Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA ISLAM

“AKHLAK DAN TASAWUF”

Anggota Kelompok 4 :

1. 041911333006 M. Iqbal Himawan

2. 041911333007 Elza Fitri Winata

3. 041911333008 Pingky Anggelia Wicahyanti

4. 041911333009 Pintari Nursapitri

5. 041911333023 Karawita Triandini

6. 041911333024 Della Ariyanti Rahayu Ninggar

7. 041911333030 Dian Nisa Pratiwi

8. 041911333038 Nines Aprilia

9. 041911333045 Adelia Putri A

10. 041911333050 Oki Fatmah Salsabilla

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
1.4 Manfaat...................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akhlak.....................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Akhlak....................................................................................6
2.1.2 Jenis Akhlak.............................................................................................6
2.1.3 Prinsip Keutamaan Akhlak......................................................................7
2.2 Tasawuf...................................................................................................................7
2.2.1 Pengertian Tasawuf..................................................................................7
2.2.2 Prinsip tasawuf.........................................................................................8
2.2.3 Sejarah Kemunculan Tasawuf.................................................................9
BAB 3 METODE PENELITIAN...........................................................................................11
3.1 Metode Penelitian.................................................................................................11
BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................................12
4.1 Perbedaan dan Persamaan antara Akhlak dan Ilmu Tasawuf...............................12
4.2 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya.....................................................13
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................17
5.2 Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak dan Tasawuf” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam II. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan mengenai apa itu akhlak dan tasawuf, hubungan hingga
perbedaan keduanya bagi para pembaca juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Inayatul Faizah, M.Si selaku dosen Mata
Kuliah Agama Islam II. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami harap pula saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 14 Maret 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya
hingga saat ini semakin dirasakan, secara historis dengan teologis akhlak tasawuf tampil
mengawal dan memandu perjalanan hidup umar agar selamat dunia dan akhirat. Pemikiran dan
pandangan di bidang akhlak dan tasawuf kemudian menemukan momentum pengembangan
dalam sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawuf dan ulama
di bidang akhlak.
Banyak orang yang berpikir bahwa akhlak dan tasawuf memiliki definisi yang berbeda.
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem nilai tersebut merupakan
sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir secara islami. Sedangkan tasawuf pada
intinya adalah upaya untuk melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan
dirinya dari pengaruh kehidupan dunia. Hal itu dilakukan guna tercermin akhlak yang mulia
dan senantiasa pelakunya dekat dengan Allah SWT.
Ada juga yang mendefinisikan akhlak dan tasawuf menjadi satu pemahaman. Akhlak
tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk mengenal dan mendekatkan diri
kepada Allah. Akhlak tasawuf merupakan perbuatan yang umat muslim lakukan dengan tujuan
hal yang baik. Ada dalil dan hadits yang mendasari adanya hal tersebut. Dalam QS Al-Maidah
ayat 54 sudah tertulis secara rinci dan jelas. Dalam ayat tersebut Allah SWT telah
memerintahkan agar senantiasa mau bertaubat, memohon ampun, dan membersihkan diri dari
dosa. Sehingga Allah SWT memberikan penerangan yang lebih baik untuk menuju jalan yang
benar.
Selaras dengan pengembangan akhlak dan tasawuf, teknologi juga ikut berkembang
disertai dengan pengaruh budaya yang mudah masuk ke lingkungan kita akibat globalisasi.
Banyak kalangan muda saat ini yang terpengaruh dengan budaya negatif kebarat-baratan yang
sebenarnya sangat bertolak belakang dengan ajaran islam, seperti mabuk-mabukan, pergaulan
bebas, berjudi, narkoba, dll.
Melihat pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah mengherankan jika
akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua. Dalam
makalah ini akan membahas tentang definisi akhlak dan tasawuf yang sebenarnya, hubungan

4
dan perbedaan antara keduanya, serta manfaat yang akan kita dapatkan setelah mempelajari
akhlak tasawuf ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu akhlak?
2. Apa itu tasawuf?
3. Seperti apa perbedaan dan persamaan antara akhlak dan ilmu tasawuf?
4. Bagaimana hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu lainnya?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk menjelaskan akhlak itu seperti apa.
2. Untuk menjelaskan tasawuf itu seperti apa.
3. Untuk menguraikan perbedaan dan persamaan antara akhlak dengan ilmu tasawuf.
4. Untuk menjelaskan hubungan antara akhlak dengan ilmu-ilmu lainnya.

1.4 MANFAAT
1. Sebagai sumber pengetahuan tentang kriteria perbuatan yang baik dan buruk serta
diikutkan pengetahuan tersebut dalam implementasi keseharian.
2. Sebagai sarana untuk membersihkan hati dan mencapai ma’rifat Allah Ta’ala yang
sempurna guna keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala serta
mendapatkan kebahagiaan abadi.
3. Sebagai motivasi untuk selalu beribadah, beramal saleh, dan menghindari diri dari
perbuatan maksiat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AKHLAK
A. Pengertian Akhlak
Dalam perspektif Islam, akhlak atau moral memiliki kedudukan yang tinggi.
Nabi Muhammad SAW bersabda “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya”. Akhlak yang baik menjadi bagian dari esensi
agama dan buah dari kesungguhan orang-orang yang bertaqwa, serta pelatihan bagi
orang-orang yang ahli dalam urusan mendekatkan diri kepada Allah.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang bermakna adat
kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab, dan agama. Akhlak dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti budi pekerti, kelakuan. Artinya, akhlak
adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang entah baik atau buruk.
Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah hasrat atau sifat yang tertanam dalam jiwa
yang darinya muncul perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan. Tujuan akhlak menurut Al-Ghazali adalah terbentuknya
suatu sikap batin yang mendorong munculnya keutamaan jiwa atau al-Sa’adat al-
Haqiqiyat (kebahagiaan yang hakiki).
Menurut Abdullah al-Makki, akhlak Islam adalah sifat dari ketentuan hidup
yang baik dan cara berinteraksi dengan manusia. Akhlak dalam pandangan Islam
merupakan himpunan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang sistematis untuk
diterapkan pada sifat manusia yang telah digariskan agar digunakan dalam kehidupan
manusia serta untuk mencapai kesempurnaan manusia.
B. Jenis Akhlak
Imam Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua bagian, yaitu :
a. Akhlak al-Karimah (akhlak mahmudah)
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak yang baik selalu melekat dan erat kaitannya
dengan Allah SWT. Untuk meraih akhlak yang baik ini adalah dengan selalu
menjauhi segala larangannya dan menjalankan segala perintahnya. Ciri akhlak
yang baik adalah sebuah pengendalian dalam menahan, mengatur, serta
mendidik agar tidak berlebihan, titik tengah antara yang berlebihan dan sesuatu
yang kurang.
b. Akhlak as-Sayyiah (akhlak mazmumah)

6
Akhlak mazmumah adalah segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah. Akhlak mazmumah merupakan tingkah laku tercela yang
dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai
manusia.
C. Prinsip Keutamaan Akhlak
Al-Ghazali mengklasifikasikan empat prinsip yang menjadi dasar keutamaan akhlak:
a. Al-Hikmah (Bijaksana)
Kebijaksanaan adalah kondisi jiwa yang memahami yang benar dari yang salah
pada semua perilaku yang bersifat iktiar/pilihan. Kebijaksanaan merupakan
salah satu keutamaan jiwa rasional (al-Aqliyah) yang dapat memelihara jiwa
serta memungkinkan seseorang dapat membedakan yang benar dari yang salah
dalam semua perbuatan yang disengaja.
b. As-Syaja’ah (Keberanian)
Keberanian adalah ketaatan kekuatan emosi terhadap akal pada saat nekad atau
menahan diri. Akhlak yang bertalian dengan sikap keberanian akan
menimbulkan sifat pemurah, tegas, keinginan pada hal-hal yang mengharuskan
atas perbaikan diri kedepan, mengekang hawa nafsu, menanggung penderitaan,
penantun, berpendirian teguh, dan lainnya. Menurut Al-Ghazali, keberanian
tidak boleh berlebihan, karena akan menyebabkan kesembronoan yang
menimbulkan sifat sombong, cepat marah, takabur, dan ujub.
c. Al-Iffah (Menjaga kehormatan diri)
Seorang muslim harus selalu berusaha untuk menjaga dirinya, agama, harta,
kehormatan, serta kemuliaannya. Al-iffah adalah terdidiknya daya syahwat
dengan pendidikan akal dan syariat, yang menjadi keutamaan kekuatan syahwat
bahimiyah, yaitu kekuatan syahwat yang sangat mudah untuk mengikuti
kekuatan akal.
d. Al-Adl (Keadilan)
Keadilan adalah kondisi dan kekuatan jiwa untuk menghadapi emosi dan
syahwat serta menguasainya atas dasar kebijaksanaan, serta mengendalikannya
melalui proses penyaluran dan penahanan sesuai dengan kebutuhan.
2.2 TASAWUF
A. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan para ahli
untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution misalnya menyebutkan lima hal yang

7
berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-shuffah (ahl-alshuffah), (orang yang ikut nabi dari
makkah ke madinah) , shaf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa yunani: hikmat), dan
suf (kain wol). Keseluruhan kata-kata ini bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri yang pada hakikatnya adalah
akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung pada sudut pandang yang digunakan masing-masing, selama ini ada tiga
sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus
berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan.
Jika dilihat dari sudut pandang manusia yang terbatas maka tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh
kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Jika dilihat
sudut pandang manusia yang harus berjuang maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,dan jika sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang bertuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah.
B. Prinsip Tasawuf
Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf
yang bisa dilakukan adalah:
a. Zikir
Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang
yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan
melantunkan lafadz zikir.
b. Fikr (Meditasi)
Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri
dengan berkonsentrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental
dari dunia eksternal menuju esensi diri.
c. Sahr (Bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran
mata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses
meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi.
d. Ju'i (Merasa Lapar)

8
Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan
suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam
untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri.
e. Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan
proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal
menuju Tuhan.
f. Shaum (Puasa)
Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk
puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak
serta pandangan atau persepsi indera eksternal.
g. Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan
diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah
orang banyak.
h. Khidmat (Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk
pelayanan dan pertumbuhan diri.
C. Sejarah Kemunculan Tasawuf
● Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul
Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang
sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal
dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam (sekitar abad
ke-8 M). Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan
menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan.
● Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari
zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan
pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka
dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan
Nabi Muhammad.
● Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW
Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam
pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya

9
karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena faktor politik dan
perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah
Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka
menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan
busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar
masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang dipelopori oleh Hasan
Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN


Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan
(library research) yaitu pengumpulan informasi dan data secara mendalam melalui
berbagai literatur, buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitian
sebelumnya yang relevan untuk mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai
masalah yang akan diteliti.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU


TASAWUF
Secara pengertian antara akhlak dan ilmu tasawuf sangat berbeda. Ulama
Ahlussunnah, mengatakan bahwa tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana
cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun dhahir dan batin, untuk
memperoleh kebahagian yang abadi.Sedangkan Menurut Rosihan Anwar, akhlak
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui
pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya ilmu tasawuf Pada intinya merupakan suatu usaha dan upaya
dalam rangka mensucikan diri (tazkiyatun nafs) dengan cara menjauhkan dari pengaruh
kehidupan dunia yang menyebabkan lalai dari Allah SWT untuk kemudian memusatkan
perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Sedangkan Akhlak adalah hasil
praktek atau hasil dari merefleksikan ilmu tasawuf tersebut di dalam kehidupan nyata.
Ruang lingkup ilmu tasawuf jika diperdalam dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu :
1. Metaphisica : hal-hal yang di luar alam dunia atau bisa juga dikatakan sebagai
ilmu ghoib
2. Ethica : ilmu yang menyelidiki tentang baik dan buruk dengan melihat pada
amaliah manusia
3. Psikologi : masalah yang berhubungan dengan jiwa. Psikologi dalam pandangan
tasawuf sangat berbeda dengan psikologi modern
4. Aesthetica : ilmu keindahan yang menimbulkan seni. Untuk meresapkan seni
dalam diri, haruslah ada keindahan dalam diri sendiri

Ruang lingkup akhlak meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, serta
akhlak kepada alam semesta. Dari sisi penyerapan makna Akhlak juga dapat
menimbulkan perkembangan makna yakni etika dan moral.

Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum
atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. Secara rinci
persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:

12
1) Objek: yaitu perbuatan manusia
2) Ukuran: yaitu baik dan buruk
3) Tujuan: membentuk kepribadian manusia

4.2 HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA


A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf ke dalam 3 bagian
yaitu tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini
memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan
yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang
digunakan.
1. Pada tasawuf falsafi, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan yang rasio
atau akal pikiran, karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian
atau pemikiran yang terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang
Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, dan lain sebagainya.
2. Tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang
tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dari akhlak yang buruk),
tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (yaitu terbukanya
dinding penghalang (hijab) yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga
Nur Ilahi tampak jelas padanya).
3. Tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah atau
wirid.
Menurut Harun Nasution, dijelaskan dalam al-Qur’an dan al-Hadits bahwa
ketika seseorang mempelajari tasawuf maka seseorang tersebut akan sangat
mementingkan akhlak. Dalam alquran dan hadits juga menekankan nilai-nilai
kejujuran, keadilan, tolong-menolong, murah hati, sabar, berani, dan disiplin.
Nilai-nilai itulah yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan ditanamkan ke
dalam dirinya sejak dini. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf persoalan
ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya adalah melakukan
serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji baik sebagai ibadah khusus
maupun ibadah umumnya. Semua itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Ibadah yang dilakukan dalam rangka tasawuf itu berhubungan
erat dengan akhlak.

13
Jadi, dengan demikian hubungan akhlak dengan tasawuf dalam Islam ialah
bahwa apabila akhlak merupakan dasar dari tasawuf, sedangkan tasawuf adalah
esensi dari akhlak itu sendiri. Imam Ghazali, dalam hal ini cenderung tidak
memisahkan antara akhlak dan tasawuf. Menurutnya, tasawuf itu adalah budi
pekerti dan barangsiapa yang menyiapkan bekal budi pekerti, maka berarti akan
menyiapkan bekal tasawuf.
Secara sederhana, hubungan akhlak dengan tasawuf dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah, mencakup dua aspek yakni aspek horizontal dan aspek vertikal.
Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dalam implementasinya, kedua aspek ini dilakukan dengan cara :
1. Dengan akhlak, kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat terpuji, dan
menjauhi sifat-sifat tercela.
2. Dengan Tasawuf, kita selalu berusaha membersihkan hati dari dosa-dosa atau
kotoran-kotoran rohaniyah
Kedua cara tersebut dilakukan dengan tujuan agar kita bisa dan selalu dekat
dengan Yang Maha suci, maka dari itu kita semaksimal mungkin berusaha terus
untuk mensucikan diri kita dari hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk bisa
dekat dengan Allah SWT.
B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “tauhid” merupakan kata
benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Secara
etimologis, tauhid berarti mengesakan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa, Tunggal atau Satu. Pemahaman secara umum, tauhid merupakan suatu
sistem kepercayaan Islam yang mencakup di dalamnya keyakinan kepada Allah
dengan jalan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya, keyakinan terhadap malaikat,
roh, setan, iblis dan makhluk-makhluk gaib lainnya, kepercayaan terhadap Nabi-nabi,
Kitab-kitab Suci serta hal-hal eskatologis lain semacam Hari Kebangkitan, Hari
Kiamat/Hari Akhir dan sebagainya. Ilmu akhlak dengan ilmu Tauhid memiliki
hubungan yang bersifat berdekatan, hal ini dikarenakan diantara keduanya terdapat
kesamaan sumber normatif teologis, sekaligus aspek tipologi pemikiran yang sama,
yakni sama-sama membahas tentang hubungan manusia dengan sang penciptanya.
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, ilmu tauhid membahas masalah Tuhan
baik dari segi dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada
Tuhan. Demikian itu, akan menjadi landasan sehingga perbuatan yang

14
dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian ilmu
tauhid akan mengarah kan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan
ini merupakan salah satu akhlak yang mulia.
2. Dilihat dan segi fungsinya, ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang
bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan
dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu
meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa adanya hubungan yang erat antara
keimanan yang dibahas dalam ilmu tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam
ilmu akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap ilmu akhlak, dan
ilmu akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dan ilmu tauhid. Tauhid
tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa tauhid
tidak akan kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak
memberi isi terhadap arahan tersebut.
C. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Ilmu Jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses
mental yang terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan
yang dimainkan dalam perilaku manusia. Dalam lingkup agama, terdapat Psikologi
agama yang mana ilmu ini adalah ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti pengaruh
agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam
diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah
laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
konstruksi kepribadiannya. Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala
psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme
antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan
hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.
Dalam setiap akhlak dibutuhkan suatu penghayatan apakah akhlak itu baik atau
buruk
melalui kejiwaan kita sendiri dimana kita akan menilai seberapa kita mampu
menjalankan segala sesuatu yang telah menjadi hak dan kewajiban kita sebagai muslim.
Mengingat adanya hubungan dan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas
(tasawuf) dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental.
Sebagai Contoh, mari kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari.
Ada orang yang tampaknya tenang, bahagia dan suka menolong orang, padahal

15
hidupnya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun untuk mengabdi kepada tuhan.
Sebaliknya ada orang yang tampaknya serba cukup, harta banyak, pangkat tinggi
kekuasaan besar dan pengetahuan pun cukup, namun dalam hatinya penuh goncangan,
jauh dari kepuasan, di rumah tangga selalu cekcok dan kehidupannya merupakan
rangkaian dari goncangan dan ketidakpuasan.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak saling terhubung satu
sama lain yang mana manusia yang menjadi dasar sasaran keduannya. Ilmu akhlak
melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologis)
melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu tindakan manusia.
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan pada tercapainya tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan ini dalam pandangan Islam banyak berhubungan dengan kualitas
manusia yang berakhlak. Pendidikan dengan akhlak ini sangat penting dalam dinamika
kehidupan pada zaman sekarang. Karena sekarang sudah banyak orang pintar tetapi
sedikit orang yang berakhlak baik. Dengan akhlak ini tidak hanya menciptakan manusia
yang berpendidikan tetapi juga berakhlak baik, karena sesuatu semuanya harus
seimbang. Akhlak dapat sebagai pedoman dalam hidup untuk berperilaku dan
pendidikan sebagai penunjang dalam proses kehidupan yang akan di lalui karena
seseorang harus berpendidikan.
Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dan pendidikan Islam, dan Islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna merupakan tujuan sebenarnya dalam
pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia yang baik,
sedangkan bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah yang memiliki kemampuan memahami dan mengaplikasikan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu dalam proses pendidikan tidak hanya
mempelajari tentang ilmu umum tetapi juga mempelajari tentang ilmu islam, supaya
terjadi keseimbangan dalam kehidupan.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf
merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka mensucikan diri (tazkiyatun nafs) dengan cara
menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia yang menyebabkan lalai dari Allah SWT untuk
kemudian memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Sedangkan akhlak
adalah hasil praktek atau hasil dari merefleksikan ilmu tasawuf tersebut di dalam kehidupan
nyata. Hubungan akhlak dengan tasawuf dalam Islam ialah bahwa apabila akhlak merupakan
dasar dari tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri. Hubungan akhlak
dengan tasawuf dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, mencakup dua aspek yakni
aspek horizontal dan aspek vertikal. Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5.2 SARAN
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan ataupun referensi pengetahuan mengenai
akhlak dan tasawuf. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan karena
melihat masih banyak hal - hal yang belum dikaji dalam makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apriliana. (2017). Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Jiwa Agama. Ihya Ul ’Arabiyyah, 3(1),
123–129.
Dr.Badrudin. 2015. AKHLAK TASAWUF. Serang. IAIB PRESS. Cetakan II.
Bafadhol, I. (2017). Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 6(02), 19.

18

Anda mungkin juga menyukai