung, 15 Maret 2015


Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Peneliti,

(Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Z., M.S.) (Mahrus Ali, S.Pi., M.P.)
NIP 19610826198702 1 001 NIP 19830520201012 1 004

Menyetujui,
Ketua LPPM Universitas Lampung

(Dr. Eng. Admi Syarif)


NIP 19670103199203 1 003
1 . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terasi merupakan salah satu produk fermentasi perikanan dan


merupakan warisan kekayaan kuliner Indonesia, dibuat dengan teknologi
sederhana namun patut kita banggakan sekaligus dilestarikan. Bahan baku terasi
biasanya dari udang, ikan atau limbah keduanya. Pengolahan terasi biasanya
dilakukan untuk menanggulangi melimpahnya tangkapan saat musim panen agar
tidak terbuang sekaligus dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi
nelayan, sekalipun sebagain udang ada yang khusus ditangkap untuk bahan baku
terasi, seperti udang rebon.

Terasi berbentuk pasta, berwarna hitam-coklat kadang ditambahi bahan


pewarna sehingga menjadi kemerahan. Produk ini memiliki bau yang tajam
sebagai akibat ternjadinya proses fermentasi, biasa digunakan untuk membuat
sambal atau bumbu masakan sehingga banyak ditemukan dalam berbagai resep
tradisional Indonesia. Adanya aroma yang menyengat ini memang dikehendaki
pada produk terasi (Anonymous, 2006).

Saat ini keberadaan terasi semakin digemari karena rasanya yang sedap
dan aroma yang menggugah selera serta meningkatkan nafsu makan. Tidak hanya
itu terasi juga memiliki zat aktif yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini dikarenakan
adanya proses fermentasi yang menyebabkan asam amino yang terdapat pada
terasi meningkat, juga dengan hadirnya mikroba fermentatif akan terjadi
peningkatan kadar senyawa vitamin B kompleks.

Di samping itu senyawa kitin dan kitosan yang berasal dari kulit udang
akan terdegradasi secara enzimatis menjadi senyawa oligomer kitosan yang
banyak bermanfaat sebagai senyawa antibiotik dan antikanker (Ali, 2009).
Menurut Winarno (1993), produk-produk olahan yang dihasilkan secara
fermentatif, memiliki potensi yang besar sebangai sumber senyawa biaktif dan
biofarmaka yang bermanfaat bagi kesehatan di waktu yang akan datang.
1.2 Perumusan Masalah

Terasi merupakan salah satu produk tradisional perikanan khas Indonesia


(exotic indegenous food), khususnya produk yang diproses dengan fermentasi
yang berbahan dasar udang dan ikan. Selama ini terasi banyak diproduksi oleh
UKM dengan teknologi sederhana dan proses fermentasi yang tidak terkontrol
(spontan). Selama fermentasi, protein akan terhidrolisis menjadi senyawa
turunannya oleh enzim proteolitik yang terdapat dalam daging ikan atau udang,
sedangkan enzim kitosanase akan menghasilkan oligomer kitosan yang sangat
fungsional (Ali, 2009).

Pembuatan terasi dilakukan secara fermentatif yang memanfaatkan bakteri


asam laktat. Peranan bakteri asam laktat dalam proses pembuatan terasi, sangat
penting karena dapat memproduksi asam-asam organik yang tidak saja memberi
rasa yang khas pada produk namun juga menghasilkan substrat dengan pH rendah
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Bakteri yang umumnya
yang terdapat pada terasi udang antara lain: Bacillus, Pediococcus,
Crynebacterium, dan Brevibacterium (Moeljanto, 1992).
Selama proses fermentasi terjadi reaksi hidrolisis yang mengubah protein
menjadi asam-asam amino dan peptida selanjutnya terjadi komponen lainya
sehingga produk berubah menjadi bentuk pasta atau cairan (Davies, 1982) yang
mengindikasikan adanya aktifitas hidrolase baik amilase, protease, maupun lipase.
Daging udang maupun cangkangnya yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan terasi memiliki kandungan protein sebesar 24% dan kitin 18,7%,
sehingga menimbulkan dugaan bahwa terasi udang memiliki banyak melibatkan
bakteri yang mampu mensintesis enzim kitinolitik ataupun proteolitik.
Enzim kitinolitik merupakan enzim yang mampu mendegradasi kitin
menjadi oligomer kitin dalam bentuk N-asetilglukosamin (GlcNAc) yang terjadi
secara sinergis dan berurutan (Patil dkk, 2000; Dinter dkk, 2000). Sedangkan
enzim proteolitik merupakan enzim yang menghidrolisis protein menjadi peptida
dan polipeptida (Moran et.al., 1994 dalam Rosliana, 2009) yang mampu
menghasilkan senyawa aktif peptida.
Penapisan enzim dari bakteri meliputi beberapa tahapan diantaranya isolasi
bakteri, pemurnian bakteri, isolasi enzim (crude), produksi enzim dalam jumlah
yang lebih tinggi serta pengujian aktifitas. Selain itu, kondisi produksi juga perlu
dikontrol dengan mengoptimasi berbagai faktor yang mempengaruhi laju produksi
enzim, seperti suhu, pH, komposisi medium, dan kondisi aerasi (Palmer, 1995).
Setiap proses penapisan enzim membutuhkan substrat yang spesifik. Dalam hal
ini digunakan substrat koloidal kitin untuk mengisolasi bakteri kitinolitik dan
substrat susu skim untuk proteolitik.

Exotic
Terasi Endoqenous Food

Hidrolisis

Enzimatis

Amilolitik/
Proteolitik Lipolitik
Kitinolitik

Bakteri kitinolitik
Isolasi
dan proteolitik

Substrat Uji aktifitas

Oligomer

Gambar 1. Bagan alir penelitian


1.3. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh senyawa
aktif biofarmaka asal produk terasi udang. Secara spesifik tujuan penelitian ini
adalah:

1. Mengisolasi bakteri fermentasi yang terdapat pada terasi udang rebon


2. Melakukan penapisan bakteri bakteri penghasil enzim kitinolitik dan
proteolitik pada terasi udang rebon
3. Menguji aktifitas kitinolitik dan proteolitik pada terasi udang, dan
4. Mengindentifikasi bakteri penghasil enzim kitinolitik dan proteolitik dari
terasi udang.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udang Rebon


Udang rebon merupakan salah satu hasil laut dari jenis udang – udangan
dengan ukuran kecil yang mana bila dibandingkan dengan udang jenis lain,
ukuran yang kecil membuat jenis udang ini disebut rebon. Udang rebon
merupakan zooplankton dengan ukuran panjang 1-1,5 cm yang terdiri dari
kelompok Crustacea yaitu Mysidocea acetes dan larva peraedae yang ditemukan
disekitar muara (Nontji, 1986). Udang jenis ini lebih mudah ditemukan dalam
bentuk terasi ataupun dikeringkan dibandingkan dalam bentuk segar (Astawan dan
Astawan, 1989).
Klasifikasi udang menurut Kusuma, (2009) sebagai berikut :
Kingdom : animalia
Filum : crustaceae
Class : arthropoda
Ordo : malacostraca
Famili : penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Mytis.sp

Gambar 2. Udang Rebon

Udang rebon kaya akan protein dan mineral. Zat-zat yang dikandungnya
bahkan mampu menangkal osteoporosis, meningkatkan HDL (high density
lippoprotein), sekaligus menurunkan kadar LDL (low density lippoprotein) dan
lemak. Udang rebon merupakan sumber protein namun tidak terkenal seperti
daging sapi, ikan, ataupun ayam dan udang lainnya.

Tabel 1. Kadungan Gizi Udang Rebon per 100 g (Depkes, 1992)

Kandungan gizi Udang rebon kering Udang rebon segar


Energi (kkal) 299 81
Protein (g) 59,4 16,2
Lemak (g) 3,6 1,2
Karbohidrat (g) 3,2 0,7
Kalsium (mg) 2.306 757
Fosfor (mg) 265 292
Besi (mg) 21,4 2,2
Vitamin A (SI) 0 60
Vitamin B1 (mg) 0,06 0,04
Air (g) 21,6 79,0

Selain kaya akan sumber zat gizi protein, kalsium dan zat besi ternyata
terdapat satu manfaat unik dari udang rebon yang bisa jadi sulit didapatkan dari
jenis udang-udangan lain, yaitu kulitnya yang berbeda. Berbeda dengan jenis
udang-udangan lain yang biasanya hanya dimakan dagingnya saja tanpa kulitnya,
seluruh bagian udang rebon dapat dimakan. Hal ini terutama karena ukurannya
yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan untuk membuang kulit atau
kepalanya seperti ketika akan memakan udang-udangan lain. Hasilnya, justru
inilah yang menjadi salah satu keunggulan udang rebon dibandingkan udang-
udangan lai, maupun makanan sumber protein lainnya (Astawan, 2009).
Selain kaya kalisium, kulit udang ternyata mengandung satu zat unik yang
ditemukan dalam cangkang serangga dan cangkang kepiting, yaitu kitosan.
Menurut beberapa penelitian kulit udang sangat bermanfaat dalam mengikat
kolesterol dalam tubuh sehingga sangat bermanfaat jika dikonsumsi. Kitosan
mulai bekerja saat bercampur dengan asam lambung.
2.2. Terasi Udang
Terasi udang merupakan produk fermentasi udang rebon yang berbentuk
seperti pasta dan berwarna hitam coklat, kadang ditambahi bahan pewarna hingga
menjadi kemerahan. Terasi berbau tajam dan biasa digunakan dalam membuat
sambal dan dalam berbagai resep tradisional Indonesia. Suparno dan Murtini
(1992), menambahkan selain dikonsumsi domestik produksi terasi dari Indonesia
telah diekspor ke luar negeri khususnya ke negeri Belanda dan Suriname.

Tabel 2. Kandungan unsur gizi terasi (Suprapti, 2002)


No Nama Unsur Kadar Unsur
1 Protei 30 gr
2 Lemak 3,5 gr
3 Karbohidrat 3,5 gr
4 Mineral 23 gr
5 Kalsium 100 gr
6 Fosfor 250 gr
7 Besi 3,1 gr
8 Air 40 gr

Cara pengolahan terasi secara tradisional yaitu bahan mentah berupa


rebon, udang atau ikan kecil-kecil dicuci terlebih dahulu kemudian dilakukan
proses penjemuran. Setelah kering, ditumbuk halus, untuk hasil yang baik dapat
ditambah garam selama ditumbuk. Garam ditambahkan sedikit saja agar tidak
terlalu asin, tetapi cukup memberi rasa (Hadiwiyoto, 1993). Menurut Suprapti
(2002), tahapan pembuatan terasi rebon tradisional yakni, pertama dilakukan
pembersihan, pencucian, pengukusan, penjemuran 1 (setengah kering),
penggaraman, penumbukkan 1, pemeraman (fermentasi) 24 jam, penjemuran 2,
penumbukan 2, pemeraman 24 jam, penjemuran 3, penumbukan 3, pemeraman 3
selama 4-7 hari hingga berbau khas terasi, dicetak dipotong-potong dan terakhir
pengemasan. Cara pembuatan terasi rebon modern, yakni pertama pembersihan,
pencucian, penggaraman, penggilingan, pemanasan (mendidih 5 menit),
pemeraman 1 (fermentasi) 7 hari, penjemuran 1 (setengah kering).
Kandungan padatan (protein, garam, kalsium, dan sebagainya) terasi
udang sekitar 27-30%, air 57-70%, dan garam 15-20%. Sedangkan terasi yang
dibuat dari ikan kandungan protein 20-45%, kadar air 35-50%, garam 10-25% dan
komponen lemak dalam jumlah kecil sedangkan kandungan vitamin B-12 cukup
tinggi. Pembuatan terasi ikan dihasilkan sejumlah vitamin, khususnya B-12. Bila
mengkonsumsi terasi dalam jumlah terbatas seperti sambal (Adawiyah, 2007).

2.3. Proses Fermentasi Terasi Udang


Tahapan proses pembuatan terasi meliputi penjemuran, penggilingan atau
penumbukan, serta penambahan garam yang kemudian dilanjutkan fermentasi
(Afrianto dan Liviawaty, 1989). Selama proses fermentasi tersebut, garam sebagai
pengawet dan penyeleksi mikrobia yang tumbuh selama proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses penguraian menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana oleh enzim yang berasal dari mikroorganisme dalam kondisi tertentu.
Fermentasi ada yang berlangsung secara spontan yaitu fermentasi yang dalam
pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme. Dalam fermentasi spontan
mikroorganisme golongan tertentu dari lingkungan tetap bisa berkembang biak
dalam media yang terseleksi (Suprihatin, 2010).
Setelah proses fermentasi, cairan dari dalam udang terekstrak keluar akibat
kadar garam yang tinggi. Kandungan nitrogen pada ciran mula-mula rendah
namun setelah disimpan beberapa hari (selama proses fermentasi) akan
menyebabkan terjadinya proses hidrolisis protein sehingga kandungan nitrogen
terlarut naik. Pada prinsipnya protein akan didegradas menjadi asam-asam amino
dan turunannya. Mikroba yang berperan dalam fermentasi udang rebon adalah
bakteri pembentuk spora dan bakteri haloteran (tahan garam) antara lain Bacillus,
Pediococcus, Crynebacterium, dan Brevibacterium (Moeljanto, 1992).
Berdasarkan sumber mikroba yang berperan dalam fermentasi, fermentasi
makanan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu fermentasi spontan dan
fermentasi tidak spontan. Fermentasi yang dalam pembuatannya tidak
ditambahkan mikroba yang berperan aktif berkembang biak secara spontan
disebut fermentasi spontan. Pada fermentasi spontan biasanya jumlah dan jenis
mikroba yang ikut aktif beraneka ragam. Sedangkan fermentasi tidak spontan
terjadi bila dalam pembuatannya ditambahkan mikroba dalam bentuk starter,
dimana mikroba akan berkembang biak dan aktif mengubah bahan yang
difermentasi menjadi produk yang diinginkan (Fardiaz, 1987).
Mikroba yang tumbuh selama fermentasi sangat mempengaruhi mutu hasil
produksi hasil fermentasi. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa mikroba
yang berperan dalam fermentasi terasi berbeda jenis dan jumlahnya. Mikroba
yang berperan dalam fermentasi terasi adalah bakteri asam laktat, asam asetat,
khamir dan jamur (Perderson, 1971). Strain dari bakteri asam laktat adalah
Leuconostoc mesenteroides, Pediococcus cereviceae, Lactobacillus plantarum,
dan Steptococcus faecalis. Menurut Vong dan Jackson (1977), diacu dalam
Marliana (1992), mikroba dalam terasi berasal dari genus Bacillus, Sarcina,
Staphylococcus, Clostridium, menyerupai Brevibacterium, menyerupai
Flavobacterium dan menyerupai Corynebacterium.
Mikroba yang berperan dalam fermentasi udang atau udang rebon adalah
bakteri pembentuk spora dan bakteri haloteran (tahan garam) antara lain Bacillus,
Pediococcus, Crynebacterium, dan Brevibacterium (Moeljanto, 1992).
Sedangkan menurut Peranginangin (1981). Khamir dan kapang tidak berperan
selama fermentasi pembuatan terasi. Menurut Rahayu (1989) diacu dalam
Rahayu dkk (1992) menduga bahwa pada terasi terdapat mikroba dari jenis
Micrococcus, Corynebacterium, Flavobacterium, Cytophaga, Bacillus,
Halobacterium, dan Acinetobacter.

2.4. Enzim Kitinolitik


Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan
enzim kitinolitik dalam proses degradasi kitin di alam. Secara alamiah, enzim
kitinolitik pada bakteri berperan penting dalam pengambilan nutrisi dan
parasitisme (Patil dkk, 2000). Produksi enzim kitinolitik banyak dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri kitinolitik karena medium pemeliharaan yang dibutuhkan
tidak mahal, sehingga dapat mengurangi biaya produksi enzim (Mejia Saules dkk,
2006). Selain dapat menghasilkan oligomer kitin enzim kitinolitik banyak
dikembangkan karena enzim kitinolitik dimanfaatkan sebagai agen biokontrol,
biopestisida dan pembuatan protein sel tunggal (Patil dkk, 2000).
Bakteri kitinolitik sudah diketahui secara luas dapat digunakan sebagai
penghambat pertumbuhan jamur dan lebih dari itu, digunakan sebagai alat untuk
mengontrol penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (Quecine dkk, 2008).
Enzim yang dapat mendegradasi kitin adalah kitinase atau enzim kitinolitik.
Organisme yang dapat mendegradasi kitin tersebar luas di alam, termasuk
organisme yang tidak memiliki kitin seperti bakteri, virus, tumbuhan tingkat
tinggi, dan hewan yang memiliki peran penting dalam fisiologi dan ekologi (Dewi
2011). Menurut Matsumoto (2006), mikroba mendegradasi kitin dengan
mensekresikan enzim yang memiliki spesifitas tertentu untuk mengubah atau
menghidrolisis kitin.
Enzim kitinolitik akan menghidrolisis substrat kitin secara sempurna
menjadi N-asetilglukosamin (GlcNAc) yang terjadi secara sinergis dan berurutan
(Patil dkk, 2004). Terdapat dua jalur degradasi kitin di alam. Jalur degradasi kitin
yang pertama diawali dengan hidrolisis ikatan β-1,4 glikosida.Ikatan β-1,4
glikosida diputus oleh enzim endokitinase sehingga terbentuk oligomer kitin.

Gambar 4. Reaksi pemutusan ikatan β-1,4 pada bagian internal mikrofibril kitin
Selajutnya oligomer kitin dipecah menjadi dimer N-asetilglukosamin
(kitobiose) oleh kitobiosidase, hingga dihasilkan monomer N-asetilglukosamin
(GlcNAc) oleh N-asetilglukosaminidase (kitobiase). Monomer GlcNAc kemudian
mengalami deasetilasi menjadi glukosamin oleh enzim N-asetil-glukosamin-
deasetilase. Jalur degradasi kitin lainnya adalah deasetilasi kitin menjadi kitosan
oleh enzim kitin-deasetilase. Kitosanase akan mendegradasi kitosan menjadi
oligomer kitosan. Oligomer kitosan selanjutnya akan didegradasi menjadi
glukosamin oleh glukosaminidase (Dinter dkk, 2000).
Gambar 5. Reaksi kitin menghasilkan monomer bioaktif

Enzim kitinolitik berperan dalam degradasi kitin untuk menghasilkan


oligomer kitin dan turunan kitin yang bermanfaat, sehingga enzim kitinolitik
dapat dimanfaatkan pula untuk mengelolah limbah kitin (Thompson dkk, 2001).
Enzim kitinolitik juga berperan sebagai agen biokontrol terhadap jamur dan
serangga patogen pada tumbuhan, biopestisida, terlibat dalam pembuatan protein
sel tunggal (Patil dkk, 2000), serta berperan sebagai obat terhadap penyakit parasit
(Thompson dkk, 2001)

2.5. Enzim Proteolitik


Protease digunakan pada beberapa aplikasi industri seperti detergen,
farmasi, produk-produk kulit, pengempukan daging, hidrolisat protein, produk-
produk makanan, dan proses pengolahan limbah industri (Nascimento & Martin,
2006). Protease ekstraseluler sebagian besar berperan dalam dihidrolisis substrat
polipeptida besar. Enzim proteolitik intraseluler memainkan peran penting dalam
metabolisme dan proses regulasi pada sel hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
Protease intraseluler berperan dalam fungsi fisiologis lainnya, seperti pencernaan,
maturasi hormon, perakitan virus, respon imun, imflamantasi, fertilasi, koagulasi
darah, fibrinolisis, kontrol tekanan darah, sporulasi, germinasi dan patogenesisi
(Rao et al., 1998). Protease juga diimplikasikan dalam peran regulasi ekspresi
gen, perbaikan DNA, dan sintesis DNA (Kalisz, 1998).
Hidrolisis ikatan peptida adalah reaksi penambahan-penghilangan, dimana
protease bertindak sebagai nukleofili atau bereaksi dengan membentuk satu
molekul air (Bauer et al,1996). Secara umum nukleofili membentuk intermediet
tetrahedral dengan atom karbon karbonil pada ikatan peptida. Satu gugus amina
dilepaskan dan dikeluarkan dari sisi aktif yang digantikan secara bersamaan
dengan satu molekul air. Pada protease tertentu, adisi enzim-asil dapat dibentuk.
Intermediet tetrahedral keduanya akhirnya dibentuk menghasilkan produk
karboksilat, proton dan enzim bebeas yang diregenerasi (Moran et al, 1994).
Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim
golongan hidrolase yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih
sederhana, seperti menjadi oligopeptida pendek atau asam amino, dengan reaksi
hidrolisis pada ikatan peptide. Enzim ini diperlukan oleh semua mahkluk hidup
karena bersifat esensial dalam metabolism protein. Protein ini memiliki banyak
struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek (Poliana, 2007).
Produksi enzim protease dari bakteri, diperlukan proses pencarian,
identifikasi dan isolasi galur unggul, yaitu galur yang menghasilkan enzim
protease dalam jumlah dan aktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi
produksi juga perlu dikontrol dengan mengoptimasi berbagai faktor yang
mempengaruhi laju pertumbuhan dan laju produksi enzim, seperti suhu, pH,
komposisi medium (penambahan surfaktan dan logam), dan kondisi aerasi
(transfer oksigen) (Palmer, 1995).

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim


Aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi
substrat, zat aktivator, inhibitor serta kofaktor.
1. Efek suhu terhadap aktivitas enzim
Aktivitas enzim akan bertambah dengan naiknya suhu sampai tercapainya
aktivitas optimum. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengakibatkan menurunnya
aktivitas enzim dan pada akhirnya merusak enzim (Pelczar, 1986).
2. Efek pH terhadap aktivitas enzim
Perubahan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena
berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Sebagian besar
enzim, mempunyai rentang pH optimum aktivitas enzim dan mempunyai tingkat
stabilitas yang tinggi. Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum yang
mendekati netral, sebagian kecil lainnya mempunyai pH optimum yang sangat
rendah (sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0).

Gambar 3. Mekanisme Hidrolisis Enzimatik Peptida (Moran et.al., 1994 dalam


Rosliana, 2009).

3. Efek konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim


Pada enzim dengan derajat kemurniannya tinggi, terdapat suatu hubungan
linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas pada batas-batas tertentu.
Konsentrasi enzim pada umumnya sangat kecil, bila dibandingkan dengan
konsentrasi substrat. Saat konsentrasi enzim meningkat, aktivitas enzim juga
bertambah (Pelczar, 1986).
4. Efek konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat yang sangat rendah, kecepatan
reaksi yang dikatalisis enzim juga sangat rendah. Sebaliknya, kecepatan reaksi
akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat sampai tercapai titik
tertentu, yaitu titik batas kecepatan reaksi maksimum. Setelah titik batas, enzim
menjadi jenuh oleh substratnya, sehingga tidak dapat berfungsi lebih cepat.
Pembatas kecepatan enzimatis ini adalah kecepatan penguraian kompleks enzim-
substrat menjadi produk dan enzim bebas (Lehningher, 1995).
5. Efek aktivator, inhibitor dan kofaktor terhadap aktivitas enzim
Aktifitas katalitik enzim dapat dipengaruhi oleh aktivator (bahan yang
meningkatkan aktivitas enzim) dan inhibitor (bahan yang menurunkan aktivitas
enzim). Berdasarkan kinetikanya, inhibitor dapat dibedakan menjadi inhibitor
ireversibel dan reversibel (Palmer, 1995).
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor, yaitu komponen non
protein dari enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor ini dapat
berupa senyawa organik yang disebut koenzim atau senyawa non organik seperti
ion logam Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+ (Lehningher, 1995). Ion-ion logam ini
umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya ion Ca 2+ dalam bentuk 13
garam klorida. Kation-kation lain yang telah diketahui dapat mengaktifkan enzim
adalah Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg2+, Zn2+, Cu2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Al3+ (Palmer,
1995).
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Pertanian


Universitas Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Biokimia, Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Lampung selama 5 (lima) bulan dimulai pada bulan
Mei hingga September 2015.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terasi yang diproduksi
dari Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Bahan yang digunakan terdiri dari
medium nutrien agar, medium agar kitin, medium O/F, medium LIA, MIO,
medium galatin, medium TSIA, medium kitin, SMA (skim milk 100 g, agar 15 g,
akuades 1 l); tabung selofan, pereaksi Lowry, NaCl 1% (b/v), kasein 0,5% (b/v);
larutan bufer; TCA 3,5% (b/v), Follin Ciocalteu, aquades, fosfat, larutan kristal
violet, reagen schales, larutan buffer, larutan safranin, paraffin cair steril, H2O2
3%, alkohol, K2SO4, H2SO4, H2BO3, NaOH, HCl, MgSO4.7H2O, K2HPO4
Alat-alat yang digunakan adalah jarum ose, autoklaf, sentrifigus,
erlenmeyer, timbangan digital, cawan petri, labu ukur, glass wool, pipet tetes 10
ml, kapas, mortal, tabung eppendorf, oven, gelas ukur, hot plate stirrer, inkubator,
bunsen, mikropipet dan tip, tabung reaksi, pH meter, spektrofotometer.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini akan melakukan isolasi bakteri terasi, penapisan bakteri
kitinolitik, pengujian aktivitas bakteri kitinolitik dan indetifikasi bakteri
kitinolitik. Data yang diperoleh kemuadian disajikan dalam bentuk grafik dan
tabel yang dianalisis dengan metode deskriptif.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap yang meliputi :
pengambilan sampel terasi, pembuatan substrat kolodial kitin skim milk agar,
isolasi bakteri terasi udang, dan penapisan bakteri kitinolitik dan proteolitik.
3.4.1. Pengambilan Sampel Terasi
Sampel terasi yang digunakan diambil dari industri rumah tangga terasi
sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur. Pengambilan sampel diambil dari produk jadi yang siap dipasarkan dalam
bentuk bongkahan. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil lima
bongkahan terasi secara acak dan dimasukkan ke dalam wadah secara aseptis
kemudian dibawa ke laboratorium dengan diberi label setelah itu diletakkan dalam
styrofoam dengan bagian bawah diberi es dan dialasi oleh kertas koran.
Setelah sampai di laboratorium sampel tersebut dihaluskan dengan
menggunakan mortal dan pastel. Sampel yang telah halus dimasukkan kedalam
erlenmeyer steril dan diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis steril dengan
pengenceran 10-3 10-5 selanjutnya dilakukan pengujian lebih lanjut untuk
mengisolasi bakteri terasi udang rebon (Waluyo,2008).

3.4.2. Pembuatan Substrat


Koloidal kitin dibuat dengan melarutkan 5 g kitin komersialdalam 80ml
HCl pekat dalam gelas beker, kemudian larutan diaduk menggunakan stirer
hingga merata. Larutan diinkubasi 24 jam pada 40C. Kemudian disaring
menggunakan glass wool. Fitrat ditambah dengan 200 ml aquades dingin dan
NaOH 12 N hingga pH mencapai pH 7. Fitrat disentrifugasi 15 menit pada 7500
rpm. Supernatan dibuang dan endapannya merupakan koloidal kitin yang
digunakan dalam penelitian (Arnold dan Solomon, 1986)

3.4.3. Isolasi Bakteri dari Terasi


Sebanyak 0,1 ml sampel dari medium pengecer ditumbuhkan secara streat
dengan metode gores kuadran pada medium NA dan diinkubasi 48 jam,
selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh pada medium
NA. Koloni yang menunjukkan kenampakan yang berbeda ditumbuhkan pada
medium NA secara goresan dan diinkubasi pada suhu sesuai habitat asal selama
48 jam untuk mendapatkan isolat murni (koloni tunggal) (Fatoni dkk, 2008).
3.4.4 Penapisan Bakteri Kitinolitik dan Proteolitik
Proses penapisan bakteri kitinolitik dilakukan menggunakan media agar
kitin, sedangkan proteolitik menggunakan susu skim agar. Koloni tunggal
diinokulasi pada media agar kitin.dan diinkubasi selama 48-72 jam pada suhu
300C. Koloni-koloni yang tumbuh dan membentuk zona bening (halozone) di
sekitarnya merupakan isolat kitinolitik atau proteolitik. Isolat yang diperoleh
disimpan pada suhu 40C untuk pemeliharaan (Pujiyanto dkk., 2002). Seleksi isolat
dilakukan untuk menetukan satu isolat yang paling potensial menghasilkan enzim
kitinolitik dengan cara menumbuhkan kembali secara serentak semua isolat
dengan cara ditotolkan pada media agar kitin dengan menggunakan tusuk gigi
steril. Setelah diinkubasi selama 48 jam pada suhu 30 0C, ditentukan indeks
kitinolitiknya, begitupun juga dengan bakteri proteolitik. Sepuluh isolat yang
memiliki nilai tertinggi ditetapkan sebagai isolat terpilih.

3.5. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji indeks
kitinolitik, uji aktivitas kitinolitik dan indentifikasi bakteri kitinolitik. Uji indeks
kitinolitik untuk mengetahui zon bening pada isolat bakteri kinitinolitik sebagai
bakteri kandidat kitinolitik. Uji aktivitas kitinolitik untuk mengetahui aktivitas
enzim kitinolitik. Sedangkan indentifikasi bakteri kitinolitik dilakukan pada isolat
yang memiliki zona hambat terbaik secara biokimiawi.

3.5.1 Indeks Kitinolitik dan Proteolitik


Uji indeks kitinolitik dan proteolitik dilakukan dengan cara menumbuhkan
koloni tunggal dengan cara ditotolkan pada media agar kitin/ agar susu skim
dengan menggunakan tusuk gigi steril, kemudian diinkubasi selama 3 hari. Zona
bening yang terbentuk diamati dengan cara ditetes dengan larutan iodine,
kemudian dibilas dengan aquades. Indeks aktivitas enzim merupakan nisbah
antara diameter zona bening dengan diamter koloni bakteri. Pengamatan
terhadapat zona bening dilakukan setiap hari. Isolat bakteri yang memiliki zona
hambat dianggap sebagai bakteri kandidat kitinolitik, begitu juga pada proteolitik.
3.5.2 Pengujian Aktivitas Enzim
Uji aktivitas kitinolitik dilakukan berdasarkan metode yang dijelaskan
oleh Yoon dkk (2000), dengan modifikasi. Substrat (kolodial kitin) 0,1% larut
kitosan (100 ml), ditambahkan dengan fosfat penyangga (0,05 M), pH 6,0 dalam
tabung Eppendorf. Kemudian 100 ml larutan enzim kasar (supernatan)
ditambahkan ke dalam tabung diikuti dengan inkubasi 30-menit pada 370C.
Reaksi enzim dihentikan dengan cara merendam tabung selama 5 menit pada air
mendidih untuk menghentikan reaksi.
Campuran yang dihasilkan (200 ml) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diisi dengan 800 ml air. Setelah menambahkan dengan 1 ml schales reagen,
direbus selama 15 menit, dan kemudian disentrifugasi pada 8.000 rpm selama 10
menit. Kemudian absorbansi supernatan diukur pada 420 nm menggunakan
spektrofotometer. Satu unit kegiatan kitinolitik didefinisikan sebagai jumlah
enzim yang menghasilkan gula pereduksi sesuai dengan 1 µmol D-glukosamin per
menit (Harini & Septariningrum, 2006).

1000 x ([S]-[K]) x fp
Aktivitas enzim (U/ml) =
BM x t x VE

Keterangan :
fp : Faktor pengeceran
Ve : Volume enzim kasar yang digunakan (ml)
1000 : Faktor konversi dalam µmol
t : Waktu inkubasi pada suhu optimum (menit)
BM : Berat molekul N-Asetilglukosamin (221,2)
[S] : [GinNAc] pada subtrat (kolodial kitin) µg/ml
[K] : [GinNAc] pada kontrol (tanpa kolodial kitin) µg/ml

Sedangkan pengujian aktifitas proteaolitik diuji dengan sebanyak 1ml (108


sel/ml) isolat bakteri proteolitik diinokulasi ke dalam 20 ml medium cair (Fitri et
al, 2005) yang dimodifikasi pH 6,5 dan diinkubasi pada suhu 65 0C selama 48 jam
dengan pengocokan setiap 12 jam. Enzim kasar diperoleh dengan mensentrifugasi
medium kultivasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 20 menit pada suhu ruang.
Supernatan yang diperoleh merupakan protease kasar (Apriyanto et al, 1989).
Sebanyak 0,5 mL substrat kasein (0,5% b/v) dalam bufer Tris HCl pH 8,0
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu
350C. Sebanyak 0,1 mL larutan enzim ditambahkan ke dalam substrat dan
diinkubasi pada suhu 350C selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan
menambahkan 0,5 ml larutan TCA 3,5% dalam keadaan dingin. Campuran uji
dibiarkan mengendap selama 30 menit kemudian disentrifugasi pada kecepatan
5000 g pada suhu 40C selama 10 menit. Peptida terlarut dalam supernatan hasil
hidrolisis dibaca secara spektrometri pada λ=276 nm.
Tabung reaksi kontrol, dilakukan penambahan larutan TCA selanjutnya
larutan enzimnya. Larutan tirosina (0-100 μg/ml) digunakan sebagai standar
untuk pengukuran aktivitas proteolitik. Aktivitas protease (U) didefinisikan
sebagai jumlah enzim yang diperlukan untuk menghasilkan 1 μg tirosina
(ekuivalen)/menit/ml larutan enzim dari substrat kasein pada kondisi pengujian
tersebut (Sunarto et al, 1999).
Aktifitas protease bakteri pada substrat terlebih dahulu harus diketahui
kadar protein terhidrolisis yang dibebaskan dari substrat. Untuk mengetahui kadar
protein dalam ekstrak dilakukan analisa menurut metode Lowry. Sebayak 0,5 ml
sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambah 5 ml pereaksi C. Larutan
dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 10 menit. Kemudian ditambah
Follin Ciocalteu sebanyak 0,5 ml, dikocok dan dibiarkan selama 30 menit.
Serapan larutan diukur pada panjang gelombang 750 nm.
Kadar protein substrat yang tersisa dilakukan pengurangan kadar protein
akhir reaksi dengan kadar protein enzim protease sehingga diperoleh kadar protein
sisa substrat. Pengukuran aktifitas enzim (v) protease dilakukan menurut Sadikin
(2002), yaitu dengan membagi Δ[S] dengan Δt yang dapat ditulis dengan rumus :

Satu unit aktivitas enzim protease didefinisikan sebagai jumlah enzim


yang menghidrolisis 1µg substrat per menit (Fitri et al, 2005).
4. JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan penelitian ini akan berlangsung selama lima (5) bulan dimulai
bulan Mei dan berakhir bulan September 2015. Adapun rincian kegiatan
sebagaimana terdapat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Rincian Kegiatan Penelitian


Bulan
No Uraian Kegiatan
I II III IV V
1 Pencarian literatur
2 Pengambilan bahan (sampel)
3 Pengambilan data primer
4 Isolasi bakteri
5 Isolasi enzim
6 Identifikasi bakteri
7 Analisis data
8 Pembuatan laporan
5. BIAYA PENELITIAN

5.1. Anggaran Bahan Habis Pakai dan Peralatan Penelitian

Biaya (Rp)
No. Nama Material Kegunaan Volume
Satuan Jumlah
A. Bahan Habis Pakai
1 Pembelian Terasi Objek penelitian 3 kg 50,000 150,000
2 Nutrien agar Isolasi 2 paket 100,000 200,000
3 TSA Isolasi 2 paket 150,000 300,000
4 Skim milk agar Substrat 2 paket 200,000 400,000
5 Koloidal kitin Substrat 2 paket 300,000 600,000
6 Aktifitas kitinolitik Uji kimiawi 15 paket 100,000 1,500,000
7 Aktifitas proteolitik Uji kimiawi 15 paket 100,000 1,500,000
8 Indeks kitinolitik Uji kimiawi 15 paket 20,000 300,000
9 Indeks proteolitik Uji kimiawi 15 paket 20,000 300,000
10 Sterofoam Wadah terasi 1 buah 100,000 100,000
B. Sewa Peralatan dan Tempat
1 Perijinan Laboratorium Administrasi 2 lab. 250,000 500,000
Total 5,400,000

5.2. Anggaran Perjalanan dan Akomodasi

Biaya (Rp)
No. Nama Kegiatan Kegunaan Volume
Satuan Jumlah
1 Transportasi Sampling 1 500,000 500,000
3 Transpor dalam kota Pembelian bahan 3 100,000 300,000
4 Lain-lain Mantenan sampel 4 50,000 200,000
5 Dokumentasi Data - 200,000 200,000
6 Analisis data Data 1 200,000 200,000
Total 1,400,000
5.3. Anggaran Laporan Seminar dan Jurnal

Biaya (Rp)
No. Nama Kegiatan Kegunaan Volume
Satuan Jumlah
1 Jurnal Publikasi 2 kali 300,000 600,000
2 Penjilidan Laporan 5 eks. 40,000 200,000
3 ATK Pelaporan 1 paket 100,000 100,000
4 Tinta Printer Pelaporan 1 paket 200,000 200,000
Total 1,100,000

5.4. Honorarium Pelaksana


Biaya (Rp)
No. Honor Volume
Satuan Jumlah
1 Ketua 5 bulan 200,000 1,000,000
2 Anggota 5 bulan 160,000 800,000
3 Laboran 3 bulan 100,000 300,000
Total 2,100,000

Terbilang: Sepuluh Juta Rupiah


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2009. Pemurnian, Karakterisasi dan Aplikasi Oligomer Kitosan yang


Hidrolisis secara Enzimatis Asal Limbah Pengolahan Udang. Tesis.
FPIK Universitas Brawijaya. Malang
Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonymous. 2006. Probiotics. http://www.truestaronline.com (diakses pada
Tanggal 29 September 2012).
Arnold, L.D, dan N.A Solomon. 1986. Manual of Industrial Microbiology and
Biotechnology. America Society fo Microbiol. Washington DC.
Astawan, M.W dan Astawan,M, 1989.Teknologi Pengolahan Pangan Hewani
Tepat Guna.Akademika Pressindo.Bogor.
Dewi R. 2011. Pengendalian Saprolegnia sp. pada Telur Gurami (Osphronemus
goura m) menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.
Dinter, S., U. Bunger & E. Siefert. 2000. Enzymatic degradation of chitin by
microorganism. Dalam: Peter, M.G. & R.A.A Muzzarelli. 2000.
Advences in chitin science. Universitat Postdam Druckhaus
Schmergow. German: xii+650 hlm.
Direktotat Gizi Depkes. 1992. Produk Fermentasi Ikan Garam. Balai Besar Riset
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Fatoni, A., Zusfahair dan P. Lestari. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Protease
Ekstraseluler dari Bakteri dalam Limbah Cair Tahu. Natur Indonesia
10(2):83-88
Matsumoto,K.S. 2006. Fungsal Chitinases. Journal of Agricultural and Food
Biotechnology. Vol.7: 289-304.
Mejia Saules, J.E., K.N. Waliszewski, M.A. Garcia & R. Cruz-camarillo. 2006.
The use of crude shrimp shell powder for chitinase production by
Serratia marcescens WF. Food Technol. Biotechnol.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta
Nontji, Anugerah.1986. Laut Nusantara. Djambatan.Jakarta
Patil, R.S., V. Ghormade & M.V. Deshpande. 2000. Chitinolytic enzymes: An
exploration. Enzyme and Microbial Technology.
Pujiyanto, S., D.A. Santosa dan M.T. Suhartono. 2002. Kloning shotgun gen
penyandi enzim kitinase dari isolat kitinolitik ICBB232 asal ekosistem
air hitam. Kalimantan Tengah. Bioma. 4:7-12.
Quecine MC, Araújo WL, Marcon J, Gai CS, Azevedo JL, Pizzirani-Kleiner AA.
Chitinolytic activity of endophytic 2008. Streptomyces and potential for
biocontrol. Lett Appl Microbiol.;47(6):486–491.
Rahayu, P. W., 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Salam, N. 2008. Manfaat Mikroorganisme pada Industri Pembuatan Terasi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan
Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan. Makassar
Singh, P.P., Y.C, Shin., C.S, Park & Y.R, Chung. 1999. Biological control of
Fusarium wilt of cucumber by chitinolytic bacteria. Phytopathology.
Standar Nasional Indonesia. 1992. Terasi Udang. Badan Standardisasi Nasional.
Suparno dan J.T Martini, 1992 Terasi Bubuk. Kumpulan-kumpulan hasil-hasil
Penelitian Pasca Panen Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian dan Perikanan. Jakarta.
Suprapti L. 2002.Membuat Terasi.Kanisius. Jogjakarta.
Suprihatin, 2010. Teknologi Fermentasi. Unesa UP, Surabaya. ISBN 978-602-
8915-50-2
Thompson, S.E., M. Smith, M.C. Wilkinson & K. Peek. 2001. Indentification and
characterization of a chitinaseantigen from Pseudomonas aeruginosa
strain 385. Appl. Environ.Microbiol. 67(9): 4001-4008
Waluyo L, 2008, Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi.Universitas
Muhammadiyah Malang Press.Malang
Winarno, F.G. 1993. Tekhnologi Gizi dan Pangan. Gramedia. Jakarta.
Lampiran 1. Riwayat Hidup Ketua Pengusul

1) Nama Lengkap : Mahrus Ali, S.Pi., M.P.


2) Tempat/ Tgl. Lhr. : Pamekasan, 20 Mei 1983
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Pendidikan : Pasca Sarjana Perikanan (S2), Keahlian Bidang
Pasca Panen Perikanan
5) Agama : Islam
6) Alamat Rumah : Jl. Pandawa Raya No 43, Harapan Jaya,Sukarame,
Bandar Lampung
No. Telp. : 087 885 708 406
7) Alamat Kantor : Jl, Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1, Gedung meneng,
Rajabasa, Bandar Lampung
No. Telp. : 0721-705173 Fax. 0721-773798

8) Riwayat Pendidikan:
Jenis S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Perikanan Bioteknologi Perikanan
Tahun Masuk- Lulus 2002-2007 2007-2009
Pengaruh Konsentrasi Asam
dan Lama Perendaman yang Purifikasi dan Karakterisasi
berbeda terhadap Kualitas Kitosanase dari Isolat Bakteri
Judul Skripsi/ Tesis
Gelatin dari Kulit Ikan Tuna KLU 11.16 Asal Limbah
(Thunnus sp.) dan Pangkol Pengolahan Udang
(Aluterus monoceros)
 Ir. Yahya, M.P.  Prof. Ir. Yenny Risjani,
Nama Pembimbing/
 Dr. Ir. Hartati Kartiningsih, DEA., Ph.D
Promotor
M.Si.  Dr. Ekowati Chasanah, M.Sc

9). Pengalaman Kerja


Tahun Jabatan Instansi
2010- Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2009- Fakultas Pertanian Universitas Islam
Dosen
2010 Madura
Quality Assurance/ Quality PT. Varia Niaga Nusantara, Pasuruan, Jawa
2007
Control Produk Ikan Beku Timur
Divisi Produksi pada Home UD. Natural Food, Lawang, Malang, Jawa
2006
Industry Kecap Udang Timur

10). Riwayat Pengabdian kepada Masyarakat (5 Tahun Terakhir)


Tahun Judul Pengabdian Pendanaan Sumber
Pembinaan Polikultur Kerang Hijau dan Ikan Kakap IPTEKDALIPI
2015
bagi Masyarakat Pulau Pasaran XIX LIPI
Hi-Link - Optimalisasi produksi dan peningkatan
2015 DP2M-DIKTI
kualitas produk perikanan dalam mendukung program
minapolitan Pulau pasaran, kota bandar lampung
(Tahun II)
Hi-Link - Optimalisasi produksi dan peningkatan
2014 kualitas produk perikanan dalam mendukung program DP2M-DIKTI
minapolitan Pulau Pasaran, kota Bandar Lampung
Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Pengolah
2014 Rumput Laut di Kecamatan Ketapang, Lampung DP2M-DIKTI
Selatan
Pembangunan Brand dan Pemanfaatan Hasil Samping
IPTEKDA XVI
2013 Produksi untuk Penguatan Kelompok Usaha
LIPI
Pengolahan Ikan di Pasir Sakti, Lampung Timur
Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Nelayan
2013 Mina Jaya melalui Pengembangan Produk Olahan DP2M-DIKTI
Rumput Laut
Pelatihan Kerajinan Kerang Pasir bagi Anak Nelayan
2013 DIPA BLU
di Pulau Pahawang, Lampung
Rumah Baca Harapan (RuBaH) DIKTI-PKM
2013 (Dosen Pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
atas nama Ari Setiawan dkk.) Masyarakat
Pelatihan Produk Berbasis Rumput Laut bagi
2013 Kelompok Wanita Anggrek di Ketapang, Lampung DIPA BLU
Selatan
Konservasi Mangrove di Areal Wisata Bahari Teluk
2013 DIPA BLU
Kiluan, lanpung
Pemberdayaan Wanita Nelayan Dusun Mutun, Desa
2012 Sukajaya Darat, Padang Cermin, melalui Pelatihan DIPA Unila
Pembuatan Produk Olahan Ikan
Pelatihan Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh Ikan
2012 Gurame dengan Pemberian Imunostimulan di Pekon DIPA Unila
Pagelaran, Kec. Pagelaran, Pringsewu, Lampung
Teknologi Akuaponik Bagi Petani Sayur di
2012 DIPA Unila
Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung
Pelatihan Pembuatan Produk Berbasis Rumput Laut di
2012 DIPA Unila
PKBM Taruna Jaya, Teluk Betung, Bandar Lampung
Pelatihan Pembuatan Produk Diversifikasi Ikan bagi
2011 DIPA Unila
Santri PP. An-Noor, Bandar Lampung

11). Pengalaman Penelitian (5 Tahun Terakhir)


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
Pengembangan Produk Rusip dengan
Hibah Bersaing-
1 2015 Perlakuan Mikroenkapsulasi 50.000.000
DIKTI
menggunakan alginat
Pembuatan Pakan Ikan dari Limbah
2 2014 Mandiri 3.000.000
Pengolahan Ikan Teri
Pemanfaatan Pelepah Pisang (Musa sp)
3 2014 Mandiri 4.000.000
sebagai Media dalam Transportasi
Bibit Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii
Inovasi Produk Lele Tulang (Induk Juara Harapan 1
Lelang): Renyah, Gurih dan Lomba Penelitian
Berkalsium Tinggi (Dosen danPengembangan
3 2012 4.500.000
Pembimbing Kegiatan atas nama Fredi Teknologi
Wintoko, BDI Angkatan 2009) Terapan, Lampung
Tengah
Efektifitas Minyak Cengkeh (Eugenia
aromatica) sebagai Bahan Pembius
DIPA Fakultas
4 2012 dalam Transportasi Sistem Kering 7.500.000
Pertanian Unila
pada Benih Nila Merah (Oreochromis
sp.)
Analisis Karakteristik Ikan Baung
DIPA Unila
5 2012 (Mystus numerus) Salai Khas 7.500.000
(Dosen Junior)
Lampung
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
DIPA Unila
6 2012 Kandungan Formalin pada Produk 10.000.000
(Dosen Senior)
Ikan Asin di Lampung
Produk Stik Ubi Belut Finalis Inovasi
(Dosen Pembimbing Kegiatan atas Pengembangan
7 2011 nama Dedi Hermanto dan Mufit Budi Produk Hasil 4.000.000
Aji, BDI Angkatan 2010) Perikanan, Dirjen
P2HP-KKP
Isolasi Bioaktif Ektrak Daun
Mangrove Avicennia alba serta DIPA Unila
8 2011 10.000.000
Potensinya sebagai Senyawa (Dosen Senior)
Antibiotik terhadap Bakteri Patogen
Depolimerisasi Kitosan secara Badan Riset
9 2009 Enzimatis untuk Bahan Baku Kelautan dan 350.000.000
Antibiotik Alami Perikanan-Jakarta
Ektraksi Kolagen dari Limbah Sisik Dikti-Jakarta
10 2008 7.000.000
Perikanan (PKM Penelitian)
Isolasi Senyawa Antioksidan dari Dikti-Jakarta
11 2008 10.000.000
Limbah Pembekuan Udang (PKM Penelitian)
Pemanfaatan Limbah Perikanan Untuk Dikti-Jakarta
12 2007 10.000.000
Flavor Alami (PKM Penelitian)
Dikti-Jakarta
13 2006 Ektraksi Gelatin Halal dari Kulit Ikan 8.000.000
(PKM Penelitian)

12). Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal


Vol/ Nomor/
No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
Tahun
Pengaruh Substitusi Tepung Prosiding Semitara BKS- Vulume II,
Ikan dengan Tepung Kepala PTN Nomor 1, hal
1 2015 Ikan Teri terhadap ISBN 978-602-72006-0-9 442-448,
Pertumbuhan Ikan Lele Tahun 2015
(Oreochromis sp.)
Transportasi Basah Benih Jurnal Rekayasa dan Valume III,
Nila (Oreochromis niloticus) Teknologi Budidaya Nomor 2,
2 2015 Menggunakan Ekstrak Bunga ISSN 2302-3600 Tahun 2015
Kamboja (Plumeria
acuminata)
Pengaruh Substitusi Tepung Jurnal Maspari Volume VII,
Ikan dengan Tepung Kepala Nomor 1,
3 2015 Ikan Teri terhadap Tahun 2015
Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis sp.)
Pelatihan Pembuatan Prosiding Seminar Hasil Vol. No.
Kerajinan Pasir Kerang bagi Pengabdian kepada Tahun 2014
4 2014 Anak Nelayan di Pulau Masyarakat Unila
Pahawang ISBN 978-602-70050-2-0

Pelatihan Konservasi Prosiding Seminar Hasil Vol. No.


Mangrove bagi Masyarakat Pengabdian kepada Tahun 2014
5 2014 Sekitar Teluk Kiluan Masyarakat Unila
ISBN 978-602-70050-2-0

Pengembangan Produk Prosiding Seminar Hasil Vole. No.


Olahan Rumput Laut bagi Pengabdian kepada Tahun 2014
6 2014 Kelompok Perempuan Masyarakat Unila
Anggrek di Ketapang, ISBN 978-602-70050-2-0
Lampung Selatan
Potensi Indigenous Bacteria Prosiding Aquaculture for Vol I, No.
Penghasil Enzim Amilase Business and Food Security. Tahun 2014
7 2014 pada Budidaya Gurame Dirjen Perikanan Budidaya,
(Osphrenemus gouramy) KKP

Penerapan Teknik Imotilisasi Jurnal Rekayasa dan Vol. II, No.


Benih Ikan Nila Teknologi Budidaya 2, Tahun
(Oreochromis niloticus) ISSN 2302-3600 2014
8 2014 Menggunakan Ekstrak Daun
Bandotan (Ageratum
conyzoides) Pada
Transportasi Basah
Evaluasi Kandungan Jurnal Aquasains Vol. II, No. 2
Formalin Pada Ikan Asin di ISSN 2301-816x Tahun 2014
9 2014 Lampung
Pelatihan Pemberdayaan Prosiding Seminar Hasil Vo. No.
Masyarakat Pesisir dengan Pengabdian kepada Tahun 2014
Industrialisasi Rumput Laut Masyarakat Unila
10 2014 Eucheuma cottonii di Desa ISBN 978-602-70050-2-0
Ketapang, Kecamatan
Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran
Konsentrasi Efektif (EC50- Aquasains Volume III,
1Jam) Ekstrak Akar Tuba ISSN 2301-816x Nomor 1,
11 2014 (Derris elliptica) Sebagai Tahun 2014
Bahan Anestesi Benih Ikan
Mas (Cyprinus carpio)
Efek Pelarut Yang Berbeda Jurnal Rekayasa dan Volume II,
Terhadap Toksisitas Ekstrak Teknologi Budidaya Nomor 2,
12 2014 Akar Tuba (Derris elliptica) Perairan Tahun 2014
ISSN 2302-3600

Pembinaan Kelompok Prosiding Semnas Vol. No.


Wanita Nelayan Anggrek di Pengabdian kepada Tahun 2014
13 2014 Kecamatan Ketapang, Masyarakat
Lampung Selatan, Melalui ISSN 978-602-70050-1-3
Usaha Olahan Rumput Laut
Imunogenisitas Heat Killed Jurnal Rekayasa dan Vol. II,
Vaksin Inaktif Aeromonas Teknologi Budidaya Nomor 1,
14 2013 salmonicida Pada Ikan Mas ISSN 2302-3600 Tahun 2013
(Cyprinus carpio)

Identification and Partial


Characterization of Crude Journal of Squalen,
Vol. 7 No. 1,
Extracellular Enzymes from Research Centre of Marine-
15 2012 May 2012:
Bacteria Isolated from Fisheries Processing and
11-18p.
Shrimp Waste Processing Biotechnology. Jakarta

Journal of Coastal
Purification and
Development, Volume 15,
Characterization of
Number. 1, Oct. 2011 Volume 15,
16 2011 Aeromonas media KLU
ISSN: 1410-5217 October 2011
11.16 Chitosanase Isolated
Acredited:
from Shrimp Waste
83/Kep/Dikti/2009
Ekstraksi Gelatin dari Kulit Prosiding Semnas dan Rapat
Ikan Pangkol (Aluterus Tahun Dekan BKS-PTN
Vol 3,
17 2011 monoceros) dan Kulit Ikan Wilayah Barat, Universitas
Juni 2011
Tuna (Thunnus sp) dengan Sriwijaya, Palembang
Metode Asam ISBN: 978-979-8389-18-4
Prosiding Semnas
Ekstraksi Kolagen dari Sisik
Pengelohan Produk &
18 2010 Ikan Kakap Merah (Lutjanus
Bioteknologi Kelautan II,
sp.)
BRKP-Jakarta
ISBN: 978-602-96199-3-5
Presented in International
Characteristics of
Seminar: From Ocean for
Extracellular Enzyme from
Food, Energy and
19 2009 Bacteria Isolated from
Sustainable Resources and
Shrimp Waste Cultivated on
Environment. Airlangga
Chitin Medium
University, Indonesia
Analisis Enzim Kitinolitik
Prosiding Seminar
yang Diproduksi dari Bakteri
20 2009 Perikanan di Universitas
KPU 2124 Asal Limbah
Hang Tuah, Surabaya
Udang
Kecap Udang Non
Direktorat Pemberdayaan
Fermentasi, dalam buku
Masyarakat Pesisir, DKP,
21 2007 TEKNOLOGI TEPAT
Jakarta
GUNA MASYARAKAT
ISSN: 978-979-15741-5-0
PESISIR

13). Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit
- - - - -

14). Penghargaan 10 Tahun Terakhir


Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
No
Penghargaan
Tim Penjaminan Mutu
1 Universitas Lampung 2014
Fakultas (TPMF) terbaik ketiga
Tim Penjaminan Mutu
2 Universitas Lampung 2013
Fakultas (TPMF) terbaik kedua
Dosen Berprestasi dalam
3 Universitas Lampung 2013
Pembinaan Mahasiswa
Tim Penjaminan Mutu
4 Universitas Lampung 2012
Fakultas (TPMF) terbaik kedua
Kementerian Pendidiakan dan
5 Juara 1 PIMNAS 2006
Kebudayaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Bandar Lampung, 04 Maret 2015


Yang membuat,
Riwayat Hidup Anggota Pengusul

Nama : Dyah Koesoemawardani, S.Pi.,M.P.


Tempat/tgl Lahir : Semarang/27-10-1970
NIP : 19701027 199512 2 001
NIDN : 0027107002
Jenis Kelamin : Perempuan
Pangkat/Golongan : Penata /Golongan III d
Jabatan Fungsional : Lektor
Bidang Keahlian :Teknologi Pengolahan Hasil (Perikanan)
Kantor/Unit Kerja : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Alamat Kantor : Jl. Soemantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung
Alamat Rumah : Perum Bataranila Jl. Flamboyan 333 Rajabasa Bandar
Lampung
e-mail : dyahthp@gmail.com

Pendidikan

No Perguruan Tinggi Kota/Negar Bidang Keahlian


a
1 S1 Universitas Diponegoro Semarang Perikanan
1989 -1994
2 S2 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Ilmu dan Teknologi Pangan
1999 - 2001

Penelitian Yang Pernah Dilakukan

No Judul Riset Tahun Sumber Dana


dana
1 Optimasi Hidrolisat Protein Ikan Tawar Dan 2000 Mandiri 2 jt
Laut
2 Produksi Dan Karakterisasi Hidrolisat Protein 2001 Mandiri 3 jt
Ikan Kembung Menggunakan Enzim Pepsin
3 Karakterisasi Hidrolisat Protein Ikan Dari 2003 Mandiri 3 jt
Limbah Penyiangan Ikan
4 Sifat Fungsional Hidrolisat Protein Ikan Dari 2004 Dosen 5 jt
Limbah Penyiangan Ikan muda
5 Restrukturisasi Dendeng Ikan Rucah 2005 DIPA 3 jt
Menggunakan Alginat PNBP
6 Optimasi Proses Fermentasi Ikan (Rusip) 2006 TPSDP 26 jt
Menggunakan BAL
7 Efek Penambahan Rumput Laut Terhadap 2007 DIPA 3 jt
Karakterisasi Leather Sirsak PNBP
8 Peningkatan Mutu Rusip (Paket Teknologi) 2007 TPSDP 15 jt
9 Masa Simpan Dendeng Giling Ikan Rucah 2007 DIPA 3 jt
Dengan Teknik Restrukturisasi PNBP
10 Karakterisasi Ikan Asap Di Desa Karya Tani 2008 DIPA 3 jt
Lampung Timur PNBP
11 Pengaruh Penyiangan Terhadap Karakteristik 2008 Mandiri 2 jt
Konsentrat Protein Ikan Rucah
12 Kajian Hidrolisat Protein Ikan Rucah Sebagai 2008 Dosen 10 jt
Bahan Fortifikasi Makanan Muda
13 Optimasi Proses Fermentasi Dan Kajian 2009 Hibah 48,5 jt
Senyawa Bioaktif Rusip Sebagai Pangan Bersaing
Fungsional (tahun I)
14 Optimasi Proses Pembuatan Hidrolisat Protein 2009 Hibah 78,8 jt
Ikan Rucah Dan Kajian Senyawa Strategis
Fungsionalnya Sebagai Bahan Fortifikasi Batch II
15 Optimasi Proses Fermentasi Kajian Senyawa 2010 Hibah 42 jt
Bioaktif Rusip Sebagai Pangan Fungsional Bersaing
16 Karakteristik Rusip Akibat Suhu dan Lama 2011 DIPA 10 jt
Pemanasan Gula Aren yang Berbeda BLUUnila

Publikasi

No Publikasi
1 Koesoemawardani, D dan Hadiwiyoto, S. 2001. Produksi Hidrolisat Protein
Ikan Kembung. Prosiding Makalah Seminar Teknologi Pangan Buku A :
Teknologi Pangan dan Rekayasa. 9-10 Oktober 2001. PATPI Cabang
Semarang.
2 Koesoemawardani, D. 2003. Karakterisasi Hidrolisat Protein Ikan
Kembung . Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. ISSN 1410-3044.
Vol.7No. 1 Maret 2003
3 Koesoemawardani, D. 2005. Karakterisasi Hidrolisat Protein Ikan Dari
Limbah Penyiangan Ikan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. ISSN 1410-
5020. Vol 1, Jan 2005. Hal 14-20. Terakreditasi.
4. Setyani, S dan D. Koesoemawardani, 2005. Efek Suplementasi Konsentrat
Protein Kedelai Pada Roti Manis. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. ISSN
1410-5020. Vol 1, Jan 2005. Hal 68-77. Terakreditasi.
5 Koesoemawardani, D. 2006. Restrukturisasi Dendeng Ikan Rucah
Menggunakan Alginat. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat. November 6-7 2006. Lembaga Penelitian.
Universitas Lampung.
6 Koesoemawardani, D. 2007. Karaktersisasi Rusip Bangka. Prosiding
Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
September 6-7. 2007. Lembaga Penelitian. Universitas Lampung.
7 Fibra, N dan D. Koesoemawardani. 2007.Efek Penambahan Rumput Laut
Terhadap Karakterisasi Leather Sirsak. Prosiding Seminar Hasil-hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.Unila ISBN 978-979-15535-1-3.
B.Lampung September 2007 Hal. 320 s.d. 327
8 Koesoemawardani, D. 2007. Analisis Sensori Rusip dari Sungailiat-
Bangka. Jurnal Tekno dan Industri Hasil Pertanian. Vol. 12 (2). Hal 36-39
9 Koesoemawardani, D dan Nurainy, F. 2008. Karakterisasi Konsentrat
Protein Ikan Rucah. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi- II.
November 17-18. 2008. Universitas Lampung.
10 Koesoemawardani, D dan Nurainy, F. 2009. Kajian Hidrolisat Protein Dari
Ikan Rucah Sebagai Bahan Fortifikasi Makanan. Prosiding Seminar Hasil-
Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 19 Oktober 2009.
Lembaga Penelitian. Universitas Lampung.
11 Satyajaya, W, D. Koesoemawardani, dan F. Nurainy. 2009. Mempelajari
Karakteristik Ikan Kepala Batu Asap (Pomadasys argenteus) Di Desa Karya
Tani Kabupaten Lampung Timur. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 19 Oktober 2009. Lembaga Penelitian.
Universitas Lampung.
12 Susilawati dan Koesoemawardani, D. 2009. Kajian Sifat Mikrobiologi dan
Kimiawi Rusip Dengan Penambahan Kultur Cair Bakteri Asam Laktat
(Leuconostoc sp) Selama Fermentasi. Prosiding Seminar Nasional Sains
MIPA dan Aplikasinya. 16-17 November. Universitas Lampung.
13 Koesoemawardani, D dan Susilawati. 2009. Masa Simpan Dendeng Giling
Ikan Rucah Dengan Teknik Restrukturisasi Pada Suhu Kamar. Prosiding
Seminar Nasional Sains MIPA dan Aplikasinya. 16-17 November.
Universitas Lampung.
14 Koesoemawardani, D dan N. Yuliana,. 2009. Karakter Rusip Dengan
Penambahan Kultur Kering: Streptococcus sp. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia BPPT ISSN 1410-9409 Vol. 11 No.3 Hal: 205 s.d. 212
Desember 2009. Terakreditasi.
15 Koesoemawardani, D. 2010. Mutu Rusip dengan Konsentrasi Garam Yang
Berbeda. Prosiding Nasional ( Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat
Guna Agroindustri Polinela 2010) tanggal 3-4 April 2010 di Polinela Bandar
Lampung. ISBN : 978-979-98432-3-4.
16. Otik, N dan D. Koesoemawardani. 2010. Penerapan SPC pada Bobot
Bersih Udang Beku di Lampung. Prosiding Nasional (Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Tepat Guna Agroindustri Polinela 2010) tanggal 3-4
April 2010 di Polinela Bandar Lampung. ISBN : 978-979-98432-3-4
17 Fibra, N dan D. Koesoemawardani. 2010. Karakteristik Stik dengan
Penambahan Tepung Tempe. Prosiding Nasional (Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Tepat Guna Agroindustri Polinela 2010) tanggal 3-4
April 2010 di Polinela Bandar Lampung. ISBN : 978-979-98432-3-4
18 Koesoemawardani, D., F. Nurainy dan S. Hidayati. 2011. Optimasi Proses
Pembuatan Hidrolisat Protein Menggunakan Enzim Papain dan Sifat
Fungsionalnya. Vol. 13 (3) Juni 2011. Jurnal Natur. Universitas Riau.
19 Koesoemawardani, D, Susilawati Dan N. Irawan. 2011. Karakteristik Rusip
Akibat Suhu Dan Lama Pemanasan Gula Aren Yang Berbeda. Prosiding
Seminar Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung Bandar Lampung. Oktober 2011.
ISBN : 978-979-8510-22-9. Hal : 94-106
20 Koesoemawardani, D., S. Hidayati, F. Nurainy, dan S. Rizal. 2011.
Penyuluhan Keamanan Jajanan Anak Sekolah di SDIT Permata Bunda
Bandar Lampung. Prosiding Seminar Hasil Pengandian Kepada Masyarakat.
Vol 23 no 1. Januari 2011. Universitas Lampung Bandar Lampung.
21 Koesoemawardani, D., S. Hidayati dan Susanti. 2012. Rusip Kering
Dengan Teknik Restrukturisasi. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas
Lampung Bandar Lampung. September 2012. Hal : 19-33.

Pengabdian Masyarakat
No Judul Pengabdian Sumber Jumlah Tahun
Dana Dana
1 Penyuluhan Manfaat Susu Kedelai Dalam Mandiri 2 jt 2005
Peningkatan Gizi Dan Ekonomi Bagi
Keluarga Di Desa Sidosari Kecamatan Natar
2 Pelatihan Teknik Dan Manajemen Produksi DIPA 2,5 jt 2006
Emping Melinjo Sentra Industri Emping Unila
Kabupaten Lampung Tengah
3 Penyuluhan Tentang Keamanan Pangan DIPA 2,5 jt 2007
Jajanan Untuk Para Guru Dan Siswa Unila
Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata
Bunda Bandar Lampung
4 Pelatihan Pengolahan Ikan Serta Penyuluhan DIPA 3 jt 2008
Keamanan Pangan Serta Kelayakan Usaha Unila
Pada Kelompok Nelayan Di Kelurahan
Pesawahan Teluk Betung Selatan.
5 Penyuluhan tentang Minyak Jlantah dan Mandiri 2 jt 2009
Solusinya di Rajabasa Bandar Lampung
6 Pengenalan Pembinaan Pengolahan Kecap DIPA 3,5 jt 2010
Ikan di Sukajaya Lempasing Pesawaran Unila
7 Pemateri pada program CEO dengan judul : Pemda 2010
ikan bandeng dan olahannya (fak FP)
8 Pengenalan Dan Pelatihan Pengolahan Rusip DIPA 4 jt 2011
Kepada Wanita Nelayan Di Desa Sukajaya BLU
Lempasing Kabupaten Pesawaran Sebagai Unila
Upaya Pemanfaatan Ikan Rucah
9 Aplikasi Teknologi Pengolahan Ikan Teri Iptekda 70 jt 2012
Nasi dan Pengasapan Ikan pada Kelompok LIPI
Pengolahan Ikan (PokLahKan) di Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur
10 Pengolahan Reginang Ikan di Desa Sukajaya DIPA 4 2012
Pesawaran Unila

Bandar Lampung, 15 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai