Disusun Oleh :
KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI 7 JAKARTA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN
Penelitian Pada Pembuatan Silase
Telah disahkan pada hari Rabu, tanggal 1, bulan Februari, tahun 2023
Disusun oleh : 1. Ibnu Hylmi Rizqullah
2. Keisha Ardini Larasati
3. Muhammad Mukhlis
4. Muhammad Nabil Surya Andyka
5. Nayla Khairunnisa Alvitri
6. Raffi Darrel Firmansyah
7. Salwa Sabria Ramadhani
Kelompok : 5 (Lima)
Kelas : XI MIPA 2
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing observasi untuk diujikan.
Mengetahui,
Kepala Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah laporan observasi
lapangan tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada dewan
guru yang telah membimbing kami selama observasi lapangan serta teman-
teman MAN 7 Jakarta atas kontribusinya, baik langsung maupun tidak dalam
pembuatan makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Metode Observasi Lapangan................................................................2
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan............................................................2
BAB II................................................................................................................... 3
Pelaksanaan Observasi Lapangan....................................................................3
2.1 Klasifikasi Kambing Etawa...................................................................3
2.2 Teknik Budidaya Ternak Kambing Etawa............................................3
BAB III.................................................................................................................. 9
PENUTUP............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................9
Daftar Pustaka...................................................................................................11
Lampiran-lampiran............................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari observasi lapangan “Beternak Kambing dan Domba di
Swargaloka”
1. Menambah wawasan mengenai peternakan kambing dan domba.
2. Mengetahui cara perawatan kambing dan domba.
3. Mengetahui proses pembuatan silase dan fermentasi pakan.
4. Membuka pikiran generasi muda untuk melihat peluang bisnis di
sektor peternakan.
2
BAB II
a. Bibit
Kambing dan domba yang dijadikan bibit dipilih dari jenis yang
berkualitas. Terdapat total 190 ekor kambing dan domba di peternakan
ini. Untuk kambing sendiri terdiri dari jenis Peranakan Etawa (PE),
Saanen, Alpen, Sapera, Jawarandu, dan lokal mini yang berasal dari
Medan. Kambing Sapera dan Jawarandu merupakan jenis kambing
peranakan etawa. Sedangkan kambing saanen diimpor dari Swiss karena
jenis ini bisa menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan yang lain.
Dalam sehari, kambing saanen bisa menghasilkan susu sebanyak 3,8
liter, berbeda dengan sapera yang hanya menghasilkan sekitar 2 liter per
harinya. Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam susu kambing banyak
macamnya, diantaranya adalah karbohidrat, lemak, fosfor, kalsium,
magnesium, vitamin A, vitamin C, kolesterol, dan kalori.
3
Untuk memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan produksi
daging, maka dilakukan juga budidaya domba. Jenis yang
dikembangbiakan adalah domba Merino, domba Gembel, dan domba
Texel yang tidak lain merupakan hasil peranakan dari dua jenis tersebut.
Domba Merino dijadikan pilihan oleh banyak orang karena kualitas
dagingnya. Walaupun tertutup oleh bulu yang tebal, nyatanya domba ini
memiliki daging yang tidak sedikit. Seekor domba Merino jantan bisa
mencapai bobot 82 kilogram, sedangkan betinanya memiliki bobot hingga
54 kilogram.
b. Kandang
Sistem pemeliharaan kambing etawa dilakukan secara intensif,
yaitu kambing dikandangkan terus-menerus. Model kandang di usaha
Peternakan Swargaloka berupa kandang panggung yang dibuat tinggi di
atas permukaan tanah sehingga bawah kandang menjadi berkolong.
Kandang dibuat permanen dengan tiang kolong kandang terbuat dari
semen cor. Lantai kolong kandang dibuat miring agar kotoran kambing
dapat langsung ke bawah. Dinding dan lantai kandang terbuat dari kayu,
sedangkan atap kandang terbuat dari seng. Dinding dibuat bercelah agar
sirkulasi udara menjadi bagus sedangkan lantai dibuat bercelah agar
kotoran kambing langsung jatuh ke bawah sehingga memudahkan
pengumpulan kotoran.
c. Pakan
Pakan yang diberikan di Swargaloka berupa silase yaitu rumput
yang difermentasi. Rata-rata berat badan kambing di Swargaloka adalah
30 kg, maka banyaknya pakan yang diberikan dalam sehari sebesar 3 kg.
Pakan diberikan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Sedangkan
pakan untuk anak kambing yang baru lahir dibiarkan menyusu dengan
induknya selama 3 hari untuk mendapatkan kolostrum setelah itu diberi
susu pengganti berupa susu skim sampai berumur 4 bulan. Jumlah susu
skim yang diberikan dalam sehari sebanyak 1 liter. Pemberian susu skim
4
dilakukan dua kali sehari. Kelebihan dari ternak yang diberi makan silase
adalah menghasilkan kotoran yang tidak berbau.
Untuk pembuatan silase dengan porsi 1 tong dibutuhkan :
● Em4 sebanyak 5 tutup botol
● Air 10 liter
● Rumput atau pohon jagung yang masih segar
● Tetes tebu ½ liter
● Starbio secukupnya
● Setelah seluruh bahan dicampurkan, dibutuhkan waktu fermentasi
selama 1 minggu
● Pakan yang sudah selesai difermentasi bisa disimpan di dalam
tong dengan waktu maksimal 1 tahun
d. Reproduksi
Perkawinan kambing harus dilakukan pada waktu yang tepat agar
tidak membahayakan anak yang baru dilahirkan beserta induknya.
Perkawinan antara kambing jantan dan betina dapat diatur sehingga
Anda bisa memprediksi waktu untuk produksi ternak. Hal ini cukup
penting untuk merancang usaha yang sedang dijalankan.
Di peternakan ini terdapat sekitar 190 ekor kambing dan domba
yang dapat bereproduksi. Kambing betina memasuki usia dewasa pada
umur 6-8 bulan. Pada umur tersebut sudah bisa dilakukan perkawinan.
Namun, untuk jenis kambing PE, perkawinan pada kisaran umur tadi
sebaiknya dihindari karena perkembangan alat reproduksi belum
5
sempurna. Perkawinan ada baiknya dilakukan saat kambing berusia 15-
18 bulan. Untuk menghindari perkawinan pada usia muda, sebaiknya
kambing betina sudah dipisahkan sejak umur 5 bulan.
Perkawinan kambing jantan dan betina harus diatur agar tidak
terlalu lelah. Satu ekor pejantan dapat mengawini 20-25 ekor betina.
Pejantan dapat melakukan perkawinan dalam sehari sebanyak 4-5 kali
dengan intensitas 2-3 hari per minggu. Pejantan yang baik ditandai
dengan selalu birahi ketika menerima rangsangan atau mencium bau
kambing betina. Secara alamiah, kondisi tersebut dapat membangkitkan
birahi pejantan.
Pejantan hanya dapat memberikan keturunan yang baik sampai
umur delapan tahun. Lewat dari umur itu, pejantan sudah dianggap tua
sehingga harus diganti pejantan lain yang umurnya lebih muda.
Sementara itu, betina yang tengah birahi akan menunjukkan tanda-tanda
birahi seperti sering mengembik tanpa sebab, menggosok-gosokkan
tubuh pada dinding kandang atau kayu, gelisah, nafsu makannya
berkurang, ekornya dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan
agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan
keluar lendir yang jernih.
Masa birahi betina berlangsung selama 16–20 jam dan berulang
tiap tiga minggu. Saat tanda-tanda birahi sudah muncul pada betina dan
jantan, sebaiknya segera lakukan perkawinan dengan memasukkan
betina ke kandang pejantan. Betina yang birahi tidak akan berlari ketika
didekati pejantan.
Proses perkawinan dikatakan berhasil saat betina mulai menjauhi
pejantan yang mendekatinya. Jika keesokan harinya betina masih
menjauhi pejantan, kemungkinan besar betina sedang bunting.
Perkawinan kambing sebaiknya tidak dilakukan saat lima bulan
menjelang musim hujan. Hal ini berguna untuk mencegah kelahiran pada
saat intensitas hujan sedang tinggi.
6
e. Pemerahan
Masa laktasi (produksi susu) untuk kambing betina di Swargaloka
adalah 6 bulan. Pemerahan yang dilakukan Swargaloka masih
sederhana. Sebelum dilakukan pemerahan, tangan pemerah harus dicuci
bersih. Kemudian membersihkan kambing-kambing dari kotoran. Cara
memerah dilakukan dengan menggenggam ambing kemudian di urut ke
bawah hingga air susu keluar. Proses pemerahan yang baik dapat
menghasilkan susu yang baik pula dan sebaliknya jika pemerahan
dilakukan dengan kasar dan tidak higienis maka akan beresiko
menimbulkan mastitis (peradangan ambing) yang dampaknya dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi susu kambing.
f. Sanitasi
Sanitasi kandang merupakan sebuah program kebersihan
kandang yang bertujuan untuk mencegah masuk dan perpindahan bibit
penyakit maupun parasit yang menyerang ternak menggunakan
desinfektan pada dosis yang dianjurkan sehingga kandang tergolong
dalam kandang sehat. Tujuan sanitasi kandang untuk mematikan
penyakit di dalam kandang secara menyeluruh mencakup kandang,
lingkungan di sekitar kandang, dan peralatan kandang. Sanitasi kandang
adalah kegiatan pencegahan termasuk kebersihan bangunan tempat
tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk
menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya.
Sanitasi (pembersihan) yang dilakukan di Swargaloka mencakup
sanitasi ternak (pemandian kambing) yang dilakukan dalam seminggu
sekali. Sedangkan, sanitasi kandang dilakukan sehari dua kali, yakni pagi
dan sore. Pembersihan kandang yang dilakukan mencakup pengumpulan
kotoran kambing dan sisa-sisa pakan sehingga tidak menimbulkan aroma
tidak sedap.
7
g. Penanganan Penyakit
Untuk mencegah kambing dan domba terkena penyakit,
Swargaloka rutin memberikan obat yang sudah dicampur ke dalam
pakan. Obat yang diberikan adalah EM4, yang berfungsi sebagai
menjaga kesehatan ternak dan meminimalisasi tingkat stres hewan
ternak. Beberapa penyakit yang sering menyerang hewan ternak,
diantaranya adalah cacingan, diare, kuku busuk, dan kembung. Apabila
kambing terjangkit penyakit diare, kita dapat mengobati dengan cara
memberikan wormectin. Selain itu, anda juga bisa dengan obat tradisional
yang terbuat dari campuran daun jambu biji, garam dapur dan 1 gelas air
kelapa, lalu berikan 1/3 gelas selama 3 hari berturut-turut.
h. Pemasaran Hasil
Kambing dan domba mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat,
dipelihara untuk tujuan memproduksi daging dan pembibitan. Potensi
ternak kecill cukup menyebar secara merata ke seluruh wilayah. Ternak
kambing dan domba tidak memerlukan dukungan lahan yang luas apabila
dibandingkan dengan budidaya ternak besar. Ternak ini lebih populer di
kalangan petani dibandingkan dengan ternak lain, dan biasa dijadikan
tabungan jangka pendek petani. Secara periodik memiliki permintaan
cukup tinggi, yaitu menjelang hari raya, acara hajatan, dll.
Ternak kambing dan domba juga menghasilkan susu yang segar
dan mengandung banyak nutrisi sehingga banyak diminati oleh banyak
kalangan. Susu kambing pun dapat dijadikan berbagai olahan, contohnya
keju, yoghurt, kefir dan sabun.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah meneliti tentang teknik budidaya ternak kambing etawa
dengan menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk fokus pada
penelitian serta berdasarkan fakta yang ada di lapangan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat total 190 ekor kambing dan domba di
peternakan ini.
Untuk sistem pemeliharaan kambing di Swargaloka dilakukan
secara intensif (terus-menerus). Sehingga mereka menggunakan
kandang yang nyaman untuk kambing itu berkembang biak ataupun
memakan pakannya.
Pakan yang digunakan oleh peternakan di Desa Kasongan ini
adalah silase atau makanan ternak yang difermentasi. Silase ini dapat
bertahan selama 1 tahun dalam tempat penyimpanan yang tertutup rapat.
Selain itu, penggunaan silase dapat meminimalisir penyakit pada hewan
ternak dan membuat daging menjadi lebih lembut.
3.2 Saran
Faktor alam Indonesia sangat mendukung untuk kegiatan
beternak. Mulai dari cuaca, air, sampai ketersediaan pangan alami yang
disayangkan jika tidak dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
Peternakan kambing etawa dengan sistem breeding yang benar
dapat berkembang dengan baik di Indonesia. Sehingga tidak hanya
memanfaatkan susu kambing etawa yang mungkin harganya relatif lebih
murah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi juga dari segi khasiat susu
kambing yang tidak terkandung pada susu sapi.
9
Adapun saran penulis dari penyusunan laporan ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1) Sebaiknya peternak lebih memperhatikan sistem
pemeliharaan ternak yang baik sehingga dapat
menghasilkan produk ternak yang maksimal.
2) Sebaiknya pemerintah memberikan penyuluhan kepada
peternak tentang sistem pemeliharaan yang baik dan
menyediakan vaksin untuk kesehatan ternak.
3) Akan lebih baik jika peternak mempunyai media untuk
menjual maupun memasarkan produk ternak sehingga
dapat mudah diakses oleh orang banyak.
10
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
journal.ipb.ac.id/index.php/j-agrokreatif/article/download/32780/22533/
&ved=2ahUKEwi40ZWz_sD8AhVfDLcAHUSVBbwQFnoECAkQAQ&usg=
AOvVaw0HS4FtBDeJ3b-Oi3Hno49B
https://dkp3.tasikmalayakota.go.id/memahami-masa-perkawinan-kambing/
https://disnakeswan.lebakkab.go.id/proses-pemerahan-susu-kambing/
Lampiran-lampiran
11
12