Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK PERAH

Oleh:
Nama : Abdul Aziz
NIM : D1A018046
Kelompok :1D
Asisten : Tangkas Wicak Suraswaka

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
1.1.1. Pemeliharaan

Tinggi
Kandang Tempat Air Minum

Memberikan Pakan Ternak Kambing

1.1.2. Perkandangan dan Sanitasi

No. Komponen Kandang Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)


1 Tempat pakan 350 15 20
2 Bak Minum X x 10
3 Central Alley 206 35,5 x
4 Kamar kandang 178 230 64
5 Kandang keseluruhan 356 230 600

1.1.3. Judging dan BCS


A. BCS (Body Condition Score)
Nilai Domba Domba Domba
No Unsur yang dinilai
Max 1 2 3
A. Konformasi (55 poin)
1 Keadaan Umum 55 50 52 51
Tubuh simetris (Perut dan punggung
lurus), berotot, tebal, kaki terpisah lebar,
penampilan baik seimbang.
Bagian Belakang (26 poin)
2 Kaki Belakang (Kuat, terpisah lebar) 2 2 2 2
3 Rump (Panjang, rata, tebal) 6 6 6 4
4 Loin (Berisi, tebal, dalam, lurus) 9 8 7 5
5 Twist (Bersih, berotot) 1 1 1 1
6 Kaki Belakang (Berisi, padat, panjang, 8 7 7 8
dalam, dan tebal)
Bagian Depan (13 poin)
7 Punggung (Tebal, lurus) 6 5 3 4
8 Rusuk (Kering, dalam) 3 2 2 1
9 Bahu (Berotot, halus) 2 2 2 2
10 Leher (Pendek, tebal ) 1 1 1 1
11 Breast (Lebar, dalam, dan ramping) 0,5 0,5 0,3 0,2
12 Kaki Depan (Lurus terpisah lebar) 0,5 0,5 0,5 0,5
Bagian Tengah (6 poin)
13 Badan (Ramping, bebas penyakit, tidak 6 5 4 5
cacat)
B. Kulit (40 poin)
14 Punggung, Rusuk, Loin, Rump (Tertutup 30 29 27 28
rata)
15 Bahu (Tertutup rata) 5 5 5 3
16 Flank (Ramping ) 5 4 4 3
C. Kualitas (5 poin)
17 Kulit bulus halus, kepala ramping dan 5 5 4 4
bersih, tulang bagus
138 129,8 122,7
Total 100

B. Pengukuran Linear Tubuh


Ukuran Linear Tubuh
Bobot
Ternak BCS
Tubuh
L PB TB lD
D
Kambing 1 20 25 26 10 23 138

Kambing 2 18 25 25 8 20,12 129,8

Kambing 3 15 20 26 6 21 122,7

Pengukuran Ternak
1.1.4. Evaluasi Kecukupan Pakan
Diketahui :
 Lingkar Dada Sapi : 165 cm
 Produksi Susu : 15 Liter/hari
 Kadar Lemak Susu : 3,2 %
 Hitunglah menggunakan standar 4% FCM
Ditanyakan: Evaluasi Kecukupan Pakan?
Jawab:
 Menghitung Bobot Badan Ternak
BB = (601,8 – (9,033x LD)) + (0,04546 x (LD) 2 )
BB = (601,8 – (9,033x 165)) + (0,04546 x (165) 2 )
BB = (601,8 – (1.490,445)) + (0,04546 x 27.225)
BB = -888,645 + 1.237,8485
BB = 349,0035 kg
 Menghitung Kg Lemak/Hari
KG L = (15 liter x 1,027) x 3,2%
KG L = 15,405 x 3,2%
KG L = 0,49296 kg
 Menghitung 4% FCM
4% FCM : 0,4 x prod. susu/hari + 15 x lemak susu kg/hari
4% FCM : (0,4 x 15 liter) + (15 x 0, 49296)
4% FCM : 6 + 7,3944
4% FCM : 13,3944 kg
 Menghitung Kebutuhan BK
DMI (% body weight) = 4.048 – (0.00387 x BB (kg)) + (0.0584 x 4% FCM (kg))
DMI = 4,048 – (0,00387 x 349,0035 kg) + (0,0584 x 13,3944)
DMI = (4,048 – 1,350) + 0,782
DMI = 3,48%
 DMI (Kg)
DMI (kg) = 3,48% x 349,0035 kg
DMI (kg) = 12 kg BK
 Menghitung Kebutuhan PK
PK = 0,432 x (BB/500)0,75 + (0,087 x 4%FCM)
PK = 0,432 x (349,0035 kg/500)0,75 + (0,087 x 13,3944 kg)
PK = 0,432 x (0,69 x 0,75) + 1,165
PK = (0,432 x 0,517) + 1,165
PK = 0,223344 + 1,165
PK = 1,38 kg
 Menghitung Kebutuhan TDN
TDN = 3,72 x (BB/500)0,75+(0,326 x 4% FCM)
TDN = 3,72 x (349,0035 kg/500)0,75 + (0,326 x 13,3944 kg)
TDN = (3,72 x 0,517) + 4,36
TDN = 6,28 kg
 Memasukan Data Tabel

Uraian BK PK TDN
Pemberian
Kebutuhan 12 1,38 6,28
Evaluasi
 Menghitung Pemberian
 Pemberian kepada ternak:
o 35 kg rumput gajah BK= 21%, PK=9,6%, TDN=67,68%
o 4 kg Konsentrat komersil BK= 80,86%, PK=17,82%, TDN=68,50%
o 15 kg ampas tahu BK=16,05%, PK=11,45%, TDN=77,90%
1. Pemberian Rumput Gajah 35 Kg

BK = 21% x 35 kg = 7,35 kg

PK = 9,6% x 7,35 kg = 0,71 kg

TDN = 67,68% x 7,35 kg = 4,97 kg

2. Pemberian Konsentrat Komersil 4 kg

BK = 80,86% x 4 kg = 3,23 kg

PK = 17,82 % x 3,23 kg= 0,58 kg

TDN = 68,50% x 3,23 kg = 2,21 kg

3. Pemberian Ampas Tahu 15 kg

BK = 16,05% x 15 kg = 2,41 kg

PK = 11,45% x 2,41 kg= 0,28 kg

TDN = 77,90% x 2,41 kg = 1,88 kg


• BK = BK rumput + BK konsentrat + BK Ampas Tahu

BK = 7,35 kg + 3,23 kg + 2,41 kg

BK = 12,99 kg
• PK = PK rumput + PK konsentrat + PK Ampas Tahu

PK = 0,71 kg + 0,58 kg + 0,28 kg

PK = 1,57 kg
• TDN = TDN rumput + TDN konsentrat + TDN Ampas Tahu

TDN = 4,97 kg + 2,21 kg + 1,88 kg

TDN = 9,06 kg
 Memasukan data ke table

Uraian BK PK TDN
Pemberian 12,99 1,57 9,06
Kebutuhan 12 1,38 6,28
Evaluasi +0,99 +0,19 +2,78
Cukup Cukup Lebih

1.2. Pembahasan
1.2.1. Pemeliharaan
Kambing dimandikan selama 3-4 bulan sekali atau tergantung dengan musim.
Musim hujan kambing tidak dimandikan untuk mencegah kambing menjadi sakit karena
kedinginan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Khandari dan Jahroh (2015) bahwa
budaya peternak dalam memandikan kambing adalah 3 bulan sekali, dengan masa
penggemukan 4 bulan maka diasumsikan peternak hanya memandikan 3 kali dalam
setahun.
Pakan yang diberikan pada kambing yaitu rumput, rerambanan. Rasio pemberian
hijauan lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fadhilah et al. (2019) bahwa
rasio hijauan yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat dapat menurunkan efek
merugikan yang ditimbulkan oleh asam lemak tak jenuh ganda (poly unsaturated fatty
acid) pada fermentasi rumen karena fraksi serat yang besar menciptakan lingkungan yang
memungkinkan PUFA dapat dihidrolisis dan dibiohidrogenasi oleh mikroba rumen.
Pemberian pakan akan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Penentuan waktu tersebut dengan tujuan siang hari digunakan ternak untuk proses
ruminansi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aslimah et al. (2014) bahwa pemberian
pakan pagi dan sore hari menghindari heat stress akibat makan siang hari, pemberian
pakan pagi dan sore hari memberikan respon yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari
nilai PBBH yang lebih tinggi meskipun tingkat konsumsi bahan kering lebih rendah dan
nilai konversi pakannya juga lebih baik. Air minum diberikan menggunakan ember dan
diganti setiap hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hernaman et al. (2018) bahwa
air minum selalu tersedia dalam ember dan digantikan setiap hari.

1.2.2. Perkandangan dan Sanitasi


Tipe kandang kambing milik peternak yang dikunjungi yaitu tipe kandang panggung
yang terbuat dari kayu dan di bawahnya berupa beton. Kandang dilengkapi dengan kamar
kambing, tempat pakan, dan tempat air minum berupa ember plastik. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Nurmi (2016) bahwa kandang yang digunakan adalah kandang individu
berukuran 0,75 x 1 m, model kandang panggung, lantai kayu dan beratapkan seng. Setiap
kandang dilengkapi dengan tempat pakan untuk rumput dan konsentrat serta tempat air
minum dari ember plastik kapasitas lima liter.
Kandang panggung menyerupai panggung, dengan tiang penyangga di bawah
kandang. Tiang penyangga terbuka dari kayu atau bambu yang kokoh dan besar.
Penyangga pada kandang peternakan yang dikunjungi berupa beton dengan ukuran 70
cm. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arifin (2015) bahwa tinggi tiang penyangga dari
permukaan tanah minimal 50-200 cm. Kandang domba berbentuk koloni yang berisi 4-6
ekor domba per kamar. Ukuran panjang × lebar × tinggi kamar kambing yaitu 123,5 × 64
× 73,5 cm. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Astuti (2009) bahwa lebar jalan
kandang disesuaikan dengan jumlah kandang dan ukuran kandang domba yaitu sekitar
50-100 cm.
Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Tempat pakan
berbentuk trapesium dengan ukuran 15 × 20 cm dan kemiringan 20 cm. Hal tersebut tidak
sesuai dengan pendapat Oktavia dan Widyarti (2011) bahwa tempat pakan dan tempat
minum dibuat dari kayu berbentuk trapesium yang dengan ukuran 70 cm x 50 cm dan
berada 30 cm dari lantai. Kotak trapesium ini disekat menjadi dua bagian, satu bagian
untuk makanan dan sebelahnya untuk wadah minuman. Tempat minum menggunakan
ember dengan diameter 11 cm dan tinggi 10 cm.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari.
Pembersihan kandang dilakukan sebelum pemberian pakan, jadi pembersihan juga
dilakukan pada tempat pakan dan minum. Pembersihan kandang dengan cara
membersihkan lantai kandang dengan menggunakan sapu lidi dan air sisa minum ternak.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Septiadi dan Nur (2017) bahwa pembersih kandang
dengan cara membersihkan lantai kandang, dinding kandang dan tempat pakan dari
kotoran yang menempel. Setelah kandang dibersihkan dari kotoran yang menempel,
kandang dibersihkan kembali menggunakan sabun kemudian disiram dengan air.

1.2.3. Handling dan Perawatan


Handling merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh manusia kepada hewan atau
ternak dengan tujuan mengendalikan hewan atau ternak sesuai dengan yang kita
inginkan tanpa menyakiti hewan atau ternak tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Awaludin et al. (2017) bahwa handling merupakan suatu metode penanganan
pada hewan yang membuat hewan terbatasi geraknya sehingga mudah untuk
dikendalikan baik dengan menggunakan bantuan alat bantu ataupun dengan hanya
menggunakan tangan. Pelaksanaan handling pada domba sulit dilakukan karena sifat
domba yang suka menggerombol.
Penyakit yang pernah di alami ternak kambing yaitu scabies. Scabies merupakan
penyakit kulit yang dapat menular dari hewan ke hewan ataupun dari hewan ke manusia.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ma'rudi et al. (2012) bahwa scabies adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia kepada
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab scabies adalah Sarcoptes
scabiei. Penanganan penyakit tersebut dengan memberikan obat wormectin. Hal tersebut
berbeda dengan pendapat Griana (2013) bahwa terapi scabies dilakukan dengan
memberikan salep sulfur 5% - 10%. Salep sulfur terdiri dari campuran sulfur dan jeli
petroleum atau krim dingin. Campuran ini diberikan secara topikal pada malam hari
selama tiga malam.
Penyakit yang sering menyerang kambing yaitu flu, batuk, sakit mata dan diare.
Pengobatan sakit mata menggunakan salep mata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Novaiza et al. (2012) bahwa obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen), anti bloat untuk
obat kembung, terramycin (salep mata) dan vitamin B-Kompleks diberikan untuk menjaga
daya tahan tubuh kambing, air minum, desinfektan (Rodalon). Pengobatan diare dengan
memberikan larutan cap kaki tiga atau ademsari yang dicampur di dalam air minum. Hal
tersebut berbeda dengan pendapat Fahmi et al. (2015) bahwa pengobatan antibiotika
dan sulfa yang diberikan lewat mulut.

1.2.4. Judging dan BCS


Penilaian ternak adalah kegiatan menilai ternak berdasarkan performa tubuh,
secara subjektif, dengan tujuan tertentu dan dalam waktu yang singkat. Metode penilaian
ternak ada 3 macam yaitu secara visual, palpasi, dan pengukuran linier tubuh. Metode
pengukuran linier tubuh dilakukan dengan mengukur tinggi, panjang, lebar, dan
kedalaman pada bagian tubuh ternak tertentu. Pengukuran linier tubuh biasanya
digunakan untuk pendugaan bobot tubuh ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Gunawan dan Putera (2016) bahwa pengukuran data bobot badan dan linier ukuran
tubuh dilakukan untuk mendapatkan gambaran fenotipik dan kriteria seleksi yang
tepat. Parameter ukuran tubuh yang diukur diantaranya tinggi pundak, panjang badan,
lebar dada dan lingkar dada.
Berdasarkan pengukuran bobot badan ternak kambing, kambing nomor 1
mempunyai bobot badan yang paling tinggi yaitu sebesar 23 kg, sedangkan kambing
nomor 2 sebesar 20,12 kg dan domba nomor 3 sebesar 21 kg. Perbedaan bobot badan
tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkar dada antar masing-masing domba. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sutiyono et al. (2010) bahwa lingkar dada domba
mempunyai keeratan hubungan yang besar dengan bobot badannya. Lingkar dada diukur
pada bidang yang terbentuk mulai dari pundak sampai dasar dada di belakang siku dan
tulang belikat dengan pita ukur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Atmaja et al. (2012)
bahwa untuk mengetahui berapa besar lingkar dapat kita ukur dengan menggunakan pita
ukur. Pengukuran dilakukan pada daerah dada tepat di belakang kaki depan.
BCS (Body Condition Score) yaitu parameter pengukuran kondisi tubuh ternak
berdasarkan timbunan lemak di bawah kulit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masir
dan Fausiah (2020) bahwa BCS yang dilakukan dengan pengamatan visual dan membantu
peternak dalam memperoleh gambaran mengenai tingkat cadangan perototan dan
perlemakan dalam tubuh. Berdasarkan pengukuran body condition score (BCS) domba
nomor 1 mempunyai BCS yang paling tinggi yaitu sebesar 138, sedangkan domba nomor 2
sebesar 129,8 dan domba nomor 3 sebesar 122,7. Semakin tinggi nilai BCS seekor domba,
maka semakin banyak lemak dan daging yang melekat sehingga mempengaruhi performa
karakteristik karkas yang semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prasita et
al. (2015) bahwa nilai BCS yang tinggi akan menghasilkan bobot potong yang tinggi
sehingga menghasilkan karkas yang semakin tinggi.

1.2.5. Evaluasi Kecukupan Pakan


Pakan merupakan salah satu hal penting dalam menunjang keberhasilan suatu
usaha peternakan. Pakan merupakan asupan nutrisi yang diberikan kepada ternak.
Konsumsi pakan adalah salah satu indikator untuk menilai kualitas bahan pakan yang
diberikan kepada ternak ruminansia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan dan
Ginting (2011) bahwa konsumsi pakan merupakan indikator kualitas pakan yang penting
dan efisiensi penggunaan pakan akan meningkat apabila taraf konsumsi pakan meningkat.
Pemberian konsentrat 2 jam sebelum hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik ransum. Pemberian pakan tambahan dapat menurunkan PH
rumen terutama karena konsentrasi VFA rumen yang menurun terlalu tinggi akibat
konsumsi karbohidrat mudah terfermentasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
pakan yaitu umur, berat badan, kepadatan kandang, jenis kelamin, kualitas pakan,
frekuensi pemberian, rasio hijauan dan konsentrat, status fisiologis dan temperatur
kandang. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Allama et al. (2012) bahwa faktor–
faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah energi pakan, serat kasar, kerapatan
jenis atau kepadatan pakan dan lemak kasar.
Evaluasi konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan
pakan yang diperlukan oleh seekor ternak. Ternak yang mempunyai kecernaan yang baik
mengindikasikan bahwa ternak tersebut mampu mencerna dan menyerap nutrien. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Tulung et al. (2020) bahwa kecernaan pakan yang tinggi
menunjukkan besarnya komponen nutrien pakan tersebut yang disalurkan pada ternak,
sebalikya kecernaan pakan yang lebih rendah menunjukkan lebih kurangnya komponen
nutrien pakan tersebut yang bisa digunakan bagi ternak, baik untuk hidup pokok ataupun
untuk produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil pemberian BK sebesar 12,99 kg dan
kebutuhan BK pakan sebesar 12 kg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan BK
ternak telah terpenuhi dan bahkan lebih 0,99 kg. Kelebihan BK tersebut dapat digunakan
untuk kebutuhan pertumbuhan dan produksi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Utomo dan Miranti (2010) bahwa konsumsi BK akan berpengaruh pada tercukupinya
kebutuhan nutrisi pakan dan jumlah zat pakan yang dikonsumsi serta digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil pemberian TDN sebesar 9,06 kg dan
kebutuhan TDN pakan sebesar 6,28 kg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan
TDN ternak telah terpenuhi dan bahkan lebih 2,78 kg. Kelebihan TDN tersebut tidak
menjadi masalah dibandingkan jika kekurangan TDN. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Adi et al. (2020) bahwa konsumsi TDN yang kurang dapat menurunkan bobot
badan dan produksi susu.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil pemberian PK sebesar 1,57 kg dan
kebutuhan PK pakan sebesar 1,38 kg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan PK
ternak sudah cukup dan bahkan lebih 0,19 kg. Kelebihan PK tersebut tidak menjadi
masalah karena protein akan mengalami deaminasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Indriani et al. (2013) bahwa pemberian protein ransum diatas standar pengaruhnya kecil
terhadap produksi susu dan protein air susu, karena kelebihan protein akan mengalami
deaminasi.
II. PENUTUP

2.1. Kesimpulan
1. Pemeliharaan kambing meliputi memandikan domba serta memberikan pakan dan
minum. Memandikan domba sebaiknya 3-4 bulan sekali, memberikan pakan berupa
hijauan dan air minum diberikan secara cukup dan diganti setiap hari.
2. Tipe kandang yang digunakan yaitu kandang panggung yang dilengkapi dengan tempat
pakan dan minum.
3. Penyakit yang menyerang kambing yaitu scabies, diare, sakit mata, flu dan batuk.
Pengobatan penyakit tersebut dengan menggunakan obat yang dibeli dari apotek atau
dari dinas peternakan.
4. Pengukuran bobot badan ternak domba, didapatkan hasil yaitu domba nomor 1
sebesar 23 kg, domba nomor 2 sebesar 20,12 kg dan domba nomor 3 sebesar 21 kg.
Body condition score (BCS) domba nomor 1 sebesar 138, domba nomor 2 sebesar
129,8 dan domba nomor 3 sebesar 122,7. Semakin tinggi nilai BCS seekor domba,
maka semakin banyak lemak dan daging yang melekat sehingga mempengaruhi
performa karakteristik karkas yang semakin besar.
5. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil pemberian BK sebesar 12,99 kg,
kebutuhan BK pakan sebesar 12 kg dan kelebihan BK 0,99 kg. Hasil pemberian TDN
sebesar 9,06 kg, kebutuhan TDN pakan sebesar 6,28 kg, dan kelebihan TDN 2,78 kg.
Hasil pemberian PK sebesar 1,57 kg, kebutuhan PK pakan sebesar 1,38 kg. dan
kelebihan PK 0,19 kg.

2.2. Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan pada ternak perah mas supaya praktikan paham
tentang pemeliharaan ternak perah dan juga metode pemerahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D. S., D. W. Harjanti, dan R. Hartanto. 2020. Evaluasi Konsumsi Protein dan Energi
terhadap Produksi Susu Sapi Perah Awal Laktasi. Jurnal Peternakan Indonesia
22(3):292-305.
Allama, H., O. Sjofjan, E. Widodo, dan H. S. Prayogi. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung
Ulat Kandang (Alphitobius diaperinus) dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi
Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 22(3):1-8.
Arifin, M. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. AgroMedia, Jakarta.
Arifin, M., A. Y. Oktaviana, R. R. S. Wihansah, M. Yusuf, Rifkhan, J. K. Negara, dan A. K. Sio.
2016. Kualitas Fisik, Kimia dan Mikrobiologi Susu Kambing pada Waktu Pemerahan
yang Berbeda di Peternakan Cangkurawok, Balumbang Jaya, Bogor. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 4(2):291-295.
Aslimah, S., M. Yamin, dan D. A. Astuti. 2014. Produktivitas Karkas Domba Garut Jantan
pada Pemberian Jenis Pakan dan Waktu yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan 2(1):251-256.
Astuti, D. A. 2009. Petunjuk Praktik Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong.
AgroMedia, Jakarta.
Atmaja, D. S., E. Kurnianto, dan B. Sutiyono. 2012. Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Betina
Beranak Tunggal dan Kembar di Kecamatan Bawen dan Jambu Kabupaten
Semarang. Animal Agriculture Journal 1(1):123-133.
Awaludin, A., Y. R. Nugraheni, dan S. Nusantoro. 2017. Program Pengabdian Kepada
Masyarakat Teknik Handling dan Penyembelihan Hewan Qurban. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Peternakan 2(2):84-97.
Fadhilah, V. S., I. K. G. Wiryawan, dan S. Suharti. 2019. Pengaruh Penambahan
Mikroenkapsulasi Minyak Kanola terhadap Performa, Kecernaan Nutrien, dan Profil
Asam Lemak Rumen Domba. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(3):349-
357.
Fahmi, T., S. Tedi, dan E. Sujitno. 2015. Petunjuk Teknis Manajemen Pemeliharaan Ternak
Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Barat.
Griana, T. P. 2013. Scabies: Penyebab, Penanganan dan Pencegahannya. El-Hayah 4(1):37-
46.
Gunawan, A., dan B. W. Putera. 2016. Aplikasi Linier Ukuran Tubuh untuk Seleksi
Fenotipik Bibit Induk Sapi PO di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan 4(3):375-378.
Hernaman, I., A. Budiman, dan B. Ayuningsih. 2018. Pengaruh Penundaan Pemberian
Ampas Tahu pada Domba yang Diberi Rumput Gajah terhadap Konsumsi dan
Kecernaan. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran 8(1):1-6.
Indriani, A. P., A. Muktiani dan E. Pangestu. 2013. Konsumsi dan Produksi Protein Susu
Sapi Perah Laktasi yang Diberi Suplemen Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan
Seng Proteinat. Animal Agriculture Journal 2(1):128–135.
Juniarto, A. D. 2018. Pengaruh Penggunaan Benzalkonium Klorida untuk Meningkatkan
Kualitas Susu Sapi. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia 3(1):9-15.
Khandari, S. M., dan S. Jahroh. 2015. Kelayakan Usaha Ternak Domba dengan Introduksi
Pakan Silase Daun Singkong (Kasus di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor). Forum Agribisnis 5(2):213-224.
Kusnadi, U. dan E. Juarini. 2017. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah
dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. Wartazoa 17(1):21-28.
Mahardika, O., S. Sudjatmogo, dan T. H. Suprayogi. 2012. Tampilan Total Bakteri dan pH
pada Susu Kambing Perah Akibat Dipping Desinfektan yang Berbeda. Animal
Agriculture Journal 1(1):819-828.
Masir, U., dan A. Fausiah. 2020. Paritas dan Body Condition Score (BCS) Ternak Sapi Bali di
Wilayah Kanusuang, Sulawesi Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 1(2):55-
59.
Ma’rufi, I., E. Istiaji, dan E. Witcahyo. 2012. Hubungan Perilaku Sehat Santri dengan
Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Ikesma 8(2):119-129.
Novaiza, A., A. H. Daulay, dan I. Sembiring. 2012. Pemanfaatan Amoniasi Urea Kulit
Daging Buah Kopi Padapakan Domba terhadap Karkas Domba Jantan Lepas Sapih.
Jurnal Peternakan Integratif 1(1):11-18.
Nugraha, B. K. 2016. Kajian Kadar Lemak, Protein dan Bahan Kering Tanpa Lemak Susu
Sapi Perah Fries Holland pada Pemerahan Pagi dan Sore di KPSBU Lembang.
Students e-Journal 5(4):1-15.
Nurmi, A. 2016. Respons Fisiologis Domba Lokal dengan Perbedaan Waktu Pemberian
Pakan dan Panjang Pemotongan Bulu. EKSAKTA: Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
MIPA 1(1):58-68.
Oktavia, Y., dan M. Widyarti. 2011. Analisis Iklim Mikro Kandang Domba Garut Sistem
Tertutup Milik Fakultas Peternakan IPB. Jurnal Keteknikan Pertanian 25(1):37-42.
Prasita, D., D.Samsudewa dan E. T. Setiatin. 2015. Hubungan antara Body Condition Score
(BCS) dan Lingkar Panggul terhadap Litter Size Kambing Jawarandu di Kabupaten
Pemalang. Agromedia 33(2):65-70.
Rabbani, R. A. 2016. Analisis Penggunaan Tenaga Kerja Rumah Tangga pada Pemeliharaan
Kambing di Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. Students e-Journal 5(4):1-8.
Septiadi, A. dan H. Nur. 2017. Kondisi Fisiologis Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi
Berbagai Level Ransum Fermentasi Isi Rumen Sapi. Jurnal Peternakan Nusantara
1(2):69-80.
Surjowarjodo, P. 2011. Tingkat Kejadian Mastitis dengan Whiteside Test dan Produksi
Susu Sapi Perah Friesien Holstein. Journal of Tropical Animal Production 12(1):46-
55.
Sutiyono, B., S. Johari, E. Kurnianto, Y. S. Ondho, Sutopo, Y. Ardian, A. Kusmuhernanda
dan Darmawan. 2010. Hubungan Penampilan Induk Anak Kambing dari Berbagai
Tipe Kelahiran. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 20(2):24-30.
Tarigan, A. dan S. P. Ginting. 2011. Pengaruh Taraf Pemberian Indigofera sp. terhadap
Konsumsi dan Kecernaan Pakan serta Pertambahan Bobot Hidup Kambing yang
Diberi Rumput Brachiaria ruziziensis. JITV 16(1):25-32.
Tulung, Y. L. R., A. F. Pendong, dan B. Tulung. 2020. Evaluasi Nilai Biologis Pakan Lengkap
Berbasis Tebon Jagung dan Rumput Campuran terhadap Kinerja Produksi Sapi
Peranakan Ongole (PO). Zootec 40(1):363-379.
Utomo, R. dan Miranti D. P. 2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah yang Mendapat
Perbaikan Manajeman Pemeliharaan. Journal of Sustainable Agriculture 25(1):21-
25.
LAMPIRAN

https://drive.google.com/file/d/13yoS_kl7DxplIV8OngzfxGfIGmkfhdla/view?usp=drivesdk

Anda mungkin juga menyukai