Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENGAWASAN MUTU PANGAN

Disusun oleh :
Kelompok 3
Amalia Nur Ainina

P23131114002

Chika Vionita

P23131114008

Inayah Saraswati A

P23131114016

Medita Dwi Rasna C

P23131114022

Melisa Alfiani Sari

P23131114025
D-IV/ 5A

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan


Jakarta II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp.
021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id

I.

Judul Praktikum
: Survey Makanan Jajanan tradisional dan jajanan pabrikan ,
penentuan ingredient dan penentuan kandungan zat gizi.

II.

Hari/ tanggal

III.

Tujuan Praktikum :
- Mahasiswa mampu mengamati mutu pelabelan, melalukan tes

: Rabu, 28 September 2016

formalin dan melakukan uji organoleptik pada jajanan tradisional dan


-

jajanan pabrikan
Mahasiswa mampu menentukan apakah jajanan tradisional dan jajanan
pabrikan tersebut layak dikonsumsi atau tidak

IV . Tinjauan Pustaka

Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar,tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkanke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan (PP no. 69 tahun 1999)
Menurut UU nomer 18 tahun 2012 pasal 97 produk pangan yang akan beredar di
Indonesia harus mencantumkan hal hal berikut:
a
b
c
d
e
f
g
h
i

nama produk;
daftar bahan yang digunakan;
berat bersih atau isi bersih;
nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
halal bagi yang dipersyaratkan;
tanggal dan kode produksi;
tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
asal usul bahan Pangan tertentu.

Selain itu, label pangan tidak boleh :


a. Mudah lepas dari kemasannya,
b. Mudah luntur atau rusak,
a. Serta harus terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca
(PP no. 69 tahun 1999 Pasal 2(2) )
Khusus untuk Industri Makanan & Minuman, Karena penggunaan label terbesar ada di sektor
ini, label tersebut harus sesuai dengan ketentuan UU/No.23/1992 Tentang Produksi dan

Peredaran Makanan. Makanan harus memenuhi standar persyaratan kesehatan dan label; dan
periklanan tidak boleh memberikan informasi menyesatkan dari produk tersebut. Peraturan
tersebut juga berpedoman kepada CAC (Codex Alimentarius Commission) dan FLG (Food
Labelling Guide) yang memuat ketentuan mengenai persyaratan Mutu, label dan periklanan.
Label harus memberikan informasi yang jelas, detail dan mudah dimengerti oleh masyarakat
umumnya atau konsumen khususnya.
Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap orang. Menurut
Food and Agriculture Organization(FAO) dalam Taryadi (2007), jajanan merupakan makanan
dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempattempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa pengolahan dan
persiapan semestinya. Penelitian yang dilakukan di Jakarta mengungkapkan bahwa pada kue kue
jajanan yang dikonsumsi masyarakat pada umumnya positif mengandung zat pewarna dan
pemanis sintetik yang berbahaya bagi kesehatan dan kebanyakan digunakan pada industri
rumahan dan penjual keliling. Berdasarkan hasil pengawasan langsung BPOM tahun 2005-2006
di berbagai daerah, telah ditemukan adanya indikasi jajanan dan makanan yang menggunakan
pewarna Rhodamin B. Pewarna Rhodamin Btermasuk zat pewarna yang dilarang digunakan
untuk obat, makanan, dan kosmetik. Peruntukan yang sebenarnya adalah sebagai pewarna tekstil
dan cat. Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh Depkes RI atau
FDA dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas.
Pengujian di laboratorium Balai Besar POM Yogyakarta, Semarang, maupun Medan
menunjukkan setengah dari contoh produk pangan mengandung bahan tambahan makanan
terlarang. Zat tambahan berbahaya yang paling sering ditambahkan produsen adalah zat pewarna
Rhodamin Bdan Methanyl yellow, pemanis buatan Siklamat atau Sakarin, serta pembuat kenyal
berupa Formalin atau Boraks. Kendati, Badan POM telah cukup lama mensosialisasikan kepada
konsumen maupun produsen, tampaknya belum ada 4 tanda-tanda makanan yang mengandung
zat berbahaya itu akan lenyap dari pasaran (Pusdiknakes, 2005).
V . Metodologi
1.
2.

Waktu dan Tempat: Rabu 28 September 2016 di Laboratorium PMP


Alat dan Bahan
:
Alat :
Timbangan digital 1 buah

Lidi/tusuk sate 2 buah


Tissue secukupnya
Bahan :
Wafer Superstar Triple Chocolate
Kacang Sukro
Kue Putri Ayu
Kue Bugis
Kunyit

3. Prosedur
:
- Jajanan Pabrikan :
Amati secara fisik produk tersebut apakah kemasannya masih utuh kualitasnya atau

tidak
Lalu amati produk tersebut apakah memenuhi 6 syarat pelabelan pangan, yang terdiri
dari nama produk, berat , komposisi, alamat pihak yang memproduksi, label halal dan

tanggal kadaluarsa. Lalu catat hasilnya.


Dan yang terakhir amati produk dengan menguji secara organoleptik yakni dari rasa,
aroma, warna dan tekstur

Jajanan Tradisional
:
Timbang jajanan tersebut untuk mengetahui berat sebenarnya
Amati jajanan tersebut dengan menguji secara organoleptic
Lakukan uji formalin dengan kunyit yang telah di berikan pada sebuah lidi/ tusuk
sate, lalu tusukkan ke jajanan tersebut, amati apakah ada perubahan warna atu
tidak. Jika ada berarti makanan tersebut mengandung formalin.

VI. Hasil Pengamatan


1. Jajanan Pabrikan
Label
No
1
2

Indikator
Nama Produk
Berat

Wafer Superstar
Superstar Triple Chocolate
Bersih : 18 gr

Komposisi

Ditimbang : 20 gr
Ditimbang : 20 gr
Tepung terigu, Gula, lemak Tapioka, kacang tanah, minyak
nabati(Antioksidan

Kacang Sukro
Sukro
Bersih : 20 gr

sawit

(antioksidan

BHA),Whey, kokoa bubuk, TBHQ(E319)), bawang putih,


pengembang,

garam,

penguat

rasa

pengemulsi(Lesitin kedelai), Mononatrium Glutamat (E621),

Pewarna makanan(Caramel, gula,

pemanis

buatan

Karmoisin Cl 14720),perisa Acesulfame-K (E950), Aspartam


4
5
6

7
8

Tanggal Kadaluarsa
No. Registrasi

artifisial, vanilli ,garam.


(E951)
Maret 2017
Juni 2017
BPOM
RI
MD BPOM RI MD 273811081019

Alamat

236131064050
PT. Mayora Indah Tbk, PO PT . Dua Kelinci Food industry ,

Produksi/produsen

Box 6138, Jakarta 11061 , Pati, 59163, Indonesia

Label halal
Nilai gizi

Indonesia
Ada
Tidak ada

Ada
Ada

Uji Organoleptik

Organoleptik

Superstar Triple Chocolate

Sukro

Warna

Coklat

Diluar : putih
Didalam : coklat

Bau

Khas coklat

Khas kacang , sedikit tengik

Tekstur

Agak Keras

Keras

Rasa

Coklat tapi sedikit pahit

Kacang

Suara

renyah

Sedikit renyah

Untuk penampilan secara fisik, pada wafer Superstar Triple Chocolate , kemasannya masih
terlihat baik, sedangkan untuk kacang sukro kemasannya sedikit kempes.

2. Jajanan Tradisional
Uji Organoleptik
Organoleptik

Kue Putri Ayu

Kue Bugis

Warna

Hijau cerah

Ungu kehitaman

Bau

Khas kelapa

Khas Ketan dan kelapa

Tekstur

Lembut

Kenyal

Rasa

Kelapa

Ketan

Penampilan

Bantet

Baik

Berat
Kue Putri Ayu secara total : 23 gram, hanya kelapanya saja 3 gram
Kue bugis : berat total + daun = 33 gr
Bugis +isi
= 26 gr
Kelapa
= 6 gr
Bugis tanpa kelapa = 20 gr
Uji Formalin
Kue Putri Ayu : Tidak ada
Bugis
: Tidak ada

Nilai Gizi
Kue Putri ayu (1 buah)

Makanan
tepung beras
tepung terigu
gula pasir
telur ayam
santan (kelapa dan
air)
jml:

Jumlah
g
2
5
5
1

energi
kcal
7.2
18.2
19.3
1.6

Protein
G
0.1
0.5
0
0.1

lemak
g
0
0.1
0
0.1

karbohidra
t
g
1.6
3.8
5
0

2.1
48.4

0
0.8

0.2
0.4

0.1
10.5

Kue bugis ( 1 porsi)


Makanan
tepung beras ketan
putih
beras ketan hitam
kelapa
gula aren
jml:

Jumlah
g

energi
kcal

protein
g

lemak
g

karbohidra
t
g

30
50
25
25

108.3
180.4
44.3
92.3
425.3

2
3.3
0.4
0.2
5.9

0.2
0.3
4.2
0
4.7

23.9
39.8
1.9
23.5
89.1

VII. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang diamati dalam praktikum ini didapatkan bahwa jajanan pabrikan
Superstar Triple Chocolate sudah memenuhi syarat-syarat dalam pelabelan yaitu terdapat nama
produk, komposisi produk, nomor pendaftaran, tanggal kadaluarsa, alamat produksi, berat bersih
produk, dan label halal. Namun kandungan nilai gizi tidak tertera pada produk, dan juga terdapat
kesenjangan atau perbedaan yang didapat pada berat bersih produk. Berat bersih pada label
produk dicantumkan berat bersihnya adalah 18 gram namun setelah dilakukan penimbangan
kembali terhadap produk didapatkan berat bersihnya adalah 20 gram. Kemudian pada wafer ini
didapatkan pada uji organoleptiknya mempunyai rasa coklat, aroma khas coklat , memiliki warna
coklat, teksturnya agak keras dan renyah. Setelah diamati secara fisik kemasannya pun masih
terlihat baik, tetapi saat dibuka kemasannya terlihat ada coklat yang menempel pada kemasan
tersebut. Untuk jajanan pabrikan yang kedua , juga sudah memenuhi syarat dalam pelabelan dan
terdapat juga kandungan nilai gizinya. Tetapi untuk penampilan fisik dari kemasannya agak
kempes. Kemudian setelah diuji organoleptik, didapatkan rasa khas kacang pada umumnya,
warna (putih untuk bagian luar dan coklat bagian dalam kacang), aroma/bau masih khas kacang
tetapi agak sedikit tengik karena adanya oksidasi lemak , serta memiliki tekstur yang keras .Pada
kedua jajanan pabrikan ini juga menggunakan beberapa BTP.
Untuk jajanan tradisional ada 2 makanan yang kami amati yaitu kue putri ayu dan kue bugis.
Kue putri ayu dengan berat 23 gr ,memiliki warna hijau cerah, baunya khas kelapa, tekstur
lembut, rasa khas kelapa, dan penampilan yang bantet. Kue putri ayu ini juga tidak mengandung
formalin setelah diuji. Untuk kue bugis memiliki berat 33 gr , dengan warna ungu kehitaman,
aromanya khas ketan dan kelapa, teksturnya kenyal, rasanya khas ketan dan penampilannya juga
baik. Kue bugis ini juga tidak mengandung formalin.

VIII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan pada praktikum pengawasan mutu pangan yang
dilaksanakan pada hari Rabu 28 September 2016 dapat disimpulkan yaitu :
1. Untuk jajanan pabrikan : Wafer Superstar triple Chocolate dan Kacang Sukro sudah
memenuhi 6 syarat pelabelan .Tetapi secara tampilan fisik kacang sukro sudah kempes
kemasannya ,dan setelah di lakukan uji organoleptic kacang sukro juga memiliki aroma
yang agak tengik . Sehingga dapat disimpulkan , kacang sukro ini kurang layk untuk
dikonsumsi. Sedangkan untuk wafer Superstar triple chocolate secara uji organoleptic
masih baik mutunya , tetapi ada cokelat yang menempel pada kemasannya, sehingga
masih dikatakan belum baik dikonsumsi.
2. Untuk jajanan tradisional : kue putri ayu dan kue bugis setelah di uji organoleptik terlihat
baik mutunya. Setelah diuji formalin juga kedua makanan ini tidak mengandung
formalin,sehingga cukup layak untuk dimakan.
IX. Daftar Pustaka
e-journal.uajy.ac.id/2131/2/1BL00802.pdf
http://documentslide.com/download/link/pmp-label

Dosen Pengampu

PJ Laporan

(Dr. Marudut,MPS)

(Chika Vionita)

LAMPIRAN FOTO

1. Kue Bugis

2. Kue Putri Ayu

Anda mungkin juga menyukai