Anda di halaman 1dari 7

Activity Based Costing

Activity Based Costing menggunakan aktifitas sebagai faktor utama dalam membebankan biaya
overhead pabrik. Aktifitas memiliki 4 level yaitu:
A. batch, departemen, product, plant
B. unit, departemen, product, plant
C. unit, batch, product, plant,
D. unit, batch, departemen, plant
E. Semua jawaban di atas salah
ANSWER: C

Berikut ini sebagian informasi berkaitan dengan biaya produksi PT. Mafuyu Kirisu, yang telah
menggunakan Activity Based Costing, untuk bulan Juli 2020. Informasi terkait Produk A: volume
produksi = 1.000 unit; biaya bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung =
2.000 jam; setup mesin = 3 setup. Informasi terkait Produk B: volume produksi = 100 unit; biaya
bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung = 1.000 jam; setup mesin = 12
setup. Tarif upah tenaga kerja langsung = 500 rupiah perjam; total biaya overhead dengan basis
jam TKL untuk kedua produk = Rp.750.000; dan total biaya overhead dengan basis setup mesin
untuk kedua produk = Rp.3.750.000. Berapakah total overhead terkait tenaga kerja langsung yang
Mafuyu bebankan ke Produk A?
A. Rp. 3.250.000
B. Rp. 1.250.000
C. Rp. 750.000
D. Rp. 500.000
E. Rp. 250.000
ANSWER: D
Mencari tarif OH terkait TKL
= 750.000 / (2.000 jam TKL + 1.000 jam TKL)
= 750.000 / 3.000
= 250 perjam TKL
Membebankan OH terkait TKL untuk Produk A
= 2.000 jam TKL x 250
= 500.000

Berikut ini sebagian informasi berkaitan dengan biaya produksi PT. Mafuyu Kirisu, yang telah
menggunakan Activity Based Costing, untuk bulan Juli 2020. Informasi terkait Produk A: volume
produksi = 1.000 unit; biaya bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung =
2.000 jam; setup mesin = 3 setup. Informasi terkait Produk B: volume produksi = 100 unit; biaya
bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung = 1.000 jam; setup mesin = 12
setup. Tarif upah tenaga kerja langsung = 500 rupiah perjam; total biaya overhead dengan basis
jam TKL untuk kedua produk = Rp.750.000; dan total biaya overhead dengan basis setup mesin
untuk kedua produk = Rp.3.750.000. Berapakah total overhead terkait setup yang Mafuyu
bebankan ke Produk A?
A. Rp. 3.250.000
B. Rp. 1.250.000
C. Rp. 750.000
D. Rp. 500.000
E. Rp. 250.000
ANSWER: C
Mencari tarif OH terkait Setup
= 750.000 / (3 setup + 12 setup)
= 750.000 / 15 setup
= 250.000 persetup
Membebankan OH terkait TKL untuk Produk A
= 3 setup x 250.000
= 750.000

Berikut ini sebagian informasi berkaitan dengan biaya produksi PT. Mafuyu Kirisu, yang telah
menggunakan Activity Based Costing, untuk bulan Juli 2020. Informasi terkait Produk A: volume
produksi = 1.000 unit; biaya bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung =
2.000 jam; setup mesin = 3 setup. Informasi terkait Produk B: volume produksi = 100 unit; biaya
bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung = 1.000 jam; setup mesin = 12
setup. Tarif upah tenaga kerja langsung = 500 rupiah perjam; total biaya overhead dengan basis
jam TKL untuk kedua produk = Rp.750.000; dan total biaya overhead dengan basis setup mesin
untuk kedua produk = Rp.3.750.000. Berapakah total overhead terkait setup yang Mafuyu
bebankan ke Produk B?
A. Rp. 3.250.000
B. Rp. 3.000.000
C. Rp. 1.250.000
D. Rp. 750.000
E. Rp. 250.000
ANSWER: B
Mencari tarif OH terkait Setup
= 750.000 / (3 setup + 12 setup)
= 750.000 / 15 setup
= 250.000 persetup
Membebankan OH terkait TKL untuk Produk B
= 12 setup x 250.000
= 3.000.000

Berikut ini sebagian informasi berkaitan dengan biaya produksi PT. Mafuyu Kirisu, yang telah
menggunakan Activity Based Costing, untuk bulan Juli 2020. Informasi terkait Produk A: volume
produksi = 1.000 unit; biaya bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung =
2.000 jam; setup mesin = 3 setup. Informasi terkait Produk B: volume produksi = 100 unit; biaya
bahan baku langsung = Rp.1.000.000; jam tenaga kerja langsung = 1.000 jam; setup mesin = 12
setup. Tarif upah tenaga kerja langsung = 500 rupiah perjam; total biaya overhead dengan basis
jam TKL untuk kedua produk = Rp.750.000; dan total biaya overhead dengan basis setup mesin
untuk kedua produk = Rp.3.750.000. Berapakah total overhead yang dibebankan ke Produk B?
A. Rp. 3.250.000
B. Rp. 3.000.000
C. Rp. 1.250.000
D. Rp. 750.000
E. Rp. 250.000
ANSWER: A
Mencari tarif OH terkait TKL
= 750.000 / (2.000 jam TKL + 1.000 jam TKL)
= 750.000 / 3.000
= 250 perjam TKL
Mencari tarif OH terkait Setup
= 750.000 / (3 setup + 12 setup)
= 750.000 / 15 setup
= 250.000 persetup
Membebankan OH terkait TKL untuk Produk B
= (1.000 jam TKL x 250) + (12 setup x 750.000)
= 250.000 + 3.000.000
= 3.250.000

Quality Cost & Production Losses

Kehilangan dalam proses produksi bisa disebabkan oleh kegagalan internal atau sesuatu yang
normal terjadi dalam proses produksi (normal-shrinkage). Contoh yang tepat untuk
menggambarkan normal shrinkage ini adalah:
A. Hilangnya 50 unit baju jahitan pada Tailor Rapih
B. Berkurangnya 75 unit sepeda custom pada saat proses produksi
C. Menguapnya 10 liter minyak kayu putih pada saat diproses
D. Rusaknya 25 kain batik karena kesalahan pewarnaan
E. Semua jawaban salah
ANSWER: C

Berikut ini skedul kuantitas Departemen Pemotongan pada PT. Kara Scodelario, yang memakai
Process Costing dengan asumsi Average, untuk periode April 2019: Unit di persediaan barang
dalam proses – awal = 250 unit; Unit yang ditambahkan = 1.250 unit; Unit yang dtransfer = 900
unit; Unit di persediaan barang dalam proses – akhir (50% selesai) = 500 unit; Unit cacat dalam
proses produksi (100% selesai) = ??? unit. Kara menggunakan asumsi rata-rata tertimbang untuk
menilai persediaannya dan total biaya pada persediaan awal sejumlah = Rp.1.000.000 serta total
biaya yang ditambahkan = Rp.6.500.000. Berapakah biaya yang di dibebankan ke pengendali
overhead apabila barang yang cacat tersebut masih laku dijual pada harga Rp.1.500 perunit?
A. Rp.150.000,-
B. Rp. 450.000,-
C. Rp. 500.000,-
D. Rp. 600.000,-
E. Semua jawaban salah
ANSWER: B
Mencari jumlah unit cacat
= (250 + 1.250) – (900 + 500)
= 100 unit
Mencari UE
= (900) + (500x50%) + (100x100%)
= 1.250 unit
Mencari biaya per UE
= (1.000.000 + 6.500.000) / 1.250 unit
= Rp.6.000 perunit
Yang dibebankan ke OH
= Biaya Persediaan Barang Cacat – Estimasi Nilai Jual Barang Cacat tsb
= [(100 unitx100%) x 6.000] – [100 unit x 1.500]
= 600.000 – 150.000
= 450.000

Costing By Product & Joint Product

Berikut ini adalah data terkait produksi gabungan produk A dan B PT. Anne Hathaway. Data ini
dipakai untuk melakukan alokasi biaya gabungan ke masing-masing lini produk. Total Biaya
Produksi Gabungan Produk A dan B pada periode berjalan ini sejumlah Rp.10.000.000,-. Volume
produksi Produk A = 200 unit; Berat perunit = 2,5 gram; Harga pasar perunit (sold @ split off) =
Rp.50.000 perunit. Volume produksi Produk B = 400 unit; Berat perunit = 1,0 gram; Harga pasar
perunit (sold @ split off) = Rp.25.000 perunit. Berapakah total biaya yang dialokasikan ke produk
A dan produk B bila perusahaan menggunakan metode biaya unit rata-rata:
A. Rp. 3.333.333,- dan Rp. 6.666.667,-
B. Rp. 4.444.444,- dan Rp. 5.555.556,-
C. Rp. 5.555.556,- dan Rp. 4.444.444,-
D. Rp.6.666.667,- dan Rp.3.333.333,-.
E. Semua jawaban salah
ANSWER: A
Yang dialokasikan ke Produk A
= 200 unit / (200 + 400) x 10.000.000
= Rp.333.333
Yang dialokasikan ke Produk B
= 400 unit / (200 + 400) x 10.000.000
= 6.666.667

Berikut ini adalah data terkait produksi gabungan produk A dan B PT. Anne Hathaway. Data ini
dipakai untuk melakukan alokasi biaya gabungan ke masing-masing lini produk. Total Biaya
Produksi Gabungan Produk A dan B pada periode berjalan ini sejumlah Rp.10.000.000,-. Volume
produksi Produk A = 200 unit; Berat perunit = 2,5 gram; Harga pasar perunit (sold @ split off) =
Rp.50.000 perunit; dan Total Biaya Pemrosesan setelah split off = Rp.2.000.000. Volume produksi
Produk B = 400 unit; Berat perunit = 1,0 gram; Harga pasar perunit (sold @ split off) = Rp.25.000
perunit; dan Total Biaya Pemrosesan setelah split off = Rp.3.000.000. Berapakah total biaya yang
dialokasikan ke produk A dan produk B bila perusahaan menggunakan metode nilai pasar (not-
sold at split off dengan mengasumsikan harga jualnya tetap sama dengan harga jual saat split
off):
A. Rp. 4.666.667,- dan Rp. 5.333.333,-
B. Rp. 5.333.333,- dan Rp. 4.666.667,-
C. Rp. 7.333.333,- dan Rp. 7.666.667,-
D. Rp.7.666.667,- dan Rp.7.333.333,-.
E. Semua jawaban salah
ANSWER: C
Harga Hipotesis Produk A
= Harga jual final – Biaya Pemrosesan setelah Split Off
= (200x50.000) – 2.000.000
= 10.000.000 – 2.000.000
= Rp. 8.000.000
Harga Hipotesis Produk B
= Harga jual final – Biaya Pemrosesan setelah Split Off
= (400x25.000) – 3.000.000
= 10.000.000 – 3.000.000
= Rp. 7.000.000
Biaya yang dialokasikan ke Produk A
= Alokasi biaya gabungan + Biaya Pemrosesan setelah Split Off
= [8 jt / (8 jt + 7 jt) x 10 jt] + 2 jt
= Rp.5.333.333 + Rp.2.000.000
Biaya yang dialokasikan ke Produk B
= Alokasi biaya gabungan + Biaya Pemrosesan setelah Split Off
= [7 jt / (8 jt + 7 jt) x 10 jt] + 3 jt
= Rp. 4.666.6667 + Rp.3.000.000
= Rp. 7.666.667

Controlling Materials (Conventional Perspective)

PT. Lucy Yamagami membutuhkan 562.500 unit bahan baku X setiap tahunnya dengan harga
perunit Rp. 20,- (harga beli/akuisisi perunit). Biaya pemesanan tiap kali Lucy melakukan
pemesanan = Rp. 1,-. Biaya penyimpanan sebesar Rp. 0,5 perunit. Berapakah total biaya
pemesanan dan penyimpanan bila Lucy menggunakan kebijakan pemesanan persediaan sesuai
EOQ?
A. Rp.937,50
B. Rp.750,-
C. Rp.3.787,50
D. Rp.375,-
E. Semua jawaban salah
ANSWER: B
Hitung EOQ
= (2 x RU x CO / C)1/2
= (2x562.500 x 1 / 0,4) 1/2
= (2.250.000) 1/2
= 1.500 unit
Hitung Biaya Pemesanan dan Biaya Pemrosesan
= [RU/QxCO] + [Q/2xC]
= [562.500 / 1.500 x 1] + [ 1.500/2 x 0.4]
= 375 + 375
= 750

Sena Kashiwazaki membutuhkan 638.750 unit bahan baku X setiap tahun. Tiap hari Sena
menggunakan 1.000 unit bahan baku namun penggunaannya bisa meningkat menjadi 2.500 unit
saat permintaan produk sedang tinggi. Waktu tunggu untuk pengiriman bahan baku adalah 2
sampai dengan 5 hari. Hitunglah (re)Order Point Sena!
A. 17.000 unit
B. 12.500 unit
C. 8.000 unit
D. 23.000 unit
E. Semua jawaban salah
ANSWER: B
Hitung Safety Stock
= Pengaman Telat + Pengaman Penggunaan
= [(5 hari – 2 hari) x 1.000 unit] + [(2.500 unit – 1.000 unit) x 5 hari]
= (3 x 1.000) + (1.500 x 5)
= 3.000 + 7.500
= 10.500 unit
Hitung Reorder Point
= (Penggunaan minimal x lead minimal) + Safety Stock
= (1.000 x 2 hari) + 10.500
= 2.000 + 10.500
= 12.500 unit

Controlling OH: Planned, Applied, & Actual


PT. Sumireko Sanshokuin membebankan overheadnya berdasarkan jam tenaga kerja langsung.
Jam tenaga kerja langsung yang dianggarkan untuk periode ini sebesar 50.000 jam TKL dan jam
tenaga kerja langsung aktual sebesar 48.000 jam TKL. Biaya overhead pabrik yang dianggarkan
sejumlah Rp.625.000,- sedangkan biaya overhead pabrik aktual sebesar Rp.610.000,-. Selisih
overhead Sumireko periode ini adalah
A. Underapplied Rp.15.000,-
B. Underapplied Rp.10.000,-
C. Overapplied Rp.15.000,-
D. Overapplied Rp.10.000,-
E. Tidak ada selisih overhead
ANSWER: B
Tarif OH untuk periode ini
= Anggaran OH / Estimasi Aktifas yg dijadikan basis
= 625.000 / 50.000 jam TKL
= Rp.12,5 per jam TKL
OH Applied untuk periode ini
= Tarif OH x Aktifitas aktual untuk periode ini
= 12.5 x 48.000 jam TKL
= 600.000
OH Aktual untuk periode ini = Rp.610.000
Selisih OH
= OH Applied – OH Aktual
= 600.000 – 610.000
= -10.000 (angka minus menandakan applied lebih kecil -> underapplied)

Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead aktual berupa penggunaan bahan baku penolong dan
biaya depresiasi peralatan adalah sebagai berikut (Debit = Dr; Credit = Cr)
A. Dr: Pengendali Overhead; Cr: Persediaan bahan penolong; Cr: Beban depresiasi peralatan
B. Dr: Pengendali Overhead; Cr: Persediaan bahan penolong; Cr: Akumulasi depresiasi peralatan
C. Dr: Persediaan bahan penolong; Dr: Beban depresiasi peralatan; Cr: Pengendali Overhead
D. Dr: Persediaan bahan penolong; Dr: Akumulasi depresiasi peralatan; Cr: Pengendali Overhead
E. Semua jawaban salah
Answer: B
Jurnal OH
Untuk OH Aktual = Dr: Pengendali OH; Cr: Akun kredit yang relevan
Contoh untuk depresiasi -> Dr: Pengendali OH; Cr: Akumulasi Depresiasi
(sebagai catatan tambahan; untuk OH Applied; jurnalnya fixed, selalu Dr: Pers.BDP; Cr: Pengendali
OH)

Controlling OH: Departementalization

Kaguya Shinomiya Manufacturing memiliki dua departemen produksi: A & B, serta dua
departemen jasa, X & Y. Biaya pada departemen (dept) A = Rp.350.000; dept B sejumlah =
Rp.460.000; dept X = Rp.152.000; dan dept Y = Rp.400.000. Dept X melakukan distribusi ke
departemen lain memakai basis jam pemeliharaan, dengan rincian departemental sebagai
berikut: A = 300 jam; B = 500 jam; X = 100 jam; dan Y = 200 jam. Dept Y melakukan distribusi ke
dept lain memakai basis jumlah karyawan, dengan rincian sebagai berikut: A = 11 orang; B = 7
orang; X = 2 orang; dan Y = 4 orang. Apabila Kaguya menggunakan metode langsung dalam
distribusi biaya departemen jasa, berapakah biaya yang didistribusikan dari DEPT. X ke DEPT. A?
A. Rp.95.000
B. Rp.57.000
C. Rp.45.000
D. Rp.25.333
E. Semua jawaban salah
ANSWER: B
Asumsi metode langsung: dept jasa hanya boleh ke dept produksi
= 300/(300+500) x 350.000
= 57.000

Kaguya Shinomiya Manufacturing memiliki dua departemen produksi: A & B, serta dua
departemen jasa, X & Y. Biaya pada departemen (dept) A = Rp.350.000; dept B sejumlah =
Rp.460.000; dept X = Rp.152.000; dan dept Y = Rp.400.000. Dept X melakukan distribusi ke
departemen lain memakai basis jam pemeliharaan, dengan rincian departemental sebagai
berikut: A = 300 jam; B = 500 jam; X = 100 jam; dan Y = 200 jam. Dept Y melakukan distribusi ke
dept lain memakai basis jumlah karyawan, dengan rincian sebagai berikut: A = 11 orang; B = 7
orang; X = 2 orang; dan Y = 4 orang. Apabila Kaguya menggunakan metode bertingkat dalam
distribusi biaya departemen jasa (dengan urutan X dulu, baru kemudian Y), berapakah biaya yang
didistribusikan DEPT. X kepada DEPT. A?
A. Rp.76.000
B. Rp.45.600
C. Rp.57.000
D. Rp.95.000
E. Rp.25.333
ANSWER: B
= 300/(300+500+200) x 350.000
= 45.600

Anda mungkin juga menyukai