BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanaman atau tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak
terlihat seperti sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka
memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada
hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk
dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi
tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga
tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di
setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri
dari xylem dan juga floem.
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan
translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau
organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya.
Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh
bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis).
Jaringan floem mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organorgan tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali daun, ke bagian-bagian lain
dalam tumbuhan. Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sieve
tube sel, dan transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan melalui
difusi dan juga aktif transport dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu,
makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang
sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang.
1.2.
Rumusan masalah
1.3.
Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
pada
sitosol
dan
merupakan
yang
terjadi
di daun
yang mudah
yang
berlangsung di mesofil daun. Enzim ini mengkatalisis pembentukan sucrose-6phosphate (suc6P) dari fructose-6-phosphate (F6P) dan uridine-5-diphospho
glucose (UDPG).
sehingga dihasilkan
aktivitas SPS menentukan kandungan sukrosa daun dan berkorelasi positif dengan
rasio sukrosa: pati daun (Galtier et al., 1995).
Tingkat akumulasi
sukrosa pada
tanaman
tebu
sangat
dipengaruhi
tingkat asimilasi karbon dan sintesa sukrosa pada tanaman tebu. Enzim kunci
yang berperan terhadap metabolisme sukrosa, diantaranya adalah sucrose
phosphate synthase (SPS), acid invertase (AI) dan neutral invertase (NI).
Sucrose phosphate
synthase
merupakan
enzim utama
yang
menentukan
dimobilisir ke bentuk sukrosa bila intensitas sinar rendah atau pada malam hari.
Hal ini menguatkan pernyataan bahwa SPS merupakan enzim penting dalam
biosintesis sukrosa pada tanaman. SPS diketemukan baik pada sel fotosintetik
maupun sel non-fotosintetik. Pada sel fotosintetik aktivitas SPS merupakan
faktor pembatas sintesis sukrosa dan juga tingkat fotosintesis daun.
Sipramin diaplikasikan pada jaringan tanaman untuk meningkatkan aktifitas
sucroce phosphate synthase pada tanaman tebu Saccarum Officianarum L.
Kandungan tertinggi dari pupuk sipramin yaitu nitrogen. Nitogen adalah unsur
tanaman essensial yang dibutuhkan oleh tanaman karena termasuk unsur makro
yang berfungsi untuk membentuk klolofil. Sehingga apabila diaplikasikan akan
meningkatkan aktifitas sucroce phosphate synthase untuk mensintesis sukrosa
dalam daun dalam proses fotosintesis (Rusdi, 2003).
2.2. Alokasi dan translokasi fotoasimilat
1. Alokasi asimilat
Proses fotosintesis dapat digambarkan sebagai berikut:
6CO2 + 18 ATP+12NADPH+ H2O C6H12O6 +18 ADP +12NADP+ +6H2O +6O2
Energi yang diturunkan antara produk heksosa (2870 kJ/mol) dan reaktan (3210
kJ/mol) dan reaksi ini berlangsung secara spontan. Kurang lebih setengah dari
energi yang dihasilkan tersebut digunakan oleh heksosa untuk dikonversi untuk
pembentukan dinding sel seperti kayu. Menurut Larcher (1975) di dalam (Budi
Utomo, 2007) memperkirakan pada Fagus sylvatica alokasi hasil fotosintesisnya
35% digunakan untuk pertumbuhan (pembesaran dinding sel), 45% untuk
respirasi dan 20% hilang akibat pelepasan, pencucian hara dan eksudasi oleh akar.
Penggunaan ini tidak saling berhubungan sebagai contohnya, respirasi
menyediakan energi yang akan digunakan untuk biosintesis yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan pemeliharaan sel hidup. Sebagian fotosintat yang dihasilkan
akan disimpan pada tempat penyimpanan. Pada beberapa kasus sebagai contoh di
hutan, fotosintat ditranslokasikan kepada individu lain melui akar. Banyaknya
fotosintat yang dialokasikan untuk pohon berbeda-beda tergantung genetik, iklim,
cuaca, spesies, karakter tanah dan lainnya. Secara umum alokasi fotosintat
merupakan fungsi antara pola perkembangan energi dan respon terhadap stress
atau stimulus.
2. Translokasi asimilat
Translokasi merupakan perpindahan bahan terlarut yag dapat terjadi di
seluruh bagian tumbuhan. Pada prinsipnya asimilat (hasil fotosintesis)
ditranslokasikan dari source ke sink adalah karbon dan nitrogen (Atkins dan
Smith, 2007). Hara K memang bukan pembentuk senyawa organik dalam tanaman
tetapi unsur K sangat penting dalam proses pembentukan biji kacang tanah
bersama hara P disamping juga penting sebagai pengatur berbagai mekanisme
dalam proses metabolik seperti fotosintesis, transportasi hara dari akar ke daun,
translokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Sumarno, 1986).
Kalium berperan penting dalam translokasi asimilat baik dalam phloem loading
maupun dalam aliran asimilat dari source ke sink.
Umumnya jenis karbohidrat yang ditranslokasikan dalam jaringan pembuluh
adalah jenis gula non reduksi karena substrat ini tidak sereaktif gula reduksi/
pereduksi. Gula reduksi/ pereduksi merupakan gula dengan gugus keton atau
aldehide. Sukrosa adalah jenis gula non reduksi yang umumnya ditranslokasikan
dalam tanaman.
2.3.
berasal
dari
kata
latin
yaitu
respirare
yang
berarti
penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi, hanya
dalam keadaan khusus, dan bersifat sementara (hanya pada fase tertentu saja),
energi yang dihasilkan kecil, hasil akhirnya berupa alkohol atau asam laktat dan
karbondioksida. Respirasi anaerob merupakan proses repirasi yang berlangsung
tanpa membutuhkan O2. Respirasi anaerob sering disebut juga dengan nama
fermentasi. Respirasi anaerob biasanya terdapat pada tanaman tinggi hanya terjadi
jika persediaan O2 bebas di bawah minimum.
2.3.2. Proses Respirasi
dan
menyebabkan
perubahan
glukosa-6-fosfat
yang
difosforilasi oleh ATP dan enzim fosfofruktokinase menghasilkan fruktosa-1,6difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat dipecah menjadi dua molekul
senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan
bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat dikatalis oleh enzim fosfotriosa
isomerase menjadi senyawa gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan
dua gliseldehida-3-fosfat. Pada fase ini tidak dihasilkan energi tetapi
membutuhkan energi 2 ATP.
Dengan reaksi yang sama, asam sis-akonitat diubah menjadi asam isositrat. Reaksi
berikutnya adalah asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat dengan
bantuan enzim isositrat dehidrogenase dan NAD atau NADP yang pada akhirnya
membentuk NADH2 atau NADPH2. Reaksi siklus krebs berikutnya adalah
dekarboksilasi asam oksalosuksinat membentuk asam -ketoglutarat, dikatalis
enzim karboksilase sehingga menghasilkan CO2. Selanjutnya, asam
ketoglutarat diubah menjadi asam suksinil-SCoA dengan bantuan enzim ketoglutarat dehisrogenase dan NAD serta CoASH. Pada reaksi ini dibentuk
NADH2 dan CO2. Suksinil-SCoA diubah oleh suksinat tiokinase menjadi asam
suksinat dan CoASH. Pada reaksi tiokinase energi yang tersimpan dalam tioester
dari suksinil-SCoA digunakan untuk mengubah ADP+iP menjadi ATP. Oksidasi
asam suksinat membentuk asam fumarat dengan bantuan suksinat dehidrogenase
dan FAD. Pada reaksi ini FAD diubah menjadi FADH2. Asam fumarat mengalami
hidrasi menjadi asam malat oleh enzim fumarase. Asam malat diubah menjadi
asam oksaloasetat oleh malat dehidrogenase. Dalam proses ini NAD direduksi
10
11
untuk
membentuk
senyawa
6-fosfogluko-nonlakton,
yang
12
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari proses fermentasi ini seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol
lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam
air dalam waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini
dikarenakan respirasi aerob akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi
anaerob yang terkadang tidak mencukupi energi yang dibutuhkannya, dan
akumulasi zat beracun akibat respirasi anaerob dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.
Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol
atau fermentasi etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah
menjadi dua molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Seperti pada
glikolisis, glukosa diubah menjadi asam piruvat selama proses fermentasi.
Kemudian asam piruvat diubah menjadi etanol dan karbondioksida dengan
bantuan enzim karboksilase dan alkohol dehidrogenase. Berikut ini adalah gambar
proses fermentasi etanol.
Respirasi IntraMolekuler
13
(asam piruvat)
faktor, yaitu:
1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu
sendiri, yaitu :
a. Jumlah plasma dalam sel
Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih penuh
dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi
yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah
plasmanya sudah lebih sedikit.
b.
14
dengan kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju
yang tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.
c.
dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan muda jaringannya juga
masih muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan
memepengaruhi laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan
tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga
tinggi) dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya umur tumbuhan.
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan,
terdiri atas:
a. Suhu
Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula
kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies tumbuhan. Perlu diingat, kenaikan suhu yang melebihi batas minimum
kerja wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak dapat
bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
b.
Kadar O2 udara
Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan
menghambat
tinggi
proses
konsentrasi
respirasi.
karbondioksida
Konsentrasi
diperkirakan
karbondioksida
yang
dapat
tinggi
menyebabkan stomata menutup sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen
tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah diamati pada
respirasi daun mungkin disebabkan oleh hal ini.
d.
15
Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang
menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit
hingga satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi
senyawa fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan
oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif
meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya
substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali
ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau
perbaikan luka.
g.
Garam-garam mineral
Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju respirasi
meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada saat garam/ion
diserap dan diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju
respirasi. Fenomena ini dikenal dengan respirasi garam.
2.6.
1. Siklus Glioksilat
Siklik Serangkaian reaksi yang melibatkan siklus TCA intermediet di
mana satu molekul suksinat terbentuk dari dua molekul asetil KoA. Reaksi yang
berbeda dari siklus TCA ditandai dengan panah putus dalam diagram. Reaksireaksi ini dikatalisis oleh lyase isocitrate dan malat sintase masing-masing. Siklus
glioksilat menghindari langkah-langkah pembentukan karbon dioksida dari siklus
TCA dan dengan demikian memungkinkan sintesis bersih karbohidrat dari asam
lemak melalui suksinat (glukoneogenesis lihat). Enzim-enzim dari siklus
16
glioksilat aktif dalam minyak biji berkecambah bantalan dan di lain jaringan
tanaman-metabolisme lemak. Siklus juga terjadi di mikroorganisme tetapi tidak
pada hewan tingkat tinggi. Dibawah ini adalh gambar dari siklus glioksilat.
Menurut Winatasasmita, 1986, Jalur glioksilat merupakan serangkaian
reaksi kimia yang terjadi di peroksisom dan bergandeng dengan siklus karbon di
kloroplas. Jalur ini melibatkan kloroplas, peroksisom, mitokondria, dan sitosol.
Jalur ini meliputi pengubahan senyawa yang tak mengandung fosfat
(nonphosphorilated) yakni gliserat menjadi glisin, serin, dan persenyawaan C1,
dan ini penting sebagai precursor dalam biosintesis asam inti.
2. Glukoneogenesis
17
hanya satu arah (irreversible). PFK yang tergantung ATP dan Fru-1,6-Pase adalah
pengendali utama aliran karbon melalui glikolisis dan GNG baik pada tanaman
maupun khewan serta sintesis lintasan sukrosa pada tanaman.
Pada tanaman interkonversi F6P dengan F1,6P2 menjadi lebih komplex
dengan kehadiran suatu enzim lain dalam cytosol, PFK yang tergantung PPi
(pyrophosphate:fructose
6-phosphate
1-phosphotransferase)
dengan
fungsi
18