Anda di halaman 1dari 9

CARICA (Carica candamarcensis Hook.f.

)
21 06 2012

BUDIDAYA TANAMAN CARICA (Carica candamarcensis Hook.f.)

A. Deskripsi Tanaman Carica

A.1. Klasifikasi

Carica atau juga disebut dengan Pepaya Gunung (Mauntain Papaya) memiliki nama latin
Carica candamarcensis merupakan kerabat dekat dengan Pepaya (Carica papaya) yang lebih
menyukai dataran tinggi basah dengan ketinggian antara 1.500 – 3.000 mdpl. Tanaman carica
di Indonesia dapat dijumpai di dataran tinggi Dieng. Tanaman ini berasal dari dataran tinggi
Andes yang membentang antara Panama hingga Bolivia di Amerika Selatan. Carica ini
diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II pada pertengahan abad ke 19
oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi
Dieng.

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, Carica diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom              :    Plantae

Divisi                    :    Magnoliophyta

Kelas                   :    Magnoliopsida

Ordo                    :    Brassicales

Famili                   :    Caricaceae

Genus                  :    Vasconcellea

Spesies                :    Carica candamarcensis

Sinonim               :    Vasconcellea cundinamarcensis

Nama lain            :    –    Carica candamarcensis Hook.f.

–     Carica pubescens

–     Carica pubescens Lenne et Koch

–     Vasconcellea cundinamarcensis V.M.Badillo

–     Vasconcellea pubescens

–     Vasconcellea pubescens A.DC.


A.2. Morfologi

Tanaman carica merupakan tanaman perdu, tidak berkayu dengan permukaan batang yang
kasar dan hampir menyerupai tanaman pepaya biasa (Carica papaya L.) tetapi cenderung
bercabang dan dengan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil serta memiliki tinggi rata-
rata antara 3 – 5 m.

Berdasarkan bentuk daun, tanaman carica merupakan tanaman tidak berdaun lengkap
(incomletus) yang hanya terdiri dari tangkai dan helaian. Sedangkan, berdasarkan susunan
daun, daun carica bertipe menjari (palminervis).

Buah carica berbentuk bulat telur dengan diameter antara 3 – 8 cm dan panjang antara 6 – 17
cm dengan berat rata-rata setiap buah antara 60 – 80 gram. Buah carica yang belum matang
berwarna hijau gelap dan akan berubah berwarna kuning jingga dengan aroma yang
menyengat apabila sudah matang dengan tekstur daging yang keras. Buah carica yang sudah
matang tidak dapat dikonsumsi langsung karena daging buahnya banyak mengandung getah,
sehingga rasanya pahit dan menyebabkan gatal di tenggorokan.

A.3. Agroklimat

Tanaman carica memerlukan syarat tumbuh yang spesifik, baik suhu, kelembaban maupun
ketinggian tanah. Tanaman carica hanya dapat tumbuh dan berbuah dengan baik pada
ketinggian 1.500 – 3.000 mdpl yang beriklim sejuk, dingin dan basah. Suhu udara rata-rata
kurang dari 200C, kelembaban udara antara 60 – 70 persen dan dengan curah hujan lebih dari
2.000 mm/tahun. Selain itu, tanaman carica akan tumbuh optimal pada tanah yang subur
mengandung banyak humus dengan derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal antara 5,0
– 7,0.

A.4. Manfaat

Buah carica merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C. Selain itu, buah carica
mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan
merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika
lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo.

Buah carica dapat dijadikan sirup, jus, manisan, selai, dan minuman ringan non alkohol. Buah
ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena
mempunyai sifat memperbaiki pencernaan. Buah yang masih muda dapat dikeringkan untuk
dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau kosmetik. Daunnya dapat
digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat papain
digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi.
B. Teknik Budidaya

B.1. Penyiapan Bibit

Perbanyakan tanaman carica dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) perbanyakan
vegetatif dengan stek cabang; dan 2) perbanyakan generatif dengan biji. Perbanyakan
vegetatif memiliki kelebihan yaitu menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama dengan
pohon induknya dan lebih cepat berbuah dengan hasil yang lebih seragam serta relatif sama
dengan pohon induknya. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat memperoleh bibit
dengan skala besar. Sedangkan perbanyakan generatif memerlukan seleksi untuk memilih
tanaman jantan yang cenderung memiliki produktivitas yang rendah. Keunggulan
perbanyakan generatif adalah dapat memperoleh bibit dengan skala besar.

Tanaman carica dengan perbanyakan biji dapat diusahakan dengan mengambil biji dari buah
yang masak pohon. Cara memperoleh biji dari buah, adalah:

1. Buah yang masak pohon dipotong 1/3 bagian buah bagian pangkal dan biji yang
digunakan untuk bibit adalah biji dari 2/3 buah di bagian ujung;
2. Benih kemudian direndam dalam air selama sehari semalam;
3. Benih yang tenggelam, selanjutnya diperam dalam kertas Koran atau kain basah
selama kurang lebih seminggu dan tempatkan pada tempat yang teduh. Selama
pemeraman di jaga kelembabannya;
4. Benih kemudian disemai dalam polibag dengan media tanam berupa tanah halus dan
kompos dengan perbandingan 2:1 yang diletakkan dalam sungkup plastik. Selama
dalam persemaian perlu dijaga kelembabannya dengan cara penyiraman secara rutin.

Bibit yang berasal dari perbanyakan generatif atau biji siap ditanam pada umur 2 – 3 bulan.
Sedangkan bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif atau stek cabang sudah dapat
ditanam pada umur 1 – 2 bulan.

B.2. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan bertujuan untuk menggemburkan tanah agar pertumbuhan tanaman menjadi
baik dan membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma) sehingga menciptakan lingkungan
yang sesuai bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal dan menghasilkan buah carica yang
bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal. Penyiapan lahan meliputi: 1) perataan tanah
untuk mempermudah pengaturan jarak tanam, meratakan lahan, pengaturan bedengan dan
saluran air; 2) pembersihan gulma; 3) membajak dan mencangkul tanah untuk
menggemburkan tanah; dan 4) pembuatan bedengan dan lubang tanam.

Bedengan dibuat dengan lebar 250 – 300 cm, tinggi 20 – 30 cm dan panjang sesuai
kebutuhan. Jarak antar bedeng adalah 50 – 100 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x
50 x 50 cm diatas bedengan. Jarak tanam yang ideal adalah 3 x 3 m atau 3 x 4 m. Dimana
jarak lubang tanam dalam bedengan adalah 300 cm dan antar bedengan adalah 300 – 400 cm.

Biarkan lubang tanam selama 1 – 2 minggu, setelah itu isi dengan tanah yang dicampur
pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 dan biarkan selama 1 – 2 minggu. Apabila tanah
masam (pH kurang dari 5) tambahkan kapur dolomite sebanyak ± 1 kg.

B.3. Penanaman Bibit


Bibit sebaiknya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah mengandung cukup air
yaitu sekitar 60 – 80 persen. Keadaan tanah yang gembur dan kelembaban yang cukup
memungkinkan akar bibit mampu hidup dan berkembang secara baik. Penanaman dilakukan
pada lubang tanam yang telah disediakan.

Penanaman bibit dilakukan dengan cara membenamkan media tanam yang terdapat didalam
polybag ke dalam gundukan tanah penutup lubang tanam. Ditengah tanah penutup lubang
tersebut digali lagi dengan ukuran sebesar polybag. Sebelum bibit dimasukkan ke dalam
lubang, polybag dilepas terlebih dahulu dengan cara menyayat atau merobek bagian samping
dan bagian dasarnya. Pada saat melepas polybag dilakukan dengan hati-hati dan dijaga agar
akar tidak merusak perakaran.

B.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk memperoleh produksi tanaman yang baik dan
produktif. Pemeliharaan tanaman carica meliputi: penyulaman, penyiangan, pembubunan,
pemupukan dan pengairan.

B.4.1. Penyulaman

Penyulaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang mati, perkembangannya kurang baik,
tidak berproduksi dengan tanaman baru yang sehat dan berumur sama dengan tujuan untuk
mempertahankan populasi tanaman di kebun. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin,
sehingga disediakan bibit setidaknya sebanyak 10 persen dari populasi tanaman yang ditanam
sebagai bibit sulam.

B.4.2. Penyiangan

Penyiangan adalah membersihan gulma disekitar tanaman karena apabila tidak diberantas
akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam memperoleh unsur hara dan air. Tujuan
penyiangan adalah memelihara daya serap perakaran dalam menyerap unsur hara sehingga
pertumbuhan tanaman dapat optimal.

B.4.3. Pembubunan

Pembubunan bertujuan untuk memperdalam perakaran dan memperkokoh tanaman.

B.4.4. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan status hara dalam tanah, menyediakan unsur
hara secara seimbang bagi pertumbuhan atau perkembangan tanaman, meningkatkan mutu
buah dan meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu, pemupukan juga bertujuan untuk
mencukupi satu atau beberapa unsur hara pada tanaman agar tanaman berproduksi secara
berkelanjutan. Pupuk sebagai suatu bahan yang diberikan kepada tanah untuk menyediakan
unsur-unsur hara tertentu bagi pertumbuhan tanaman.

Pemupukan dasar diberikan pada saat pembuatan lubang tanam berupa pupuk kandang
sebanyak ± 50 kg.
Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada awal musim
hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk yang diberikan adalah: 1) Pupuk organik atau
pupuk kandang sebanyak 20 kg./tan./tahun; 2) Urea sebanyak 250 gr./tan./tahun; 3) SP-36
sebanyak 200 gr./tan./tahun; dan 4) KCL sebanyak 150 gr./tan./tahun.

Cara aplikasi pupuk, yaitu pupuk dibenamkan ke dalam lubang parit yang dibuat melingkari
tanaman dan kemudian tutup dengan tanah. Lubang parit dibuat sekitar tanaman dengan jarak
lubang parit dari tanaman sekitar 50 – 100 cm, dengan lebar parit 20 cm dan dalam 15 – 30
cm.

Tanaman carica yang berasal dari perbanyakan generatif atau biji sudah dapat menghasilkan
buah pada saat tanaman berumur 2 tahun. Sedangkan tanaman yang berasal dari perbanyakan
vegetatif atau stek akan berbuah pada saat tanaman berumur 1,5 tahun.

https://bpksukoharjowsb.wordpress.com/2012/06/21/carica-carica-candamarcensis-hook-f/

BUDIDAYA TANAMAN CARICA/PEPAYA GUNUNG DI DATARAN TINGGI DIENG


WONOSOBO

Sumber:Zaky Adnany, SP – Penyuluh Pertanian di Dinas Pertanian Tanaman Pangan


Kabupaten Wonosobo.

Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki


kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Buah-buahan adalah salah satu
jenis hortikultura yang mempunyai daya tarik tersendiri. Buah mempunyai rasa yang segar
dan khas, yaitu perpaduan dari berbagai macam rasa dengan komposisi yang tepat, sehinggga
banyak digunakan sebagai pemicu selera makan dan sebagai jus. Selain itu, buah juga
memiliki aroma dan warna spesifik, yang menjadi ciri khas bagi setiap jenis. Sebagai bahan
pangan, buah mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.
Buah mempunyai kadar air, vitamin, mineral dan serat yang tinggi, tetapi
mengandung,energi,lemak,dan karbohidrat yang rendah.

Salah satu komoditi buah yang cukup unik adalah buah Carica atau disebut juga dengan
pepaya gunung dimana jenis pepaya ini hanya mampu tumbuh di dataran tinggi.Di Indonesia,
Carica hanya tumbuh didataran tinggi dieng yang memiliki ketinggian cukup dan kelembaban
yang tinggi.Jadi bisa dibilang carica merupakan buah endemic khas kabupaten Wonosobo
khususnya Dieng.

Berikut adalah cara memperoleh biji dari buah :


1. Buah yang masak pohon dipotong 1/3 bagian buah bagian pangkal dan biji yang digunakan
untuk benih adalah biji dari 2/3 buah di bagian ujung;
2. Benih kemudian direndam dalam air selama sehari semalam;
3. Benih yang tenggelam, selanjutnya diperam dalam kertas Koran atau kain basah selama
kurang lebih seminggu dan tempatkan pada tempat yang teduh. Selama pemeraman di jaga
kelembabannya;
4. Benih kemudian disemai dalam polibag dengan media tanam berupa tanah halus dan
kompos dengan perbandingan 2:1 yang diletakkan dalam sungkup plastik. Selama dalam
persemaian perlu dijaga kelembabannya dengan cara penyiraman secara rutin.

Pemanfaatan buah carica menjadi syrup buah carica sudah dimulai sejak tahun 1980-an.
Bahkan di Wonosobo juga pernah berdiri PT. Dieng Jaya, sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang industri pengalengan buah-buahan agro (hortikultura) dan jamur merang. Dengan
produksi sekitar 1,5 juta ton jamur segar per tahun, PT. Dieng Jaya waktu itu merupakan
produsen jamur terbesar di dunia. Bandingkan dengan total produksi jamur segar dari
Amerika Serikat, Eropa dan Asia yang hanya sekitar 1,3 juta ton per tahun.
Akan tetapi karena terus menerus mengalami defisit sejak tahun 1995, akhirnya PT. Dieng
Jaya berhenti beroperasi pada tahun 2003. Setelah PT. Dieng Jaya tidak beroperasi lagi, para
agen dan toko-toko yang menjual produk buah carica dalam sirup menjadi kesulitan mencari
bahan pasokan. Permintaan pasar yang cukup besar ini kemudian ditanggapi oleh para
produsen industri kecil di Wonosobo dan sekitarnya. Saat ini diketahui ada sekitar 20
produsen buah carica dalam sirup di Wonosobo. Sedangkan jumlah petani sulit diketahui
secara pasti karena setiap petani di Pegunungan Dieng pasti memiliki pohon carica. Ini
disebabkan karena pohon carica sangat mudah ditanam, berselang-seling dengan tanaman-
tanaman lain seperti kentang, dan lain sebagainya.

http://blog.umy.ac.id/adikurniawan/2013/11/01/budidayapertaniancarica/

Pepaya gunung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
?
Pepaya gunung
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Ordo: Brassicales

Famili: Caricaceae

Genus: Vasconcellea

Spesies: V. cundinamarcensis

Nama binomial

Vasconcellea cundinamarcensis
V.M. Badillo

Pepaya gunung atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, syn.
Carica pubescens,[1] Carica quercifolia, Carica goudotiana,[2][3] dan Cariaca
candamarcensis[2][3]) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah,
1.500–3.000 m di atas permukaan laut. Di wilayah Wonosobo tanaman ini biasa disebut
Carica, dan di Bali tanaman ini disebut Gedang Memedi.[3] Daerah asalnya adalah dataran
tinggi Andes, Amerika Selatan.

Tanaman pepaya gunung merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip
dengan pepaya biasa (Carica papaya L.), tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan
ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.[3] Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, bunga jantan
memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan
tangkai yang keras dan pendek.[2]
Buah pepaya gunung berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10 cm dan diameter 3–
4 cm[2]. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15 cm x 3–8 cm, dagingnya
keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya
terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair.[3] Buah
yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi
kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat.[2]
Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin
mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.[4]

Pepaya gunung merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C.[2] Pepaya gunung
mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan
merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika
lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo.[5]

Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng.
Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.

Buah ini dapat dijadikan sirup, jus, manisan, dan selai. Buah ini cocok dimakan oleh orang
yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki
pencernaan.[2] Daging buahnya juga dapat dimakan segar. Di Jawa, buah ini dijual kepada
wisatawan, digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah
ini dijadikan minuman ringan non alkohol dan dijadikan selai.[3] Buah yang masih muda
biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau
kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain.
Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi. Di daerah
Dieng buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan
dalam kaleng namun masih dalam jumlah terbatas.

Tanaman pepaya gunung lebih tahan terhadap udara dingin dan virus yang umum menyerang
pepaya biasa.[2][3]

Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer
di Amerika Selatan.

Manfaat
Pepaya gunung memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan tubuh, beberapa manfaat dari
pepaya gunung, di antaranya adalah:

 Kandungan serat tinggi pada buah pepaya dapat melancarkan proses pencernaan. [butuh rujukan]
 Kandungan papain dalam buah pepaya gunung dapat berguna untuk menetralkan pH dan
membunuh bakteri jahat dalam usus.[butuh rujukan]
 Kandungan Vitamin A dalam pepaya gunung lebih besar daripada buah wortel sehingga baik
untuk kesehatan mata.[butuh rujukan]
 Kandungan Vitamin A dan Vitamin C juga baik untuk menangkal radikal bebas dan sinar UV
yang dapat merusak kesehatan kulit.[butuh rujukan]
 Vitamin B kompleks berperan penting dalam metabolisme tubuh yang dapat menghasilkan
energi tambahan bagi kesehatan tubuh. [butuh rujukan]
 Pepaya gunung mengandung zat agrinin yang dapat menghambat tumbuhnya sel kanker
dalam tubuh.[butuh rujukan]

Referensi
1. ^ FAO (1994). Neglected Crops: 1492 from a Different Perspective. Plant Productio

1. n and Protection Series No. 26. (html) (dalam Bahasa Inggris). Siaran pers. Diakses
pada 27 Agustus 2007.
2. ^ a b c d e f g h Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (Carica Pubescens) dari
Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari: Menggali Potensi dan
Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.
3. ^ a b c d e f g Verhey, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
4. ^ Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis: Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya, Jakarta.
5. ^ Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic β-D-Glucosides from Fruits of Carica pubescens.
Phytochemistry Vol 45, No 8.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya_gunung

Anda mungkin juga menyukai