Anda di halaman 1dari 8

Hubungan antara Morfologi Ambing, Produksi Susu dan Komponen

Susu pada Sapi Friesian Holstein


(Relationship between udder morphology, milk production and milk components of
friesian holstein cows)

Dian Wijayanti Solechah1, Dian Wahyu Harjanti1 dan Rudy Hartanto1


1
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

ABSTRAK Ukuran-ukuran ambing merupakan salah satu dan R2 = 0,390), lebar ambing belakang terhadap
indikator yang menentukan produksi susu sapi perah. produksi susu dan jarak antar puting depan dengan
Morfologi ambing dapat digunakan untuk menilai produksi susu dengan persamaan regresi secara berturut-
produktivitas ternak. Penelitian ini bertujuan untuk turut Y = 1,236 + 0,28 X (r = 0,397 dan R2 = 0,157) dan
mengetahui hubungan antara ukuran-ukuran ambing, Y = 17,203-0,996 X (r = 0,367 dan R2 = 0,134).
produksi susu dan komponen susu. Materi yang Kesimpulan yang didapat bahwa ada hubungan antara
digunakan yaitu 30 ekor sapi (Friesian Holstein) FH ukuran-ukuran ambing dengan produksi susu sapi
periode laktasi III-V dan bulan laktasi 3-4. Analisis yang Friesian Holstein, dimana terdapat hubungan yang
digunakan adalah regresi linier sederhana dengan SPSS signifikan antara kedalaman ambing belakang, panjang
16. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang ambing serta lebar ambing belakang dan jarak antar
nyata (P < 0,05) antara kedalaman ambing belakang dan puting depan dengan produksi susu dengan koefisien
panjang ambing terhadap produksi susu secara berturut- korelasi (r) tertinggi sebesar 0,625 dan koefisien
turut dengan persamaan regresi Y = -1,142 + 0,435 X (r = determinasi (R2) sebesar 39%.
0,494 dan R2 = 0,244),Y = -9,197 + 0,463 X (r = 0,625
Kata kunci: Sapi FH, morfologi ambing dan produksi susu

ABSTRACT The size of the udder is one indicator that width of the rear udder to milk production and the
determines the production of dairy cows. The udder distance between the front nipple and milk production
morphology can be used to assess livestock productivity. with consecutive regression equation Y = 1,236 + 0,28 X
This study aimed to determine the relationship between (r = 0,397 and R2 = 0,157) and Y = 17,203 – 0,996 X (r =
udder measurements, components of milk and milk 0,367 and R2 = 0,134). The conclusion that there is a
production. The material used was 30 Holstein Friesian relationship between udder measurements with Holstein
(FH) lactation periods III-V and lactation months 3-4. Friesian milk production, where there is a significant
The analysis used was a simple linear regression with relationship between the depth of the udder, udder length
SPSS 16. The results showed a significant relationship and width of the udder and the distance between the front
(P <0.05) between the depth of the udder and length of nipples with milk production with the highest correlation
the udder to milk production in a row with the regression coefficient (r) of 0,625 and the coefficient of
equation Y = -1,142 + 0,435 X (r = 0,494 and R2 = determination (R2) of 39%.
0,244), Y = -9,197 + 0,463 X (r = 0,625 and R2 = 0,390),
Keywords: Dairy cows (FH), morphology of udder and milk production

2019 Jurnal Agripet: Vol (19). No. 2: 91-98

PENDAHULUAN1 susu nasional. Faktor kemampuan adaptasi


Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan yang cukup baik merupakan salah satu alasan
ternak perah yang unggul karena memiliki peternak banyak memilih sapi perah untuk
potensi yang baik dalam menyumbang diternakkan. Peternak mulai sadar akan potensi
produksi susu untuk pemenuhan kebutuhan sapi perah untuk dikembangkan. Peternak akan
mendapatkan keuntungan yang baik ketika
Corresponding author: dianwijayanti316@gmail.com beternak sapi perah dengan produksi susu yang
DOI: https://doi.org/10.17969/agripet.v19i2.14713 tinggi. Produktivitas sapi perah dipengaruhi

Jurnal Agripet Vol 19, No. 2, Oktober 2019


91
oleh faktor umur, ukuran-ukuran badan, ukuran-ukuran ambing sehingga didapatkan
dimensi ambing, pakan, cuaca dan iklim sapi dengan kemampuan menghasilkan susu
setempat serta pemerahan (Febriana et al., yang baik untuk mendapat keuntungan dalam
2018). Recording dapat dijadikan sebagai beternak.
pertimbangan dalam pemilihan ternak dengan
performan yang baik, namun kebanyakan MATERI DAN METODE
peternak belum terlalu peduli dengan
recording ternaknya sehingga perlu dilakukan Waktu dan Tempat
penelitian pada ukuran-ukuran ambing sebagai Penelitian tentang Hubungan antara
sifat tampak terhadap produksi susu untuk Morfologi Ambing, Produksi Susu dan
proses pemilihan ternak dengan potensi Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein
produksi yang baik. Rendahnya produksi dan dilaksanakan 30 Juli - 30 Agustus 2018 di
kualitas susu menjadi permasalahan yang harus Peternakan Sapi Perah Koperasi Wahyu Agung
diperhatikan, salah satu upaya yang dapat Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan
dilakukan adalah melalui perbaikan sifat Kabupaten Semarang dan Peternakan Rakyat
kuantitatif agar sapi dapat menampilkan Bumi Lestari, Desa Sumberejo, Kecamatan
produktivitasnya secara optimal. Pendugaan Ngablak, Kabupaten Magelang dengan
produksi susu sapi dapat dilakukan dengan ketinggian tempat ±1200 – 1500 mdpl.
mempertimbangkan sifat-sifat tampak pada
sapi perah. Morfologi ambing sapi yang besar Materi
diduga berhubungan dengan kemampuan sapi Materi yang digunakan yaitu 30 ekor
dalam menghasilkan susu sehingga perlu sapi perah laktasi pada periode laktasi III-V
dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. dan bulan laktasi 3 -4 dengan frekuensi
Ambing yang panjang, lebar dan dalam serta pemerahan 2 kali setiap harinya, rata-rata
melekat dengan mantap memiliki potensi untuk bobot badan sapi yaitu 439 ± 2,55 kg dengan
menghasilkan susu dalam jumlah lebih besar, produksi susu rata-rata 11,50 ± 0,87 liter/hari.
hal ini dimungkinkan karena pada ambing yang Pakan yang diberikan berupa rumput gajah dan
besar dan sehat didalamnya terdapat jumlah sel konsentrat. Alat ukur berupa pita ukur butterfly
sekretori yang lebih banyak sehingga produksi untuk mengukur ambing, wadah ukur
susu yang dihasilkan lebih tinggi. Interaksi digunakan untuk mengukur produksi susu,
antara bibit sapi perah yang memiliki sifat lactoscan digunakan untuk mengetahui
tampak yang unggul kemudian dipelihara kandungan komponen susu (protein dan
dengan manajemen yang baik serta diberi laktosa), peralatan uji gerber untuk mengetahui
pakan yang berkualitas akan menghasilkan sapi kandungan komponen lemak susu cooling box
perah dengan produksi susu yang optimal. dan ice gel untuk menyimpan sampel susu
Kelenjar ambing merupakan ciri khusus pada yang akan dianalisis dan buku catatan untuk
tipe perah yang dapat mempengaruhi mencatat hasil pengukuran serta kamera untuk
produktivitas sapi dalam menghasilkan susu keperluan dokumentasi kegiatan.
Pribadiningtyas et al., (2012). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan model Metode Penelitian
atau estimasi hubungan ukuran-ukuran ambing Penelitian ini dilakukan dengan metode
dengan produksi susu sapi FH. Manfaat yang observasional diawali dengan survei lokasi
dapat diperoleh yaitu hasil penelitian peternakan. Selanjutnya, pengukuran ambing
diharapkan dapat memberikan informasi sapi FH dilakukan dengan pita ukur (cm) saat
mengenai hubungan antara morfologi ambing posisi sapi berdiri nyaman sesaat setelah
terhadap produksi susu agar peternak dapat pemerahan pagi hari (saat volume ambing
memilih ternak dengan mempertimbangkan kosong) melalui cara sebagai berikut: 1.

Hubungan antara Morfologi Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein (Dian Wijayanti Solechah et al)
92
Kedalaman ambing depan diukur dari Berdasarkan pengukuran pada ukuran-
perbatasan ambing dengan abdomen bagian ukuran ambing dan produksi susu yang telah
atas hingga ambing terbawah bagian depan 2. dilaksanakan didapatkan kisaran dan rata-rata
Kedalaman ambing belakang diukur dari yang dapat dilihat pada (Tabel 1). Menurut
perlekatan ambing teratas bagian belakang Kuczaj (2003) sapi perah yang baik untuk
hingga ambing terpanjang bagian belakang 3. dijadikan induk memiliki ukuran kedalaman
Panjang ambing diukur dari bagian ambing ambing sebesar 26,92 cm, dengan panjang
depan terpanjang hingga ambing terpanjang ambing 43,92 cm, dan lebar ambing sebesar
bagian depan 4. Lebar ambing depan diukur 36,65 cm. Jarak antar puting depan yaitu 18,95
dari ambing depan bagian atas (sisi kanan) cm, sedangkan jarak antar puting belakang
hingga bagian depan teratas (sisi kiri) 5. Lebar yaitu 10,22 cm dan jarak sisi puting yaitu 13,17
ambing belakang diukur dari ambing belakang cm. Ukuran-ukuran ambing pada sapi tidak
bagian atas (sisi kanan) hingga bagian boleh terlalu kecil karena dapat menjadi
belakang teratas (sisi kiri) 6. Jarak antar puting penyebab rendahnya produksi susu, namun
depan diukur dari ujung puting kanan bagian apabila proporsinya terlalu besar terhadap
depan hingga ujung puting kiri bagian depan 7. tubuh maka dapat mengganggu aktivitas sapi.
Jarak antar puting belakang diukur dari ujung Bentuk ambing yang besar, panjang dan
puting bagian kanan bagian belakang hingga berjumbai produksi susunya lebih tinggi.
ujung puting kiri bagian belakang 8. Jarak Menurut Pribadiningtyas et al. (2012) ambing
puting depan-belakang kanan diukur dari yang panjang dan dalam memiliki jumlah sel-
bagian ujung puting bagian kanan depan sel sekretorik di dalamnya juga akan semakin
hingga puting belakang bagian kanan 9. Jarak banyak untuk mensintesis susu yang dibentuk
puting depan-belakang kiri diukur dari bagian oleh sel epitel dalam lumen alveoli. Perbedaan
ujung puting bagian kiri depan hingga puting ukuran ambing pada sapi tipe perah dapat
belakang bagian kiri dengan satuan cm terjadi karena perbedaan tingkat pertumbuhan
(Kuczaj, 2003). Pengambilan data ukuran- pada bagian-bagian tubuhnya. Ambing yang
ukuran ambing dilakukan secara duplo. besar, sehat dan melekat dengan mantap dapat
Produksi susu diukur dua kali sehari (pagi dan mencerminkan kapasitas tampungnya terhadap
sore) selama 14 hari, sampel susu per sapi susu yang dihasilkan melalui biosintesis susu.
diambil pada hari yang sama ketika Menurut Salama et al. (2003) ambing yang
pengukuran ambing dilakukan untuk dianalisis besar secara fisik mempunyai volume yang
komponen susunya menggunakan lactoscan besar juga sehingga produksi susu tinggi.
dan peralatan uji gerber di Laboratorium Berdasarkan pengukuran yang dilakukan
Teknologi Pangan Universitas Diponegoro, didapatkan hasil produksi susu rata-rata sapi
Semarang. Pengumpulan data sekunder FH yaitu 11,50 liter/hari. Menurut Novianti et
dilakukan melalui wawancara dengan ketua al. (2013) sapi Friesian Holstein yang
lapangan mengenai data rekording reproduksi, dipelihara di daerah tropis dapat berproduksi
identitas, kesehatan, bulan laktasi dan periode 9 - 12 liter per hari. Perbedaan produksi susu
laktasi. Data yang diperoleh kemudian sapi dapat disebabkan oleh faktor genetik,
dianalisis dengan analisis regresi linier kondisi kesehatan ternak, ukuran tubuh dan
sederhana (P < 0,05) dengan bantuan program kapasitas ambing yang berbeda-beda dan
SPSS 16.0. pakan serta manajemen pemeliharaannya.
Menurut Febriana et al. (2018) mamalia yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berbadan besar tidak semuanya mempunyai
produksi susu tinggi, tetapi pada umumnya
Hasil Pengukuran pada Ukuran-Ukuran produksi susu yang tinggi dipengaruhi oleh
Ambing Sapi FH besarnya ukuran tubuh atau bobot badan.

Jurnal Agripet Vol 19, No. 2, Oktober 2019


93
Tinggi rendahnya produksi susu berhubungan maka jumlah sel yang siap memproduksi susu
dengan sekresi hormon yang mempengaruhi juga banyak. Faktor pakan dan lingkungan di
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar sekitar ternak juga dapat berpengaruh terhadap
ambing, sekresi susu dan pengeluaran air susu. produktivitas ternak dalam menghasilkan susu.
Menurut Adriani dan Suparjo (2012) hormon Menurut Utami et al. (2014) pakan, sistem
mammogenik seperti progesteron dan pemberian pakan, frekuensi pemerahan,
esterogen mempengaruhi pertumbuhan dan metode pemerahan, perubahan musim dan
perkembangan ambing, dengan banyaknya sel periode laktasi merupakan faktor-faktor yang
kelenjar ambing yang tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi produksi susu sapi.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Ambing dan Produksi Susu Sapi FH


Ukuran-ukuran ambing Rata-rata
Kedalaman ambing depan (cm) 25,17±0,86
Kedalaman ambing belakang (cm) 29,15±0,98
Panjang ambing (cm) 44,75±1,16
Lebar ambing belakang (cm) 36,72±1,22
Lebar ambing depan (cm) 28,20±1,11
Jarak antara puting depan (cm) 10,70±0,48
Jarak antara puting belakang (cm) 5,70±0,32
Jarak antara puting depan belakang (kanan) (cm) 9,82±0,39
Jarak antara puting depan belakang (kiri) (cm) 10,23±0,41
Produksi susu (l) 11,50±0,87

Hubungan Ukuran-Ukuran Ambing dengan persamaan regresi Y = 1,236 + 0,28 X (R2 =


Produksi Susu Sapi FH 0,157) artinya 15,7% produksi susu
Berdasarkan analisis regresi linier dipengaruhi oleh lebar ambing belakang,
sederhana menunjukkan hubungan yang nyata sedangkan 84,3% dipengaruhi oleh faktor lain.
(P < 0,05) antara ukuran-ukuran ambing Jarak antar puting depan memiliki persamaan
terhadap produksi susu (Tabel 2). Hasil regresi Y = 17,203 – 0,996 X (R2 = 0,134)
penelitian menunjukkan hubungan yang sedang artinya 13,4% produksi susu dipengaruhi oleh
(r = 0,494) antara kedalaman ambing belakang jarak antar puting depan, sedangkan 86,6%
dengan produksi susu, hubungan yang kuat (r = dipengaruhi oleh faktor lain. Terdapat variasi
0,625) antara panjang ambing dengan produksi pada hubungan antara ukuran-ukuran ambing
susu dan hubungan yang lemah (r = 0,397, r = dengan produksi susu yang didapatkan dalam
0,367) antara lebar ambing belakang dengan penelitian. Nilai korelasi terendah terjadi pada
produksi susu serta jarak antar puting depan jarak antar puting belakang dengan produksi
dengan produksi susu. Kedalaman ambing susu (r = 0,017), sedangkan nilai korelasi
belakang terhadap produksi susu memiliki tertinggi antara panjang ambing dengan
persamaan regresi Y = -1,142 + 0,435 X (R2 = produksi susu (r = 0,625) dan koefisien
0,244) artinya 24,4% produksi susu determinas sebesar 39%. Menurut Sugiyono et
dipengaruhi oleh kedalaman ambing belakang, al. (2014) nilai r 0,00 - 0,19 (sangat lemah),
sedangkan 75,6% dipengaruhi oleh faktor lain. 0,20 - 0,39 (lemah), 0,40 - 0,59 (sedang), 0,60 -
Panjang ambing terhadap produksi susu 0,79 (kuat) dan 0,80 - 1,0 (kuat). Panjang, lebar
memiliki persamaan regresi Y = -9,197 + 0,463 dan kedalaman ambing merupakan faktor yang
X (R2 = 0,390) artinya 39% produksi susu dapat mempengaruhi produksi susu sapi karena
dipengaruhi oleh panjang ambing, sedangkan di dalam ambing terdapat sel sekretori yang
61% dipengaruhi oleh faktor lain. Lebar memungkinkan terjadinya biosintesis susu.
ambing belakang terhadap produksi memiliki Menurut Pribadiningtyas et al. (2012)

Hubungan antara Morfologi Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein (Dian Wijayanti Solechah et al)
94
peningkatan jumlah produksi susu sapi dapat ligamentum suspensorium medialis yang elastis
dipengaruhi oleh jumlah sel sekretori yang ada sehingga memungkinkan peningkatan jumlah
di dalam ambing. Ambing merupakan ciri sel sekretori dalam ambing yang berperan
khusus tipe perah yang dapat digunakan dalam pembentukan susu. Menurut Sutopo
sebagai penanda untuk seleksi bibit sapi perah (2001) ligamentum suspensorium medialis
yang mampu menghasilkan susu secara memisahkan ambing menjadi bagian kiri dan
optimal. Menurut Febriana et al. (2018) kanan, bagian ambing yang kecil dan berwarna
volume ambing (panjang, kedalaman dan lebar kemerah-merahan merupakan sel-sel sekretorik
ambing) dapat menjadi komponen karakteristik yang dibungkus oleh jaringan ikat (alveoli)
tipe perah yang mampu menghasilkan susu yang berperan dalam proses pembentukan susu
dalam jumlah optimal. sehingga sapi dengan ambing yang bervolume
Pendugaan produksi susu dapat cenderung memiliki kemampuan yang lebih
dilakukan dengan mempertimbangkan ukuran- baik dalam menghasilkan susu. Ambing
ukuran ambing, pertautan dan kesehatannya. merupakan ciri khusus tipe perah yang dapat
Menurut Neijenhuis et al. (2001) anatomi serta digunakan sebagai penanda untuk seleksi bibit
bentuk dan ukuran ambing merupakan salah sapi perah yang mampu menghasilkan susu
satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi secara optimal. Menurut Febriana et al. (2018)
susu sapi. Ukuran ambing yang dapat bahwa volume ambing (panjang, kedalaman
digunakan untuk pendugaan produksi susu sapi dan lebar ambing) menjadi komponen sifat
yaitu panjang, lebar dan kedalaman ambing, tampak pada sistem perambingan yang dapat
ambing yang besar dan sehat dapat menunjukkan daya tampung ambing dan
mencerminkan jumlah sel sekretori yang ada kemampuannya dalam produksi susu.
didalamnya berkaitan dengan adanya

Tabel 2. Persamaan regresi, koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2) dan P Value antara ukuran-
ukuran ambing dengan produksi susu.
P
Ukuran Ambing Persamaan Regresi r R2
Value
Kedalaman Ambing Depan Y = 4,214 + 0,29 X 0,289 0,084 0,121
Kedalaman Ambing Belakang Y = -1,142 + 0,435 X 0,494 0,244 0,005
Panjang Ambing Y = -9,197 + 0,463 X 0,625 0,390 0,000
Lebar Ambing Belakang Y = 1,236 + 0,28 X 0,397 0,157 0,030
Lebar Ambing Depan Y = 13,606 – 0,1944 X 0,109 0,012 0,568
Jarak antar puting depan Y = 17,203 – 0,996 X 0,367 0,134 0,046
Jarak antar puting belakang Y = 11,164 + 0,013 X 0,017 0,000 0,930
Jarak puting depan belakang (kanan) Y = 7,401 + 0,420 X 0,191 0,036 0,313
Jarak puting depan belakang (kiri) Y = 4,894 + 0,648 X 0,310 0,096 0,096

disekresikan oleh unit-unit sekretoris


Sapi perah yang memiliki ukuran
individual yang bentuknya menyerupai buah
ambing yang proporsional dan melekat dengan
anggur dan disebut alveolus, sel-sel epitel
mantap menjadi gambaran kemampuan sapi
menyerap zat-zat dari dalam darah dan
memproduksi susu dan kapasitas tampung
mensintesisnya menjadi susu. Kedalaman
ambing terhadap susu yang dihasilkan.
ambing depan, lebar ambing belakang, jarak
Menurut Weng et al. (2017) anatomi serta
antar puting belakang, jarak antar puting depan
bentuk dan ukuran ambing berkaitan dengan
belakang (kanan) serta jarak antar puting depan
sel sekretori yang ada didalamnya sehingga
belakang (kiri) tidak memiliki pengaruh yang
dapat mempengaruhi produksi susu sapi, susu
signifikan terhadap produksi susu. Tidak

Jurnal Agripet Vol 19, No. 2, Oktober 2019


95
semua ukuran-ukuran ambing atau morfologi Sapi perah yang berada pada puncak
ambing berpengaruh terhadap produksi susu. bulan laktasi dapat mengalami penurunan
Menurut Febriana et al. (2018) sistem kadar lemak dan protein susu apabila tidak
perambingan depan dan belakang yang lebar diimbangi pakan yang berkualitas. Menurut
dan dalam dapat menunjukkan daya tampung Schmidt et al. (1988) produksi susu berbanding
ambing dan kemampuannya dalam produksi terbalik dengan persentase kadar protein dan
susu. kadar lemak yang dihasilkan, saat produksi
susu tinggi maka persentase komposisi protein
Hasil Analisis Komponen Susu Sapi FH
dan lemak cenderung menurun. Laktosa susu
Analisis komponen susu sapi FH
merupakan komponen susu yang dapat
(Lemak, protein, laktosa) dapat dilihat pada
mempengaruhi produksi susu. Laktosa susu
Tabel (3). Hasil analisis yang didapatkan dari
merupakan komponen susu yang dapat
data yang diteliti yaitu persentase kandungan
mempengaruhi produksi susu. Menurut Utomo
komponen lemak susu sudah memenuhi
dan Miranti (2010) meningkatnya produksi
standar namun persentase kandungan
susu disebabkan oleh sifat laktosa yang
komponen protein dan laktosa belum
mengikat air sehingga semakin banyak laktosa
memenuhi standar. Menurut BSN (2011)
yang disintesis maka produksi susu juga akan
standar untuk susu dengan kualitas yang baik
meningkat. Komponen susu sapi perah dapat
yaitu memiliki kadar lemak minimum 3%,
dipengaruhi oleh manajemen pemerahannya
kadar protein minimum 2,8%. Laryska dan
khususnya interval pemerahan. Manajemen
Nurhajati (2013) menambahkan bahwa
pemerahan pada sapi perah dapat menjadi
minimum laktosa yaitu 4,60%. Kandungan
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
protein dan lemak susu yang rendah dapat
produksi susu sapi. Menurut Utami et al.
dipengaruhi salah satunya oleh kandungan
(2014) frekuensi pemerahan, metode
nutrien pakan yang diberikan pada sapi perah.
pemerahan, perubahan musim dan periode
Menurut Sudono et al. (2003) produksi susu
laktasi merupakan faktor-faktor yang dapat
per hari mulai menurun setelah laktasi dua
mempengaruhi kemampuan sapi dalam
bulan, penurunan ini diikuti pula perubahan
memproduksi susu.
komposisi susu, diantaranya kadar lemak susu
mulai menurun setelah 1 hingga 2 bulan masa
laktasi.

Tabel 3. Hasil Pengukuran pada Komponen Susu Sapi FH


Komponen susu Rata-rata
Lemak (%) 3,04±0,08
Protein (%) 2,71±0,08
laktosa (%) 4,07±0,12

Hubungan Produksi Susu dengan Hubungan antara produksi dengan komponen


Komponen Susu Sapi FH susu (protein, lemak, laktosa) masuk dalam
Hasil analisis produksi susu sapi dengan kategori sangat rendah. Menurut Sugiyono et
komponen susu dapat dilihat pada Tabel (4). al. (2014) nilai r = 0,00 – 0,19 dapat diartikan
Uji parsial dengan analisis regresi linier bahwa hubungan antara dua variabel sangat
sederhana antara produksi susu dengan lemak, lemah. Produksi susu dipengaruhi oleh laktosa
protein dan laktosa menunjukkan hubungan yang mempunyai sifat sebagai limiting factor
yang tidak signifikan (P > 0,05) sehingga produksi susu. Menurut Utomo dan Miranti
persamaan yang didapatkan tidak dapat (2010) besarnya tekanan osmosis di dalam
digunakan untuk pendugaan produksi susu. lumen dipengaruhi oleh kadar laktosa serta ion-

Hubungan antara Morfologi Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein (Dian Wijayanti Solechah et al)
96
ion klorida, potasium dan natrium, semakin pertama setelah melahirkan kemudian akan
banyak komponen susu tersebut maka tekanan mengalami penurunan secara berangsur-
osmosisnya akan semakin tinggi sehingga air angsur, pertambahan umur pada ternak perah
yang disekresikan pun akan semakin banyak. akan mengakibatkan penurunan kualitas susu
Produksi susu yang dihasilkan oleh sapi yang dihasilkannya terutama persentase bahan
perah dalam masa laktasinya dapat berbanding padatnya. Produksi susu dipengaruhi oleh
terbalik dengan persentase komponen protein kualitas pakan yang diberikan, pemberian
dan lemak susu yang dihasilkan. Menurut konsentrat pada sapi perah dapat meningkatkan
Schmidt et al. (1988) ketika produksi susu kadar protein susu. Menurut Sukarini (2006)
yang dihasilkan meningkat maka persentase Semakin tinggi pemberian konsentrat maka
komposisi protein dan lemak susu cenderung semakin tinggi kadar protein susu. Lemak susu
menurun apabila tidak diimbangi dengan akan menurun seiring bertambahnya umur sapi
manajemen pemeliharaan yang baik untuk begitu pula pada produksi susunya. Menurut
menjaga persistensinya. Persentase kandungan Oka et al. (2017) makin tua umur sapi perah,
protein dan lemak susu ada di titik terendah ada kecenderungan kadar lemak susu yang
ketika produksi berada di puncak laktasi dan dihasilkan sedikit menurun dan penurunan
berangsur-angsur meningkat menjelang akhir kadar lemak susu mencapai 0,2% setelah lima
masa laktasi. Menurut Asrudin et al. (2014) kali masa laktasi sejalan dengan produksi susu
produksi susu sapi akan meningkat pada bulan yang menurun.

Tabel 4. Persamaan regresi, koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2) dan P Value analisis regresi
antara komponen susu dengan produksi susu sapi FH.
Komponen susu Persamaan Regresi r R2 P Value
Lemak Y = 12,45 + 0,313 X 0,029 0,001 0,878
Protein Y = 11,00 + 0,192 X 0,017 0,000 0,928
Laktosa Y = 10,94 + 0,14 X 0,117 0,000 0,920

KESIMPULAN Asrudin, L.N.R., Sambodho, P., Harjanti,


D.W., 2014. Tampilan produksi dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
kualitas susu sapi yang diproduksi di
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dataran tinggi dan rendah di Kabupaten
ukuran-ukuran ambing dengan produksi susu
Semarang. Anim. Agric. J. 3(4): 592-
sapi Friesian Holstein, dimana terdapat
598.
hubungan yang signifikan antara kedalaman
ambing belakang, panjang ambing serta lebar Badan Standardisasi Nasional. 2011.
ambing belakang dan jarak antar puting depan Standardisasi Nasional Indonesia SNI
dengan produksi susu dengan koefisien Susu Segar-bagian 1: Sapi. Badan
korelasi (r) tertinggi sebesar 0,625 dan Standardisasi Nasional, Jakarta.
koefisien determinasi (R2) sebesar 39%.
Febriana, N.D., Harjanti, D.W., Sambodho, P.,
2018. Korelasi ukuran badan, volume
DAFTAR PUSTAKA ambing dan produksi susu kambing
Adriani dan Suparjo. 2012. Volume ambing Peranakan Etawah (PE) di Kecamatan
dan bobot badan anak kambing Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. J.
Peranakan Etawah sebagai respon Ilmu-ilmu Peternakan. 28(2): 134-140.
pemberian FSH dan PMSG. J. Kuczaj, M. 2003. Analysis of changes in udder
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. size of high-yielding cows in subsequent
14 (2): 35-42 lactations with regard to mastitis. Polish

Jurnal Agripet Vol 19, No. 2, Oktober 2019


97
agricultural universities Journal. 6(1): Schimdt, G.H., Van Vleck, L.D., and
1-9. Hutjens., M.F., 1988. Principle of
Laryska, N., Nurhajati, T., 2013. Peningkatan Dairy Science. 2nd Ed. Prentice Hall
kadar lemak susu sapi perah dengan Inc. Engewood Cliffs, New Jersey.
pemberian pakan konsentrat komersial Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
dibandingkan dengan ampas tahu. J. Kualitatif dan R dan D. Alfabeta,
Agroveteriner. 1(2): 81-87. Bandung.
Neijenhuis, F., H. W. Barkema, H. Hogeveen, Sukarini. 2006. Produksi dan kualitas air susu
Noorhizen. 2001. Relationship between kambing Peranakan Ettawa yang diberi
teat-end callosity and occurrence of tambahan urea molases blok dan atau
clinical mastitis. J. Dairy Sci. 84: 2664- dedak padi pada awal laktasi. Anim.
2672. Prod. 8(3): 196-205.
Novianti, J., Purwanto, B.P., Atabani, A., Sutopo., 2001. Pengaruh Pemberian PMSG
2013. Respon fisiologis dan produksi Terhadap Pertumbuhan Ambing dan
susu sapi perah FH pada pemberian Produksi Susu pada Sapi Perah. Tesis
rumput gajah (Pennisetum purpureum) Master, Fakultas Peternakan dan
dengan ukuran pemotongan yang Pertanian Universitas Diponegoro,
berbeda. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Semarang. Indonesia.
Peternakan. 1(3): 138-146.
Utami, K.B., Radiati, L.E., Surjowardojo, P.,
Oka, B., Wijaya, M., Kadirman. 2017. 2014. Performa sifat-sifat produksi susu
Karakterisasi kimia susu sapi perah di dan reproduksi sapi perah Fries Holland
Kabupaten Sinjai. J. Pendidikan di Jawa Barat. J. Ilmu-Ilmu Peternakan.
Teknologi Pertanian. 3(1): 195-202. 24(2): 58-66.
Pribadiningtyas, P. A., Suprayogi, T.H., Utomo, B., Miranti, D.P., 2010. Tampilan
Sambodho, P., 2012. Hubungan antara produksi susu sapi perah yang mendapat
bobot badan, volume ambing terhadap perbaikan manajemen pemeliharaan. J.
produksi susu kambing perah laktasi Caraka Tani. 25(1): 21-25.
Peranakan Etawa. J. Anim. Agric. 1(1):
99-105. Weng, X., Monteiro, A.P.A., Guo, J., Ahmed,
B.M.S., Bernard, J.K., Tomlinson, D.J.,
Salama, A.A.K., Such, X., Caja, G., Rovai, M., Defrain, J.M., 2017. Repeated mammary
Casals, R., Albanell, E., Marin, M.P., tissue collections during lactation do not
Marti, A., 2003. Effects of once versus alter subsequent milk yield or
twice daily milking throughout lactation composition. J. Dairy. Sci. 100: 8422-
on milk yield and milk composition in 8425.
dairy goats. J. Dairy Sci. 86: 1673-1680.

Hubungan antara Morfologi Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein (Dian Wijayanti Solechah et al)
98

Anda mungkin juga menyukai