Anda di halaman 1dari 3

Pada era modernisasi dan teknologi saat ini, internet menjadi kebutuhan keseharian masyarakat.

Berbagai informasi dapat di akses melalui intenet. Penetrasi penggunaan internet di Indonesia
berdasarkan hasil survey pusat kajian komunikasi (KaPusKom) Universitas Indonesia setiap
tahunnya meningkat.

Hal ini serupa dengan riset yang dilakukan oleh APJII dimana pada tahun 2012 persentase
penguna internet di indonesia 24,23 % dan pada tahun 2013 pengguna internet sebesar 71.19
juta jiwa dan dari hasil survey APJII pengguna internet terbanyak pada daerah barat indonesia
78,5%.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet indonesia mengungkapkan peningkatan yang luar biasa
pada tahun 2014 di wilayah sumatera yaitu 18,6 juta jiwa dan Aceh menjadi wilayah penetrasi
pengguna internet tertinggi pada persentase 49 %.

Usia pengguna internet di Indonesia terdapat pada usia 18-25 tahun atau 49% serta tingkat
pendidikan pengakses internet adalah tingkat SMA sederajat sebesar 64,7 %. Dari hasil data
survey yang dilakukan APJII menyatakan bahwa ada tiga alasan utama orang Indonesia
menggunakan internet. Tiga alasan itu adalah untuk mengakses sarana sosial/komunikasi (72%),
sumber informasi harian (65%), dan mengikuti perkembangan jaman (51%).

Tiga alasan utama mengakses internet itu dipraktikan melalui empat kegiatan utama, yaitu
menggunakan jejaring sosial (87%), mencari informasi (69%), instant messaging (60%) dan
mencari berita terbaru (60%) (Survei APJII 2014).

Besar penggunaan jejaring sosial membuktikan masyarakat masa kini melakukan komunikasi
dan interaksi sosialnya pada sebuah wadah yang bernama media sosial. Media sosial sebagai
wadah untuk bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi, sehingga hal ini membuat penggunanan
sosial media diminati oleh masyarakat dari berbagai usia.

Di Indonesia media sosial paling banyak digunakan oleh usia remaja, pada usia-usia tersebut
memiliki teman banyak adalah kebutuhan dan kesenangan tersendiri, banyak dampak yang
terjadi dari penggunaan media sosial bagi remaja , tidak hanya berdampak positif melainkan juga
banyak dampak negatif yang dialami oleh remaja . Cyber-bullying merupakan salah satu dampak
negatif yang saat ini menghampiri para remaja.

Cyber bullying adalah bentuk ancaman berupa intimidasi, hinaan, pelecehan sehingga
menganggu yang lemah. Fenomena Cyber-bullying sudah sangat sering terjadi, tak sedikit
korban yang mengalami cyberbullying adalah para remaja. Di masa fase perkembangan yang
sangat penting sebagai manusia, usia remaja jika selalu mendapatkan intimidasi berupa ancaman,
hinaan, pelecehan, dan lain-lain akan menganggu psikologis dan kesehatan mental mereka.
Cyber bullying merupakan fenomena yang terjadi didunia maya terutama pada pengguna media
sosial. Korban yang mengalami cyber-bullying akan mendapatkan ejekan, hinaan, ancaman,
ataupun hacking. Kejadian fatal dari fenomena ini akan terganggunya kesehatan mental pada
korban cyberbullying, berupa depresi sampai dengan bunuh diri. Menurut kementrian informasi
dan telekomunikasi, pada saat ini penggunaan internet di indonesia mencapai 63 juta orang. Dari
angka tersebut 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.

Jejaring sosial yang di akses adalah facebook dan twitter serta banyak lagi sosial media lain yang
dapat diakses seperti instagram, path dan lain-lain. Untuk Facebook indonesia berada pada
peringkat ke empat penggakses setelah USA, Brazil dan india sedangkan twitter indonesia
berada di peringkat ke lima setelah USA, Brazil, Jepang dan inggris.

Tingginya penggunaan internet dalam mengakses jejaring sosial akan memberikan dampak
negatif pada remaja berupa cyber-bullying. Remaja masa kini menjadikan jejaring sosial sebagai
media bersosial sehari-hari, sehingga kemungkinan untuk mengalami intimidasi secara verbal di
dunia maya bisa terjadi. Jika hal ini terus dialami akan berdampak pada kesehatan mental para
remaja.

Pada sebuah penelitian yang di lakukan oleh Sourander dkk melaporkan kejadian cyber-bullying
dan cybervictimization pada remaja di finlandia yang berusia 13 sampai 16 tahun. Intimidasi
yang di alami oleh remaja pada saat ini tidak hanya dijumpai pada saat di sekolah melainkan di
dunia maya atau internet. Permasalahan kesehatan mental yang di alami remaja yang
berhubungan dengan cyber-bullying yaitu masalah hiperaktif, perilaku, emosional, pertemanan,
rendahnya bersosial, dan gangguan tidur.

Pada sebuah kajian sistematis penelitian-penelitian tentang cyber-bullying didapati prevalensi 6,5
% sampai 35,4 %. Hal ini dikaitkan pelecehan secara verbal dalam pengunaan internet, web cam,
jejaring sosial, postingan informasi pribadi, chatting, game online.

Cyber bullying akan memberikan efek emosional dan psikologis pada korban, sehingga korban
dari cyberbullying akan mengalami sifat pemarah, kesedihan, kecemasaan, depresi sampai
dengan ingin bunuh diri. Gangguan depresi adalah hal yang paling sering dialami oleh remaja
yang mempunyai riwayat cyberbullying

Fenomena cyber bullying ini akan terus mengerogoti kesehatan mental remaja, sehingga perlu
perhatian banyak pihak dalam mengatasi persoalan ini.

Isu kesehatan pada populasi usia remaja yang fokus pada pengalaman dan perilaku yang
mempengaruhi kesehatan remaja. Cyber-bullying menjadi masalah serius kesehatan masyarakat,
yang menjadi pertanyaannya adalah sebesar apa pengaruh permasalahan ini berdampak ke
masyarakat dan bagaimana perpektif kesehatan masyarakat melakukan pendekatan dalam
mengatasi masalah ini.

Dibutuhkan peran stakeholder kesehatan dan pendidikan serta didukung oleh orang tua untuk
bisa ikut serta dalam menanggapi masalah ini yang berjalannya waktu terus menghampiri para
remaja kita. Dibutuhkan adanya program untuk meningkatkan pemahaman pada remaja di
sekolah atau kampus, para pendidik dan juga orang tua agar mengenali bahaya cyber-bullying
dan dampak jangka panjang yang bisa merusak perilaku dan kesehatan mental para remaja dan
dewasa muda.[]

Anda mungkin juga menyukai