Anda di halaman 1dari 22

Hipersensitivitas

Nunung Sri Mulyani

Nunung Sri Mulyani, S.Gz, M. Biomed


Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan
untuk reaksi, hipersensitivitas terbagi menjadi empat
tipe, yaitu tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV.
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 timbul segera setelah
adanya pajanan dengan alergen.

Reaksi ini dapat terjadi dalam hitungan menit setelah


terjadi kombinassi antigen dengan antibodi yang
terikat pada sel mast pada individu yang telah
tersensitisasi terhadap antigen.
Reaksi ini seringkali disebut sebagai alergi dan antigen
yang berperan disebut sebagai alergen.

Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan


menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan
penyakit alergi seperti rinitis alergi, urtiakria, asma
dan dermatitis atopi.

Reaksi tipe ini merupakan hipersensitifitas yang


paling sering terjadi.
Hipersensitifitas tipe I memiliki dua fase utama yaitu :
1. reaksi inisial atau segera yang ditandai dengan
vasodilatasi, kebocoran vaskular, tergantung pada
lokasi, spasme otot polos atau sekresi glandular.

Perubahan tersebut terjadi dalam 5 sampai 30 menit


sesudah eksposure dan menghilang dalam 60 menit.
Selanjutnya, seperti pada rinitis alergi dan asma
bronkial, dapat terjadi juga reaksi fase lambat yang
terjadi dalam 2-24 jam kemudian, tanpa ada tambahan
eksposure antigen dan dapat bertahan dalam beberapa
hari.

Fase ini ditandai dengan infiltrasi jaringan oleh


eosinofil, netrofil, basofil, monosit, dan sel T CD 4++
serta kerusakan jaringan yang seringkali
bermanifestasi sebagai kerusakan epitel mukosa.
2. Reaksi anafilaktik ini memiliki tiga tahapan utama
berupa fase sensitisasi, fase aktivasi dan fase efektor. 

Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan


untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh
reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan.
Fase aktivasi merupakan waktu yang diperlukan antara
pajanan ulang dengan antigen spesifik dan sel
mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang
nantinya akan menimbulkan reaksi alergi. Hal tersebut
terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.

Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks


(anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang
dilepas oleh sel mast/basofil dengan aktivitas
farmakologik
1. Fase Sensitisasi

Hampir 50% populasi membangkitkan respon IgE terhadap antigen yang


hanya dapat ditanggapi pada permukaan selaput mukosa saluran nafas,
selaput kelopak mata dan bola mata, yang merupakan fase sensitisasi.

hanya 10% yang menunjukan gejala klinis setelah terpapat alergen dari
udara.

Respom-respon yang berbeda tersebut dikendalikan oleh gen


MHC/HLA,terpengaruh dari limfosit T dan IL-4 yang dihasilkan oleh
limfosit CD4+.

Individu yang tidak alergi memiliki kadar IL-4 yang senantiasa rendah
karena dipertahankan fungsi sel T supresor (Ts).

Anda mungkin juga menyukai