Anda di halaman 1dari 5

Ovozoa 89

Vol. 8, No. 2, Oktober 2019


ISSN: 2302-6464

HUBUNGAN ANTARA BODY CONDITION SCORE (BCS) DENGAN PRODUKSI


SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH)
CORRELATION BETWEEN BODY CONDITION SCORE (BCS) WITH MILK
PRODUCTION OF FRIESIAN HOLSTEIN (FH) DAIRY CATTLE
Melsa Netika1), Roesno Darsono2), *Budi Utomo3),Imam Mustofa4),Ismudiono5),
Tri Wahyu Suprayogi6)
1)
Student, 2) Departement of Veterinary Pathology, 3,4,5,6)Department of Veterinary Reproduction
Faculty of Veterinary Medicine, Airlangga University
*Corresponding author: email:budi_reprovet@yahoo.com;netikamelsa@gmail.com

ABSTRACT
The aim of this research was to observe the Body Condition Score (BCS) and milk production
of Friesian Holstein (FH) dairy cattles. 144 of dairy cattles divided into 3 groups based on BCS 1-9
scale. The results showed that Y = 6.62 + 5.54X - 5.78X2. Coefficient of determination (R2) of 20.6
this mean any increase in milk production by 20.6% is affected by BCS. It can be concluded that
there is a correlation between Body Condition Score (BCS) and milk production. The higher BCS
(BCS 7-8) the lower milk production, while in ideal BCS production (5-6) the production of milk is
optimize.
Keywords: Body Condition Score, Milk Production.

Latar Belakang
Susu juga merupakan produk hewani yang kit metabolisme lainnya, sebaliknya apabila
sangat digemari semua kalangan. Kon-sumsi ternak memiliki bobot badan kurang dari
susu masyarakat Indonesia dari 6,8 liter per bobot badan ideal akan berdampak pada
tahun, pada tahun 2005 meningkat men-jadi sistem reproduksinya (Budiawan dkk., 2015).
7,7 liter per tahun pada tahun 2008 (se-tara Faktor lingkungan yang memberikan
dengan 25 gram per hari) (Dirjen Bina kontribusi terhadap produksi susu yang di-
Produksi Peternakan, 2008). hasilkan sapi perah salah satunya adalah
Peningkatan konsumsi susu tidak diikuti pakan (Mukhtar, 2006). Body Condition
dengan tersedianya pasokan susu dari dalam Score adalah metode pengukuran terhadap
negeri. Industri susu di Indonesia hanya keefektifan sistem pemberian pakan pada sapi
mampu memenuhi kebutuhan susu nasional perah, tujuannya adalah untuk mengetahui
sekitar 39,8% dari permintaan yang ada, dan pencapaian standar kecukupan cadangan
sisa kebutuhan susu 60,2% masih dipenuhi lemak tubuh yang akan mempengaruhi efi-
oleh susu impor (Setyawan dkk., 2005). Pro- siensi reproduksi, sedangkan efisiensi re-
duksi susu di Indonesia tahun 2013 menga- produksi sapi perah akan berpengaruh terha-
lami penurunan sebesar 15%. Penurunan dap produksi susu (Sarjowardojo dan
produksi susu tersebut salah satunya disebab- Sarwiyono., 2013).
kan oleh produktivitas sapi perah yang rendah Produksi susu pada Body Condition Score
(Dirjen PPHP, 2014). (BCS) yang ideal dalam hasil pene-litiannya
Produksi susu adalah bagian dari re-produksi adalah kurang lebih 20,16 liter per hari yang
karena mekanisme pembentukan susu seperti menggunakan sistem penilaian BCS 1 sampai
mammogenesis, laktogenesis dan dengan 5 (Komala., 2015). Kondisi BCS yang
galaktopoesis terjadi setelah sapi induk ideal menghasilkan produksi susu yang
bereproduksi. Bobot badan juga berpengaruh optimal, namun kenyataan yang ada di
terhadap reproduksi ternak seperti kesuburan, peternakan sapi perah terdapat BCS yang
kebuntingan, proses kelahiran dan laktasi kurang dari ideal dan melebihi ideal, sehingga
(Susilorini dkk., 2007). Apabila ternak untuk memperoleh tingkat produksi susu
mempunyai bobot badan yang melebihi bobot yang optimal diperlukan penilain BCS yang
badan yang ideal, ternak tersebut akan me- sesuai. Kuantitas dan kualitas susu yang ren-
ngalami penurunan produktivitas dan penya- dah pada sapi perah diakibatkan pemberian

89
90 Melsa Netika, dkk.

pakan nutrisi yang dibutuhkan ternak untuk Body Condition Score (BCS)
memproduksi susu kurang maksimal, dan Pengukuran BCS dilakukan pada per-
juga pakan yang berlebih dapat mempenga- tengahan laktasi. Evaluasi dengan BCS efek-
ruhi hasil produksi susu yang dihasilkan tif untuk mengukur sejumlah energi metabo-
(Syarifuddin, 2017). Hal tersebut telah men- lik yang disimpan sebagai lemak subkutan
jadi masalah selama ini. Keadaan ini diper- dan otot pada ternak .Body Condition Sco-
kirakan sebagai akibat dari adanya keterba- ring (BCS) atau skor kondisi tubuhmeru-
tasan pengetahuan peternak dalam menentu- pakan metode yang digunakan untuk menilai
kan BCS yang ideal dalam menghasilkan tingkat kegemukan seekor ternak sapi (Gafar,
produksi susu yang optimal. 2007).Kisaran angka untuk menilai yaitu 1-9,
Berdasarkan latar belakang tersebut maka berdasarkan bentuk dan konformasi
dilakukan penelitian mengenaiproduksi susu tubuh).nilai kondisi tubuh yang didasarkan
pada sapi perah Friesian Holstein (FH) ber- pada estimasi visual timbunan lemak tubuh
dasarkan perbedaan Body Condition Score diba-wah kulit sekitar pangkal ekor,tulang
(BCS). Diharapkan data yang diperoleh dapat pung-gung, tulang rusuk dan pinggul.Seekor
menjadi indikator peningkatan produksi pada sapi dalam kondisi 'kurus' (BCS 1-
periode selanjutnya. 4)berbentuk sudut dan tulang dengan sedikit
lemak di tulang punggung, tulang rusuk, kait,
Materi dan Metode dan pin. Tidak ada lemak yang terlihat di
Waktu dan Tempat penelitian sekitar kepala ekor atau Sandung lamur. Sapi
Penelitian ini dilaksanakan di peternak dalam kondisi 'ideal' (BCS 5-7) memiliki
kemitraan PT Greenfields Indonesia diwila- penam-pilan keseluruhan yang baik. Sapi
yah kecamatan Wagir, kabupaten Malang. dengan BCS 6 atau 7 terlihat berdaging dan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tulang rusuk tidak lagi terlihat. Dan juga
sampai dengan September 2017. Materi yang terdapat lemak di sekitar kepala ekor dan di
digunakan adalah pengambilan data catatan Sandung lamur. Sapi dengan BCS 8 sampai 9
reproduksi yang berasal dari sampel sapi yang terlalu gemuk dan berotot dengan
Frisian Holstein. struktur tulang yang tersembunyi dari
Penelitian menggunakan metode survei. pandangan atau sentuhan (Ensminger dan
Data yang diambil meliputi data primer dan Tyler, 2006).
data sekunder. Data primer yaitu data yang
diperoleh dari hasil observasi dan pengama- Analisis Data
tan serta wawancara secara langsung dengan Data dalam penelitian ini disusun dalam tabel
peternak dengan cara memberikan kuisioner. rataan dan simpangan baku. Untuk me-nguji
Sedangkan data sekunder yaitu data yang hubungan antara BCS terhadap pro-duksi
diperoleh dari catatan reproduksi dengan susu sapi perah maka dilakukan dengan
metode pengambilan sampel dengan sengaja analisis regresi. BCS berfungsi sebagai va-
(purposive random sampling) yaitu data riabel bebas sedangakan variabel terikat
ternak sapi perah yang telah produktif atau adalah produksi susu sapi perah Friesian
sudah pernah beranak. Data yang terkumpul Holstein (FH). Uji untuk mengetahui lineari-
dikelompokan berdasarkan BCS kurang dari tasnya menggunakan analisis one way Ana-
5 ,BCS 5 sampai 6, dan BCS lebih dari 6. lysis Of Variance (one-way ANOVA)
Pada masing-masing kelompok dilakukan
pengambilan 10 sapi secara acak untuk diukur Hasil dan Pembahasan
BCS dan produksi susunya. Dari hasil penelitian diketahui rata-rata
produksi susu sapi perah Friesian Holstein
Produksi Susu Harian (FH) antara BCS 3 sampai 4, BCS 5 sampai 6
Produksi susu yang dihasilkan dilakukan dan BCS 7 sampai 8 berbeda (Lampiran 4).
melalui pemerahan pada pagi hari dan sore Body Condition Sore (BCS) dengan produksi
hari.Rata-rata produksi susu per hari ber- susu sapi perah Friesian Holstein (FH) ter-
dasarkan catatan peternak, yaitu rata-rata se- dapat hubungan quadratik sebesar 20,6%
lama masa laktasi artinya sebanyak 20.6 % perubahan produksi
susu disebabkan oleh Body Condition Score
(BCS). Analisis regresi dapat dilihat dalam
Lampiran 3. Antara Body Condition Score
Melsa Netika, dkk. 91
(BCS) dengan produksi susu yang dihasilkan optimal. Kurva hubungan antara BCS dengan
terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) Rata- produksi susu digambarkan menggunakan
rata produksi susu disajikan pada Tabel 1. curve expert 1.4 dapat dilihat pada gambar 1.
Hubungan tersebut ditunjukkan secara Body Condition Sore (BCS) dengan pro-
matematis hubungan antara Body Condition duksi susu sapi perah Friesian Holstein (FH)
Score (BCS) dengan produksi susu sapi perah terdapat hubungan quadratik sebesar 20,6%
Friesian Holstein (FH) ditunjukkan dengan artinya sebanyak 20.6 % perubahan produksi
persamaan : susu disebabkan oleh Body Condition Score
Y = 6.62 + 5.54x – 5.78x2 (BCS). Produksi susu pada sapi perah Fri-
Keterangan : esian Holstein (FH) akan terjadi peningkatan
Y= Produksi susu sapi perah pada Body Condition Sore (BCS) yang ideal.
X= Body condition Score (BCS Produksi susu akan mengalami penurunan
Produksi susu pada sapi perah Friesian setelah BCS berada pada titik tertentu yaitu
Holstein (FH) akan terjadi peningkatan pada setelah BCS 6. Sedangkan pada BCS yang
setiap kenaikan Body Condition Sore (BCS). kurang dari ideal akan terjadi produksi susu
Produksi susu akan mengalami penurunan yang kurang optimal.
setelah Body Condition Score (BCS) berada Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
pada titik tertentu yaitu setelah BCS 6. sapi perah dengan BCS kurang dari ideal (3-
Sedangkan pada BCS yang kurang dari ideal 4) memproduksi susu kurang optimal, pada
akan terjadi produksi susu yang kurang sapi perah dengan BCS ideal (5-6) produksi

Tabel 1. Rata-rata produksi susu pada sapi perah dikemitraan PT Greenfield berdasarkan
pengelompokkan BCS.

Perlakuan Produksi susu ± SD (liter/hari)


BCS 3 – 4 20,20a± 3,85
BCS 5 – 6 20,90a± 7,37
BCS 7 – 8 15,60b± 1,34
Keterrangan : superskrip yang berbeda pada kolom yang menunjukkan perbedaan yang nyata
(p<0.05)

S = 5 .48 217 33 6
r = 0.3 39 956 61
R ata -rata pro duksi su su (L iter/hari)

90
39.

10
34.

30
28.

50
22.

70
16.

90
10.

0
5 .1
3.6 4.4 5.2 6.0 6.8 7.6 8.4

BCS (skala 1-9)


Gambar 1. Grafik Rerata Produksi Susu Sapi Perah Freisian Holstein (FH) berdasarkan perbedaan
BCS.
92 Melsa Netika, dkk.

susu tinggi sedangkan pada sapi perah dengan Kegemukan pada sapi dapat menyebab-kan
BCS melebihi ideal (7-8) produksi susu yang penimbunan lemak pada saluran repro-duksi
dihasilkan sangat rendah. Penelitian sebelum- terutama ovarium yang dapat menye-babkan
nya, juga menyatakan bahwa Body Condition gangguan siklus birahi pada sapi pe-rah.
Score yang ideal menghasilkan produksi susu Akibat lain yang dapat ditimbulkan dari
yang optimal sekitar 18,49 liter per hari kegemukan adalah tingkat kebuntingan yang
dibanding dengan BCS kurang ideal maupun rendah, distokia, abortus, dan retensio secun-
melebihi ideal. Hal ini menunjukkan bahwa dinae. Hal tersebut dapat mengganggu siklus
kondisi tubuh sapi dewasa yang ideal ber- reproduksi pada sapi perah akibatnya produk-
kaitan erat dengan produksi susu optimal. si susu yang dihasilkan juga akan berkurang
Sapi dewasa yang berada pada kondisi tubuh (Bearden et al, 2004). Kegemukan pada sapi
terlalu gemuk atau terlalu kurus akan menu- perah tidak akan meningkatkan produktivitas
runkan produksi susu (Sukandar dkk., 2009). tetapi akan meningkatkan penyakit metabolis-
Pengaruh Body Condition Score (BCS) me dan gangguan reproduksi pada sapi perah.
terhadap produksi susu yang dihasilkan oleh Oleh karena itu, BCS dapat digunakan untuk
sapi perah pada penelitian ini menunjukkan memonitoring sejumlah cadangan lemak tu-
nilai Body Condition Score (BCS) yang ideal buh selanjutnya dapat dipakai untuk menduga
menghasilkan produksi susu yang optimal. keseimbangan energi sapi laktasi. (Mao, dkk.
Hal ini disebabkan karena kenyataan diwila- 2004).
yah kemitraan yang menunjukkan BCS rata- Jadi, terdapat hubungan antara Body Conditon
rata hewan ternaknya berada di kisaran 5 dan Score (BCS) dengan produksi susu sapi perah
6. Nilai BCS 5 dan 6 menggambarkan sudah Freisian Holstein (FH) berdasarkan kelompok
baiknya tampilan produktivitas diwilayah Body Conditon Score (BCS). Semakin tinggi
tersebut yang artinya nutrisi yang diberikan nilai BCS maka produksi susu semakin
untuk ternak sapi di daerah tersebut sudah menurun. Pada BCS yang rendah produksi
tercukupi. susu yang dihasilkan juga kurang maksimal.
Tubuh yang kurus menandakan bahwa ternak Namun pada BCS yang ideal (BCS 5 sampai
tersebut kekurangan pakan dan me- 6) poduksi susu yang dihasilkan optimal.
nyebabkan terlambat birahi pada ternak
akibat kerja fisiologis dalam tubuh yang Kesimpulan
kurang baik (Suharto, 2003). Sapi perah yang Produksi susu tidak meningkat atau
sedang laktasi akan memerlukan protein yang mengalami penurunan pada titik tertentu yaitu
tinggi, hal ini dikarenakan sapi terus menerus pada BCS lebih dari 6 (7-8). Pada BCS ku-
mensekresikan protein dalam bentuk susu. rang dari ideal (BCS 3 – 4) produksi susu
Sehingga perlu pakan dengan kandungan nu- yang dihasilkan kurang optimal dibanding
trisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan dengan BCS yang ideal (5 - 6). Semakin
pokok ternak itu sendiri dan produksi (Yusuf, tinggi nilai Body Condition Score (BCS)
2000). maka produksi susu yang dihasilkan sapi
Energi tubuh yang cukup, digunakan untuk perah tersebut akan semakin menurun.
memproduksi Luteinizing Hormone (LH),
yang berfungsi untuk merangsang per- DAFTAR PUSTAKA
tumbuhan folikel (mengaktifkan fungsi Bearden, J.H and S.T. Willard. 2004. Applied
ovarium) sehingga terjadi estrus post-partus. Animal., J.W. Fuquay, Reproduction. 6th
Dengan kata lain apabila cadangan energi Ed. Pearson Education, Inc., Upper
rendah maka estrus post-partus akan lama Saddle River. New Jersey.
sehingga mengganggu produktivitas sapi pe- Budiawan A., M.N. Ihsan dan Wahjuningsih
rah (Budiawan, 2015). Sejumlah cadangan S. 2015. Hubungan Body Condition
lemak tubuh dikumpulkan saat awal laktasi Score Terhadap Service Per Conseption
yang menurunkan cadangan lemak tubuh dan Calving Interval Sapi Potong
selama satu sampai dua minggu setelah ber- Peranakan Ongole di Kecamatan Barat
anak, sampai pengembalian kondisi tubuh ter- Kabupa-ten Lamongan. Jurnal Tropical
jadi. Perubahan BCS akan mempengaruhi animal Husbandry. 16(1): 34-40.
puncak produksi susu dan bentuk kurva pro- Dirjen Bina Produksi Peternakan. 2008.
duksi susu (Domeq, dkk. 1997). Statistik Produksi Ternak Direktorat
Melsa Netika, dkk. 93

Jendral Bina Produksi Peternakan. Mao I.L., K. Sloniewski, P. Madsen, J.Jensen.


Departemen Perta-nian.Jakarta. 2004. Change In Body Condition Score
Domeq, J.J., A.L. Skidmore, J.W. Lloid and An In Its Genetic Variation During
J.B. Kaneene. 1997. Relationship Lactation. J. Liv. Prod Sci. 89: 55–65.
between body condition score and milk Mukhtar A, 2006. Ilmu Produksi Ternak
yield in a large dairy herd of heigh Perah. Surakarta LPP UNS dan UNS
yielding Holstein cows. J. Dairy Sci. 80: Press. Surakarta. 56-63.
101 – 112. Sarjowardojo P., dan Sarwiyono. 2013.
Ensminger, M. E. dan H.D. Tyler. 2006 Dairy Pengaruh Body Condition Score Sapi
Cattle Science. 4th Ed. Danville. The Perah Friesian Holstein Bunting Tua
Insterstate Printers and Publisher, Inc. terhadap Jumlah dan Kadar Protein
54-63. Kolostrum. Fakultas Peternakan
Gafar I.B. 2007. Diktat Ilmu Tilik Sapi Universitas Brawijaya.
Potong. Fakultas Peternakan Universitas Setyawan, H., S. I. Santoso dan Mukson.
Udayana, Denpasar. 102-105. 2005. Analisa Finansial Usaha Peterna-
Irawan, F. 2010. Korelasi Produksi Susu kan Sapi Perah pada Tingkat Perusahan
dengan Status Fisiologis Sapi FH (Fries Peternakan. J. Animal Production 7(1):
Holland) pada Saat Laktasi di UPTD 40-45.
Ruminansia Besar Dinas Petenakan Suharto, K.2003. Penampilan Potensi
Kabupaten Kampar [Skripsi] Program Reproduksi Sapi Perah Freisian Holstein
Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Akibat Pemberian Kualitas Ransum
Peternakan. Uni-versitas Islam Negeri Berbeda dan Infusi Larutan Iodium
Sultan Syarif Kasim. Pekanbaru. Povidon 1% Intra Uterin. Tesis Program
Komala I., I.Arifiantini, C.Sumantri dan Studi Magistter Ilmu Ternak Universitas
L.I.T.A. Tumbelaka. 2015.Hubungan Diponegoro. Semarang.
Produksi Susu Berdasarkan Grade
MPPA dengan Performa Reproduksi.
3(1): 33-39.

Anda mungkin juga menyukai