Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SPERMATOGENESIS DAN SEMEN TERNAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Reproduksi Ternak

Oleh :

Kelompok 4

Kelas D

Kardena Laksana Mulya 200110180102

Muhammad Haekal Hilmi 200110180116

Nabilla Putri Maulidya 200110180119

Natasha Ramanda Aditya 200110180124

Ima Safana 200110180129

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya

kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Reproduksi Ternak yaitu

Makalah mengenai “Spermatogenesis dan Semen Ternak“. Ucapan terima kasih

kepada Ibu Nurcholidah Solihati, S.Pt., M.Si. selaku dosen mata kuliah

Reproduksi Ternak Fakultas Perternakan Universitas Padjadjaran atas

bimbingannya.

Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan makalah

ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik

dan saran, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik

dalam pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan agar tetap terus

barusaha untuk lebih baik.

Sumedang, 21 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA

III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Spermatogenesis ........................................................ 5


3.2 Anatomi dan Morfologi Sperma ................................................. 6
3.3 Proses Spermatogenesis .............................................................. 11
3.4 Hormon yang berperan dalam Proses Spermatogenesis ............. 12
3.5 Semen Ternak .............................................................................. 14
IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. Anatomi Sperma ........................................................................... 6


Gambar 2. Perbedaan Sperma Mati dan Sperma Hidup ................................ 7
Gambar 3. Anatomi dan Struktur Sperma ...................................................... 8
Gambar 4. Anatomi Sperma ........................................................................... 9
Gambar 5. Proses Spermatogenesis ............................................................... 12
Gambar 6. Mekanisme Hormon dalam Proses Spermatogenesis .................. 14

iv
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah plasma germinal

menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan

fertilisasi untuk menghasilkan individu baru. Secara singkat, gametogenesis

merupakan proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Pada hewan jantan

peroses ini disebut sepermatogenesis, yang akan menghasilkan sepermatozoa.

Spermatogenesis berlangsung didalam testis. Tepatnya pada dinding

tubulus seminiferus. Proses ini berlangsung mulai dari dinding tepi sampai lumen

tubulus seminiferus yang tersusun atas dua komponen utama yaitu sel somatik

berupa sel sertoli dan sel germa. Tingkatan perkembangan sel germa dalam

tubulus seminiferus yaitu spermatogonium berubah menjadi sel yang lebih besar

disebut spermatosit primer. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis

menjadi spermatosit sekunder, spermatosit sekunder membelah dan menghasilkan

empat spermatid yang kemudian akan berkembang menjadi spermatozoa.

Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron.

Tostesteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel

leydig terdapat diantara tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam

tubulus seminiferus, ia merangsang spermatogenesis.produksi testosterone oleh

sel leydig diatur oleh hormon gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH)

sering pula dinamakan Inteticial Cell Simulating Hormone (ICSH)


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis?

2. Bagaimana anatomi dan morfologi sperma?

3. Bagaimana proses spermatogenesis?

4. Apa saja hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis?

5. Apa yang dimaksud dengan semen ternak?

1.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat memahami tujuan dari

penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan

spermatogenesis.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana anatomi dan morfologi

sperma.

3. Untuk mengetahui dan memahami proses spermatogenesis.

4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja hormon yang berperan dalam

proses spermatogenesis.

5. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan semen

ternak.

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel

gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes

(Susilawati, 2011). Spermatogenesis merupakan proses perkembangan sel

germinal (immature) melalui pembelahan, diferensiasi dan meiosis untuk

menghasilkan spermatid berekor yang haploid yang mengalami maturasi

membentuk spermatozoa (Hayati, 2011).


Proses spermatogenesis merupakan 2 proses pembelahan yang pertama

yaitu pembelahan mitosis dan miosis disebut dengan spermatositogensis (dari 2n

menjadi 2n), yaitu pembelahan dari spermatogonium samapi dengan spermatosit

primer. Miosis I adalah pembelahan dari spermatosit primer ke spermatosit

sekunder (dari 2n menjadi n), sedangkan miosis II adalah pembelahan dari

spermatosit sekunder menjadi spermatid (dari n menjadi n). Dan yang kedua yaitu

Perubahan spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan spermiogenesis


(Susilawati, 2011). Spermatositogenesis dikendalikan oleh folicle stimulating

hormone (FSH) dari adenohipofisa dan spermiogenesis berada di bawah pengaruh

leuteuzing hormone (LH) dan testosteron (Toelihere, 1985).

Spermatozoa pada masing-masing spesies mempunyai ukuran yang

berbeda-beda akan tetapi bentuknya hampir sama. Pada kepala spermatozoa

terdapat akrosom, sedangkan pada ekor secara anatomis terdapat bagian middle

piece, principal piece dan bagian ekoryang terdapat central axonemal yang

terdapat 9+2 mikrotubulus, dan dibalut dengan outer fibril, lapisan mitochondria

3
yang membentuk kolom longitudinal pada dorsal dan ventral dan circumferial ribs

(Susilawati, 2011).

Menurut Toelihere (1993) semen adalah sekresi kelamin jantan yang

secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi,

tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi

buatan. Sedangkan menurut Ismaya (2009) semen atau air mani terdiri dari dua

unsur / bagian, yaitu sel-sel spermatozoa dan plasma spermatozoa (seminal

plasma). Spermatozoa terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (head), bagian tengah

(midpiece), dan bagian ekor (tail). Menurut Arifiantini et al.(2006) kepala


spermatozoa dibagi lagi menjadi dua daerah yaitu akrosom anterior yang

dibungkus oleh tudung akrosom dan post akrosomal posterior. Tudung akrosom

mengandung akrosin, hyaluronidase, dan enzim-enzim hidrolitik lainnya yang

terlibat pada proses fertilisasi.

Sel spermatozoa mempunyai fungsi dalam pembuahan ovum hewan betina

(Feradis, 2010). Volume semen dan jumlah spermatozoa yang diejakulasi pada

sapi jantan sangat bervariasi (Turman & Rich 2010). Hal ini tergantung dari
masing-masing ternak individu, umur, musim, nutrisi, bangsa ternak, frekuensi

ejakulasi, libido, dan kondisi dari ternak tersebut (Garner & Hafez 2000). Dalam

keadaan normal, semen yang lebih kental mengandung spermatozoa yang lebih

banyak dibandingkan dengan spermatozoa yang encer.Semen sapi normal

berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Konsentrasi

spermatozoa sapi normal adalah antara 0.8 – 2.0 x 109spermatozoa/ml (Garner &

Hafez 2000).

4
III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi

di epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan

hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan

sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,

fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari

(Yuwanta, 2004).

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal

: spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu testis tepatnya

di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang

bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses

kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan

melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus

seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus

seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang

disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis

luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui

tahap – tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Spermatogenesis merupakan istilah yang dipakai dalam menggambarkan

urutan kejadian pembentukan spermatozoa dari spermatogonium oleh sel

spermatogenik. Berbagai sel spermatogenik menunjukan perbedaan tahapan

dalam perkembangan dan diferensiasi spermatozoa, terletak di antara sel dan di

5
atas sel penunjang (sel sertoli). Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel

germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk

membentuk sperma fungsional.

3.2 Anatomi dan Morfologi Sperma

Sperma adalah suatu sel kecil kompak dan sangat khas, yang tidak tumbuh

dan membagi diri (Soeparna, 2014). Menurut Hafez 2000, menyatakan bahwa

spermatozoa terdiri dari atau 2 bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan

ekor. Kepala sperma yang membawa materi genetik paternal, sedangkan ekor

yang mengandung sarana penggerak.

Ukuran dan bentuk sperma antarhewan berbeda, teteapi memiliki struktur

morfologi yang sama terdiri atas kepala dan ekor.

Gambar 1. Anatomi Sperma

Panjang dan lebar kepala kira kira 8,0 sampai 10,0 μm kali sampai 4,0

sampai 4,5 μm pada sperma sapi, domba, babi, dan 7,0 μm kali 2,7 sampai 4,0 μm

pada kuda, tebal kepala lebih kurang 0,5 sampai 1,5 μm atau bisa kurang pada

semua spesies hewan. Panjang bagian tengah ekor (midpiece) satu setengah

sampai dua kali dari Panjang kepala 10 sampai 15 μm dengan diameter sekitar 1,0

6
μm pada semua spesies hewan. Panjang ekor sperma adalah 35 sampai 45 μm

dengan diameter 0,4 sampai 0,8 μm. Panjang keseluruhan sperma hewan

peliharaan (domestic) mencapai 50-70 μm.

Membrane lipoprotein yang membungkus permukaan sperma,hal ini

menjadi dasar pewarnaan sperma untuk membedakan antara sperma mati (hitam)

dan hidup (putih).

Gambar 2. Perbedaan Sperma Mati dan Sperma Hidup

1. Kepala Sperma

Kepala sperma berbentuk oval memanjang, lebar, serta datar pada satu

pandangan dan sempit pada pandangan lainnya. Kepala sperma berisi sepenuhnya

oleh materi inti yaitu kromosom yang terdiri atas DNA yang bersenyawa dengan

protein (Soeparna, 2014).

7
Gambar 3. Anatomi dan Struktur Sperma

• Berisi materi inti (DNA) sebagai pembawa informasi genetik jantan

• Penentu sex (X Y) pada mamalia

• Pada Unggas (Z Z)

Kepala sperma mengandung nukleus haploid ditudung oleh badan khusus

yaitu akrosom, yang mengandung enzim yang membantu sperma menembus sel

telur. Didalam nucleus terdapat DNA yang membawa informasi genetik.

(Campbell, 2003). Setiap sperma mengandung 2,5 miliar informasi penting untuk

membentuk fetus Bersama-sama dengan ovum.

2. Ekor Sperma

Ekor sperma dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian tengah (middle piece),

bagian utama (principle piece), dan bagian ujung (end piece).

8
Gambar 4. Anatomi Sperma

Pada bagian tengah terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai sumber

energi, sedangkan pada bagian utama berfungsi sebagai daya gerak spermatozoa,

dan bagian ujung sperma berfungsi sebaagi navigasi (yatim, 1966).

 Motilitas Sperma

Motilitas atau daya gerak merupakan salah satu kriteria untuk menilai

kualitas spermatozoa sehingga layak untuk digunakan dalam proses inseminasi

buatan. Motilitas atau daya gerak spermatozoa merupakan ukuran yang digunakan

sebagai kesanggupan spermatozoa untuk membuahi sel telur (Toelihere, 1993).

Kemampuan spermatozoa untuk mencapai tempat fertilisasi dan terutama untuk

menembus dinding ovum harus didukung oleh motilitas dan sarana pendukungnya

yang terdapat pada ekor spermatozoa (Tambing, 1999). Bagian tengah ekor

merupakan sumber energi untuk kehidupan dan gerak spermatozoa, yang

dihasilkan melalui proses metabolik yang berlangsung pada mitokondria. Bagian

9
utama ekor mengandung sebagian besar mekanisme daya gerak spermatozoa dan

memiliki peranan penting terhadap motilitas (Toelihere, 1993). Spermatozoa akan

selalu bergerak apabila tidak berada dalam dalam keadaan beku dan melakukan

proses metabolisme.

Pergerakan spermatozoa memerlukan energi yang dihasilkan dari

perombakan adenosin trifosfat (ATP) dalam selubung mitokondria yang

diaktifkan oleh enzim-enzim tertentu sehingga ikatan fosfat pertama yang

mengandung banyak energi akan terurai. Energi yang dilepaskan akan digunakan

sebagai energi mekanik (motilitas).

 Morfologi Sperma

Morfologi sperma terdapat dua macam, yaitu morfologi normal dan

abnormal. Pada abnormalitas diklasifikasikan menjadi 2 yaitu abnormalitas primer

dan abnormalitas sekunder ( Bart dan Oko, 1989). Abnormalitas primer terjadi

karena adanya kejanggalan dalam proses spermatogenesis di tubule seminiferi

yang meliputi, kepala yang terlampau besar, kepala terlampau kecil, kepala

pendek melebar, pipih memanjang, kepala ganda, ekor ganda, bagian tengah,

melipat, membengkok, membesar, ekor yang melingkar, putus atau terbelah.

Sedangkan pada abnormalitas sekunder terjadi selama proses penyimpanan

spermatozoa dan kemungkinan besar disebabkan oleh perlakuan pada saat

pewarnaan dalam proses pembuatan preparat ulas (Earner dan Hafez) (2000).

Meliputi, ekor yang terputus, kepala tanpa ekor, bagian tengah yang melipat,

adanya butiran sitoplasma, akrosom yang terlepas. Setiap sperma yang abnormal

tidak dapat membuahi ovum.

10
3.3 Proses Spermatogenesis

Proses pembentukam sperma berawal dari satu sel yang Bernama

spermatogonia(spermatogonium), spermatogonia terbentuk di bagian ujung tubuli

semeniferi, kemudian spermatogonia mengalami proses pemebelahan secara

mitosis menjadi spermatosit primer, pada proses pembelahan sel yang terjadi

membentuk anakan yang sama persis seperti induknya, baik bentuk maupun

kromosom yang di kandungnya, proses ini terjadi di bagian tubuli seminideri

bagian lebih dalam di banding spermatogonia, proses pembelahan berikutnya

adalah pembelahan meiosis 1, yang dimana telah terjadi perubahan pada anakan

sel, yaitu pembagian kromosom yang dikandung oleh sel anakan menjadi setengah

dari induknya, anakan sel tersebut disebut dengan spermatosis sekunder,

kemudian pembelahan berikutnya merupakan kelanjutan dari pemebelahan

meiosis 1, yaitu meiosis 2, pada fase ini spermatosit sekunder berubah menjadi

spermatid yang bentuknya telah menyerupai spermatozoa, hanya saja belum

mature atau dewasa, pada tahapan terakhir spermatid mengalami metamorphosis

menjadi spermatozoa, spermatozoa sendiri telah memiliki bentuk yang lebih

sempurna dibandingkan dengan spermatid, spermatozoa dibentuk pada bagian

lumen atau ruangan pad tubuli seminiferi, pada bagian inispermatozoa mengalami

pematangan atau maturase dan juga diberi nutrisi agar tetap hidup.

11
Gambar 5. Proses Spermatogenesis

3.4 Hormone yang Berperan dalam Proses Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa atau spermatogenesis dipengaruhi oleh

kerja beberapa hormon, diantaranya :

a. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel

(Folicle Stimulating Hormon/ FSH) dan hormon lutein (Luteinizing

Hormon/ LH).

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa


pubertas, androgen/ testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding

Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.

d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal


pada spermatogenesis.

12
Spermatogenesis dikendalikan oleh kelenjar endokrin, terutama kelenjar

hipofisa dan testis. Saat hewan ternak pubertas, aktivitas testis bergantung pada

peningkatan hormon, gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa, yaitu

FSH dan LH. Hormone lutein kadang-kadang disebut hormone pemacu sel

interestial (ICSH) karena sasaran primer adalah sel interestial dalam testis di

antara tubili seminiferi, yang terutama sebagai sumber androgen.

Rankaian mekanisme hormonal pada spermatogenesis

1. Pada waktu pubertas, LH memengaruhi sel lydig untuk menghasilkan

androgen.

2. Androgen menyebabkan epitel germinalis tubuli seminiferi bereaksi terhadap

FSH.

3. FSH penyebab dimulainya spermatogenesis, dengan pembelahan sel

spermatogenesis.

4. Spermatogenesis yang berkesinambungan diatur oleh imbangan timbal balik

hormone-hormon yang diproduksi oleh testis androgen dan estrogen.

5. Androgen membantu mempertahankan kondisi yang optimum terhadap

spermatogenesis, pengangkutan sperma, dan deposisi semen di daerah

terjadinya pembuahan pda ternak betina.

13
Gambar 6. Mekanisme Hormon dalam Proses Spermatogenesis

3.5 Semen Ternak

Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke

dalam saluran betina (kopulasi), atau dapat pula ditampung untuk keperluan IB.

sperma terdiri atas dua bagian, yaitu sperma dan plasma semen (Soeparna, 2014)

 Sperma, dihasilkan dalam testes tepatnya tubuli sefiniferi

 Plasma semen adalah campuran sekresi yang dihasilkan oleh epididymis dan
kelenjar-kelenjar pelengkap, yaitu kelenjar vesikularis dan prostate.

Plasma semen menentukan sifat-sifat fisik dan kiwiawi semen.


Mempunyai pH sebesar 0,7 dan tekanan osmotic sama dengan darah. Pada

mamalia mengandung kation utama seperti, natrium, kalium, kalsium, dan

magnesium. Konsentrasi natrium dan kalium lebih tinggi dibandingkan dengan

kalsium dan magnesium. Pada semen mengandung larutan penyanggah sitrat dan

bikarbonat, tetapi tidak bisa mempertahakan pH netral menghadapi jumlah asam

laktat yang terbentuk dari fuktosa dalam plasma semen sapi dan domba. Selain itu

14
dalam plasma simen ditemukan pula mucoprotein, peptide, asam amino bebas,

lipida, asam lemak, vitamin, dan berbagai enzim.

Plasma semen terkenal secara biokimiawi karena mengandung senyawa-

senyawa organic spesifik termasuk fruktosa, asak sitrat, sorbitol, inositol, GPC,

ergotionin, dan prostaglandin. Plasma semen mempunyai fungsi utama sebagai

medium pembawa sperma dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran

reproduksi hewan betina (Toelihere, 1993). Fungsi ini dapat berjalan dengan baik

kerena plasma semen mengandung bahan-bahan penyanggah untuk

mempertahankan pH dan makanan yang merupakan sumber energi bagi

spermatozoa. Semen hasil penampungan selanjutnya dievaluasi secara 7

makroskopis dan mikroskopis sebagai sarana penilaian apakah semen tersebut

layak untuk diproses lebih lanjut menjadi semen beku (Toelihere, 1993).

15
VI

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

1. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di

epitulum (tubuli) seminiferi dibawah kontrol hormon gonadothropin dan

hipophyse (pituitaria bagian depan).

2. Anatomi sperma terdiri dari kepala sperma yang mengandung inti DNA

sebagai pembawa informasi genetik jantan, leher yang menghubungkan

kepada dengan ekor sperma yang mengandung mitokondria yang berfungsi

sebagai penghasil energi untuk menggerakan sperma, dan ekor sperma yang

terdiri dari bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung sebagai navigator.

Morfologi sperma terdapat dua macam, yaitu morfologi normal dan

abnormal.

3. Pembentukan sperma berawal dari spermatogonia(spermatogonium),

spermatogonia terbentuk di bagian ujung tubuli semeniferi, kemudian

spermatogonia mengalami proses pemebelahan secara mitosis menjadi

spermatosit primer. Berikutnya pembelahan meiosis 1 yaitu pembagian

kromosom yang dikandung oleh sel anakan menjadi setengah dari induknya

yang disebut dengan spermatosis sekunder. Kemudian pembelahan

berikutnya meiosis 2, pada fase ini spermatosit sekunder berubah menjadi

spermatid yang bentuknya telah menyerupai spermatozoa, spermatozoa

dibentuk pada bagian lumen atau ruangan pada tubuli seminiferi.

4. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,

diantaranya :

16
a. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel FSH dan LH.

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding

Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk

memulai spermatogenesis.

5. Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke

dalam saluran betina (kopulasi), atau dapat pula ditampung untuk keperluan

IB.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifiantini RI, Wresdiyanti T, Retnani EF. 2006. Kaji banding morfometri


spermatozoa Sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan
williams, eosin, eosin nigrosin dan formol saline. J Sains FKH UGM 24
(1):65-70.
Barth. 1989. Abnormal Morphologi of BuVine Spermatozoa. Lowa: Lowa States
University Press.
Campbell, R. a. 2003. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Bandung: Alfabeta.
Garner, D.L,. and E.S.E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In
Reproduction in Farm Animal. Hafez E.S.E. and B. Hafez (ends.) 7th ed.
Lippincott & Wlliams. Baltimore, Marryland. USA.
Hafez, E. 2000. Reproduction In Farm Animals . USA: Maryland.
Ismaya. 2009. Konversi Spermatozoa: Perkembangan, Hasil, dan Potensi di Masa
Datang, pidato pengukuhan jabatan guru besar : rapat terbuka majelis
guru besar. Yogyakarta 30 Maret.
Lestari, T. D. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya: Airlangga University
Press.
R, T. M. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung.
Soeparna, S. N. 20014. Ilmu Reproduksi Ternak. Bogor: IPB Press Bogor.
Susilawati. 2011. Spermatozoatology. Universitas Brawijaya Press.
Malang.
Toelihere. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa.
Toelihere. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung: Angkasa.
Turman EJ, Rich TD. 2010. Reproductive tract anatomy and physiology of the
bull. Extension Beef Cattle Resource Committee. Beef Cattle Hanbook.

18

Anda mungkin juga menyukai