Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo: Vol: 4, No 2, April 2022 Halaman: 120-124

eISSN: 2548-1908

Karakteristik Sifat Kuantitatif Kambing Kacang di Kota


Kendari
(Quantitative Characteristics of Kacang goat in Kendari city)

Fitaria1, La Ode Nafiu1, Rusli Badaruddin1*


1
Faculty of Animal, Halu Oleo University, South East Sulawesi, Indonesia

*rbadaruddin79@gmail.com

Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat kualitatif dan kuantitatif kambing Kacang di
Kota Kendari. Penelitian ini telah dilaksanakan diempat kecamatan yaitu, Kecamatan kambu,
Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Nambo. Materi yang digunakan penelitian
adalah ternak kambing kacang jantan dan betina. Parameter yang diamati dalam penelitian ini
adalah : sifat kualitatif yaitu warna bulu,bentuk tanduk,tipe telinga. Sedangkan sifat kuantitatif
yaitu, bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sifat kualitatif kambing kacang di Kota Kendari memiliki warna bulu coklat
(jantan 22,4% dan betina 18,66) sementara pada tanduk (jantan 97,01%, dan betina 72,00%) dan
tipe telinga (jantan 59,00% dan betina 44,57), sedangkan rataan sifat kuantitatif jenis kelamin
jantan umur 2-12 bulan16 ± 3,17 kg, pada betina 20± 2,26 , lingkar dada jenis kelamin jantan
umur 18-24 bulan 67± 8,17 sedangkan pada betina 67± 7,94 , rataan panjang badan jenis kelamin
jantan 45 ± 6,54, sedangkan pada betina 53±5,87, rataan tinggi pundak jenis kelamin jantan umur
30 bulan keatas 56±5,00, sedangkan pada betina 73± 4,86, rataan pinggi pinggul jenis kelamin
jantan umur gabungan, dan tinggi pinggul 70± 6,04 cm, sedangkan pada betina yaitu 70± 6,04 cm.

Kata Kunci : Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif, Kambing Kacang

Abstract. This research aimed to study the qualitative and quantitative characteristics of Kacang
goat in Kendari city. This research had done in four districs, such as Kambu, Poasia, Puuwatu and
Nambo districts. The materials in this research were female and male such as the fur color, horn
shape and ear type, while the quantitative characteristics were body weight, chest diameter, body
length, shoulder height and hip height. The result Kacang goat. The parameters that were observed
in this research were qualitative characteristics showed that the qualitative characteristics of
Kacang goat in Kendari city had brown fur (22.4% male and 18.66% female), while the horn
(97.01% male and 72.00% female) and the ear shape (59.00% male and 44.57% female). The
mean of quantitative characteristics of male 2-12 months old was 16#3.17 kg and the female was
20#2.26 kg. The chest diameter of male 18-24 months old was 67#8.17 cm and the female was
67#7.94 cm. The mean of body length of male was 45#6.54 cm, while the female was 53#5.87 cm.
The mean of shoulder height of male 30 months old was 56#5.00 cm, while the female was
73#4.86 cm. The mean of hip height of male was 70#6.04 cm, while the female was 70#6.04 cm.

Keywords: Qualitative characteristics, Quantitative characteristics, Kacang Goat.

120
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo: Vol: 4, No 2, April 2022 Halaman: 120-124
eISSN: 2548-1908

1. Pendahuluan

Salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak adalah kambing. Ternak
kambing mempunyai peran strategis bagi masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan [1].
Sifat kualitatif merupakan yang dapat diamati atau dideskripsikan suatu secara langsung, dan
individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih, seperti warna bulu,
bentuk tanduk, dan bentuk telinga. Sedangkan sifat kuantitatif merupakan sifat yang tidak dapat
dikelompokan secara langsung melainkan harus dilakukan dengan cara penimbangan dan pengukuran
pada tubuh sifat ternak, seperti berat badan, tinggi badan, tinggi pinggul, panjang badan, lingkar dada,
tinggi pundak, panjang pinggul, dan dapat dituliskan dengan angka [2].

Berdasarkan data BPS Kota Kendari pada tahun 2020 bahwa populasi kambing sebanyak 4.576 yang
tersebar di beberapa kecamatan dengan jumlah populasi yang berbeda-beda yaitu, Kecamatan
Puuwatu, Kambu, Mandonga, Baruga, Kadia, Wua-wua, Poasia, Abeli, Nambo, Kendari, dan
Kecamatan Kendari Barat. Ternak kambing turun temurun dipelihara oleh masyarakat setempat,
sehingga menghasilkan puluhan generasi, mampu beradaptasi terhadap lingkungan, dan memiliki sifat
karakteristik yang khas pada ternak tersebut [3]. Ternak-ternak kambing ini telah dipelihara
dimasyarakat setempat sehingga telah beradaptasi dengan lingkungan dan beberapa
diantaranya memiliki karakteristik khas yang hanya dimiliki ternak tersebut. Akibat pola pemuliaan
ternak di Kota Kendari khususnya di Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli, Kecamatan Kambu, dan
Kecamatan Puuwatu masih dilakukan secara tradisional sehingga kemungkinan mengakibatkan
terjadinya pencampuran gen antara kambing lokal dengan kambing jenis lain. Hal ini diduga
mempengaruhi sifat kualitatif dan kuantitatif kambing kacang yang ada di Kota Kendari.

2. Materi dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari pada bulan Maret sampai April 2021. Penelitian ini
dilaksanakan diempat kecamatan yaitu, Kecamatan Abeli, Kecamatan Kambu, Kecamatan Poasia dan
Kecamatan Puuwatu. Populasi dalam penelitian yaitu kambing kacang yang terdapat di Kota Kendari.
Sampel penelitian adalah ternak kambing kacang jantan dan betina sebanyak 259 ekor dewasa yang
ditentukan dengan pergantian gigi seri (dentis incisive). Berikut penetuan umur kambing
berdasarkan pergantian gigi seri dan pertumbuhan. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara
purposive sampling (sengaja) sesuai petunjuk [4], yang didasarkan atas pertimbangan bahwa
kecamatan tersebut memiliki populasi kambing terbanyak di Kota Kendari.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Sifat Kualitatif dan Sifat Kuantitatif Analisis
data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi dan dilakukan analisis secara
deskriptif.

3. Hasil dan Pembahasa


Hasil Pengamatan Sifat kuantitatif kambing kacang di Kota Kendari disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Ukuran Tubuh Kambing Kacang di Kota Kendari


Jantan (n=128) Betina (n=131)
Sifat
Umur X SD KK X SD KK
Kuantitatif
2-12 Bulan BB (kg) 16 ±3,17 (19,46%) 20 ±2,26 ( 11,15%)
LD (cm) 49 ±8,98 (18,46%) 67 ±7,94 (11,83%)

121
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo: Vol: 4, No 2, April 2022 Halaman: 120-124
eISSN: 2548-1908

PB (cm) 45 ±6,54 (14,55%) 53 ±5,87 (11,11%)


TP (cm) 45 ±8,20 (18,22%) 54 ±4,10 (6,61%)
TPI (cm) 49 ±6,65 (13,49%) 49 ±6,65 (13,49%)
18-24 BB (kg) 26 ±1,37 (5,25%) 24 ±3,02 (12,56%)
Bulan
LD (cm) 60 ±7,15 (11,77%) 69 ±8,14 (11,18%)
PB (cm) 64 ±9,33 (14,56%) 63 ±8,01 (12,63%)
TP (cm) 67 ±5,84 (8,60%) 64 ±8,46 (13,16%)
TPI (cm) 62 ±7,22 (11,53%) 63 ±11,79 (18,60%)
30 bulan BB (kg) 22 ±1,81 (8,31%) 22 ±1,54 (5,99%)
ke atas LD (cm) 59 ±48,02 (13,52%) 68 ±4,44 (6,49%)
PB (cm) 58 ±7,80 (13,52%) 69 ±5,16 (7,43%)
TP (cm) 56 ±5,00 ( 8,88%) 73 ± 4,86 (6,65%)
TPI (cm) 53 ± 4,47 (4,46%) 70 ± 6,04 (8,60%)
Gabungan BB (kg) 21 ±4,20 (20,21%) 21 ±3,57 (16,84%)
Jantan LD (cm) 37 ±10,23 (18,10%) 61 ±10,24 (17,98%)
Betina PB (cm) 58 ±12,39 (21,35%) 57 ±10,24 (17,98%)
TP (cm) 54 ±9,22 (17,18%) 59 ±9,85 (16,77%)
TPI (cm) 53 ±5,17 (9,85%) 15 ± 2,28 (15,56%)
Keterangan: BB= Bobot badan, LD= Lingkar dada, PB= Panjang badan, TP= Tinggi pundak, ̅ =
Rataan SD= Standar deviasi , KK = Koefisien Keragaman , n = Jumlah Ternak

3.4. Bobot Badan


Berdasarkan hasil pengamatan pada (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa rataan bobot badan
kambing kacang jantan umur 2-12 bulan adalah 16 ± 3,17 kg, dengan koefisien keragaman (KK)
sebesar (19,46%), sedangkan kambing kacang betina 20± 2,26 kg dengan koefisien keragaman (KK)
(11,15%) sedangkan rataan bobot badan kambing jantan umur 18-24 22±1,72 kg dengan koefisien
keragaman (7,75%). Sedangkan kambing kacang betina 21± 1,85 koefisien keragaman (8,60%) ,
rataan bobot badan kambing jantan umur 30 bulan ke atas 26± 1,37 dengan koefisien keragaman (KK)
(5,25%) sedangkan pada betina 24 ±13,02 dengan koefisien keragaman (12,56%), rataan bobot badan
lingkar dada umur gabungan jantan 21±4,20 dengan koefisien keragaman (KK) (20,21%), sedangkan
pada betina 21±3,57, dengan koefisien keragaman (KK) (16,84%) obot badan lebih rendah
dibandingkan dengan kambing Lakor, karena bobot badan kambing Lakor umur 1-3 tahun
untuk jantan yaitu 59,17-80,59 kg dan untuk betina 34,43-46,64 kg [5] .

3.5. Lingkar Dada


Berdasarkan hasil pengamatan pada (Tabel 4.2), didapatkan rataan lingkar dada kambing
kacang jantan umur 2-12 bulan adalah 67± 8,17 cm, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar
(8,47%) sedangkan kambing kacang betina 67± 7,94 cm dengan koefisien keragaman (KK) sebesar
(11,83%) rataan lingkar dada jenis kelamin jantan umur 18-24 bulan 61±7,29, dengan nilai
keragaman(KK)( 12,02%),sedangkan pada betina 67± 7,94 , dengan nilai keragaman (11,83%). rataan
lingkar dada jenis kelain jantan mur 30 bulan keatas adalah 60± 7,15,02, dengan koefisien keragaman
( KK) (11,77%), sedangkan pada betina yaitu 69±8,14, dengan koefisien keragaman (KK) (11,81%),
rataan lingkar dada kambing umur gabungan jantan 37±10,23, dengan koefisien keragaman (KK)
sebesar (18,10%),sedangkan pada betina yaitu 61±10,24, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar
(16,68%. [6] menyatakan lingkar dada memiliki hubungan yang sangat erat dengan bobot
badan sehingga dapat digunakan untuk pendugaan yang paling mendekati untuk bobot badan
kambing.
3.6. Panjang Badan

122
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo: Vol: 4, No 2, April 2022 Halaman: 120-124
eISSN: 2548-1908

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rataan panjang badan kambing kacang jantan umur
2-12 adalah 67± 8,17 cm, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (8,47%) sedangkan kambing
kacang betina 67± 7,94 cm dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (11,83%), rataan bobot badan
panjang badan kambing kacang jantan umur 18-24 bulan 61±7,64 dengan koefisien keragaman (KK)
(12,49%), sedangkan pada betina 63±8,01, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (12,63%),
rataan panjang badan jenis kelamin jantan umur 30 bulan ke atas 64±9,33 dengan koefisien keragaman
(KK) sebesar (14,56%), sedangkan rataan panjang badan umur gabungan jantan 58±12,39, dengan
koefisien keragaman (KK) (21,35%).Hal ini sesuai dengan pendapat . Pertumbuhan dipengaruhi
oleh faktor internal yaitu genetik, spesies, umur, hormon, jenis kelamin dan faktor eksternal yaitu
pakan dan lingkungan. Panjang badan memiliki nilai korelasi ang sangat kuat dengan bobot
badan,yaitu sebesar 0,87. [7] Panjang badan memiliki nilai korelasi yang sangat kuat yaitu 0,86.

3.7. Tinggi Pundak


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rataan panjang badan kambing kacang jantan umur
2-12 adalah 45 ± 8,20 cm, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (18,22%), sedangkan kambing
kacang betina yaitu 54± 4,10 cm dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (6,61%), rataan bobot
tinggi pundak badan kambing kacang jantan umur 18-24 bulan 57± 4,31 dengan koefisien keragaman
(KK) sebesar (7,85%), sedangkan pada betina62± 6,97, dengan koefisien keragaman ( KK) sebesar
(11,20%) rataan tinggi pundak jenis kelamin jantan umur 30 bulan ke atas 67±5,84 dengan koefisien
keragaman (KK) sebesar ( 8,60%), tinggi pundak badan umur gabungan jantan 56±5,00 dengan
koefisien keragaman (KK) sebesar (8,88%), sedangkan pada betina 64± 8,46 dengan koefisien
keragaman (KK) (13,16%). Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian [8] yang menyatakan
tinggi pundak 54,8 cm pada betina dewasa dan 56,2 cm pada jantan dewasa. Pertumbuhan tulang yang
relatif cepat terjadi pada tulang kepala, paha, kaki depan dan belakang, pertumbuhan tulang yang
relatif sedang terjadi pada tulang rongga dada dan bahu, sedangkan pertumbuhan tulang yang relatif
lambat terjadi pada tulang pinggang, dada, dan pinggul [9].

3.8. Tinggi Pinggul


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rataan tinggi pinggul kambing kacang jantan umur 2-12
adalah 49 ±6,65 cm, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (13,49%) sedangkan kambing kacang
betina 49 ± 6,65cm dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (13,49%) rataan bobot tinggi pinggul
badan kambing kacang jantan umur 18-24 bulan 54± 3,83 cm dengan koefisien keragaman ( KK)
sebesar ( 7,15%), sedangkan pada betina 59 ± 5,77 cm, dengan koefisien keragaman ( KK) sebesar
(11,53%), rataan tinggi pinggul jantan umur 30 bulan betina ke atas 62± 7,22 dengan koefisien
keragaman (KK) sebesar ( 18,60%), sedangkan tinggi pinggul badan umur gabungan jantan 70± 6,04
cm, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar (4,46%), sedangkan pada betina 70± 6,04 cm, dengan
nilai keragaman (KK) sebesar (8,60%). Ukuran tinggi pinggul kambing Kacang betina pada umur
muda berkisar antara 40,68-46,06 cm, sedangkan pada umur dewasa berkisar 54,05-60,72 cm. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan [10] bahwa rata-rata tinggi pinggul kambing Kacang betina
sebesar 58,40 dan 57,45 cm

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rataan sifat kuantitatif jenis
kelamin jantan umur 2-12 bulan 16±3,17 kg, pada betina 20±2,26 , lingkar dada untuk jantan umur
18-24 bulan adalah 67± 8,17 sedangkan pada betina 67±7,94, rataan panjang badan jantan 45±6,54,
sedangkan pada betina 53±5,87, rataan tinggi pundak jantan umur 30 bulan keatas 56±5,00,
sedangkan pada betina 73± 4,86, rataan pinggi pinggul jantan umur gabungan, dan tinggi pinggul
70± 6,04 cm, sedangkan pada betina yaitu 70± 6,04 cm.

123
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo: Vol: 4, No 2, April 2022 Halaman: 120-124
eISSN: 2548-1908

5. Daftar Pustaka

[1] Nafiu LO, MA Pagala and SL Mogiye. 2020. Karakteristik produksi kambing peranakan etawa
dan kambing kacang pada sistem pemeliharaan berbeda di Kecamatan Toari, Kabupaten
Kolaka. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 8(2), 91-96.
[2] Wahyuni V, LO Nafiu, MA Pagala . 2016. Karakteristik fenotipe kualitatif dan kuantitatif
kambing Kacang di Kabupaten Muna Barat. JITRO. 1:144-156.
[3] Badan Pusat Statistik.2020. Popuasi ternak di Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
[4] Setiawan. N . 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus slovin.
[5] Siwa IP. 2012. Kambing Lakor sebagai rumpun ternak asli Indonesia asal Maluku. Dalam:
Prosiding Seminar Pengembangan Sumber Daya Genetik Rumpun Ternak Lokal
dalamMewujudkan Swasembada Daging dan Pangan Hewani yang ASUH di Maluku. Ambon,
20 September 2012. Ambon (ID): Unpatti. hlm. 44-50.
[6] lham F. 2014. Karakteristik Fenotip Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kambing Lokal di
Kabupaten Bone Bolango. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya LokalPada
Peternakan Lokal Berbasis Teknologi “Peningkatan Produktivitas Ternak Lokal”.Fapet
UNHAS. Hal 22-31
[7] Victori A, Purbowati E, Lestari CMS. 2016. Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan
bobot badan Kambing Peranakan Ettawah jantan di Kabupaten Klaten. J Ilmu-Ilmu Peternakan.
26:23-28.
[8] Pesmen G. and M Yardimici. 2008 . Estimating The Live Weight Using Some Body
Measurements In Saanen Goat. Archiva Zootechnica . 11(4): 30-40.
[9] Sutiyono, B, N J Widyani, dan E. Purbowati. 2006. Studi performans induk kambing Peranakan
Etawa berdasarkan jumlah anak sekelahiran di desa Banyuringin kecamatan Singosaari
Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hlm. 537-543.
[10] Mahmili F. Tarigan A. 2004. Karakteristik morfologi dan performans kambing kacang, kambing
boer dan persilangannya. Dalam: Setiadi B, Priyanti A, Diwyanto K, Ginting SP, penyunting.
Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Bogor (ID): Puslitbangnak. hlm. 209-212.

124

Anda mungkin juga menyukai