Anda di halaman 1dari 9

Belerang

Belerang merupakan elemen penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan
dalam proses biokimia. Dalam reaksi metabolik, senyawa sulfur berfungsi sebagai bahan bakar
baik dan pernafasan (oksigen-menggantikan) bahan untuk organisme sederhana. Sulfur dalam
bentuk organik hadir di biotin vitamin dan tiamin, yang terakhir yang bernama untuk kata
Yunani untuk belerang. Belerang merupakan bagian penting dari banyak enzim dan juga dalam
molekul antioksidan seperti glutathione dan thioredoxin. Belerang organik terikat adalah
komponen dari semua protein, sebagai asam amino sistein dan metionin. Ikatan disulfida
sebagian besar bertanggung jawab untuk kekuatan mekanik dan terpecahkannya keratin protein,
yang ditemukan di kulit terluarnya, rambut, dan bulu, dan elemen berkontribusi terhadap bau
menyengat mereka ketika dibakar.
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik, Belerang atau sulfur merupakan unsur
penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ).
Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan, setelah itu
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur
dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di
perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan
menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai
makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri.
Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio
yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian
H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Selain proses tadi, manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik
membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah hujan asam yang membawa H2SO4
kembali ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan juga tanaman. Dalam daur
belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai
berikut :
1) H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu
2) SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio
3) H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli
4) S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik
Daur Biogeokimia belerang/sulfur adalah salah satu bentuk daur biogeokimia karbon.
Pengertian dan definisi lain dari daur biogeokimia belerang/sulfur yaitu perubahan sulfur dari
hidrogen sulfida menjadi sulfur diokasida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi hidrogen
sulfida lagi. Sulfur dialam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah sulfur ditemukan
dalam bentuk mineral, diudara dalam bentuk gas sulfur dioksida dan di dalam tubuh organisme
sebagai penyusun protein.
Siklus sulfur di mulai dari dalam tanah. yaitu ketika ion-ion sulfat di serap oleh akar dan
di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan. Ketika hewan dan manusia
memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah ketubuh manusia. Dari dalam tubuh
manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut
diuraikan oleh bakteri dalam lambung berupa gas dan dikeluarkan melalui kentut. Salah satu zat
yang terkandung dalam kentut adalah sulfur. Semakin besar kandungan sulfur dalam kentut
maka kentut akan semakin bau.
Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil penguraian sebagian tetap
berada dalam tanah dan sebagian lagi di lepaskan ke udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida.
Gasi hidrogen sulfida di udara kemudian bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida yang tertinggal di dalam tanah dengan bantuan bekteri
akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh
tanaman sedangkan sulfur dioksida akan terlepas keudara.
Diudara sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam juga dapat
disebakan oleh polusi udara seperti asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll.
Hujan asam dapat menjadi penyebab korosi batu-batuan dan logam. H2SO4 yang jatuh kedalam
tanah oleh bakteri di pecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh tumbuhan,
tumbuhan di makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri
menghasilkan sulfur kebali. bergitu seterusnya. Siklus sulfur atau daur belerang tidak akan
pernah terhenti selama salah satu komponen penting penting seperti tumbuhan masih ada di
permukaan bumi ini.
Dalam daur sulfur atau siklus belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang
lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi antara sulfur, oksigen
dan air serta oleh aktivitas mikrorganisme. beberapa mikroorganisme yang berperan dalam siklus
sulfur adalah dari golongan bakteri, antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan bakteri
Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S)

III. PEMBAHASAN

Belerang atau sulfur, adalah unsur kimia dengan nomor, atom 16 diwakili oleh S. simbol
Ini adalah, berlimpah multivalen non-logam. Pada kondisi normal, atom belerang membentuk
molekul siklik octatomic dengan rumus kimia S8. Elemen sulfur merupakan padatan kristalin
kuning cerah. Kimia, belerang dapat bereaksi baik sebagai oksidan atau mengurangi agen. Ini
mengoksidasi logam yang paling dan beberapa nonmetals, termasuk karbon, yang mengarah
untuk mengisi negatif dalam senyawa organosulfur kebanyakan, tetapi mengurangi oksidan yang
kuat beberapa, seperti oksigen dan fluor.

Peranan Sulfur
Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N
atau K, serupa dengan P, Ca dan Mg.; sebagai penyusun asam amino essensial: sistin, sistein dan
metionin, 90% S dalam tanaman berupa protein, ikatan disulfida, susunan protein dan aktivitas
ensim, pembentukan klorofil; Ferredoksin: protein Fe-S, reaksi redoks: fotosintesis, penyematan
nitrogen, reduksi nitrat dan sulfat; koensim: koensim A dan vitamin, biotin, thiamine, B1;
senyawa volatil: tanaman keluarga Onion dan crucifer (cabbage).

Manfaat Umum Sulfur


1) Belerang dioksida (SO2) digunakan sebagai fungisida (anti jamur), fumiga (anti serangga), dan
dalam jumlah yang sangat kecil digunakan sebagai pengawet makanan.
2) Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O) digunakan dalam proses pencucian film. Senyawa
ini dikenal dengan merk hipo.
3) Asam sulfat (H2SO4) dipakai sebagai pelarut, pengisi aki, pembuatan garam sulfat, pembuatan
pupuk, pengolahan minyak, dan pewarnaan tekstil.

Manfaat Khusus Sulfur


1) Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan bintil akar
tanaman
2) Pertumbuhan anakan pada tanaman
3) Berperan dalam pembentukan klorofil serta meningkatkan ketahanan terhadap jamur
4) Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi membentuk senyawa minyak yang
menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain

Mobilitas S
Unsur S relatif tidak mobil dalam tanaman: tidak segera dapat dialihtempatkan dari daun
yang tua ke bagian titik tumbuh, gejala kekahatan muncul pertama pada bagian atas yaitu daun
muda. Gejala kekahatan: kerdil (stunted), pertumbuhan spiral (spindly growth), seringkali
seluruh tanaman menjadi klorosis seragam (uniformly chlorotic), tanaman Crucifer membentuk
warna kemarahan dan ungu, kadar protein rendah, pengumpulan N bukan protein.
Jika kadar S berlebihan tidak secara langsung mempengaruhi tanaman tersebut atau
organisme yang memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah kegaraman karena S
merupakan anion yang dominan pada tanah salin, pelindian yang hebat dari SO4= meningkatkan
kehilangan kation.

Sumber S

1) Perombakan bahan orgaik tanah, karena 90% S dalam tanah berada dalam bentuk organik

tersebut

2) Rabuk, kompos dan biosolid.

3) Sulfat yang terjerap pada tapak pertukaran anion dari oksida Al dan Fe.
4) Mineral S: pada musim kering sulfida dalam bentuk anaerob.

5) Pengendapan atmosfer dari inudstri, hujan asam.

6) Pupuk S.

Bentuk S Yang Diserap Tanaman


1. Penyerapan langsung SO2 oelh daun: jumlahnya kecil, jika kadar S dalam udara tinggi

akan meracuni tanaman.


2. Penyerapan akar etrutama dalam bentuk: sulfat (SO4=).

Gerakan S Menuju Akar


Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama beregrak karena
aliran masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan kadar S yang rendah.
Kadar dalam larutan tanah 5-20 ppm. Aras yang mencukupi kebutuhan tanaman 3-5 ppm dalam
tanah.

Transformasi S Dalam Tanah


Proses alih rupa antara lain: Mineralisasi – immobilisasi, Adsorpsi – desorpsi, Presipitasi
– dissolusi, Oksidasi – reduksi, Volatilisasi.

Mineralization – Imobilisasi
1) Daur S organik serupa dengan N organik.
2) Mineralisasi : melepas S menjadi anorganik, SO4 tersedia bagi tanaman
3) Imobilisasi (assimilation): kebalikan dari mineralisasi, pengambilan S anorganik dari tanah oleh
mikrobia untuk membentuk tubuhnya
4) Keseimbangan antara mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dan N:S, nisbah
C:N:S bahan organik sekitar 120:10:1,4.
5) Dalam bahan organik terkandung 1% S. Dengan susunan bentuk ester dan eter sulfat sebesar 30-
60% melalui ikatan C-O-S, bentuk asam amino sekitar 10-20%, residual S sebesar 30-40%.
6) Ensim sulfatase : mirip dengan ensim fosfatase, melepas sulfat dari ester sulfat.
7) Pengaruh nisbah C:S : (1) C:S >400 S imobilisasi > S mineralisasi, (2) C:S = 200-400 S
imobilisasi = S mineralisasi, (3) C:S <200 mineralisasi="" s=""> S imobilisasi.
Adsorpsi – Desorpsi
1) Senyawa SO4 2- yangterjerap merupakan bentuk S dari pangkalan labil bersifat segara tersedia,
mengisi kekosongan pada larutan tanah . Uji S tanah umumnya misalnya ekstraksi dengan Ca-
fosfat.mengukur S yang terlarut ditambah S yang terjerap. Reaksi ini penting pada tanah yang
telah terlapuk dengan lanjut. Kekuatan adsorpsi: H2PO4 > SO4= > NO3.
2) Faktor yang mempengaruhi kapasitas jerapan: koloid tanah, hidroksida Fe-Al, kandungan
lempung tipe 1:1, kemasaman tanah, besarnya muatan tergantung pH, kapasitas pertukaran
anion.
3) Komposisi larutan tanah juga mempengaruhi: kadar SO4, keberadaan anion dan kation lainnya,
pendesakan oleh fosfat.
4)
Presipitasi – Dissolusi
1) Gypsum (CaSO4) di daerah kering, merupakan bentuk pengendapan bersama antara S dengan
Ca-karbonat pada tanah kapuran
2) Sulfida pada kondisi anerob di tanah tergenang: H2S mengendap sebagai FeS atau ikatan
logam-S yang lainnya, untuk melarutkan diperluakn proses oksidasi.

Okidasi – Reduksi
1) Bentuk S : beragam dari bilangan oksidasi -2 sampai + 6, yaitu silfida, polisulfida, S elemen,
tiosulfat, sulfit dan sulfat.
2) Bentuk oksidasi terbanyak sebagai sulfat, sulfat yang diserap tanaman akan direduksi menjadi S
organik.
3) Proses Oksidasi dan reduksi S dibantu oleh mikrobia
4) Senyawa S anorganik tereduksi terdapat pada tanah tergenang kondisi anaerob : (wetlands,
swamps, tidal marshes), pada kondisi aerob segera mengalami oksidasi.
5) Oksidasi S: mikrobia ototrofik dan heterotrofik : Thiobacillus sp. meneybabkan pemasaman.
H2S + 2O2 à H2SO4 à 2H+ + SO4= dijumpai pada daerah tambang (acid mine drainage) terjadi
oksidasi senyawa sulfida speerti pyrite (FeS). Dapat juga digunakan di lahan pertanian untuk
mengoksidasi S elemen : 2S + 3O2 + 2H2O à 2H2SO4 à 4H+ + 2SO4=

Defisiensi Sulfur
Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur
Nitrogen, misalnya :
1) Daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning
2) Tanaman kurus dan kerdil
3) Pertumbuhan dan perkembangannya lambat.

Pengangkutan S
1) Erosi: hilangan bersama bahan organik
2) Pelindian: sulfat sangat mobil dalam tanah, sulfat merupakan anion yang dominan pada air
lindian, pelindinan meningkat jika kandungan kation monovalen (K+, Na+) besar
3) Hilang karena volatilisasi

Volatilisasi
Kehilangan karena menguap: hasil transformasi mikrobia dalam tanah, misalnya
dimethyl sulfide (CH3SCH3), atau karbon disulfide, methyl mercaptan, dan dimethyl disulfida.
Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah rendah. Dapat juga menguap melalui daun, hal ini
mempengaruhi mutu pakan.

Manajemen pupuk S
Pada tanah pasiran sering kekahatan S, karena rendahnya bahan organik tanah dan
pelindian yang hebat terhadap SO4, kebutuhan tanaman beragam: diperlukan oleh alfalfa,
clovers, canola, kubis dan sayuran serupa, hmt Brassicas, bawang merah danbawang putih, hmt
rerumputan atau legum, rumput menyerap S lebih cepat dibanding legum. Sumber sulfur: S
unsur (tidak segera tersedia, harus dioksidasi lebih dahulu menjadi SO4, oksidasi berlangsung
dalam reaksi masam). Sumber lain ikut dalam superfosfat. SSP (14% S), TSP (1,5% S).

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah tentang Sulfur (S) atau
Belerang ini adalah :
1. Sulfur merupakan elemen penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan dalam
proses biokimia, dalam reaksi metabolik, sebagai bahan bakar baik dan pernafasan (oksigen-
menggantikan) bahan untuk organisme sederhana, serta merupakan bagian penting dari banyak
enzim dan juga dalam molekul antioksidan.
2. Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N atau K,
serupa dengan P, Ca dan Mg.
3. Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur Nitrogen,
misalnya : Daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning, tanaman kurus dan
kerdil, pertumbuhan dan perkembangannya lambat.
4. Di dalam tanah sulfur bersifat sangat mobil, artinya sangat mudah berpindah, hilang dan tidak
tersedia bagi tanaman.
5. Kekurangan unsur sulfur bisa diatasi dengan penambahan pupuk buatan seoerti TSP dan ZA.

B. Saran
Sulfur merupakan unsur hara esensial makro sekunder bagi tanaman, maka dari itu
ketersediaan unsur hara ini sangatlah penting bagi tanaman. Kekurangan unsur hara ini dapat
menyebabkan gejala sakit pada tanaman. Untuk itu sangat penting jika kita bisa memahami
tentang gejala defisiensi sulfur ini pada tanaman. Untuk mengatasi masalah tanaman kekurangan
asupan sulfur maka bisa diatasi dengan memberikan tambahan unsur sulfur ini dengan pupuk
tambahan.

DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.R, K.M Bamford and M.P. Early. 1995. Principles of Horticulture, seconded. Butterwoutn –
Heinemann Ltd. British.
Badan Pusat Statistik. 2006. Produksi Sayuran di Kabupaten Karawang. Karawang.
BAPEDA Kabupaten Karawang. 2004. Penelitian/Uji Unsur Hara Tanah. IPB. Bogor.
East West Seed Indonesia. 2006. Deskripsi Beberapa Varietas Caisim. PT. East West Seed Indonesia.
Purwakarta.
Goh, K. M and R. J. Haynes. 1986. Sulfur and Agronomics practices. p: 379-468. In R.J. Haynes. Mineral
Sulfur in Plant Soil System. Academic Press. Florida
Gomez, A. K. and A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. (terjemahan oleh
Enang Sjamsudin & Justika Baharsjah). Edisi 11. UI press, Jakarta
Grunes. D. L. and W. H. Allaway. 1985. Nutritional Quality of plants in Relation to Fertilizer Use. p : 589-
616. in Englstad O. P (ed.) Fertilizer Technology and Use Soil Science Society of America Inc.
Madison Wiscounsin.
Hakim. 1986. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.
Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Harlina, N. 2003. Pemanfaatan Pupuk Majemuk Sebagai Sumber Hara. Institut Pertanian Pertanian
Bogor.
Haryanto B, Suhartini T, Rahayu E, dan Sunarjo. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta
Himawan, A. Sigit dan E. Suhaeli. 2004. Laporan Uji Coba Lapangan Pupuk Kompos Granular. PT.
Komposindo Granular Arendi. Bandung
Jacob. A. and H. V. Uexkull. 1960. Fertilizer Use:Nutrition and Manuring of Trofical Crops. Translet by C.
L. Whittles. Hannover. 593 p.
Jamaludin, L. 2005. Estimasi Defisiensi S Dalam Lahan Padi Varietas Ciherang Di Lahan Sawah Irigasi.
Fakultas Pertanian. Unsika. Karawang.
Komposindo Granular Arendi. 2005. Kompos Granular Rabog. PT Komposindo Granular Arendi.
Lingga. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Lingga, P dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya. Jakarta
Mahanani, C. R. L 2003. Siklus Sulfur. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Murbandono. 1990. Membuat Kompos. Cetakan Keenam. PT Swadaya Jakarta.
Nyapka Yusup M, Lubis M.A, Pulung Anwar Mamat, Amrah Ghaffar A, Munawar Ali, Hong Ban Go, Hakim
Nurhajati. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Palembang.
Opena, R. T and D. C. S Tay. 1994. Brassica rapa L. Group Caisim. Hal 153-157. J. S. Simonsma dan K.
Pileuk. Plant Recource of Sout-East Asia, Vegetable. PROSEA Foundation.
Palungkun, R dan Budiarti, A. 1993. Sweet Corn and Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Hal 37-55. Bandung.
Rahardi, F., dkk. 1993. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Rakhmiati, Yatmin, Fahrurrozi. 2003. Respon Tanaman Sawi Terhadap Proporsi Dan Takaran Pemberian
S. Jurnal Wacana Pertanian Vol. III. Hal 119-121. Bandar Lampung.
Sarief, S. 1989. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Soenaryono, H. 1989. Budidaya Brassica (Kubis) Penting Di Indonesia. Hal 371 – 400 dalam Sri Setyati
Harjadi (Ed). Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian Bogor.
Bogor
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soeseno, S. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. PT. Gramedia. Jakarta
Suwarsono. 1980. Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu tanah. IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai