Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FISIOLOGI TANAMAN

MAKALAH ASIMILASI SULFAT

OLEH :
KELOMPOK 6

1. PRANA DIPA TIARANI 1610212032


2. KHAIRUN NISAK 1610212045
3. ELDA FEBITA 1610212077
4. RIZA FRANSISKA 1610212085

KELAS : FISIOLOGI TANAMAN (D)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa
komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara
dalam bentuk anorganik dari lingkungan sekitarnya. Hara mineral diabsorpsi dari
tanah oleh akar dan akan bergabung dengan senyawa organik yang esensial untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Penggabungan hara mineral dengan senyawa
organik membentuk pigmen, kofaktor enzim, lipid, asam nukleat dan asam amino.
Proses inilah yang disebut dengan asimilasi hara mineral.
Sulfat merupakan sejenis garam dari asam sulfat. Reduksi sulfat
berlangsung di akar maupun batang tumbuhan, tapi sebagian besar belerang
diangkut melalui xylem ke daun dalam bentuk SO42-nonreduksi. Sebagian
diangkut kembali ke akar dan bagian lainnya lewat floem, baik dalam bentuk
SO42- maupun senyawa belerang organic. Hanya sedikit yang diketahui tentang
reduksi SO42- di dalam jaringan tanpa klorofil, tapi sebagian besar reaksi
tampaknya serupa dengan yang berlangsung di daun. ATP penting pada masing-
masing proses itu. Di daun, semua proses tersebut berlangsung di kloroplas. Di
akar, sebagian besar atau mungkin semua proses itu berlangsung di proplastid.
Diawali reaksi sulfat dengan ATP, menghasilkan adenosine-5’-fosfosulfat
(APS) dan pirofosfat (PPi). Reaksi tersebut dikatalisis oleh ATP sulfurilase. PPi
dihidrolisis dengan cepat dan tak balik menjadi dua Pi oleh enzim pirofosfatase,
dan kemudian Pi dapat digunakan di mitokondria atau kloroplas, membentuk
kembali ATP. Sulfur APS direduksi di kloroplas oleh elektron yang diperoleh dari
feredoksin tereduksi. Sulfida (bebas atau terikat) yang dihasilkan dari reduksi APS
tidak tertimbun karena diubah secara cepat menjadi senyawa belerang organik,
khususnya sistein dan metionin. Belerang tumbuhan berada di sistein atau
metionin dari protein, tapi sejumlah kecil sistein tergabung pada ko-enzim A dan
sedikit metionin digunakan membentuk S-adenosilmetionin. Salah satu perannya
adalah gugus metilnya dapat diangkut untuk membantu membentuk lignin dan
pektin dinding sel, serta flavonoid, seperti antosianin berwarna cerah dan klorofil.
Peran lainnya adalah sebagai prazat hormon tumbuhan etilen.
Walaupun tumbuhan, bakteri, dan fungi umumnya mereduksi dan
mengubah belerang menjadi sistein, metionin, dan senyawa belerang penting
lainnya, mamalia tidak dapat melakukannya. Oleh karena itu, kita dan hewan
bergantung pada tumbuhan dalam memeperoleh belerang tereduksi dan khususnya
asam amino sistein dan metionin. Karena kita tidak dapat mereduksi NO3–,
tumbuhan sangat esensial sebagai penyedia nitrogen organik.
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia Bentuknya adalah non-metal yang
tak berasa, tak berbau danmultivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah
sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai
unsur murni atau sebagai mineral- mineralsulfide dan sulfate. Ia adalah unsur
penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam duaasam amino. Penggunaan
komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek
api, insektisida dan fungisida.

B. Tujuan
Mengetahui pengertian dari asimilasi sulfur dan belerang, Mengetahui
proses terjadinya asimilasi sulfur dan belerang, juga Mengetahui peranan sulfur
dan belerang terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asimilasi
Asimilasi adalah transport komponen metabolik terlarut dari luar ke dalam
lingkungan sel, baik secara pasif (difusi) maupun transport aktif. Sel yang
mendapatkan semua komponen metabolic melalui asimilasi
disebut osmotrof, contohnya jamur, algae, dan bakteri. Asimilasi dipenuhi dengan
mekanisme transportasi dengan energi pasif (energi netral) dan energi aktif
(energi konsumsi). Transport pasif dilakukan berdasarkan driving force yang
berupa gradient konsentrasi, dengan mekanisme difusi. Proses ini bersifat spontan,
tidak membutuhkan energi dari luar dan akan berlangsung sampai konsentrasi di
area perbatasan sel dengan daerah luar menjadi homogen. Transport pasif akan
terjadi hanya ketika molekul mampu berdifusi melalui membran sel.

B. Asimilasi Sulfur
Sulfur adalah komponen asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis
protein. Beberapa organisme dapat memperoleh sulfur melalui asimilasi reduksi
sulfat, sebagian lagi memperoleh sulfur melalui reduksi senyawa sulfur seperti H.
Sulfur adalah nutrisi utama bagi semua organisme. Spesies tanaman
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di serapan, metabolisme dan
akumulasi sulfur sehingga ada potensi untuk menggunakan tanaman untuk
fitoremediasi situs belerang-diperkaya.
Sebuah survei tanah diperkaya dengan sulfur baik secara alami atau aktivitas
manusia menunjukkan bahwa surplus sulfur sebagian besar disertai dengan
surplus unsur kimia lainnya yang dapat membatasi fitoremediasi karena terjadi co-
elemen lebih beracun untuk tanaman dari belerang. Selain itu, akumulasi unsur-
unsur lain, membuat bahan tanaman (nabati ekstraksi) kurang cocok untuk
digunakan sebagai pakan ternak dan untuk konsumsi manusia. Sulfur (S) asimilasi
oleh tumbuhan memainkan peran penting dalam siklus S di alam, dan
metabolisme S berasimilasi menyediakan berbagai senyawa yang bermanfaat bagi
hewan, termasuk manusia. Sangat penting untuk memahami mekanisme yang
terlibat dalam metabolisme S sistemik dalam rangka meningkatkan tanaman
agronomi dan produksi tanaman makanan dan Studi-studi ini dapat dianggap
sebagai studi kasus penting yang memberikan informasi mengenai mekanisme
peraturan rumit yang terlibat dalam metabolisme tanaman.

DAUR / SIKLUS SULFUR (BELERANG)

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri
menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau
hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di
perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang
mati.Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua
mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri.
Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan
Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen
sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti
Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat
oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Selain proses tadi, manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil
pembakaran pabrik membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah
hujan asam yang membawa H2SO4 kembali ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan
perusakan batuan juga tanaman.
Dalam daur belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam
setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik
aerobik dan anaerobik.

Asimilasi sulfur hampir sama dengan asimilasi nitrogen, yaitu pada umunya
sulfur diserap oleh tumbuhan dalam bentuk teroksidasi. Dalam proses
asimilasinya, sulfur harus berada dalam bentuk tereduksi. Dengan demikian,
sulfur yang dalam bentuk teroksidasi, untuk kepentingan asimilasi, harus
direduksi terlebih dahulu. Proses reduksinya adalah sebagai berikut:

C. Peranan Sulfur terhadap Pertumbuhan Tanaman


Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam-
asam amino sistin, sistein, dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian
dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam
tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya
adalah penyususn protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfide antara rantai-
rantai peptide. Belerang merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme
senyawa-senyawa kompleks.
Belerang juga berfungsi sebagai activator, kofaktor atau regulator enzim dan
berperan dalam proses fisiologi tanaman. Selain fungsi yang dikemukakan di atas,
peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat banyak dan
penting, diantaranya (1) merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu complex
Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan terlibat dalam reaksi oksidoreduksi
dengan transfer elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses fotosintesis, (2) S
terdapat dalam senyawa-senyawa yang mudah menguap yang menyebabkan
adanya rasa dan bau pada rumput-rumputan dan bawang-bawangan.
Belerang dikaitkan pula dengan pembentukan klorofil yang erat
hubungannya dengan proses fotosintesis dan ikut serta dalam beberapa reaksi
metabolisme seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Belerang juga dapat
merangssang pembentukan akar dan buah serta dapat mengurangi serangan
penyakit.
Tanaman sangat membutuhkan blerang karena pada umumnya belerang
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal tanaman bervariasi antara 0.1
sampai 0.5% dari bobot kering tanaman. Spencer (1975) membagi 3 kelompok
tanaman berdasarkan tingkat kebutuhan S, yaitu:
a) tanaman dengan tingkat kebutuhan S yang banyak (20-80 kg S/ha)
b) tanaman dengan tingkat kebutuhan S sedang (10-50 kgS/ha)
c) tanaman dengan kebutuhan S rendah (5-25 kg S/ha).
Berdasarkan familinya, kebutuhan S oleh tanaman Graminaea,
Leguminaeae, Cruciferae, yang dapat dilihat dari kandungan sulfat pada biji dari
masing-masing kelompok tanaman tersebut adalah secara berturut-turut (0.18-
0.19%, 0,25-0 3% dan 1.1-1.7%) dari bobot kering tanaman.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini
merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino.
Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan. Selain itu, sulfur merupakan
bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai,
kubis, dan lain-lain.

B. Saran
Sebaiknya pada makalah selanjutnya lebih diperhatikan tata bahasa dan
cara penulisannya, juga penjelasan men detail gambaryang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.


Bandung: Penerbit ITB
Sastramihardja & Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai