Anda di halaman 1dari 9

Materi Kuliah

Pengenalan Patologi Satwa Akuatik

ANATOMI IKAN

Oleh: Drh. IB Windia Adnyana, PhD


Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Denpasar – Bali, 2012

Anatomi Eksternal

Ikan memiliki karakteristik anatomi dan fisik yang unik yang membedakannya dengan mammalia, walaupun
beberapa sistem organ tubuhnya serupa dengan satwa lain. Semua jenis ikan bersidat poikilothermic dan mesti
mampu beradaptasi terhadap perubahan temperatur air. Tergantung jenisnya, ikan bisa hidup dalam berbagai
suasana temperatur air, berkisar dari 00C hingga air geothermal yang hangat. Perubahan temperatur yang ekstrim
berakibat fatal pada ikan. Dewasa ini terdapat sekitar 22.000 jenis ikan yang diduga telah berevolusi sejak sekitar
480 juta tahun yang lalu.

Sistem organ ikan berbeda dengan mamalia karena mesti disesuaikan dengan kondisi tempat hidupnya (suasana
akuatik). Penjelasan dibawah ini adalah beberapa perbedaan penting dimaksud.

Gambar-1: Bagian-bagian eksternal satu jenis ikan.

Ikan tak memiliki lapisan keratin pada epidermisnya. Kutikulanya terdiri dari mukus, mukopolisakarida, imunoglobulin
dan asam lemak bebas yang “membungkus satwa ini”. Epidermisnya tersusun atas epitel skuamosa berlapis dengan
ketebalan bervariasi. Bagian terluar sel-sel epidermal (lapisan sel Malpighi) masih memiliki kemampuan untuk

1
membelah. Sel-sel lain yang ada pada epidermis adalah sel goblet (bertanggung jawab dalam sekresi kutikula), sel-
sel club eosinophilic besar atau sel-sel alarm (ada pada kebanyakan jenis ikan), sel-sel eosinophilic granuler (fungsi
belum diketahui), leukosit dan makrofag.

Dermisnya terdiri dari stratum spongiosum (lapisan atas) dan stratum compactum (lapisan bawah). Substansi seperti
melanophores, xanthophores, dan iridophores (yang memberikan warna keperakan pada ikan) banyak terdapat pada
dermis. Sisik ikan adalah suatu piringan kalsifikasi asal dermis yang berfungsi sebagai pembungkus epidermis.
Secara umum, sisik ikan diklasifikasi menjadi 2 (dua) macam yaitu: sisik stenoid ( ctenoid scales) dan sisik sikloid
(cycloid scales). Ada jenis ikan tertentu memiliki sisik bertipe ganoid. Adapula jenis ikan yang tak bersisik (misalnya
Lele). Sisik stenoid (berbentuk sisir) dari elasmobranchs memiliki spikula (spicules) yang menonjol dibagian
permukaan sehingga memberikan tekstur kulit ikan terlihat seperti amplas. Sisik sikloid (bentuk lingkaran) dari ikan
jenis teleost memiliki permukaan luar yang halus dan “terpasang” dalam bentuk konsentris (cincin). Lingkaran-
lingkaran konsentris ini bisa dipergunakan untuk menduga umur beberapa jenis ikan. Seperti ditunjukkan pada
Gambar-2, annulii, pertumbuhan berbentuk cincin seperti pada pohon kayu, diukur dari focus-nya (lokasi awal
pertumbuhan). Dengan mengukur jarak antar-annulii, sepanjang satu radius, angka pertumbuhan ikan bisa
diestimasi. Sisik juga merupakan sumber kalsium bagi ikan. Beberapa jenis ikan diketahui menggunakan kalsium
sisik lebih banyak dibanding kalsium rangka (skeleton) selama fase starvasi (puasa) atau saat pra-pemijahan.

Gambar-2: Dua jenis sisik ikan yang umumnya ditemukan pada ikan air tawar.

Ikan semestinya bersirip. Sirip ini berfungsi untuk mempertahankan posisi, bergerak, mengarahkan, dan
menghentikan gerak. Sirip bisa tunggal dan bisa berpasangan (ganda). Sirip tunggal umumnya ada disepanjang
garis tengah ikan, seperti sirip dorsal (belakang/atas), sirip kaudal (ekor), dan sirip anal. Sirip ganda atau
berpasangan meliputi sirip-sirip pektoral (dada) dan pelvis (perut). Ikan-ikan seperti lele ( catfish) memiliki lobus masa
berpenampakan mengkilap dibelakang sirip dorsal yang disebut dengan sirip adipose (lemak). Sirip dorsal dan anal
berfungsi untuk menjaga kestabilan tubuh ikan saat berenang, tidak miring atau berguling ke kanan atau ke kiri. Sirip
kaudal adalah sirip utama untuk propulsi (mendorong) gerakan kedepan. Sirip ganda membantu mengarahkan
gerak, menghentikan gerak, dan melayang.

2
Sirip kebanyakan ikan air tawar berduri kaku dan tajam, dan sekaligus berperan sebagai pertahanan diri ikan. Lele
(catfish) memiliki sirip tajam dan keras yang harus diwaspadai. Sirip dorsal dan kaudal tersusun atas rays, seperti
juga terdapat pada bagian-bagian dari sirip lainnya. Rays kurang kaku dan acapkali bercabang.

Insang adalah alat bernafas ikan. Penampakannya yang merah cerah menunjukkan adanya vaskularisasi yang
tinggi. Insang dilindungi (ditutup) oleh operculum; suatu piringan bertulang yang fleksibel. Air akan dihirup (inhalasi)
melalui mulut, diteruskan ke insang dan dihembuskan (exhalasi) dari bagian bawah operculum.

Mata ikan bisa melihat dan mendeteksi warna. Mata ikan jauh lebih bundar dibanding mamalia, sebab indeks bias air
(refractive index of water) dan fokus diperoleh dengan menggerakkan lensa mata masuk dan keluar, tidak dengan
cara men-distorsi seperti pada mamalia.

Sepasang lubang hidung ikan berfungsi untuk mendeteksi bau dalam air dan bisa sangat sensitif. Belut (Eels) dan
lele (catfish) memiliki ketajaman penciuman yang relatif bagus dibanding ikan lainnya.

Bentuk mulut ikan mengindikasikan jenis pakannya. Semakin besar mulutnya, semakin besar mangsa yang bisa
dimakannya. Ikan memiliki indra pengecap rasa. Acapkali ikan terlihat “mencicipi” bagian-bagian tertentu
makanannya sebelum memakan seluruhnya. Hal ini dilakukan pada makanan yang tak biasa dimakannya.
Kebanyakan ikan air tawar adalah omnivora (makan tumbuhan dan hewan). Beberapa ikan juga bersifat piscivora
(pemakan ikan lainnya). Ada juga yang bersifat herbivora (pemakan tumbuhan), walaupun jumlahnya tak banyak.
Contoh jenis ikan dalam kategori ini adalah ikan grass carp (sejenis ikan karper). Ikan bisa memiliki atau tanpa
memiliki gigi (tergantung jenis ikannya). Ikan jenis chain pickerel dan gar memiliki gigi berbentuk taring (canine
shaped teeth). Ikan jenis lainnya memiliki gigi yang kurang jelas. Contoh jenis ini adalah gigi bentuk cardiform pada
lele yang jika diraba akan terasa seperti area kasar pada bagian depan mulut. Gigi vomerine adalah gigi patches
kecil yang terletak, misalnya, pada atap mulut ikan bass bergaris. Ikan karper atau mas (grass carp) dan jenis
minnows lainnya memiliki gigi faringeal (berlokasi di tenggorokan) yang dimodifikasi dari lengkungan insangnya. Gigi
jenis ini dipergunakan untuk menghancurkan (grinding) makanan.

Garis lateral adalah organ sensori tersusun atas kantung berisi cairan dengan apparatus sensori seperti rambut yang
terbuka terhadap air melalui satu seri pori-pori (membuat satu garis sepanjang pinggiran tubuh ikan). Garis tepi
utamanya merasakan arus dan tekanan air, dan pergerakan dalam air.

Lubang pengeluaran (vent) adalah bukaan eksternal jalan keluar produk digestif, urinari, dan reproduksi. Pada
kebanyakan ikan, lokasinya persis didepan sirip anal.

Anatomi Internal

3
Seperti halnya mamalia, ikan juga memiliki organ-organ seperti otak, lambung, hati, ginjal, insang, kantung renang
(swim bladder). Organ yang disebut terakhir ini, baik secaara morfologi maupun fungsional tak ditemukan pada
mamalia. Gambar-3 menunjukkan diagram organ-organ internal yang terdapat pada ikan. Deskripsi singkat tentang
fungsi dari organ-organ dimaksud dipaparkan dibawah Gambar-3.. Beberapa organ vital seperti limpa dan pankreas
juga ada pada ikan, namun dengan ukuran yang relatif kecil sehingga sulit dilokalisir.

Gambar-3: Bagian-bagian internal suatu jenis ikan

Spina (spine)
Spina adalah struktur rangka primer penyusun tubuh ikan, terhubung ke kepala dan bagian ekor. Spine tersusun
atas banyak vertebrae, berongga dan sebagai tempat perlindungan bagi korda spinalis.

Korda spinalis (spinal cord)

4
Menghubungkan otak dengan bagian tubuh lainnya, me-relay informasi sensori dari tubuh ke otak, serta membawa
instruksi dari otak ke bagian tubuh lainnya.

Otak (Brain)
Pusat kontrol pada ikan, dimana fungsi otomatis (seperti respirasi) dan perilaku dilakukan. Semua informasi sensoris
di proses disini.

Kantung renang atau kantung udara (swim/air bladder)


Suatu rongga, organ keseimbangan berisi gas yang memungkinkan seekor ikan menyimpan energi dengan
mempertahankan neutral buoyancy (mengapung) dalam air. Ikan yang ditangkap dari perairan dalam acapkali
membutuhkan pengeluaran udara dari kantung renangnya sebelum dibebaskan kembali ketempatnya ditangkap
(perairan dalam). Ini perlu dilakukan mengingat adanya perbedaan tekanan atmosfir pada permukaan air. Jenis ikan
yang tak memiliki kantung renang akan tenggelam ketika berhenti berenang.

Insang (gills)
Organ inilah yang membuat ikan bisa bernafas dalam air. Insang adalah struktur yang sangat lembut dan tak boleh
disentuh tangan saat memegang ikan. Insang terdiri dari empat holobranchs yang membentuk sisi-sisi faring. Setiap
holobranch memiliki dua hemibranchs yang muncul dari gill arch. Hemibranch tersusun atas barisan filamen tipis
panjang yang disebut dengan lamella primer. Permukaan area lamella primer akan diperluas oleh lamella sekunder;
suatu lipatan semilunar yang “membungkus” permukaan dorsal dan ventral. Pertukaran gas terjadi pada level lamella
sekunder. Sel-sel epitel yang terikat pada sel-sel pillar melapisi lamella sekunder. Suatu “terowongan” (channel)
vaskuler berlapis endotel tipis bisa diamati pada antar-sel pillar dan merupakan lokasi pertukaran gas, mengeluarkan
limbah nitrogen dan lokasi pertukaran beberapa elektrolit.

Pseudobranch terletak dibagian dorsal operculum. Organ ini adalah gill arch dengan filamen selapis. Fungsi
pseudobranch belum diketahui. Beberapa ahli menduga bahwa struktur ini mensuplai darah beroksigen ke optic
choroid dan retina, dan mungkin juga berperan dalam thermoregulasi maupun fungsi-fungsi baroreceptor.

Sistem urinarius
Ginjal ikan berkembang dari pronefron dan mesonefron. Fungsi ginjal adalah osmo-regulasi; menyaring material
buangan cair dari darah. Buangan ini kemudian akan dikeluarkan dari tubuh ikan. Ginjal sangat penting dalam
pengaturan air dan konsentrasi garam dalam tubuh ikan, sehingga memungkinkan ikan tertentu eksis dalam air
tawar atau air garam. Ikan yang hidup di laut, memiliki ginjal yang mampu mengekskresi ion-ion dan mengkonservasi
air. Beberapa jenis ikan bisa hidup baik di air tawar maupun garam (misalnya snook, tarpon, salmon, dll).

5
Kebanyakan limbah nitrogen diekskresikan via insang. Fungsi lainnya adalah hematopoiesis. Jaringan
hematopoiesis ini terletak pada interstitium ginjal. Walaupun bisa terjadi diseluruh ginjal, fungsi ini terutama terjadi
pada ginjal anterior.

Sistem Endokrin

Kelenjar Adrenal ─ Ikan, kecuali sculpins, umumnya tak memiliki adrenal dalam arti harfiah. Jaringan adrenal –
korteks sebenarnya adalah sel-sel inter-renal. Sel-sel ini berbentuk kuboid, berwarna eosinofilik pucat, dan
berhubungan dengan buluh darah utama di ginjal bagian anterior. Fungsinya adalah sekresi gluko-kortikoid dan
mineralokortikoid.

Lokasi sel-sel chromaffin (bagian medula adrenal) bervariasi. Sel-sel ini biasanya ditemukan dengan ganglia
sympathetic pada suatu clumps antara ginjal-anterior dan spina (spine) atau dalam jaringan inter-renal.

Kelenjar Thyroid ─ Folikel thyroid ikan serupa dengan jaringan thyroid mamalia, dan terdistribusi di jaringan ikat area
faring, disekitar mata, ventral aorta, vena hepatika, dan anterior ginjal. Penting untuk diingat bahwa jaringan thyroid
bisa terdistribusi luas, sehingga, dalam pemeriksaan histologi, tak perlu dikelirukan dengan metastasis sel tumor
folikel thyroid.

Pankreas ─ Kelenjar ini ada pada kebanyakan ikan dalam sebagai pulau-pulau Langerhans (islet of Langerhans)
dan berhubungan dengan exocrine pancreas. Pada beberapa jenis ikan, pulau-pulau ini sangat besar hingga terihat
secara kasat mata (Brockman bodies). Ukuran daan jumlah pulau-pulau Langerhans akan meningkat pada ikan yang
ada pada fase pemijahan (spawning season), sehingga tak perlu dikelirukan dengan suatu adenoma.

Kelenjar parathyroid ─ Kelanjar ini tak ditemukan pada ikan. Fungsinya diambil alih oleh organ-organ endokrin
lainnya (Corpuscles of Stannius).

Kelenjar ultimobranchial ─ Kelenjar ini terletak dibagian ventral esofagus, pada septum transversal yang
memisahkan jantung dengan rongga abdominal. Organ ini men-sekresi calcitonin (yang menurunkan level kalsium
serum), yang bereaksi dengan hypocalcin (disekresi oleh corpuscles of Stannius) untuk meregulasi metabolisme
kalsium.

Corpuscles of Stannius ─ Ini adalah sel-sel granular eosinofilik berbentuk seperti pulau-pulau, yang berlokasi di
sepasang organ pada anterior ginjal. Organ ini men-sekresi suatu protein disebut hypocalcin (teleocalcin) yang
bereaksi dengan calcitonin untuk mengatur metabolisme kalsium.

Urophysis ─ Ini adalah organ neurosecretory yang ditemukan pada aspek ventral dari ujung distal korda spinalis.

6
Bentukan ini tersusun atas axon-axon tak bermyelin yang berujung pada dinding kapiler. Fungsi urophysis belum
diketahui.

Kelenjar pineal
Ini adalah struktur neuro-endokrin yang sensitif cahaya/sinar, sangat vaskuler, dan terletak dibagian anterior otak.
Fungsinya adalah men-sekresi melatonin yang berperan dalam kontrol reproduksi, pertumbuhan dan migrasi.

Sistem Digestivus
Sistem ini serupa dengan sistem digestivus satwa lain, befungsi untuk mendigesti pakan dan absorbsi sari-sari
makanan. Jenis ikan piscivorous (pemakan ikan lainnya) memiliki usus relatif pendek. Hal ini disebabkan karena
pakannya mudah dipecah dan dicerna secara kimiawi. Ikan jenis tilapia yang diketahui bersifat herbivora (pemakan
tumbuhan) membutuhkan usus yang lebih panjang. Ini disebabkan karena penyusun tumbuhan biasanya bersifat
fibrosa dan keras dan lebih sulit dipecah menjadi kompoenen mudah cerna. Temuan terhadap isi lambung ikan
biasanya bisa dijadikan petunjuk terhadap kebiasaan makan ikan.

Sub-mukosa lambung dan usus ikan mengandung sel-sel granuler eosinofilik yang fungsinya belum diketahui.
Beberapa jenis ikan (Salmonids) memiliki pilorik seka (pyloric ceca) yang acapkali, penampakannya dikelirukan
dengan parasit. Organ yang seperti tonjolan-tonjolan jari-jari ini berlokasi dekat perbatasan ( junction) lambung dan
usus. Fungsinya tak sepenuhnya diketahui, kemungkinan mensekresi enzim – enzim yang membantu digesti dan
absorbsi. Produksi enzim-enzim ini pada ikan yang tak punya pyloric ceca dilakukan oleh hati dan pankreas.

Perlu diingat bahwa pada ikan, sangat sulit (tak mungkin) untuk memilah antara usus besar dan kecil.

Hati ikan tak berstruktur arsitektur lobulus seperti pada mamalia. Pada beberapa jenis ikan ada area pankreas
eksokrin (hepato-pancreas) yang terletak dekat vena kecil disekitar area vena porta hati. Organ penting ini memiliki
beberapa fungsi seperti: membantu digesti dengan mensekresi enzim pemecah lemak, serta sebagai lokasi
penyimpan lemak dan karbohidrat. Hati juga penting pada destruksi sel-sel darah merah yang sudah tua dan
mempertahankan struktur kimiawi darah, serta berperanan penting dalam ekskresi nitrogen (limbah).

Pankreas tersebar di mesenterium, terutama dekat pylorus.

Vent
Organ ini berfungsi sebagai lokasi untuk eliminasi kotoran dari tubuh ikan.

Sistem kardio-vaskuler
Sistem ini berfungsi untuk mensirkulasi darah ke seluruh tubuh ikan. Oksigen dan nutrients yang telah didigesti
dialirkan ke berbagai sel-sel di seluruh tubuh melalui darah. Limbah dari sel-sel tubuh diambil dan diangkut ke ginjal

7
dan hati untuk eliminasi. Jantung terdiri dari 2 (dua) kamar, satu ventrikel dan satu atrium. Beberapa ahli
menggambarkan sinus venosus sebagai kamar ketiga dan bulbus arteriosus sebagai kamar keempat. Darah
mengalir dari jantung melalui aorta ventralis dan arteri brachialis afferent, menuju insang untuk proses oksigenasi.
Darah beroksigen kembali melalui arteri efferent ke aorta dorsalis. Aorta dorsalis kemudian membawa darah
beroksigen keseluruh tubuh. Darah beroksigen juga meninggalkan aorta dorsalis dan menuju ke suatu struktur yang
disebut dengan cabang semu (pseudobranch) untuk menjadi lebih beroksigen, dan kemudian dikirim ke retina yang
membutuhkan oksigen sangat tinggi.

Gonad
Pada ikan bass mulut besar betina dewasa, masa oranye cerah dari penampakan telur tak mungkin terlewatkan saat
musim bertelur (spawning season), namun masih tetap bisa diidentifikasi pada waktu-waktu lain dalam satu tahun.
Organ kelamin jantan yang memproduksi milt untuk membuahi telur, jauh lebih kecil dan putih namun ditemukan
pada lokasi umum yang sama. Telur-telur atau roe ikan tertentu dianggap sebaagai makanan, seperti pada kasus
caviar dari sturgeon

Otot (muscles)
Menyediakan pergerakan dan lokomosi. Ini adalah bagian dari ikan yang dimakan oleh konsumen (ingat fish fillet).

Sistem retikulo-endotelial
Ikan tak punya limfonodus. Sel-sel fagosit ditemukan pada endotel yang melapisi atrium jantung dan lamella insang.
Sel fagosit (Kupffer cells) tak ditemukan pada hati. Pusat-pusat melano-makrofag terlihat di hati, ginjal dan limpa.
Pusat-pusat melano-makrofag ini akan meningkat jumlahnya ketika ikan mengalami kondisi patologik atau stress.

Thymus ikan adalah organ limfoid sentral, yang berlokasi di sub-mukosa dibagian dorsal commissure dari
operculum.

Ikan memiliki kemampuan memproduksi immunoglobulin tertentu (hanya IgM). Ikan juga bisa mengalami reaksi
hipersensitivitas tipe cepat atau lambat. Ikan mampu memproduksi antibodi penetral virus, agglutinasi, dan
presipitasi. Baik limfosit B maupun T ada pada ikan.

Organ-organ khusus perasa (special sense organs)

Sistem garis tepi (lateral line system) ─ Garis tepi (lateral line)
Ini adalah salah satu organ perasa ikan. Termasuk dalam kategori ini adalah neuromast superfisialis dan dua kanal
garis lateral. Terdapat dua jenis neuromast superfisialis; yang berlokasi dalam pits di epidermis (terutama ada di
kepala). Fungsinya tak sepenuhnya diketahui, namun dipercaya untuk membantu dalam pergerakan dan orientasi.

8
Organ garis tepi kedua adalah sistem kanal garis lateral yang “menggaris” seluruh panjang tubuh ikan, dengan
ekstensi menerus pada kepala. Organ ini peka terhadap stimuli hidrostatik dan suara.

REFERENSI

1. Roberts R.J: Fish Pathology, Bailliere Tindall, London, Second edition, 1989.
2. Ferguson H.W.: Systemic Pathology of Fish, Iowa State Press, Ames, Iowa, 1989.
3. Anderson B.G.: Atlas of Trout Histology, Wyoming Department of Fish and Game, 1974.
4. Fox J.C.: Laboratory Animal Medicine, Academic Press, 1984.
5. Magaki G., Rebelin W.E.: The Pathology of Fishes, The University of Wisconsin Press, 1975.
6. Wolf K.: Fish Viruses and Fish Viral Diseases, Cornell University Press, London 1988.
7. Tucker C.S.: Channel Catfish Culture, Elsevier Science Publishers, Amsterdam, 1985.
8. Principal Diseases of Farm Raised Catfish, Southern Cooperative Series Bulletin No 225, 1985.
9. Wales J.H.: Microscopic Anatomy of Salmonids. An Atlas, United States Department of the Interior, Resource
Publication 150, 1983.
10. Grizzle J.M.: Anatomy and Histology of the Channel Catfish, Auburn Printing Co, 1976.
11. Reichenbach-Klinke H. H.: Fish Pathology, T.F.H. Publications, Inc. Neptune City, NJ. 1973.
12. Stoskopf, M.K.: Fish Medicine, W.B. Saunders Co. 1993.
13. DeTolla, L.J., Srinivas, S.: "Guidelines for the Care and Use of Fish in Research". Institute of Laboratory Animal
Resourses Journal. Vol 37:4(1995), pp 159-173.
14. Kane, A.J., Gonzalez, J. F., Reimschuessel, R: "Fish and Amphibian Models Used in Laboratory Research".
Laboratory Animal. Vol 25:6(1996), pp 33-38.
15. Lewbart G.A. Self-Assesment Color Review of Ornamental Fish, Iowa State Press,1998.
16. Bruno D.W., Poppe T.T., A color atlas of Salmonid Diseases. Academic press, 1996.

Anda mungkin juga menyukai